NovelToon NovelToon

Hay Pak Guru

Part 1

Gadis itu sama sekali tak terusik dengan suara teriakan dari luar pintu, bahkan dia kembali menarik selimutnya, masih enggang untuk bangun padahal matahari pagi mulai menyapa kedalam kamarnya.

"Alana bangun sayang!" teriakan itu kembali terdengar.

"Hmmm." gumanya kemudian melanjutkan tidurnya hingga guncangan di tubuhnya membuatnya mau tak mau harus bangun.

"Bangun Alana, udah siang kamu harus sekolah sayang," ujar Anin, bunda Alana.

"Bentar lagi bunda," jawabnya masih dengan mata terpejam.

"Udah jam setegah 7 Al!" geram bundanya.

Mata Alana sontak membulat. "Bunda!!! kenapa nggak bangunin Alana" teriaknya berlari masuk kedalam kamar mandi.

Bunda Anin hanya mengeleng melihat kelakuan anak semata wayangnya.

"Bunda udah bangunin dari tadi, kamunya aja susah di bangunin. Cepat mandi Azka udah nunggu kamu di bawah," ujar bunda Anin sembari membereskan tempat tidur Alana.

Alana mengeluarkan kepalanya dari pintu kamar mandi dengan mulut penuh busa. "Auzkwa?" Beo Alana tak jelas karena sikat gigi di dalam mulutnya.

"Cepat mandi!" Anin sungguh tak percaya anaknya akan sebar-bar itu, nurun dari siapa sih?

***

Setelah siap dengan seragam sekolahnya, dia melangkah menuruni tangga menghampiri orang tuanya dan satu pria tampan di meja makan.

"Pagi Nda, Yah." Sapanya pada orang tua tercinta, kemudian melirik Azka. "Pagi rang jelek." Ledeknya penuh tekanan.

Azka mendelik. "Kayak lo cantik aja."

Alana duduk di samping bunda Anin, mengibaskan rambutnya kebelakang. "Gua emang cantik lo buta?"

"Udah-udah buruan makan nanti kalian terlambat!" Ayah Kevin menegahi.

Ke empatnya makan dengan khidmat hingga sarapan mereka selesai. Alana dan Azka pamit undur diri menyalami satu persatu orang tua di hadapannya.

"Alana pamit Yah, Nda," ujarnya mencium kedua pipi orang tuanya sebelum naik ke motor Azka.

"Azka juga pamit Bunda, Ayah," ujar Azka.

"Hati-hati sayang."

Sepanjang perjalanan Alana tak henti-hentinya mengoceh memaki ataupun memarahi Azka. "Lo ngapain jemput gue?" teriaknya agar suaranya tidak hilang di telan angin.

"Terserah gue, motor-moror gue," jawab Azka ketus.

Alana memukul pundak Azka. "Gue tau, lo pasti datang kerumah gue cuma pengen sarapan aja kan." Tuduh Alana.

Karena Alana sangat tahu Azka benci sarapan sendiri sedangkan orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Lo jadi cewek ngapa nggak ada terimakasih nya sih? udah gue jemput juga malah nuduh yang nggak-nggak," kesal Azka.

Tak terasa motor yang di kendarai Azka memasuki gerbang SMA Angkasa. Alana turun dari motor Azka, kemudian melepaskan helm yang di pakainya lalu memberikannya pada Azka.

"Mau masuk bareng?" tawar Azka.

"Nggak, gue nunggu Salsa dulu," jawab Alana merapikan rambutnya yang berantakan akibat naik motor tadi.

Azka hanya mengangguk paham setelahnya melangkah masuk kedalam lingkugan sekolah meninggalkan Alana di parkiran seorang diri.

Baru saja akan melangkah tubuh Alana menabrak seseorang membuatnya tersungkur ke tanah. Dia mendongak dengan tatapan yang begitu tajam, siapa gerangan yang berani menabrak tubuh Alana Seizha Adhitama?

Bukannya marah, mulut Alana terganga melihat pria berbadan tegap dengan rahang tegas berdiri di depannya dengan wajah datarnya namun masih terlihat tampan.

"Tampan sekali, sungguh indah ciptaanmu ya tuhan. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan," batin Alana.

Pria itu mengeluarkan sapu tangan di saku jasnya, kemudian menunduk.

Alana mengembangkan senyumnya kemudian mengulurkan tangannya untuk menerima sapu tangan pria itu.

"Ah selain tampan ternyata dia berhati malaikat ya allah, calon imam nih," batinya bersorak, tak henti-hentinya memuji ciptaan tuhan yang satu ini.

"Terimakasih," ujarnya.

Senyum Alana pudar dengan tangan mengantung di udara saat sapu tangan itu melewati tangannya dan malah mendarat mulus di sepatu pentofel hitam pria itu.

Dia tarik kata-kata dan pujiannya tadi ternyata pria itu tak sebaik yang dia kira. Dengan perasaan dongkol, Alana bangkit dari duduknya, baru pagi-pagi seperti ini moodnya sudah hancur.

"Bantuin kek, apa kek," gerutunya, membuat pria itu mendogak dan menatapnya.

Pria itu kembali berdiri tegap setelah membersihkan sepatunya yang sempat terinjak oleh Alana.

"Lain kali kalau jalan pakai MATA!" ujar pria itu di tekankan pada kata mata.

Alana memutar bola mata malas, bisa-bisa nya dia bertemu om-om menyebalkan di pagi hari. "Diman-mana kalau jalan itu pakai KA-KI om, bukan mata,"" protes Alana. "Gimanasih udah tua juga otaknya masih geser," gumamnya tapi masih bisa di dengar oleh pria di depannya.

"Nggak di ajarin sopan santun sama yang lebih tua kamu?" geramnya.

"Tua ya om?" ujar Alana dengan nada meledek. "Maaf om kalau gitu, lain kali nggak usah tebar pesona di sekolah gue, kasian bininya di rumah."

Pria itu mengeram kesal baru kali ini ada orang yang berani padanya.

"Saya...."

Tring !!

Bel masuk berbunyi nyaring berhasil memotong perkataan pria itu.

"Duluan om," ujar Alana kemudian berlari menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya.

Sial, gara-gara om-om itu dia hampir saja terlambat masuk kedalama kelas. Lihat, di sana sudah ada Salsa teman laknatnya, yang ia tunggu sedari tadi sedang enak-enakan duduk di dalam kelas.

"Al lo kemana aja sih? dari tadi gue tungguin juga."

"Lo tuh, gara-gara nungguin lo di parkiran, gue jadi ketemu om-om resek."

"Alana, hari ini gue dapat berita yang sangat hot." Hebo Salsa menghiraukan kekesalan Alana.

Alana memutar bola mata jengah, gini nih, kalau punya teman modelan Salsa raja gosip se antero sekolah.

"Berita hot apa lagi yang lo dapat?"

"Jadi hari ini kita kedatangan guru baru mana katanya gurunya cogan lagi, gila kan Al?" Heboh Salsa pencinta cowok-cowok tampan salah satunya Azka dan kawan-kawan.

"Ah elah kira apaan, setampan Azka nggak? sesabar Ken nggak?" tanya Alana.

"Mana gue tau," jawab Salsa acuh.

"Eh, lo liat Azka nggak?" tanya Alana saat tak mendapati Azka di dalam kelas mana guru sebentar lagi mau masuk.

"Nggak tau," jawab Salsa acuh pasalnya dia tidak seakur itu dengan Azka.

Alana mengembuskan nafas karas, sudah di pastikan Azka dan 5 inti geng Avegas bolos lagi.

"Gila tampan banget"

"Ini guru apa siswa?"

"Malaikat nih bukan manusia."

"Jadi ini guru baru kita?"

Tatapan memuja dan berbagai pujian terlontar dari beberapa siswi di dalam kelas itu, tak terkecuali Salsa.

"Gila Al, tampannya nggak manusiawi." Salsa menguncang tubuh Alana saking senangnya. "Fiks gue bakal betah belajar di kelas."

Guncangan dan rancauan Salsa berhasil membuat kesadaran Alana kembali. Alana segera mendongak ingin memastikan seberapa tampan pria yang berhasil menghebokan teman sekelasnya selain melihat Azka.

Mata Alana membulat sempurna melihat siapa guru barunya itu. Tamatlah riwayatnya.

...TBC...

Hayo siapa kira-kira guru baru Alana ?

Hay-hay author balik lagi membawa cerita baru, semoga cerita ini lebih rame dari novel-novel author yang lainnya.

Jangan lupa meninggalkan jejak okey.

Part 2

"Pekenalkan Saya guru kimia baru kalian sekaligus wali kelas kalian menggantikan ibu wati hingga semester akhir nanti."

Semua siswa di dalam kelas diam, mendegar kan atau lebih tapatnya memandang guru barunya dengan tatapan memuja.

Tapi tidak dengan Alana, sedari tadi gadis itu hanya menundukkan kepalanya, menyibukkan diri dengan buku-buku yang tak seharusnya dia kerjakan hanya untuk menghindari guru barunya itu.

"Nama Saya Alvino Vernando," ujar pria itu lagi, namun tatapannya tertuju pada salah satu gadis. "Kalian bisa panggil saya pak Alvi."

"Siap pak Alvi." seru siswa serempak.

Kelas XII Ipa 3 yang biasanya terkenal bar-bar dan susah di atur kini sunyi seketikan hanya dengan kahadiran guru baru itu. Selain tampan tatapannya penuh mengintimidasi membuat seluruh siswa kicep dan tak berani membantah.

Pak Alvi meletakkan buku yang di bawanya kemudian kembali berdiri di depan para siswa siswinya.

"Sebelum Saya masuk dalam inti pembelajaran, terlebih dahulu Saya akan menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak di perbolehkan selama jam pelajaran Saya berlangsung." Pak Alvi memasukkan salah satu tangannya ke saku celana menambah kesan wauw pada penampilannya.

"Silahkan di catat jika tidak bisa mengingat!" Tatapan Alvi kembali tertuju pada gadis yang sibuk sedari tadi di mejanya.

"Pertama Saya tidak suka ada forum di dalam forum, yang artinya tidak ada yang boleh bercerita selama saja menjelaskan. Kedua, Siswa Siswi yang telat lewat dari lima menit tidak bisa mengikuti mata pelajaran saya, tidak menerima alasan apapun. Ketiga, selama mata pelajaran Saya berlangsung buku mata pelajaran lain di larang di atas meja." Tegas Alvi.

Setelah menegaskan peraturan-peraturan yang membuat siswa langsung ilfil padanya. Alvi langsung masuk ke materi, menjelaskan secara rinci mata pelajaran yang dia bawakan, kemudian memberi sedikit tugas pada siswa siswinya. Sungguh guru yang sangat tidak di sukai siswa, baru saja nongol sudah ada tugas.

Tak berlansung lama tatapan seluruh siswa tertuju pada salah satu gadis yang terkenal bar-bar ketika Pak Alvi berjalan ke arahnya.

"Al, woy lo ngapain? pak Alvi dari tadi manggil lo bodoh." Salsa berusaha menyadarkan temannya yang tidak tahu sedang apa.

"Apaan sih Sal, diam nggak lo!" kesal Alana.

Salsa seketika terdiam, bukan karena takut pada Alana tapi takut pada tatapan tajam pria yang sudah berdiri di samping temannya itu.

"Ngapain sih lo?"

Salsa mengeleng dan malah mengkode Alana agar berbalik, mengerti dengan kode Salsa Alana segera berbalik dan sangat tekejut mandapati om-om tadi pagi ada di hadapannya.

"Eh monyet!" kaget Alana.

Seketika teman sekelas Alana tertawa, bisa-bisanya Alana malah nyebut monyet tepat di depan guru kiler baru itu.

Tapi itu tak asing lagi bagi mereka, toh Alana memang terkenal absurd di kelas namun jangan ragukan otak pintarnya itu, hanya saja dia malas.

Tatapan Alvi semakin tajam membuat Alana kicep.

"Pa-pak." Alana cengegesan.

"Jelaskan ulang apa yang Saya jelaskan tadi." ujar pak Alvi.

Alana melirik Salsa namun yang di lirik hanya mengedikkan bahu acuh. Alana harus bagaimana ya Allah mana dia tidak tahu apa yang di jelaskan pak Alvi tadi karena sibuk menggambar, gambar tidak jelas hanya untuk menghilangkan kejenuhannya.

"Sa-saya tidak tahu pak." jujur Alana

Alana terperanjat saat bukunya di tarik begitu saja oleh pak Alvi. Menunggu reaksi apa yang di keluarkan guru kilernya itu.

Jantung Alana deg-deg gan, bukan deg deg gan berada di dekat pak Alvi melainkan deg-deg gan melihat lirikan tajam gurunya itu bergantian dengan buku yang di pegang pak Alvi.

Kenapa di saat situasi seperti ini penolongnya tidak datang? di mana Azka sebenarnya berada, situasinya tidak akan seperti ini jika saja ada Azka di sampingnya.

"Jadi gambar ini yang membuat kamu tidak fokus dengan mata pelajaran saya?"

"Maaf pak."

"Rela mengambil waktu jam pelajaran saya hanya untuk mengambar, gambar jelek seperti ini?" ucap Pak Alvi tajam dan menusuk.

Tangan Alana terkepal, baru kali ini ada seseorang yang mempermalukannya, nafasnya naik turun mencoba mengontrol emosinya agar tidak meledak apa lagi mendengar tawa membahana teman-temannya kembali terdengar.

Ingatkan Alana untuk memberi pelajaran pada teman-temannya seusai pelajaran.

Bukannya takut dia malah menatap tajam gurunya dengan tatapan tak kalah tajamnya. Namun seketika tatapannya meredup kala mengingat pesan bunda tersayangnya.

Jaga nama baik Ayah dan bunda ya sayang.

"Siapa yang kamu gambar ini? Saya?" Pak Alvi tersenyum remeh. "Kancing kemeja Saya ada tiga, bukan dua, dan lagi jam tangan saya ada di sebelah kiri bukan kanan, rambut saya rapi tidak seberantakan ini." Pak Alvi melempar buku ke atas meja.

"Apa harus pak Alvi mengomentari gambar Saya? apa bapak kurang kerjaan?" Akhirnya Alana bersuara setelah berhasil bergulat dengan pikirannya.

***

Alana tidak henti-hentinya misu-misu sendiri sembari melahap bakso hangatnya di kantin setelah melewati mata pelajar membosankan guru kiler barunya itu.

"Kenapa harus jadi wali kita sih," kesalnya.

"Tampan tau Al, gue sih mau-mau aja." Salsa senyum-senyum sendiri membayangkan betapa indahnya pahatan wajah pak Alvi, mungkin saat menciptakan pak Alvi Allah sedang berbahagia.

Alana memutar bola mata jengah, tampan apanya, judes iya, kiler iya. Pak Alvi tidak termasuk dalam kriteria tampan menurut kamus Alana.

Hidup Alana sudah di kelilingi oleh pria tampan setiap harinya, belum lagi 6 bias nya yang selalu membuat oleng setiap hari.

"Tampan tai ayam," kesal Alana.

"Gini ni kalau punya teman selera rendah." Ejek Salsa.

"Enak aja lo, selera gue sekelas member Astro ya." sungut Alana tak terima di katakan selera rendah.

Kantin yang tadinya tenang tiba-tiba riuh ketika 6 panggeran SMA Angkasa memasuki kantin dengan gaya cool nya masing-masing, di sana Azka memimpin dengan wajah datarnya.

Sontak Alana bangkit dari duduknya, mengangkat mangkuk baksonya kemudian berjalan terburu-buru menghampiri 6 pria itu di pojok kantin meninggalkan Salsa seorang diri.

Jangan tanyakam tatapan tak suka dari pengemar 6 inti Avegas itu saat Alana dengan tak tahu malunya duduk di antara mereka ber 6.

"Azka!" suara cempreng itu berhasil mengalihkan 6 inti Avegas. "Dari mana aja lo, gue tungguin dari tadi juga." gerutunya.

Tak

Alana mendaratkan mangkok bakso dengan selamat di meja kantin kemudian ikut duduk di antara Azka dan Keenan.

"Hati-hati Al." peringat Keenan.

"Hm." gumam Alana kembali memakan baksonya yang tinggal setengah.

Menghiuraukan tatapan tak percaya dari 6 laki-laki tampan di sekitarnya.

"Teman lo mana?" tanya Dito

Uhuk

Alana tersedak ah benar di mana Salsa? Dia melupakan sahabatnya itu.

...TBC...

...****************...

Alana enaknya di apain nih, masa sama sahabat sendiri lupa? hadeu.

Part 3

Selalu saja setiap hari libur Alana sangat susah di bangunkan , tapi dia percaya bukan dia saja yang seperti itu mungkin semua siswa akan melakukan hal yang sama di hari libur.

Namun berbeda dengan bunda Anin yang selalu menggangunya, tidak membiarkannya tidur hingga siang hari.

"Bunda." gumam Alana tanpa membuka matanya saat bunda Anin membuka tirai kamarnya membiarkan sinar matahari menusuk kulit putihnya.

"Bangun udah siang sayang, masa anak perawan tidurnya sampai siang, dapat jodoh om-om baru tahu rasa kamu." cerocos bunda Anin duduk di pinggir ranjang Alana.

Percayalah dalam pikiran Alana saat ini om-om yang di maksud bundanya adalah aktor korea, seperti Babang Icang hingga aktor termahal Kim soo hyun.

Alana kembali mengulung tubuhnya kedalam selimut. "Alana mau tidur lagi bunda, biar jodoh Alana itu om-om seperti kata bunda." ujarnya.

Anin menertawakan melihat tingkah absrud anak semata wayangnya itu. Bisa-bisanya Alana mempercayai perkataanya.

Ceklek

"Apa nih kok pada ketawa-ketawa." tanya Ayah Kevin yang ikut masuk kedalam kamar putrinya. Mendudukkan diri di sofa.

Alana seketika bangun saat mendengar suara yang sangat di rindukannya selama dua hari ini. Dia menghambur masuk kedalam pelukan sang Ayah.

"Ayah kapan pulangnya? Alana rindu." ujarnya manja, mengecup kedua pipi pria paruh baya namum masih terlihat tampan itu.

Ayah Kevin menanggapi dengan senyuman, ikut mencuim pipi mulus putrinya. "Semalam sayang. Anak ayah bau acem nih, sana mandi."

Dia merengut. "Alana nggak bau ya, bunda tuh yang bau belum mandi." tuduhnya melirik bunda Anin yang masih tertawa melihat tingkah anaknya yang sangat manja.

"Enak saja, bunda nggak bau ya, iyakan ayah?" bunda Anin meminta pembelaan.

"Bunda kamu nggak bau dia udah mandi bareng ayah." bisik Ayah Kevin pada telinga Alana.

Sontak bola mata Alana membesar, hampir keluar mendegar perkataan frontal Ayahnya. "Bunda ! ayah mesum, Alana nggak mau punya adik." teriaknya bangkit dari pangkuan ayahnya.

Tawa Ayah Kevin pecah melihat wajah Alana memerah, dia tahu betul anaknya tidak ingin punya adik dengan alasan kasih sayang orang tuanya nggak boleh di bagi.

Alana melengos masuk kedalam kamar mandi, sayup-sayup dia masih mendengar tawa membahana ayahnya.

Bunda Anin menatap tajam suaminya, dia tahu betul bagaimana mulut pria itu. "Mas jangan ajarin Alana yang nggak-nggak dia tuh anak gadis." kesal Bunda Anin.

"Hajar bunda!" teriak Alana dari dalam kamar mandi.

"Diam kamu Al, jangan manas-manasin." ayah Kevin ikut berteriak.

Udah kayak di hutan aja teriak-teriak untung rumah mereka besar jadi nggak kedengaran sama tetangga, bisa-bisa di bilang orang gila.

Kemudian beralih melirik istrinya, dia bangkit merangkul pinggang Bunda Anin. "Sayang, kita turun ya mas lapar." bujuknya.

***

Sedari tadi gadis itu cemberut baru saja dia melepas rindu dengan ayahnya, hari ini ayahnya akan pergi lagi dan malah membawa bundanya.

"Alana masih rindu sama ayah." rengeknya.

"Ayah sama bunda perginya satu minggu aja sayang." ujar Anin lembut mengelus pundak Alana.

Mungkin jika ayahnya dia sudah biasa di tinggal tapi sekarang ayahnya malah membawa pergi bunda. Alana belum pernah berpisah dengan bundanya selama itu. Dan tentu saja dia akan kesepian di rumah.

"Anak ayah udah besar lo, masa iya nangis." Ayah Kevin menghapus air mata Alana.

"Alana nanti kesepian sendiri." jujurnya.

"Yaudah kita kerumah Oma buyut mau?" tawar Ayah Kevin.

"Nggak mau, di sana ada Ray, Alana nggak suka sama Ray dia ngeselin."

Bunda Anin hanya tersenyum melihat anaknya manyun ngeselin katanya tapi kemarin-kemarin yang ngantar Alana pulang si Ray juga.

Setelah bujuk-membujuk akhirnya Alana merelakan orang tuanya pergi ke luar Negeri tentu saja dengan iming-iming Album terbaru Astro.

Dan di sinilah Alana berada di sebuah mall terkenal di kota itu, berkeliling tanpa berniat membeli apapun. Menabung adalah rencana Alana saat ini setelah mendegar berita Astro sebentar lagi akan comeback untuk ke dua kalinya di tahun ini.

Ah betapa bahagianya Alana mendegar itu, rasa jenuhnya seketikan menghilang.

Setelah sekian lama mengantri akhirnya Alana mendapatkan tiket untuk nonton film komedi sebelum pulang kerumah.

Alana mendudukkan tubuhnya di kursi yang telah di sediakan dalam ruangan itu. Lampu ruangan padam pertanda sebentar lagi Film akan di mulai.

Di pertengahan film tawa Alana berhenti berbarengan dengan bulu kuduknya meremang ketika mendengar suara isakan. Bukankah itu aneh? di saat semua orang tertawa.

Dia mengedarkan pandangannya mencari dari mana asal suara itu. Hampir saja Alana berteriak melihat seseorang yang dia kenal kiler dan kejam beberapa minggu yang lalu tengah mengusap air matanya di sudut ruangan.

Alana tidak salah lihat, di sana pak Alvi sedang terisak.

"Gila." gumam Alana tak habis fikir dengan gurunya itu.

Buru-buru dia menutupi wajahnya dengan buku novel yang baru saja dia beli tadi, tidak ingin pak Alvi melihatnya, karena jarak mereka hanya di batasi satu kursi dan mereka berdua berada di pojok. untung sepi jika tidak mungkin pria itu akan sangat malu.

***

"Ngapain lo senyum-senyum? kesambet lo?" tegur Salsa.

Saat ini mereka berdua berada di kantin.

"Suami gue bentar lagi comeback." jawab Alana masih senyum-senyum sendiri.

Salsa memutar bola mata jengah, sahabatnya ini benar-benar sudah di buat gila dengan warga korea.

"Suami pala lo." Salsa menoyor kepala Alana.

"Salsa!" kesal Alana mengusap kepalanya kemudian menoyor sebelah kanan karena Salsa menoyor kepalanya di sebelah kiri.

"Ngapain lo timpuk pala lo?"

"Biar adil Sal, masa yang kiri kena tampol kanan kagak." ucap Alana kelewat santai kembali memakan siomay nya.

Hahahaha

Tawa Salsa kecang berhasil membuat penduduk kantin menatapnya horor, ada juga aneh.

"Apa lo liat-liat!" tegur Alana.

Dor

"Ray!" kesal Alana hampir saja keselek siomay.

"Galak amat neng." Ray mencolek dagu Alana kemudian duduk di samping gadis itu di ikuti teman-teman yang lainnya.

Alana mendegus menepis tangan nakal Ray. "Bang El liat noh si Ray godain gue." Adunya pada Samuel.

"Bwahahahaa." Tawa Ray meledek di ikuti Azka dan Dito. Sementara Keenan dan Samuel hanya tersenyum tipis.

Ray memegangi perutnya. "Gaya lo Al, manggil El abang, lo yang paling tua di sini." seru Ray kembali tertawa.

"Nggak mau tau, kalian bertiga tetap gue panggil abang." kekeh Alana menunjuk Keenan, Samuel dan Ray.

Salsa? sedari tadi dia diam saja, merasa canggung dengan kehadiran inti geng Avegas apa lagi di sini ada mantan nya.

Keenan menatap Salsa dengan alis terangkat. "lo udah makan?" tanyanya.

Teng...teten...teng

Ray memukul botol aqua. "Hareudan-hareudan panasssss panassss panassss." senandung Risky mengikuti tingkah Ray.

"Panas ew." Dito ikut-ikutan mengibaskan topinya, melirik sekilas pada Azka.

"Oh mantankuuu maafkan aku, ku tak bisa hidup tanpa kamuuuu." Alana ikut-ikutan bernyanyi.

"Berisik!" tegur Azka dingin.

Bwahahahaha

Tawa mereka kembali pecah melihat bagaimana kesalnya Azka.

...TBC...

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!