NovelToon NovelToon

Cinta Yang Hilang

BAB : 1 ( satu )

Di sebuah kota kecil yang sepi dan sunyi ini, hiduplah seorang anak perempuan yang di beri nama Clarissa.

Tetapi teman-temannya lebih sering memanggilnya Risa saja.

Ia tinggal dan di besarkan di sebuah panti asuhan.

Ia tidak pernah mengenal siapa orang tuanya dan seperti apa mereka.

Ibu pemilik panti asuhan yang memberinya nama Clarissa karena dia mengenakan kalung yang ada tulisan namanya itu ketika di temukan di depan panti dalam kotak kardus.

Sekarang Clarissa sudah berumur tujuh tahun dan sudah masuk sekolah dasar kelas satu.

Di sekolah ia adalah murid yang pintar dan wajahnya paling cantik dari semua murid wanita lainnya, hingga banyak murid laki-laki yang menyukainya.

Hingga ia tidak di sukai oleh kebanyakan murid perempuan yang ada di sekolahnya.

Hanya sedikit murid perempuan yang mau berteman dengannya, di antaranya Santi dan Rani.

Mereka bertiga selalu pergi ke sekolah bersama-sama dan belajar bersama jika ada pekerjaan rumah.

Clarissa sendiri tidak pernah menanggapi anak-anak lelaki yang menyukainya karena menurutnya ia masih kecil dan belum pantas memikirkan yang namanya pacaran.

Di kelasnya ada seorang anak laki-laki yang paling populer di sekolahnya, karena anak laki-laki itu anak orang paling kaya di kotanya dan juga berwajah tampan mempesona.

Murid laki-laki itu bernama Reyhan.

Banyak sekali murid perempuan yang mencari perhatian Reyhan tapi tidak ada yang berhasil.

Suatu hari, saat Clarissa hendak pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, di tengah perjalanan Clarissa bertemu seekor anjing galak.

Anjing itu terus menggonggong dan hendak mengejarnya.

Clarissa jadi ketakutan, apalagi tempat itu sepi penduduk.

Karena takut, Clarissa berlari sekencang mungkin sambil sesekali menengok ke belakang.

Karena tidak melihat ada batu di depannya, Clarissa pun terjatuh.

Saat anjing galak yang mengejarnya sudah dekat, mendadak muncul seorang anak laki-laki menyelamatkannya dengan melempari anjing itu dengan batu hingga anjing itu pun takut lalu pergi.

Kemudian anak laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Clarissa bangkit.

" Kamu tidak apa-apa ? mari aku bantu berdiri, kakimu tampaknya terluka." kata anak laki-laki yang menolongnya.

Tetapi Clarissa yang agak tinggi harga dirinya, tidak mau menerima uluran tangan anak laki-laki itu.

" Tidak usah di bantu, aku bisa berdiri sendiri. kaki ku cuma lecet sedikit, tidak sakit kok." jawab Clarissa tetapi ia meringis menahan sakit di lututnya

Anak laki-laki itu tersenyum melihat Clarissa yang meringis kesakitan.

" Kalau sakit, gak usah bohong. sini aku bersihkan lukamu lalu di beri obat merah agar tidak infeksi lukanya. tunggu di sini sebentar ya." kata anak laki-laki tadi.

Kemudian anak laki-laki itu berlari hendak mengambil kotak obat ke rumahnya yang ternyata tidak jauh dari tempat itu

Akhirnya Clarissa menurut dengan kata-kata anak laki-laki itu.

Ia diam saja ketika lukanya di bersihkan lalu di beri obat merah oleh anak laki-laki itu.

Setelah selesai mengobati kaki Clarissa, anak laki-laki itu bertanya kepadanya.

" Kamu dari mana ? kenapa kamu melewati jalan yang sepi ini ?" kata anak laki-laki itu.

" Aku dari panti asuhan kemuning hendak pergi ke sekolah. aku melewati jalan ini agar cepat sampai di sekolah, tetapi entah darimana datangnya anjing galak tadi. aku jadi terlambat ke sekolah. terpaksa aku bolos hari ini." jawab Clarissa.

" Kalau aku boleh tahu, nama kamu siapa ? kalau aku Adrian." kata anak laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

" Namaku Clarissa, biasanya di panggil Risa." jawab Clarissa tetapi ia tidak membalas uluran jabat tangan Adrian.

Akhirnya Adrian menarik kembali uluran tangannya karena tidak di balas.

" Sekarang kamu mau kemana jika tidak jadi ke sekolah ?" tanya Adrian kemudian.

" Entahlah, aku tidak tau mau kemana karena selama ini aku tidak pernah pergi kemana pun selain ke sekolah." jawab Clarissa jujur.

" Begitu ya, bagaimana kalau kamu ikut aku saja ke pasar baru. di sana ada banyak penjual souvernir. aku ingin membelinya untuk oleh-oleh." kata Adrian.

" Baiklah, kebetulan aku ingin tahu seperti apa pasar baru itu." jawab Clarissa.

Kemudian Adrian meminta sopirnya untuk mengantarnya ke pasar baru bersama Clarissa untuk membeli souvenir.

Setelah berkendara selama tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di pasar baru.

Adrian mengajak Clarissa turun kemudian berkeliling pasar dengan jalan kaki.

Mereka melihat souvernir di beberapa toko, Adrian membeli beberapa macam souvernir di salah satu toko berupa kalung dan gelang dari kerang laut yang indah bentuknya setelah di rangkai.

Adrian meminta penjual souvernir itu untuk membungkus souvenirnya dalam satu kotak ukuran sedang dan di beri pita.

Kemudian Adrian membeli satu lagi kalung mutiara berwarna hijau, yang di pisah bungkusnya.

Selesai berbelanja, Adrian mengajak Clarissa makan di sebuah restoran cepat saji yang menyediakan menu ayam goreng Kentucky.

Karena belum pernah makan di restoran, Clarissa pun bingung mau memilih menu apa, akhirnya ia minta Adrian saja yang pilihkan.

Adrian memesan menu yang sama untuk mereka berdua kepada pelayan restoran.

Selagi menunggu menu pesanan mereka datang, Adrian mengajak Clarissa mengobrol.

" Apakah selama ini kamu tidak pernah makan di restoran ?" tanya Adrian.

" Tidak pernah sekalipun. karena ibu panti tidak punya uang banyak untuk mengajak anak-anak panti makan di restoran. bahkan kami cuma bisa makan dengan lauk seadanya, seperti tempe dan tahu atau cuma sayuran dengan sambal." jawab Clarissa.

" Hmm, kalau begitu berapa orang semua yang tinggal di panti tempat tinggal mu ?" tanya Adrian.

" Tidak banyak sih, cuma sekitar empat puluh anak." jawab Clarissa.

" Segitu kamu bilang tidak banyak. baiklah, nanti bawalah makanan yang ku pesankan ini untuk semua temanmu di panti ya." kata Adrian lalu memanggil pelayan restoran untuk menyediakan nasi kotak dengan lauknya sebanyak empat puluh kotak untuk di bawa pulang Clarissa ke panti.

Clarissa terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka Adrian akan berbuat seperti itu.

" Tidak usah, aku tidak bisa membawanya. nanti aku ketahuan bolos sekolah hari ini." jawab Clarissa.

" Tidak akan ketahuan, nanti biar aku yang bicara dengan ibu panti mu." kata Adrian.

" Tapi...apa kamu tidak takut di cari oleh orang tuamu ?" tanya Clarissa.

" Aku tidak takut karena orang tuaku jarang di rumah. mereka semua sibuk bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya jadi mereka tidak peduli apapun yang aku lakukan." jawab Adrian.

Clarissa tercengang mendengar jawaban Adrian.

Dalam hatinya, Clarissa merasa kasihan pada Adrian yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Menurut Clarissa nasib mereka hampir sama yaitu sama-sama tidak di sayang dan di perhatikan oleh orang tua mereka hanya saja Adrian lebih beruntung karena tidak di buang ke panti asuhan pikirnya.

bersambung....

Apa kabar readers semua ? perkenalkan ini karya author yang kedua. semoga readers bersedia memberikan like dan komentarnya juga. Terimakasih.

BAB : 2 ( dua )

Selesai makan di restoran itu hari sudah beranjak siang.

Kemudian Clarissa mengajak Adrian pulang sebelum ibu panti mencarinya karena pulang terlambat.

" Rian, ayo kita pulang. sudah siang nih. nanti aku kesorean sampai di rumah." kata Clarissa.

" Baiklah, ayo kita pulang. jangan lupa membawa makanan yang ku pesankan tadi." jawab Adrian.

Setelah membayar semua makanan yang di pesannya, Adrian dan Clarissa kembali ke tempat mobilnya di parkir.

Mereka membangunkan sopirnya yang ketiduran di mobil karena kelamaan menunggu.

" Mang Ujang, bangun. kami mau pulang sekarang." kata Adrian sambil menggedor jendela mobil agar sopirnya terbangun.

Setelah menggedor kaca jendela mobil itu tiga kali, barulah sopirnya terbangun.

Segera saja ia membukakan pintu mobil untuk anak majikan dan temannya itu.

" Maaf den, mang Ujang ketiduran. habis ngantuk nunggu den Rian belanja." kata sopirnya Ujang.

" Iya gak apa-apa mang. gak usah takut gitu." kata Adrian.

" Kita kemana lagi den ?" tanya mang Ujang.

" Kita ke panti asuhan kemuning dulu sebentar mengantar temanku ini baru kemudian kita pulang." kata Adrian.

" Baik den. di mana letak panti asuhan kemuning itu den ?" tanya mang Ujang lagi.

" Aku juga gak tau mang, aku kan belum pernah kesana. tanya sama Clarissa dong mang." jawab Adrian.

" Betul juga kata den Rian, di mana panti asuhannya non ? tolong tunjukkan jalannya." kata mang Ujang.

" Dari sini lurus terus sampai simpang dua itu lalu belok kanan. maju sedikit lagi lalu belok kiri. stop di depan. kita sudah sampai." kata Clarissa.

" Yang mana panti asuhannya sih ? kok belum kelihatan." tanya Adrian.

" Dari pinggir jalan, kita masuk jalan kecil ini sejauh seratus meter." kata Clarissa.

" Alamak, jauh juga jalannya. jadi setiap hari kamu berjalan kaki ke sekolahmu sejauh ini ?" tanya Adrian.

" Iya, aku sudah biasa jalan kaki kok." jawab Clarissa.

" Pantas saja kaki kamu jadi besar gitu ya, gara-gara kebanyakan jalan." kata Adrian berkelakar.

" Apa kamu bilang barusan ?" tanya Clarissa pura-pura marah.

" Aku gak bilang apa-apa, iya kan mang ?" kata Adrian mencari dukungan dari sopirnya.

" Apa den ? saya tidak dengar apa-apa den." jawab sopirnya.

" Huh dasar mang Ujang tulalit. sudah sampai belum Risa ? aku sudah capek nih." kata Adrian.

" Nah, itu dia tempatnya sudah nampak. ayo cepat." kata Clarissa.

Akhirnya sampai juga mereka di panti asuhan kemuning.

" Assalamu'alaikum. Bu, Risa sudah pulang." kata Clarissa berseru memanggil ibu asuhnya.

" Wa'alaikumsalam. ada apa Risa teriak-teriak ?" tanya Bu Andini pengurus sekaligus pemilik panti asuhan kemuning.

" Ini Bu, ada teman Risa berkunjung. dia juga membawakan makanan ini untuk semua anak yang ada di sini." kata Clarissa.

" Wah, baik sekali kamu membelikan makanan untuk semua anak yang ada di sini. nama kamu siapa nak ?" tanya Bu Andini.

" Nama saya Adrian Bu, teman Clarissa. saya kemari karena mengantar Risa saja, sudah sore Bu. saya permisi pulang." kata Adrian.

" Baiklah, terimakasih banyak ya nak Rian." kata Bu Andini.

" Sama-sama Bu. Risa tadi mana Bu ? saya ingin pamit sekalian memberikan ini untuknya." kata Adrian sambil memberikan kotak berisi kalung mutiara hijau yang di belinya di pasar tadi.

" Dia mungkin sedang main dengan anak-anak yang lebih kecil di kamarnya. biar nanti ibu saja yang berikan kepadanya." kata Bu Andini.

" Kalau begitu baiklah, terimakasih banyak Bu." kata Adrian lalu pergi dari panti.

Ia dan mang Ujang segera pulang ke rumahnya.

Tidak lama kemudian Adrian sudah sampai di rumahnya.

Dia terkejut melihat mobil ayahnya sudah terparkir di garasi.

" Papa sudah pulang rupanya." gumam Adrian langsung menuju ke kamarnya.

Belum sampai ia di depan pintu kamarnya, ayahnya sudah memanggilnya.

" Darimana saja kamu hari ini Adrian ?" tanya papanya.

" Rian pergi ke pasar baru pa, membeli hadiah untuk ulang tahun mama." kata Adrian.

" Kalau begitu bersiaplah, kita akan pergi ke Inggris malam ini. mamamu sedang di rawat di sana. rumah sakit di sana adalah rumah sakit yang paling lengkap fasilitasnya untuk pengobatan mamamu. sebelum mulai pengobatannya, mamamu ingin bertemu denganmu." kata papanya.

" Baiklah pa, aku juga sudah rindu dengan mama." kata Adrian.

Ia segera pergi ke kamarnya untuk membereskan pakaian yang akan di bawanya ke dalam sebuah koper.

Selesai berkemas, Adrian memasukkan kopernya ke mobil.

" Aku sudah siap pa." kata Adrian kepada papanya.

" Baiklah, kita pergi sekarang agar tidak terlambat sampai di bandara.

Adrian dan papanya segera berangkat ke bandara di antar oleh mang Ujang.

flashback on.

Waktu Adrian berumur lima tahun, mamanya yang seorang dokter bedah di vonis menderita kanker rahim hingga membuatnya tidak bisa mempunyai anak lagi.

Walaupun ia sudah di operasi, ternyata sel-sel kankernya masih ada.

Dan sekarang penyakit kankernya sudah masuk stadium empat.

Seminggu sekali ia harus menjalani kemoterapi untuk membunuh sel kankernya.

Tetapi belakangan ini, mamanya sudah hampir menyerah dengan penyakitnya itu karena ia merasa tidak ada perubahannya.

Hanya karena permintaan papanya lah mamanya masih mau menjalani pengobatan di negara Inggris ini.

Flashback off.

Hari ini kebetulan adalah hari ulang tahun mamanya.

Jadi, hari ini mereka akan merayakannya bersama-sama.

Setelah sekian lama mereka hampir tidak pernah berkumpul sekeluarga karena kesibukan masing-masing papa dan mamanya.

Bagi mamanya, penyakitnya ini mungkin hukuman untuknya karena mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ibu.

Tetapi pekerjaannya sebagai dokter ahli bedah juga tidak bisa di tinggalkannya begitu saja.

Adrian dan papanya membawakan kue ulang tahun yang cukup besar untuk mamanya.

Mereka merayakannya di kamar perawatan mamanya di ruangan VVIP.

Keluarga itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama, setelah itu mamanya memotong kue ulang tahunnya dan di berikan nya sepotong untuk suaminya dan sepotong lagi untuk Adrian.

Setelah memakan kue ulang tahunnya, mamanya mengatakan ingin tidur karena sudah mengantuk.

Adrian dan papanya membiarkan mamanya tidur, lalu mereka juga beristirahat di sofa yang ada di kamar itu.

Mereka berdua tidak merasakan ada yang aneh dengan mamanya malam itu.

Baru setelah pagi hari ketika suster datang untuk memeriksa pasien, mereka jadi sangat terkejut mendengar suster mengatakan bahwa pasien sudah meninggal dunia.

Ternyata kemarin adalah perayaan ulang tahun yang terakhir untuk mamanya itu.

Seketika air mata Adrian mengalir dengan sendirinya tanpa bisa di tahan lagi.

Ia menangis tersedu-sedu di samping tubuh mamanya yang sudah dingin seperti es.

Hari itu adalah hari yang paling menyedihkan bagi Adrian dan papanya.

Setelah mengurus administrasi rumah sakit, Aditya dan papanya membawa jenazah mamanya kembali ke Indonesia.

Mereka akan menguburkan mamanya di kampung halamannya, di samping makam orang tua mamanya yang juga sudah meninggal semua.

bersambung....

Hallo readers, jumpa lagi di karya author yang kedua. tolong dong beri like dan komentarnya untuk karya author ini ya. terimakasih.

BAB : 3 ( tiga )

Setelah mengantarkan mamanya ke tempat peristirahatan terakhirnya, Adrian dan papanya untuk sementara menginap di rumah nenek dari pihak ibunya yang berada di desa J.

Rumah neneknya itu di tempati oleh pamannya, adik dari ibunya.

Pamannya itu hanya bekerja sebagai seorang petani yang menanam padi di sawah, karena neneknya mewariskan beberapa petak sawah untuk pamannya dan ibunya.

Tetapi ibunya lebih memilih tinggal di kota dan berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya dengan spesifikasi bedah saraf.

Dulu ibunya kuliah sambil bekerja di sebuah minimarket.

Di minimarket itulah pertemuan pertama ibunya dan ayahnya.

Mereka terus berpacaran hingga akhirnya menikah setelah ibunya resmi bekerja di sebuah rumah sakit swasta.

Hingga kini ibunya dan ayahnya sudah menikah selama lima belas tahun dan memiliki satu orang putra, yaitu Adrian.

Selama seminggu Adrian dan papanya tinggal di rumah neneknya itu, yaitu sampai malam tujuh hari ibunya.

Setelah lewat tujuh hari, mereka pun pamit kepada adik ibunya untuk kembali ke rumah mereka di kota yang sudah cukup lama di tinggalkan.

Adrian sendiri sudah cukup lama tidak masuk sekolah, jadi biar pun berat tapi tetap harus pergi.

Akhirnya, sore itu juga mereka berangkat ke bandara untuk naik pesawat kembali ke kota X.

Perjalanan naik pesawat ke kota X di tempuh selama satu jam saja.

Kemudian setelah sampai di bandara kota X, papa Adrian menelpon mang Ujang untuk menjemput ke bandara.

Kurang lebih setengah jam Adrian dan papanya menunggu, akhirnya mang Ujang datang juga. Setelah di jemput mang Ujang, Adrian dan papanya kembali ke rumahnya.

Sekitar jam sembilan, mereka sudah sampai di rumah.

Adrian langsung mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil lalu membawanya ke kamar.

Ia ingin segera tidur karena besok pagi harus pergi ke sekolah, setelah hampir dua Minggu ijin kepada kepala sekolahnya.

Adrian juga sudah tidak sabar ingin bertemu dan bercerita dengan Clarissa.

Sementara Clarissa sendiri merasa heran, kenapa rumah Adrian sepi dan Adrian tidak ada di rumahnya.

Clarissa ingin bertemu Adrian untuk mengatakan terimakasih karena sudah di beri kalung mutiara oleh Adrian.

Clarissa hanya bertemu dengan mang Ujang, sopir di rumah Adrian yang mengatakan Adrian sedang menengok mamanya di luar negeri.

Setelah itu Clarissa tidak pernah datang lagi ke rumah Adrian karena takut temannya itu belum pulang juga.

Clarissa dan Adrian sebenarnya beda sekolahnya, tetapi mereka berteman setelah adrian menolong Clarissa dari kejaran anjing.

Adrian juga lebih tua tiga tahun umurnya dari Clarissa tapi dia tidak mau di panggil kakak

biar lebih akrab katanya.

Pagi ini Clarissa akan pergi ke sekolahnya lewat jalan yang biasa di laluinya.

Ia berharap mungkin Adrian sudah pulang dan bisa bertemu lagi dengannya.

Walaupun belum lama berteman tetapi bagi Clarissa, Adrian itu baik dan tulus padanya.

Clarissa berjalan sambil membawa sebuah batu di tangannya untuk berjaga-jaga kalau ada anjing itu lagi, akan di lemparnya dengan batu itu.

Clarissa tidak bisa mengharapkan orang lain untuk menolongnya setiap saat.

Di sekolahnya Clarissa sering di ejek oleh teman-temannya karena berasal dari panti asuhan dan tidak punya orang tua.

Hal itu membuatnya sedikit rendah diri, tetapi Adrian memberinya nasehat agar jangan peduli dengan perkataan orang lain dan buatlah prestasi agar mereka yang mengejek itu berhenti dan lebih menghargai mu, begitu kata Adrian padanya waktu itu.

Jadi sekarang Clarissa makin rajin belajar dan selalu mendapatkan nilai bagus setiap mata pelajarannya.

Clarissa agak kecewa karena ia masih belum bertemu dengan Adrian tiap kali lewat di jalan itu.

Siang harinya ketika sudah jam pulang sekolah, Clarissa hendak berjalan pulang seperti biasa.

Tetapi tiba-tiba ada suara anak laki-laki memanggilnya dari belakang.

Ia lalu menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Ternyata Adrian yang memanggilnya dan mendatanginya ke sekolah.

Ia sangat gembira karena Adrian sudah kembali ke rumahnya jadi ia bisa bermain lagi dengan Adrian pikirnya.

" Hei Risa, kamu mau pulang jalan kaki lagi ?" teriak Adrian memanggilnya.

" Kamu sudah pulang ? kemana saja kamu pergi selama ini ?" tanya Clarissa.

" Ayo ikut, nanti aku ceritakan di jalan." kata Adrian.

" Ikut kamu kemana ?" tanya Clarissa penasaran.

" Gak usah banyak bertanya, ikut aja. nanti juga kamu tahu sendiri." kata Adrian.

" Baiklah aku ikut tapi jangan lama-lama ya Rian." jawab clarissa.

" Iya, iya. kamu itu cerewet banget sih, mirip emak-emak aja." kata Adrian.

Clarissa melototkan matanya pada Adrian karena di sebut emak- emak.

" Punya anak aja belum, mana bisa di sebut emak-emak." jawabnya sewot.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mereka sampai di sebuah taman bermain.

Di dalam taman itu ada bermacam permainan seperti ayunan, perosotan, jungkat jungkit dan masih banyak lagi.

Clarissa senang sekali melihat ada banyak permainan di taman itu.

" Bagus sekali Rian, di sini banyak permainan untuk anak-anak. aku belum pernah ke tempat seperti ini sebelumnya." kata Clarissa.

" Ayo kita main ayunan di sana." ajak Adrian.

" Baiklah, apa kamu sering pergi ke sini Rian ?" tanya Clarissa.

" Dulu lumayan sering jika mamaku sedang libur kerja setiap hari Minggu." jawab Adrian.

" Sekarang mamamu di mana ? aku tidak pernah melihat seorang perempuan di rumahmu." tanya Clarissa.

Mendengar pertanyaan Clarissa, wajah Adrian jadi terlihat sedih.

Clarissa jadi merasa bersalah telah bertanya tentang mamanya Adrian.

" Kalau kamu keberatan bercerita, tidak usah di jawab. aku tidak ingin membuatmu sedih." kata Clarissa.

" Aku tidak keberatan bercerita, mamaku belum lama ini meninggal karena sakit yang sudah cukup lama di deritanya." jawab Adrian.

" Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. aku turut berduka. kamu tau, aku bahkan tidak kenal siapa mamaku." kata Clarissa.

" Sudahlah, jangan di bicarakan lagi hal yang akan membuat kita sedih. kita ke sini kan untuk bersenang-senang." kata Adrian mengalihkan pembicaraan.

" Ya, tapi jangan sampai lupa waktu. nanti aku kesorean sampai di rumah." kata Clarissa.

Begitulah mereka berdua berteman dan bermain bersama setiap pulang sekolah.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun.

Persahabatan antara Clarissa dengan Adrian, sudah menumbuhkan benih-benih suka di hati mereka berdua.

Suatu hari, ayah Adrian pulang bekerja dari luar kota.

Ia melihat Adrian sedang bermain dengan Clarissa yang penampilannya sederhana.

Ayahnya lalu bertanya kepada mang Ujang tentang perempuan yang menjadi teman Adrian.

Mang Ujang mengatakan bahwa Clarissa itu seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan kemuning jelasnya pada papa Adrian.

Mendengar cerita mang Ujang, papa Adrian menjadi marah.

Ia tidak senang kalau Adrian bergaul dan berteman dengan anak yang tidak tau asal usulnya.

Papa Adrian langsung memanggilnya lalu menyuruhnya untuk tidak bergaul dan berteman lagi dengan Clarissa yang tidak di ketahui asal usulnya, mungkin saja ia seorang anak haram yang sengaja di buang kata papanya.

Adrian marah mendengar kata-kata papanya yang menurutnya tidak berperasaan itu.

Bagi Adrian, semua manusia itu sama saja di hadapan Allah.

Tidak ada yang namanya anak haram, yang benar adalah perbuatan orang tuanya lah yang haram kata Adrian protes pada keputusan papanya yang melarang dia bertemu dengan Clarissa.

Bahkan kemudian papanya memindahkan Adrian ke sekolah lain di kota G yang jauh jaraknya dari kota X ini agar ia tidak bisa bertemu Clarissa lagi.

Saat ini Adrian tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan ayahnya.

Tetapi ia bertekad, suatu hari nanti jika ia sudah dewasa dan mandiri, ia akan kembali dan mencari Clarissa lagi.

bersambung....

Apa kabar readers ? jumpa lagi dengan karya baru author. tolong berikan like dan komentarnya untuk karya author ini ya readers. terimakasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!