NovelToon NovelToon

Love And Mystery

-1- Akar Dari Semua Tragedi

-- Tahun 1997 --

Pada malam yang sepi dan sunyi, terlihat seseorang berjalan dengan menyeret sebuah koper besar, orang itu memakai sebuah jas hujan berwarna hitam, setengah dari wajahnya juga tertutup oleh sebuah tudung yang ada pada jas hujannya.

Pada resleting koper yang sedikit terbuka, lerlihat beberapa helai rambut yang menjuntai hingga keluar dari koper, rambut itu juga terlihat diselimuti sebuah cairan berwarna merah.

Pada koper besar yang diseret orang itu, terlihat ada sebuah rembesan dan bercak merah yang ada pada bagian samping koper besar tersebut.

Katika sampai di tempat ia inginkan, orang tersebut langsung menggeletakkan koper besar itu tanpa ada rasa dosa dan merasa bersalah sedikitpun, orang itu menengok ke kanan dan kekiri untuk memastikan keadaan apakah ada orang yang melihatnya atau tidak, saat ia yakin tidak ada orang yang melihatnya, orang itu langsung pergi dan menghilang tanpa jejak.

-- Keesokan Harinya --

Terdapat dua orang tunawisma suami dan istri yang berjalan menyusuri tepi rel kereta api sambil membawa karung besar, kedua tunawisma tersebut memang berniat mencari rosokan untuk membeli makanan.

Sembari mereka berjalan, sang istri melihat ada sebuah koper besar yang tergeletak di antara tumpukan kardus bekas yang sudah tak terpakai.

“Pak, lihat itu sepertinya ada yang membuang koper hari ini,” tunjuk sang istri.

“Tapi Buk, bagaimana kalau isinya bom? Bukan dapat duit, malah nanti nyawa kita yang melayang, sudahlah gak usah diambil,” sahut sang suami.

“Sayang atuh Pak, itu teh sepertinya koper mahal! Kalau kita ambil kita bisa untung gede hari ini,” jawab sang istri dengan logat Sunda nya.

Sang Istri langsung berlari ke arah koper itu berada, dan diikuti sang suami yang terpaksa ikut menyusul langkah istrinya.

“Wuaaaaa!!” teriak sang istri tiba-tiba.

“Ada apa Buk?” tanya sang suami mendekat ke istrinya.

“Itu Pak ada rambut di yang keluar dari dalam koper itu,” tunjuk sang istri gemetaran.

“Eii, itu mah palingan cuman rambut palsu. Biar Bapak saja yang buka,” seru sang suami yang bersikap santai dan masih bisa tersenyum.

Sang suami terlihat tak kenal takut, dengan berani langsung maju mendekat ke koper besar yang ia lihat. Sang suami membuka resleting koper besar itu dengan cepat, begitu ia buka ternyata isinya...

“Uwaaaaa!!!” teriak sang suami langsung jatuh terduduk, karena sangat terkejut melihat isi dari koper tersebut.

Sang istri juga menjadi semakin terkejut kedua matanya langsung terbelalak melihat isi koper tersebut, tangan dan kaki nya bergertar, tangan kirinya secara otomatis menutup mulutnya yang terbuka lebar, karena ternganga ketika menatap isi koper tersebut.

“Buk, kita harus segera lapor polisi buk, tapi karena kita tidak punya hp, sebaiknya kita harus ke kantor polisi terdekat,” ucap sang suami.

“I...i...iiya, Pak,” balas sang istri yang nafasnya tidak beraturan karena masih merasakan ketakutan.

Sang suami mencoba menutup koper itu kembali, dengan perasaan takut, ia menutup koper tersebut dengan menutup matanya.

Sesudah menutupnya, mereka langsung pergi ke kantor polisi cabang. Saat di kantor polisi cabang mereka berdua menjelaskan dengan raut wajah yang masih ketakutan, polisi patroli yang menanggapi laporan mereka bergegas menuju lokasi dengan diantarkan dua tunawisma itu, menaiki mobil patroli polisi.

Dua polisi patroli yang melihat langsung kalau laporan pasangan tunawisma itu benar, maka mereka segera mengambil tindakan dengan mengamankan TKP menggunakan garis polisi yang selalu ia bawa di dalam mobil mereka, selain itu mereka juga langsung menelepon kepolisian pusat yang menangani kejahatan berat.

Polisi dari kejahatan berat pun datang kelokasi mereka mulai memeriksa dan mengamati dengan seksama, salah satu detektif menemukan permen mint yang terjatuh dari mulut mayat, ketika potongan tubuh wanita itu diangkat dan di evakuasi.

Secara otomatis permen mint tersebut sudah menjadi ciri khusus dari sang pelaku, atau yang biasa disebut dengan kode kematian.

-- 1 tahun kemudian --

Pelaku pembunuhan berantai dengan kode permen mint tersebut tertangkap, dan hampir semua berita pertelevisian Indonesia menyiarkan tentang penangkapan itu.

Karena pembunuhan berantai tersebut adalah kisah paling sadis yang pertama terjadi di Indonesia, bahkan ada juga yang menyiarkan olah TKP nya mulai awal hingga akhir.

-- Saat salah satu olah TKP --

Pelaku turun dari mobil polisi dengan tangan terborgol dan di ikat rapat dengan menggunakan tali, melihat sudah banyak orang bergerombol layaknya semut yang menyerbu gula tumpah.

Tersangkah digiring oleh dua polisi ke tempat dimana dia membunuh korbannya, semua orang yang melihatnya keluar dari mobil polisi langsung menyorakinya.

Pelaku hanya bisa menatap mereka semua yang menyorakinya dan menatapnya dengan tajam, ketika sampai di langsung memperagakan bagaimana ia membunuh selama beberapa menit.

Beberapa menit kemudian olah TKP sudah selesai, pelaku kembali dipaksa masuk ke mobil polisi, tapi tiba-tiba saja...

“Ayaaahh!!!” teriak bocah kecil yang masih lugu memanggil pelaku.

“Candra, Candra... Candra bukan Ayah pelakunya!! Ayah gak salah! Ayah cuman korban salah tuduh,” sahut pelaku menjawab panggilan bocah kecil itu yang ternyata adalah anak semata wayangnya.

“Pak, lepasin saya pak. Saya bukan pelaku yang sebenarnya, saya cuman korban yang salah tuduh!” celoteh pelaku dengan mata berkaca-kaca.

“Ayaaaahh, jangan pelgii!!” teriak bocah kecil itu dengan logat polos khas seorang anak kecil. Air matanya mulai mengucur keluar, dan dengan tangan mungilnya itu ia terus menghapus air matanya yang membasahi kedua pipinya.

“Pak, tolong pak... tolong lepaskan saya, saya bukan pelakunya kalian semua salah menangkap,” tutur sang pelaku terus memohon dan menatap para polisi dengan muka sayunya.

“Udah masuk sekarang!” pinta salah satu polisi yang tidak memperdulikan ucapan pelaku.

Pelaku yang hanya bisa pasrah, langsung masuk ke mobil polisi, ia hanya bisa menatap anak emata wayangnya yang terus menangis diantara orang-orang yang menatapnya tajam.

-- 6 th Kemudian --

Terjadi sebuah kebakaran pada salah satu rumah yang terletak di kompleks perumahan mewah Jakarta, rumah itu milik salah satu detektif ternama yang sudah berhasil menangkap pelaku pembunuhan berantai 6 th lalu.

Kedua anaknya selamat, namun sangat disayangkan, detektif dan istrinya meninggal saat akan dibawa ke Rumah Sakit.

Kedua anak dari detektif itu, yang masih berusia 14 dan 13 tahun dibawa Tantenya ke Seoul-Korea Selatan, mereka berdua dibesarkan dengan penuh kasih sayang.

Ketika mereka memasuki bangku kuliah, mereka memilih jalur yang berbeda.

Sang Kakak memilih berkuliah mengambil jurusan analis kimia, sedangkan sang adik, lebih memilih masuk Korean National Police University (KNPU)

Setelah mereka lulus sang Kakak bekerja sebagai analis kimia di BFN (Badan Forensik Nasional), dia bisa ditugaskan ditempat yang berbeda tiap tahunnya atau paling lama 5 tahun. Sedangkan sang adik, menjadi Kapten tim 1 kejahatan berat kepolisian metro Seoul-Korea Selatan.

Setelah kebakaran terjadi, sang adik tiba-tiba memiliki kelebihan yang jarang dimiliki orang lain, yaitu dengan sentuhan dia bisa melihat masa lalu, tetapi tentunya hal tersebut memiliki kekurangan, apabila ia terlalu lama melihat masa lalu ia akan merasa pusing dan mimisan.

Tinggal di Seoul-Korea Selatan tidak membuatnya melupakan tempat kelahirannya, sang Kakak lebih dulu ditugaskan di Indonesia. Kemudian baru dirinya lah yang ditransfer ke Indonesia, dia menjadi Kapten di tim yang baru dibentuk, yaitu tim golden time kepolisian Jakarta pusat.

Nama sang Kakak adalah Bae Jihan, sedangkan sang adik bernama Bae Juna. Mereka berdua sangat dekat, karena dari kecil mereka sudah di tinggal kedua orang tua mereka, jadi yang hanya bisa mereka berdua lakukan adalah saling mengandalkan dan saling membantu, agar tidak semakin membebani Tante mereka yang sudah membesarkan mereka dengan kasih sayang yang berlebih.

.

.

.

.

.

Bersambung….

-2- Awal Baru, Keluarga Baru

Siang yang sangat cerah pada musim gugur di Seoul-Korea Selatan.

“Pak Juna, Anda di panggil Pak Komisaris ke kantornya sekarang,” panggil salah satu anggota tim 1 menatap ke arah Juna.

“Ada apa? Aaahh... ini pasti gara-gara kasus penculikan anak 7 tahun itu,” keluh seseorang yang biasa dipanggil oleh anggota tim nya dengan Pak Juna.

Meskipun mengeluh, Juna tetap melangkahkan kakinya ke ruangan Pak Komisaris, dia sendiri ada perasaan takut tentang apa yang ada dipikirannya benar terjadi.

-- Ruangan Pak Komisaris --

“Tok... tok....”

“Selamat siang Pak, kalau boleh saya tau ada perlu apa Bapak memanggil saya?” ucap Juna dengan nada sopan, ia langsung masuk setelah mengetuk pintu.

“Ho, Juna silakan duduk terlebih dahulu,” sahut Pak Komisaris yang melihat Juna sudah masuk keruangannya.

“Jadi begini Juna, saya mendapat informasi dari sahabat saya yang ada di Indonesia kalau negara Indonesia sedang mengalami banyak insiden yang sering membuat warganya menjadi khawatir dan tidak tenang, itu sebabnya mereka ingin membentuk sebuah tim golden time seperti yang sudah kita jalankan di kepolisian kita sekarang ini, tetapi permasalahannya mereka belum tau bagaimana sistem dan cara kerja tim tersebut,” jelas Pak Komisaris.

“Karena itu saya berniat memindah tugaskan kamu ke Indonesia untuk membantu mereka, apa kamu bersedia menerima tugas tersebut?” tambah Pak Komisaris menjelaskan alasan Juna di panggil ke ruangannya.

“Tapi kalau boleh saya tau, apa alasan Bapak memilih saya? Setahu saya masih banyak detektif lain yang lebih berpengalaman dari saya,” balas Juna yang merendah.

“Iya banyak, tapi mereka semua harus belajar bahasa Indonesia terlebih dahulu, kalau kamu kan tidak perlu belajar bahasa Indonesia lagi, dan kamu juga lebih mengetahui selah-selah kota Jakarta,” tutur Pak Komisaris.

“Aaah… tenang saja kamu tidak perlu khawatir, disana kamu akan diberi fasilitas sebuah apartemen dan mobil untuk melaksanakan tugas,” tambah Pak Komisaris melempar senyum ramahnya ke Juna.

“Eeeemmm… baiklah kalau begitu saya bersedia Pak, saya akan menjalankan tugas ini,” ucap Juna membalas senyum Pak Komisaris.

“Bagus kalau begitu kamu akan berangkat 2 hari lagi,” cetus Pak Komisaris memasang raut bahagia, karena Juna mau menerima tawarannya.

“Baik kalau begitu Pak,” jawab Juna.

-- 2 Hari Kemudian --

Juna berangkat menuju bandara dengan diantarkan oleh supir pribadi keluarganya, setibanya di bandara ia memasukkan dua koper besarnya di tempat pemeriksaan, lalu ia melangkahkan kakinya menuju pesawat yang akan dia naiki.

-- 7 Jam Telah Berlalu --

Juna sampai juga dibandara Sukarno Hatta, ia berjalan keluar dari pesawat, dan mengambil dua koper besarnya setelah melewati pemeriksaan.

Koper besar yang dia bawa itu, ia naikkan ke trolli untuk membawanya sampai di pintu keluar dari bandara, di sana ia sudah melihat sebuah taxi berjajar yang sudah siap berangkat kapanpun.

Dia memanggil salah satu supir taxi tersebut, dan meminta tolong untuk membantunya memindahkan koper besarnya kedalam taxi.

Semua koper, tas dan barang bawaan lainnya sudah masuk ke dalam taxi, ia segera masuk kedalam taxi tersebut dan mengatakan alamat yang ia tuju kepada supir taxi nya, supir taxi yang mengetahui alamat dan tujuan Juna, langsung menjalankan mobilnya.

-- Setibanya di apartemen Juna --

Juna masuk kedalam gedung apartemen yang bertingkat itu, seorang staf melihat Juna yang kerepotan dan berusaha membantu Juna menurunkan barang-barangnya dari taxi dan membawanya masuk kedalam lobi.

Juna juga meminta tolong ke staf itu untuk membantu membawakan barang bawaannya hingga sampai depan apartemennya.

Ketika sudah didepan apartemennya, Juna segera mendekatkan kunci kamarnya yang berbentuk kartu ke sensor yang ada di atas tuas pintu, staf yang membantu membawakan kopernya juga pergi setelah meletakkan koper besar Juna tepat di pintu masuk apartemennya.

“Tiinngg!” Lampu sensor diatas tuas pintu berubah warna menjadi hijau, pertanda kunci pintu berhasil dibuka.

Juna mendorong pintu yang sudah terbuka itu, lalu ia segera memasukkan satu persatu kopernya dan meletakkannya di ruang tamu terlebih dahulu sebelum memasukkan bajunya kedalam lemari.

“Hhaaaahhh… capeknya, apartemennya bagus juga, bersih dan lumayan besar,” gumam Juna yang duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu, memutar bola matanya untuk menatap setiap sudut ruangan.

“Aku ingin lihat kamarnya,” ujar Juna sembari ia melangkah menuju kamar utama.

“Waaahhh... ini, mirip seperti kamarku dulu,” kagumnya terhadap setiap sudut kamar tidurnya.

Setelah menatap setiap sudut kamar tidurnya, ia kembali ke ruang tamu dan menuju ke arah jendela.

“Sraaaacckkk....”

Dia membuka seluruh tirai yang menutupi jendela kaca tersebut, seketika tampaklah pemandangan sore Ibu Kota Jakarta, yang tampak seperti sebuah lukisan yang cantik.

“Aaahhh… welcomeback Jakarta,” sapa Juna kepada suasana lama yang baru lihat kembali, matanya tidak dapat melepaskan pemandangan yang cantik tersebut melalui sebuah kaca jendela apartemen nya.

-- Keesokan Hari nya --

“Selamat pagi semuanya,” sapa Pak Komisaris kepolisian Jakarta, yang baru masuk ke dalam ruangan.

“Selamat pagi pak,” jawab semua orang, sambil berdiri untuk menghormati kedatangan Pak Komisaris.

“Iya hari ini seperti yang sudah terjadwal kemarin, saya akan mebuat tim baru bernama golden time dan saya sudah menunjuk beberapa anggotanya dari divisi kejahatan keras, kejahatan siber dan call center, tapi karena kita semua belum mengetahui secara pasti cara kerja golden time itu seperti apa, maka dari itu saya menugaskan satu orang lagi yang akan menjadi leader atau pemimpin di tim golden time, silakan masuk,” kata pak Komisaris, ia memanggil seseorang yang masih menunggu di luar ruangan.

“Ceekklleekk....” Orang itu membuka pintu, ia masuk kedalam ruangan meeting, dan semua orang yang ada di ruangan ikut berdiri, orang yang baru datang tersebut membuat semua orang yang ada diruang langsung memasang kedua mata mereka.

“Selamat pagi Pak Komisaris, selamat pagi semua nya. Nama saya Bae Arjuna, biasa dipanggil Juna dari divisi kejahatan berat kepolisian metropolitan Seoul Korea Selatan, di pindah tugaskan ke kepolisian Jakarta dengan alasan harus membantu dan memimpin langsung tim golden time yang baru saja di bentuk,” sapa Juna yang baru masuk kedalam ruangan dan memberi hormat kepada Pak Komisaris, lalu ia berdiri disamping beliau sambil menghadap ke anggota tim golden time lainnya.

“Dia adalah Juna yang akan menjadi pemimpin kalian, dia berhasil memecahkan 15 kasus dalam dua bulan dan dia kesini untuk memimpin dan mengarahkan kalian menjadi tim golden time yang cekatan dan berpikiran cerdas,” tutur Pak Komisaris.

“Ruangan sudah saya siapkan, untuk dari divisi siber dan kejahatan keras kalian akan menempati ruangan baru, dan untuk divisi call center tetap diruangan call center, lalu untuk langkah selanjutnya saya akan serahkan semua kepada Juna, saya tinggal terlebih dahulu karena masih ada keperluan lain,” tambah Pak Komisaris menyampaikan pesan terakhirnya dan pergi meinggalkan ruangan.

“Aaahh... oke, santai saja. Saya sendiri juga tidak terlalu suka dengan sesuatu yang terlalu formal, pertama saya ingin tau nama kalian semua.” Juna mulai memimpin meeting pertamanya dengan sikap yang sedikit santai.

“Pak sebelumnya saya ingin bertanya,” seru seseorang yang langsung mengangkat tangannya.

“Iya, silahkan... tetapi sebelum bertanya perkenalkan nama kamu dulu,” balas Juna menatap orang yang mengangkat tangannya.

“Nama saya Yuyun dari divisi kejahatan berat, apa benar bapak sudah memecahkan 15 kasus dalam dua bulan? Karena menurut saya 15 kasus dalam dua bulan itu jarang ada, dan kalau pun ada, palingan juga cuman kasus kecil,” ucap seorang detektif laki-laki yang bernama Yuyun.

“Eeeemmm, sekarang begini, kasus di tiap negara, aaa... jangankan tiap negara, tiap kota saja kadang sudah berbeda, jadi jawabannya benar, saya berhasil memecahkan 15 kasus dalam dua bulan,” balas Juna.

“Kok bisa? Ya, karena kota Seoul Korea Selatan lebih berbahaya dari pada Jakarta, disana lebih banyak kasus-kasus berat, itu sebabnya di Korea Selatan mewajibkan memasang kamera dasbor untuk semua jenis kendaraan, selain itu juga tiap jalan dan persimpangan terpasang kamera cctv dalam jarak beberapa meter, jadi tidak mematuhi peraturan pengendara akan didenda,” imbuh Juna menyelesaikan penjelasannya.

“Nama saya Jiny dari kejahatan siber, kalau misalkan di Indonesia tidak ada kamera dasbor mobil, apa masih bisa melaksanakan penyelamatan diwaktu genting?” sahut petugas perempuan yang bernama Jiny yang mengangkat tangan selanjutnya.

“Saya dengar dari pak komisaris, divisi siber punya alat yang sangat canggih melebihi dari kamera dasbor mobil, jadi jawaban dari saya bisa, kalau punya alat yang lebih canggih lain kita tetap bisa melaksanakan penyelamatan diwaktu genting,” tutur Juna memecahkan rasa penasaran petugas yang bernama Jiny.

“Oke, apa ada yang mau bertanya lagi? Kalau tidak ada kita lanjutkan perkenalan diri bagi anggota yang belum memperkenalkan nama nya," tanya Juna.

.....

“Baik, jadi tidak ada lagi? Oke, kita mulai dari kamu dulu.” Juna menatap ke arah orang itu dan menunjuknya.

“Eeemm... saya Marco dari divisi kejahatan berat,” ucap detektif yang benama Marco membalas tatapan Juna.

“Saya Kokoh pemimpin divisi call center,” sahut orang yang bernama Kokoh.

“Saya Charly dari divisi kejahatan berat,” celetuk detektif yang bernama Charly, yang duduk di sebelah Kokoh.

“Oke, karena semua sudah memperkenalkan diri kita harus membuat kesepakatan soal panggilan satu sama lain, panggilan yang sangat formal atau panggilan yang semi formal?” Juna memberi dua pilihan ke anggota tim barunya.

“Menurut saya sih pak, lebih baik semi formal.

Karena kalau dalam keadaan genting, lebih mudah menyebutnya” usul Marco.

“Yang lain bagaimana?” tanya Juna dengan menatap yang lainnya.

“Iya lebih baik seperti itu,” celetuk Yuyun.

“Aku setuju,” cetus Jiny.

“Aku juga setuju,” sahut Charly menganggukkan kepalanya.

“Aku juga,” jawab Kokoh.

.

.

.

.

.

Bersambung.

*********************************************

*Cuplikan Episode 3*

“Braccckk….”

“Kap, ada telepon yang melaporkan kalau ditemukan sebuah mayat di sebuah tandon air," kata Kokoh yang tiba-tiba masuk ke dalam Golden time room.

“Ko center tenang sedikit dan jelaskan detailnya,” tanggap Juna.

“Seorang ibu-ibu pemilik rumah kos bernama Suyati menelepon, dia menemukan mayat perempuan di tandon air nya yang berada di atap,” jelas Kokoh.

“Oke semua kita berangkat sekarang, aaa...

-3- Kejahatan Yang Tidak Asing

“Aku setuju,” kata Jiny.

“Aku juga setuju,” sahut Charly.

“Aku juga,” jawab Kokoh.

“Oke, kalau semuanya sudah setuju. Karena sebutan nama dan pangkat terlalu formal, bagaimana kalau kita ubah menjadi Agen? Contohnya seperti Agen J, agen Y, Agen M, Agen C dan untuk Kokoh bukan agen sebutannya, tapi menjadi K center,” usul Juna yang memberi sebutan yang berbeda dari yang lainnya.

“Waaahh... pak itu sangat keren, aku merasa kita ini orang terpenting di kepolisian ini,” celetuk Marco.

“Iya pak benar sekali, ide bapak sangat kreatif dan berbeda dari yang lainnya,” sahut Kokoh.

“Oke dua orang setuju, yang lainnya bagaimana?” tanya Juna kepada anggota lainnya.

“Saya setuju, itu lebih mempermudah saya,” ucap Jiny menatap ke Juna.

“Charly dan Yuyun,” ujar Juna.

“.…” Mereka tidak menjawab dengan kata-kata, dan hanya memberi tanda setuju kepada Juna.

“Aaahh... satu lagi, panggil saya Kapten, jangan Pak. Karena usia saya juga tidak terlalu tua dan saya juga belum terlalu senior,” tambah Juna.

“Baik Kap,” jawab semua anggota tim nya.

“Oke, saya akan menjelaskan sedikit tentang cara kerja golden time, yang sudah saya rangkum jadi perhatikan baik-baik,” ucap Juna.

“Cara kerja Golden Time dimulai dari departemen call center, Ko center akan menerima telepon darurat, ingat! Telepon yang benar-benar darurat atau penelepon yang membicarakan hal aneh, kalau Ko center merasa curiga dengan penelepon, cepat sambungkan ke ruangan kita. Setelah itu jika benar-benar terjadi sesuatu yang buruk dengan penelepon, tim lapangan akan langsung berangkat. Sesampainya dekat dengan lokasi korban, kita semua akan mulai berhubungan melalui handsfree,” jelas Juna.

“Agen Ji bertugas melacak dengan cepat keberadaan korban, langsung memberitahu apabila ada perubahan lokasi dan memberikan informasi secara cepat apa yang diminta tim lapangan, aaaah... agen Ji kalau punya alat-alat canggih pada saat penyelamatan itu lebih baik, untuk tim lapangan bekerja seperti biasanya, tapi lebih dipercepat kerja kalian dari pada biasanya, kalian paham kan?” tanya Juna, setelah memberikan penjelasan yang cukup panjang tentang tim golden time.

“Paham Kap,” jawab Kokoh.

“I understand,” jawab Jiny.

“Lebih dari paham,” sahut Marco.

“Sangat paham,” ucap Yuyun.

“Paham Kap,” jawab Charly.

“Baik, karena semuanya sudah paham kita pindah ke ruang yang sudah di persiapkan untuk kita,” kata Juna, yang langsung melangkah keluar ruangan meeting.

-- Setelah sampai di Golden Time Room --

“Uwaaahh... ruangannya bagus banget, lebih luas dari ruangan di departemen kejahatan keras sebelumnya,” kagum Marco memutar bola matanya untuk menatap setiap sudut ruangan.

“OMG... alat-alat disini lebih bagus, dari pada di ruangan departemen kejahatan siber,” cetus Jiny.

“Memang seperti apa di departemen siber?” tanya Juna mengangkat satu alisnya sembari ia menatap wajah kagum Jiny yang terlihat amat bahagia.

“Eeemm... komputernya cuman ada satu, spikernya tidak sebesar, wait!” balas Jiny menghentikan kata-katanya sendiri, karena melihat tulisan yang tertempel di spikernya.

Jiny yang melihat tulisan itu langsung membuka loker mejanya, dan benar saja disana ada kotak berukuran sedang yang bertuliskan....

“Mini phone and mini drone.”

“Kap, lihat ini,” panggil Jiny.

“Ada apa?” tanya Juna yang kebingungan saat dipanggil Jiny.

“Ini alat canggih yang Kapten sebutkan tadi, aku akan buka sekarang,” ucap Jiny.

Perlahan tapi pasti dia membuka kotak itu, ia juga menemukan kotak lain yang berukuran lebih kecil sebanyak 6 buah, selain itu ada 6 benda berbentuk pipih dan di benda tersebut ada sebuah petunjuknya. Jiny yang penasaran mulai melakukan apa yang tertulis di petunjuk kotak tersebut.

Benda pipih tersebut tiba-tiba terbang, saat Jiny mencoba megaturnya dari komputer yang ada dihadapannya....

“Waaaww... mini drone?” celetuk Jiny dengan kagum.

“Waaaahhh... alat itu yang akan kita gunakan untuk bertugas?” ujar Marco, pandangannya terus mengikuti alat yang sedang terbang tersebut.

“Iya, sepertinya begitu. Karena ada diruangan ini sepertinya ini khusus untuk tim golden time,” balas Jiny.

“Benar kata Kapten, kejahatan siber memang memiliki alat-alat yang canggih,” sahut Yuyun tersenyum.

“Aaahh, semuanya sepertinya ini untuk kalian, satu kotak untuk satu orang,” ujar Jiny. Mengeluarkan 5 kotak kecil dari kotak yang lebih besar, dan meletakkannya di atas meja nya.

“Apa ini Agen J?" tanya Charly, membolak-balikan benda yang ia pegang.

“Cara kerjanya sama seperti handsfree, tetapi dalam ukuran yang lebih kecil, dan di kotak ini nama nya tertulis mini phone. Mini phone ini akan langsung terhubung ke spiker ini begitu spiker dan mini phone dinyalakan, coba kalian pakai dulu,” papar Jiny mulai memakai alat yang cukup kecil itu di telinganya.

“Sudah? Oke, kalian dengarkan baik-baik, a... a... a... tes... tes... kalian dengarkan suaraku di telinga kalian?” tanya Jiny yang sedang mengatur mini phone baru nya.

“Oooo... bagus suara nya jernih dan sangat jelas seperti ngomong langsung, lalu bentuknya juga tidak terlalu kelihatan kalau sedang memakai mini phone,” sahut Yuyun sembari ia memegang mini phone yang sudah terpasang di telinganya.

“Terus kalau kita mau ngomong juga tidak perlu pencet tombol, sangat berbeda dengan handsfree,” celetuk Marco tersenyum kagum.

“Iya betul itu, jadi kita lebih berkonsentrasi bertugas,” tutur Juna menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju dengan pendapat Marco.

-- Beberapa menit kemudian --

“Braccckk….”

“Kap! Ada telepon yang melaporkan kalau ditemukan sebuah mayat di sebuah tandon air," seru Kokoh yang tiba-tiba masuk ke dalam Golden time room.

“Ko center tenang sedikit dan jelaskan detailnya,” tanggap Juna yang langsung mengalihkan tatapannya ke Kokoh yang tiba-tiba masuk ke ruangan.

“Seorang ibu-ibu pemilik rumah kos bernama Suyati menelepon, dia menemukan mayat perempuan di tandon air nya yang berada di atap,” jelas Kokoh memasang raut wajah cemas.

“Oke semua kita berangkat sekarang, Ko center pakai ini sekarang, mulai saat ini kita berkomunikasi melalui ini, kalau mau menjawab tidak perlu dipencet dan langsung bicara,” cetus Juna sebelum melangkah keluar dari ruangan.

“Agen Ji, cari tau tentang ibu kos bernama Suyati ini dan kalau sudah langsung sampaikan.” Juna bergegas pergi dari ruangan menyusul anggota tim lainnya yang sudah menuju mobil, untuk ke TKP.

-- Sesampainya di TKP --

Tim golden time memakai penutup sepatu, sarung tangan karet, dan masker, mereka melangkah masuk ke area dalam garis polisi dan ikut melihat secara dekat.

“Cara mengikat kaki dan tangannya, lalu cara membuangnya. Seperti pernah melihatnya, tapi dimana? Apa di salah satu kasus yang aku kerjakan di Seoul?” gumam Juna menatap dengan sangat dekat, ia juga menatap setiap sisi yang menurut dia janggal.

“Agen Y, lihat itu,” celetuk Marco, mengajak bicara Yuyun.

“Ada apa?” tanya Yuyun yang merespon ucapan Marco.

“Kalau melihat apa yang dilakukan Kapten saat ini, bukankah mengingatkanmu pada sesuatu?” balas Marco.

“Apa maksud kamu?” tanya Yuyun balik, karena tidak memahami apa yang dikatakan Marco.

“Lihat dulu itu.” Marco memegang kedua pundak Yuyun dan mengarahkan lurus untuk menatap Kaptennya.

“Aaaa... seperti dr. Kais maksud kamu?” Yuyun yang paham pun langsung berbalik dan menatap Marco.

“Iya, bukankah mereka mirip? Sama-sama tidak takut, tidak jijik dan kalau dilihat dari luar, kepribadian mereka terlihat mirip. Sama-sama sedingin balok es,” ucap Marco.

“Iya benar, bukan cuman mirip, tapi seperti pinang dibelah jadi dua,” sahut Yuyun menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.

“Apa karena sama-sama pernah tinggal di Seoul?” gumam Marco yang masih bisa didengar Yuyun yang ada disebelahnya.

“Eh... eh... Kapten datang,” ujar Marco secara tiba-tiba.

“Semuanya tolong cari tau apakah ada rekaman cctv atau saksi yang melihat ada orang aneh dan mencurigakan dengan membawa koper besar atau karung besar, setelah itu laporkan,” pinta Juna, sembari ia menatap sekeliling memastikan apakah ada cctv yang terpasang atau tidak.

“Baik Kap,” jawab mereka dan segera berangkat menjalankan tugas.

-- Beberapa menit kemudian --

“Kap, saya mendapatkan rekaman cctv dari minimarket terdekat.” Charly melaporkan mendapatkan sesuatu ke Juna.

.

.

.

.

.

Bersambung.

***********************************************

*Cuplikan episode 4*

“Hasil menunjukkan, kepala bagian atasnya hancur, semua sidik jarinya terkelupas dan ada memar di tiga bagian, pipi sebelah kanan, tepat dibawa rusuk dan yang terakhir pada bagian kaki. Semakin anehnya bekas memar atau bagian yang hancur selalu menunjukkan bentuk yang sama, awal nya saya pikir itu mungkin cuman kebetulan, tetapi kalau dipikirkan kembali tidak mungkin ada yang sangat kebetulan seperti itu, jadi….”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!