Indri masih menyusui Yaka saat Adi datang dengan menggendong Rendra yang menangis. Sepertinya Rendra lapar karena dari tadi merengek terus.
"Kenapa Mas?", tanya Indri yang duduk diatas kasur dengan menyelonjorkan kaki nya. Bu Sarmi dengan keras meminta Indri untuk sendhen ( tradisi ibu melahirkan di Jawa timur untuk tidak banyak bergerak sebelum 38 hari ).
Alhasil semua aktivitas nya berkurang drastis selama masa nifas nya.
"Tau nih yank, dari tadi rewel terus. Sepertinya dia lapar yank", ujar Adi sambil mengulurkan Rendra ke pangkuan Indri usai Indri melepaskan susuan Yaka yang sudah tertidur sambil ngempeng.
Rendra langsung melahap ****** susu ibunya dengan cepat. Bayi itu rupanya benar benar kelaparan.
"Aduduh anak ibuk lapar ya.. Duh kasian banget si ganteng", ujar Indri sambil menggendong bayi lelaki nya itu.
Adi tersenyum tipis melihat tingkah Indri yang menurutnya menggemaskan itu.
"Eh mas, besok kan sepasaran (upacara pemberian nama bayi secara resmi), nanti malam apa masih ada jagongan bayinya?", tanya Indri sambil memandang kearah suaminya yang sedang asyik menatap wajah Yaka yang sedang tertidur pulas di samping Indri.
"Ya masih to yank, sampai besok tetap ada. Mas Wawan saja sampai janjian mau main kartu remi sama mas Hari dengan taruhan kog", ujar Adi yang tidak melepaskan pandangannya dari wajah Yaka.
"Loh mereka berjudi mas?", tanya Indri yang terkaget mendengar ucapan Adi.
"Gak yank, cuma yang kalah di coret pakai bedak tabur. Dan semalam itu mas Wawan kalah telak melawan Kang Min dan Mas Hari. Makanya nanti malam dia pasti kesini lagi", Jawab Adi sambil tersenyum tipis mengingat kejadian semalam ketika wajah garang Wawan penuh coretan bedak.
Indri terkekeh geli mendengar ucapan Adi soal kakaknya itu.
Membayangkan wajah Wawan yang penuh bedak, membuat Indri tidak bisa tidak tersenyum. Pasti lucu banget.
Dari arah ruang tamu, terdengar suara orang mengucapkan salam.
"Assalamualaikum....".
Bu Siti yang ada di dapur bersama Yu Sih, langsung bergegas menuju ke arah ruang tamu.
Terlihat beberapa tetangga di sekitar rumah mereka datang dengan membawa tas. Yang sedikit muda membawakan kado untuk si kembar.
"Walaikumsalaam Bu.
Monggo pinarak. Kog kompak begini to ibuk ibuk ini", ujar Bu Siti sambil mempersilakan mereka duduk. Perempuan paruh baya itu menerima semua pemberian para tetangga nya dan menaruh di samping sofa. Setelah itu Bu Siti duduk di kursi single yang ada di samping sofa.
"Ah kami cuma ingin melihat wajah putra kembar Mas Adi Bu, seganteng ayahnya atau lebih ganteng lagi", seloroh seorang ibu muda yang bernama Yuni.
Ucapan itu disambut tawa semua orang yang ada diruang tamu rumah itu.
"Mbak Yuni bisa saja. Wong namanya anak ya pasti nurun bapak dan ibu nya to", jawab Bu Siti sambil tersenyum tipis.
"Eh Bu Siti, kamar nya di sebelah mana?", tanya seorang wanita bernama Dewi sambil menoleh kearah seputar rumah.
"Eehhh tunggu dulu ibuk ibuk..
Monggo ke dapur dulu. Habis itu baru tak antar melihat anak kembar nya Adi.
Mari ibuk ibuk", ajak Bu Siti dengan ramah pada ibu ibu tetangga menuju dapur. Para perempuan itu langsung bergegas mengekor di belakang Bu Siti. Di empokan ( tambahan bangunan rumah), mereka masing-masing memasukkan ujung kaki ke dalam luweng (tungku kayu bakar) yang sedang tidak digunakan.
Itu adalah adat istiadat Jawa yang mengharapkan saat ada yang jagong bayi, mereka tidak membawa sawan (penyakit) pada si jabang bayi.
Satu persatu ibuk ibuk itu melakukan ritual itu. Setelah merasa cukup, Bu Siti mengajak mereka menuju kamar tidur Adi dan Indri yang baru. Dengan luas 4 kali 3,5 meter, kamar ini menjadi kamar tidur yang terluas di rumah Adi.
Indri masih menyusui Rendra saat ibuk ibuk tetangga masuk ke dalam kamarnya. Setengah kaget, Adi langsung keluar dari kamar untuk memberi kesempatan kepada para ibuk ibuk itu melihat kedua putra kembar nya.
Bu Dewi segera mendekati Indri dan menatap ke arah Rendra yang tengah disusui Indri.
"Wahh ganteng sekali mbak putra mu.
Hidung nya mancung, pipinya gemoy lagi. Duh jadi pengen hamil lagi aku", ujar Bu Dewi sambil tersenyum tipis.
"Eh Wi, anakmu sudah 4 ya. Masak masih gatel pengen hamil lagi? Mas Tanto masih tokcer gak?", seloroh Bu Yuni seraya terkekeh.
"Wo jangan salah Yun, suamiku itu masih jos loh", Bu Dewi tak mau kalah.
Ibu ibu yang lain hanya tersenyum saja mendengar ocehan dua wanita muda itu.
"Kalau suami ku kan sudah seumuran Mas Adi, Wi. Tapi dia bilang tidak ingin tambah momongan lagi. Cukup Syifa dan Andra saja katanya. Padahal aku masih pengen punya satu lagi yang cewek", ujar Bu Yuni sambil memandang kearah Yaka yang sedang tertidur pulas.
"Huuuhhhh..
Tadi ngatain aku gatel, sekarang ngaku sendiri kalau juga pengen.
Nih yang hebat Mas Adi, asli tokcer. Sekali gas langsung dapat dua", Bu Dewi melirik ke arah Adi yang senyum senyum sendiri seraya menghisap rokok yang baru disulutnya.
Ibu ibu tetangga kembali tersenyum simpul mendengar ucapan Bu Dewi yang memang terkenal paling rame diantara mereka.
Sementara ibu ibu tetangga masih di dalam kamar tidur Adi, Bu Siti membawa buwuhan mereka ke dapur. Setelah Yu Sih memindahkan beras dan mie instan ke dalam tempat lain, Bu Siti memasukkan sekotak wafer dan sebuah mangkok bening ke dalam tas masing-masing perempuan-perempuan itu. Yang membawa kado juga sudah disiapkan asul-asul (pengganti) untuk mereka yang di masukkan dalam tas kertas.
Tak berapa lama kemudian, serombongan ibuk ibuk tetangga yang lain juga datang ke rumah Adi. Bu Dewi dan Bu Yuni serta 3 ibuk ibuk lainnya akhirnya mengalah dan duduk diruang tamu sambil menikmati aneka jajan yang tersaji di meja.
Nita yang baru saja datang, langsung membantu menyajikan soto ayam kampung masakan khas Bu Siti yang menjadi menu selama masa jagongan bayinya Adi dan Indri ini.
"Beh masakan nya Bu Siti ini selalu enak ya. Resepnya apa to? Bener bener gak kalah sama soto Kani yang terkenal itu", ujar Bu Yuni sambil menyuapkan sesendok soto berkuah santan kental itu ke mulutnya.
"Iyo loh Yun, perasaan semua masakan nya selalu enak. Waktu manten ku dulu, yang masak kan Bu Siti, semua orang dari rumah suami ku juga bilang masakannya enak. Sampai ibu mertua ku minta resep nya. Tapi setelah dicoba, tetep aja tidak seenak masakan buatan Bu Siti", ujar Bu Dewi sambil menggigit kerupuknya.
"Kata orang nih, orang masak itu pakai hati baru bisa enak. Kalian coba saja dulu, siapa tau bisa seenak masakan Bu Siti", ujar seorang ibuk ibuk paruh baya yang bernama Bu Nadir.
Para ibuk ibuk itu terus mengobrol sambil menikmati makanan yang ada di piring mereka.
Saat mereka berpamitan pada Bu Siti, Yu Sih dan Nita segera menyerahkan asul-asul untuk mereka.
Mereka tampak senang saat tau ada mangkok cantik di dalam asul-asul yang mereka terima.
Hingga sepanjang sore, para tetangga terutama perempuan terus berdatangan ke rumah Adi untuk sekedar jagong bayi. Nita dan Yu Sih sampai kewalahan menyiapkan asul-asul dan makanan untuk para tamu yang datang.
Para tamu jagong bayi sedikit mereda saat adzan magrib berkumandang dari mushola Kyai Harun.
Sehabis adzan magrib, giliran para laki-laki dan saudara dekat dan jauh yang hadir meramaikan suasana jagongan bayi kembar Adi dan Indri.
Wawan yang datang bersama Narsih, juga Pak Wito yang hadir bersama Bu Yati ikut melekan di ruang tamu rumah Adi.
Malam itu mereka main kartu remi dengan hukuman coret pakai bedak tabur.
Belum sampai Isyak, Wawan sudah mendapat 4 coretan bedak karena kalah terus. Pak Wito sampai terpingkal pingkal melihat muka Wawan yang cemberut karena coretan bedak.
Karena kecapekan, Nita akhirnya meminta Diah istri Heru untuk membantu menyiapkan makanan untuk para tamu jagong bayi.
Semakin malam tidak berkurang, justru semakin ramai dengan kehadiran Kamituwo Slamet dan Pak Modin Jamroni yang ikut nimbrung di jagongan bayi.
Adi membuka rokok satu slop. Kemudian memberikan nya pada segenap tamu jagong bayi mereka.
"Kembar ya Mas Adi?", tanya Pak Modin Jamroni yang datang bersama Bu Ruroh istri nya.
"Enggeh Pak, gak nyangka minta satu putra langsung di kasih dua sama Allah SWT", jawab Adi sambil tersenyum simpul.
"Yo di syukuri Mas Adi, itu tandanya sampean masih di beri kepercayaan untuk merawat putra", sahut Kamituwo Slamet yang duduk di sebelah Pak Modin Jamroni.
Jam 9 malam, Pak Modin Jamroni dan Bu Ruroh mohon pamit. Adi segera menyalami mereka berdua kemudian Diah istri Heru memberikan dua asul-asul untuk pak Modin dan istrinya.
Malam itu suasana rumah Adi semakin ramai. Ada 4 permainan kartu remi dan 2 pasang orang bermain catur. Semua nya turut bergembira dengan menikmati aneka jajan dan makanan ringan serta minuman yang disajikan.
Indri yang sudah tertidur dari jam 9 tadi terbangun saat terdengar suara tangis bayi. Segera dia mengucek matanya dan menoleh ke arah dua putra kembar nya. Ternyata Yaka yang terbangun.
Indri langsung menggendong bayi nya itu dan menyusuinya.
Adi yang mendengar tangisan anaknya langsung berlari ke arah kamar tidur. Melihat Indri sedang menyusui Yaka, Adi tersenyum lega.
Setelah kenyang menyusu, Yaka melepaskan ****** payudara ibunya. Mata bayi merah itu justru terbuka lebar tidak mau tidur lagi. Indri segera menyerahkan Yaka pada Adi karena Rendra terbangun dan menangis.
Oeeekkkk
Oekkkkk!!
Indri segera menggendong Rendra dan bergegas memasukkan ****** susu nya ke mulut Rendra yang tengah menangis. Bayi itu langsung menghisap susu ibu nya dengan kuat.
Adi sambil melirik ke arah Indri, dengan senyum manis berkata,
"Seperti nya malam ini kita melekan lagi yank".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yang suka cerita ini, silahkan tinggalkan jejak kalian ya kak dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁😁
Selamat hari kak 😁😁🙏😁🙏
Indri hanya tersenyum saja mendengar ucapan Adi tentang melekan mereka lagi.
Dua jagoan kecil mereka sejak hari pertama dilahirkan selalu terjaga setelah jam 12 malam dan baru mau tidur mendekati subuh. Walhasil Indri hanya sempat tidur saat tidak ada tamu yang jagong atau di sela sela waktu dia tidak menyusui dua bayi kembar nya.
Adi pun hanya bisa tidur setelah putra putranya terlelap, itu pun hanya beberapa jam saja. Karena itu, saat di lokasi proyek setelah mengecek kebutuhan, sudah tiga hari Adi memilih tidur di lokasi proyek.
Malam ini Rendra dan Yaka benar benar membuat Adi dan Indri tidak bisa memejamkan mata lagi. Setiap Adi dan Indri terkantuk-kantuk, maka dua bayi itu kompak menangis bersamaan, membuat Adi dan Indri langsung terjaga dari tidurnya.
Suasana orang jagong bayi tinggal menyisakan 4 orang, Kang Min, Rio, Memet dan Kholik. Mereka masih asyik bermain kartu remi sampai nyaris subuh. Adi bersyukur karena ada yang menemani nya menjaga Rendra dan Yaka.
"Allahu Akbar Allahu Akbar..."
Terdengar suara adzan subuh menggema dari mushola Kyai Harun yang tak jauh dari rumah Adi.
Rendra yang ada di gendongan Adi terlihat menguap lebar beberapa kali kemudian tertidur pulas di gendongan ayahnya.
Sementara itu Yaka sudah pulas tidur di pelukan ibunya yang juga ikut tertidur di sendenan nya.
Perlahan, Adi menurunkan putra kecilnya itu ke samping sang istri. Usai menidurkan Rendra, Adi menjawil lengan Indri yang sedang ketiduran.
"Yaannkkk...
Bangun, turunin dulu Yaka", ujar Adi di telinga istri tercintanya itu.
Indri langsung membuka matanya dan melihat Yaka masih di gendongan nya.
"Maaf ya Mas, aku ketiduran", Indri tersenyum malu-malu.
"Iya gak papa, udah gih turunin Yaka. Nanti kamu bisa tidur lagi", jawab Adi sambil tersenyum simpul.
Indri menjajarkan Yaka di samping Rendra yang sudah lebih dulu ditidurkan Adi. Dua buah cinta mereka itu dengan anteng tidur berjajar dalam balutan bedong bayi masing-masing. Indri segera merebahkan tubuhnya di sendenan nya. Tak berapa lama kemudian dia kembali tidur dengan dengkur halus yang terdengar dari mulut nya.
Adi segera menata bantal tidur nya kemudian tidur di kasur lantai yang sudah di tata saat Indri menidurkan Yaka.
Tak berapa lama kemudian dia sudah terbang ke alam mimpi.
Jam menunjukkan angka 6.00 pagi.
Dhea yang baru saja bangun langsung menuju ke kamar Adi dan Indri. Semenjak kehadiran dua bayi itu, setiap pagi Dhea selalu mengunjungi kamar Adi setiap pagi.
Tanpa membangunkan Adi, Dhea naik ke atas ranjang untuk sekedar melihat Rendra dan Yaka. Namun gadis kecil itu justru menginjak betis kaki Indri yang sedang tertidur.
Terang saja Indri langsung terbangun dari tidurnya.
"Mbak sayang,
Mau apa?", tanya Indri sambil tersenyum tipis melihat tingkah Dhea yang terlihat sedang mengelus pipi Yaka.
"Lihat adik Buk In, kog adik tidur terus sih buk?", tanya Dhea dengan polosnya.
"Adik melek nya tadi pas mbak sayang tidur. Jadi sekarang giliran adik kecil yang tidur.
Dah jangan di ganggu. Mbak sayang sekarang mandi dulu ya, sebentar lagi waktunya sekolah", ujar Indri sambil tersenyum simpul.
Dhea mengangguk, gadis kecil itu segera turun dari ranjang tidur tempat adik adiknya tertidur. Kemudian keluar kamar tidur Adi dan Indri.
Indri tersenyum tipis melihat tingkah Dhea. Semenjak kehamilan nya, gadis kecil itu menjadi gadis kecil yang mandiri.
Indri perlahan menggeser posisi kaki yang terbungkus kain jarik batik berwarna kuning. Ada sedikit rasa sakit di bagian kewanitaan nya, maklum belum genap sepekan dia melahirkan.
Indri yang kesulitan untuk duduk, terpaksa menggoyangkan jempol kaki nya untuk membangunkan Adi yang masih terlelap.
"Mas, bangun mas..
Sudah jam 6 ini", ujar Indri sambil tersenyum tipis.
Adi menggeliat perlahan dari tidurnya dan menatap wajah Indri yang sedang berdiri di hadapannya.
"Jam berapa yank?", tanya Adi sambil mengucek matanya.
"Jam 6 mas, buruan bangun. Nanti kesiangan", jawab Indri sambil berjalan keluar kamar tidur dengan membawa handuk dan jarik baru yang sudah di siapkan sebelumnya. Perempuan itu bergegas menuju kamar mandi.
Bukannya bangun, setelah Indri pergi, Adi malah molor lagi.
Saat Indri kembali, dengan jarik kotor bekas nifas nya, dia taruh pada ember. Tak lupa bekas popok Yaka dan Rendra sudah di taruh disana.
Melihat Adi yang tidur lagi, Indri kembali membangunkan suaminya itu.
"Ya ampun mas, malah tidur lagi.
Bangun mas, nanti kesiangan", omel Indri sambil cemberut wajahnya.
Adi bangun tidur kemudian cengar-cengir sendiri seakan tak berdosa. Tanpa ba-bi-bu, dia langsung mencium pipi istri nya yang sedang masam mukanya itu kemudian setengah berlari menuju ke belakang.
Indri yang semula marah, langsung meleleh mendapatkan ciuman mesra penuh cinta dari sang suami.
Popok sekali pakai langsung di pisahkan dari kain jarik bekas nifas nya Indri. Adi sudah menyiapkan lobang besar di tanah pekarangan rumah untuk menampung popok bayi sekali pakai itu. Segera dia memasukkan popok bayi sekali pakai itu ke lobang besar.
Kemudian pria itu menuju kamar mandi untuk mencuci kopohan (kain yang dipakai selama nifas) Indri. Itu pun harus pakai tangan kanan.
Setengah jam kemudian Adi sudah selesai mencuci kopohan Indri sekaligus mandi. Segera dia menjemur kain kopohan itu di tali kawat jemuran yang ada di belakang rumah.
Jam 7 kurang seperempat, Adi mengantar Dhea dan Cinta ke sekolah masing-masing. Lantas menuju ke kecamatan Gandu tempat proyek irigasi yang baru seminggu dikerjakan nya.
Motor Adi melaju dengan kecepatan sedang.
20 menit kemudian, Adi sudah sampai di lokasi proyek irigasi pertanian itu. Nampak Antok sedang sibuk menata batu pondasi di ujung pekerjaan, sedangkan disisi lain 4 orang pekerja sibuk menggali tanah untuk saluran air.
Adi segera memarkir motornya di ujung selatan proyek itu. Dia melihat molen beton nya masih belum menyala. Pria empat anak itu langsung mendekati Antok.
"Itu sudah pel Tok?", tanya Adi sambil berjongkok menunjuk lantai pondasi saluran airnya.
"Sudah bos, itu yang tengah malah terlalu dalam galiannya", jawab Antok sambil menunjuk ke arah pondasi tengah yang memang sedikit lebih dalam dari lainnya.
"Urug lagi yang terlalu dalam. Kita bekerja ikut orang. Jangan sampai merugikan bos kita", perintah Adi pada Antok. Pria itu kemudian segera mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kecilnya dan mengambil sebatang kemudian menyulut nya.
"Assiaapp boskuh", jawab Antok yang kumat lebaynya.
"Bos Alex gak kesini Tok?" tanya Adi sambil menatap ke arah papan nama yang terpasang di sebelah lokasi proyek ini.
"Kemarin sore kesini bos, kasih rokok sama suruh pasang papan nama itu", jawab Antok sambil tersenyum tipis.
"Sama siapa kesini bos Alex?", tanya Adi kemudian.
"Sama si kriwil itu loh bos, gak tau aku namanya", ujar Antok sambil menggaruk kepalanya.
Adi segera berdiri, dan berjalan menuju ke arah motor Vixion kesayangannya. Antok mengekor di belakang nya.
"Tok usahakan untuk hari ini sudah pasang pondasi. Tolong kirim foto lewat WA saja.
Aku mau ke proyek jembatan di depan SMP satu Gandu. Hari ini aku mau sepasaran anak ku jadi tidak bisa berlama-lama di proyek", ujar Adi sambil memakai helm KYT putih nya.
"Oke siap boskuh", jawab Antok segera.
Motor Vixion Adi meluncur meninggalkan tempat itu menuju proyek jembatan di depan SMP satu Gandu.
Sementara itu di rumah Adi ada kesibukan yang lumayan ramai.
Hari ini acara sepasaran anak kembar Adi.
Bu Sarmi datang ke rumah Adi sambil membawa kelapa dan beras ketan. Bersama Nanik, dia berangkat ke rumah cucunya itu dengan gembira.
Selain menyiapkan aneka jajan pasar untuk acara selamatan sepasaran nanti malam, mereka juga menyiapkan hidangan untuk para jagong bayi yang pasti akan tumpah ruah seperti biasanya.
Nita yang baru saja keluar mencari buah pisang raja sajen langsung masuk ke rumah.
"Dapat Nit pisang raja sajen nya?", tanya Bu Siti sambil menatap tas plastik warna merah yang di pegang menantunya itu.
"Alhamdulillah dapat buk, genap setangkep (dua sisir). Duh harus ke pasar induk nyari nya. Mana mahal lagi", jawab Nita sambil mengeluarkan dua sisir pisang raja sajen dari tas plastik berwarna merah.
"Berapa ini sesisir Nit?", tanya Bu Siti sambil menimang-nimang pisang itu.
"Lumayan buk, sesisir 25 ribu. Setangkep jadi 50 ribu", ujar Nita sambil mengulurkan sisa kembalian uang pada Bu Siti.
Perempuan paruh baya itu hanya tersenyum tipis saja.
Menjelang tengah hari, Adi pulang dari kerjaannya. Dia lantas sibuk membantu menyiapkan segala keperluan untuk acara sepasaran anak kembar nya.
Di tembok, Adi memasang dua daun nanas yang di pasang bersilang dengan hiasan hitam putih sebagai tanda perlindungan dari sarap-sawan atau gangguan roh jahat. Tak lupa ublik atau lampu penerang dia nyalakan diatas pendeman ( timbunan tanah) diatas ari-ari bayi kembar nya. Di dalam kamar tepatnya di bawah kaki sendenan Indri, berbagai benda seperti dlingo bawang, cabai merah, bawang merah, bawang putih dan beberapa benda lain di tusuk lidi dan di tancapkan pada gedebog (batang pisang) sebagai tombak sewu yang berfungsi sebagai senjata penolak bala.
Sore itu persiapan acara sepasaran bayi Adi dan Indri sudah komplit. Para kerabat semua sudah berkumpul di rumah Adi.
Selepas adzan magrib berkumandang, para tamu mulai berdatangan tak terkecuali Mbah Sunar dan Kyai Harun. Dua tokoh masyarakat yang berbeda aliran tapi menyatu dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah Adi.
Setelah semua hadir, para muda segera mengeluarkan bahan slametan sepasaran yang sudah disiapkan.
Ada buceng kembar dengan nasi golong sebanyak tujuh buah. Ingkung ayam kampung dua ekor, aneka jajan pasar juga ada. Setangkep pisang raja sajen, urap sayur dan iwel-iwel. Urap Keluwih, mie goreng, sambel goreng kentang dan tahu, juga nasi brok sebanyak 4 panci. Tak lupa jenang merah putih pun turut serta dalam upacara sepasaran anak kembar Adi itu.
Usai semua tertata rapi di ruang tamu, Adi menyerahkan secarik kertas yang berisi nama dua putranya kepada Mbah Sunar.
"Nuwun sewu sedoyo mawon..
Sampun nglempak anggenipun ngaturi poro pisepah sederek sedoyo Dateng dalemipun mas Adi sak kulowargo, Mas Adi kagungan kajat niatipun nggeh meniko buceng kembar sekalian sekul suci ulam sari meniko caos dumateng Kanjeng Nabi Muhammad sohabat sekawan Abu Bakar Umar Usman Sayidina Ali.
Milo sedoyo dipun pengeti meniko, nuju sepasaran jabang bayi kembar ingkang pinaringan asmo Narendra Putra Prasetyo kalian Nayaka Putra Prasetyo.
Mugi Mugi jabang bayi kekalih meniko saget migunani tumprat bongso kaliyan agama, ngabekti kaliyan tiyang sepahipun ugi mas Adi sak kulowargo saget jejek langgeng ayem tentrem wiwit dinten meniko ngantos selaminipun angsal paseksen panjenengan sedoyo...", ujar Mbah Sunar membacakan hajat niat secara adat Jawa.
Setelah selesai, Kyai Harun segera memimpin doa setelah membaca surat An Nas, surat Al Qadr, dan sholawat nabi 7 kali.
Usai berdoa, mereka segera membagi kenduri selamatan sepasaran bayi itu dengan kompak.
Di dalam kamar tidur, Indri tersenyum bahagia mendengar ucapan penyebutan nama dua putra kembar nya yang tengah tertidur pulas.
Dengan penuh haru, dia menatap wajah mereka berdua sambil berkata,
"Sekarang kalian resmi memiliki nama putra-putra ku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁
Selamat membaca 😁😁😁
Dua bayi kecil itu seakan mengerti dengan kata-kata dari Indri. Yaka terlihat menguap dan Rendra menggeliat dari tidurnya. Kemudian mereka berdua tidur dengan nyenyak.
Usai acara, Dhea dan Cinta bergegas masuk ke kamar Adi.
"Buk In,
Yang Rendra yang mana?", tanya Cinta penasaran. Gadis kecil itu segera naik ke atas ranjang tidur Indri.
"Adik Rendra yang ini sayang", jawab Indri sambil menunjuk ke arah Rendra yang tidur di sisi kanan.
"Berarti yang itu Yaka ya Buk In?", tanya Dhea sambil menunjuk ke arah Yaka.
"Benar sayang, ini adik Yaka. Nanti kalian sebagai kakaknya wajib menjaga adik adik kalian ya", ujar Indri dengan lembut.
Senyuman lebar segera tercetak di bibir Dhea dan Cinta. Dua gadis kecil itu akhirnya tidak rendah diri karena sekarang mereka memiliki saudara.
Di luar kamar, semua anggota keluarga Adi dan Indri masih jagongan bersama dengan para tetangga di sekitar rumah Adi.
"Eh mas Adi,
Caranya langsung dua gitu gimana?", tanya Kang Min dengan polosnya. Sebagai orang awam yang hanya tau sawah dan kebun, Kang Min benar benar lugu. Jangankan IT, ponsel jadul pun dia tidak bisa mengoperasikan.
Adi yang kebingungan bagaimana menjelaskan pada Kang Min, hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal.
Melihat itu, Rio yang jahil langsung menjawab pertanyaan Kang Min.
"Kata ustadz Him, banyak banyak berdoa Kang. Sebelum mulai baca Alfatihah 10 kali", jawab Rio dengan asal.
"Oalah begitu. Nanti aku coba di rumah", Kang Min tersenyum simpul. Adi hanya geleng-geleng kepala saja tanpa banyak komentar.
Malam itu Adi dan Indri kembali melekan sampai subuh lagi.
Pagi itu usai mengantar Cinta dan Dhea ke sekolah Adi memacu motornya menuju ke tempat proyek jembatan nya di depan SMP satu Gandu. Saat hendak memasuki tikungan di depan minimarket, dari spion motor terlihat Heni dengan motor matic nya menyusul di belakang.
"Mau berangkat kerja mas?", tanya Heni yang menjajari motor Adi.
"Iya. Ini mau ke lokasi", jawab Adi sambil membenarkan kaca film helm KYT putih nya.
"Hati hati mas", ujar Heni sambil tersenyum manis.
Adi hanya mengangguk sambil berlalu meninggalkan tempat itu dengan ngegas pol motor Vixion kesayangannya.
Heni menatap motor Adi yang melaju kencang dari belakang. Ada sesuatu yang tidak pernah bisa dia hilangkan dari hati nya soal Adi. Dia tidak pernah bisa melupakannya.
Motor Adi terus melaju ke arah proyek jembatan CV Barata Konstruksi di depan SMP satu Gandu.
Tampak para pekerja sedang sibuk menata batu yang menjadi penyangga utama di sisi barat sungai kecil itu.
Didik berkacak pinggang sambil terus memandangi pekerjaan bawahan nya.
Adi segera memarkir motornya di bawah pohon asem yang ada di timur lokasi proyek ini. Selepas mencopot helm KYT putih nya, dan menaruh pada spion motor nya, Adi melangkah menuju ke arah lokasi proyek.
Molen beton terus bergerak mengaduk pasir dan semen.
Adi mengambil sebatang rokok dari bungkus nya dan menyulutnya.
Didik yang melihat kedatangan Adi langsung mendekati bos nya itu.
Adi membuka gambar lay out pekerjaan.
"Dik,
Perhatikan sayap jembatan yang sebelah Utara karena itu nanti yang akan menjadi area tabrakan air. Tambah semen nya pas garap sisi itu", ujar Adi sambil menunjuk kearah yang dimaksudkan.
"Kalau up semen nya gimana bos?", tanya Didik seraya menatap wajah Adi.
"Paling up gak sampai 10 sak. Gak papa lah.
Perhatikan juga pondasi terjunan yang ada disana. Pastikan galian mu pel disini. Jangan kurang sesenti pun.
Aku tidak mau saat konsultan pengawas maupun pengamat wilayah mengomeli ku gegara galian mu kurang dalam", arahan Adi kepada sang kepala tukang nya.
Didik hanya manggut-manggut saja mendengar arahan Adi.
"Oiya Pak Bakri kirim material apa saja kemarin?", tanya Adi kemudian.
"Cuma pasir satu rit sama gebal satu rit bos", jawab Didik segera.
"Nota nya mana?", tanya Adi sambil membuka tangan nya di depan Adi.
"Sebentar bos", jawab Didik segera mengambil tasnya. Dia membolak balik isi tasnya itu berulang kali.
"Waduh lupa bos, ketinggalan di tas ransel di rumah", Didik menepuk jidatnya seketika.
"Huh dasar pikun..
Besok harus ada. Kalau sampai hilang, kamu bayar sendiri tagihan material itu", ancam Adi pada Didik.
"Assiaapp boskuh", jawab Didik sambil menghormat.
Saat mereka sedang asyik membahas tentang proyek, tiba-tiba ponsel pintar Adi berbunyi nyaring.
Tuuuttttttttttttt
Tuuuttttttttttttt
Adi segera membuka kunci layar ponsel pintar nya. Terpampang jelas nama Bu Bos Rini disana. Adi segera menggeser tombol hijau pada layar ponsel nya.
Adi : Assalamualaikum Bu Bos. Ada perintah untuk saya??
Bu Rini : Walaikumsalaam. Tak tunggu di kantor desa Wanaraja sekarang. 10 menit harus sampai.
Ceklek
'Huh perempuan ini..
Untung dia bos, kalau tidak pasti tak bikin jadi perkedel cincang', gerutu Adi sambil memasukkan ponsel pintar nya ke dalam tas kecil nya. Adi kesal dengan ulah Bu Rini yang seenaknya memutuskan hubungan telepon.
Ayah si kembar Rendra dan Yaka itu segera berjalan menuju motornya, dan memakai helm nya.
"Mau kemana bos?", tanya Didik penasaran.
"Ada urusan penting Dik, kalau air minum untuk pekerja habis, beli dulu pakai duit mu. Kas lapangan aku belum dikasih sama bos Alex", ujar Adi sambil men-start motor Vixion kesayangannya.
Motor itu segera meraung keras meninggalkan tempat itu menuju ke arah Kecamatan Talang. Didik hanya geleng-geleng saja sambil memandang kearah perginya Adi. Pria itu segera melanjutkan pekerjaannya.
Motor Adi melaju cepat kearah desa Wanaraja.
10 menit kemudian, Adi sudah sampai di depan pintu gerbang kantor desa Wanaraja. Mobil Fortuner putih terparkir rapi di tepi jalan.
Adi segera turun dari motor Vixion nya dan melepaskan helm KYT putih nya. Pria beranak empat itu segera menuju kearah seorang wanita cantik yang rambutnya di ikat dengan rapi.
"Selamat pagi menjelang siang Bu Bos", salam Adi pada Bu Rini dengan sopan.
"Rasah kakean gaya (Jangan terlalu banyak gaya) mas..
Kog pas 10 menit nyampe sini, kerjaan mu dekat sini mas?", tanya Bu Rini segera.
"Iya Bu Bos.
Bos Alex punya kerjaan di depan SMP satu Gandu. Jadi 10 menit sampai deh", jawab Adi sambil tersenyum tipis.
"Garap opo mas?
PL atau e-proc?", tanya Bu Rini yang penasaran.
"Sepertinya e-proc Bu...
Wong nilai nya diatas 400 juta kog pagu anggaran nya", jawab Adi seraya merogoh kantong bajunya yang berisi rokok. Adi menyulut sebatang rokok nya sambil tersenyum.
Saat itu mereka hanya bertiga.
"Kita ada acara apa Bu disini?", giliran Adi bertanya kepada Bu Rini.
"Aku ada PL disini mas. Lha kadesnya sini minta diikutsertakan dalam tahap pengecekan. Katanya untuk laporan tahunan di kabupaten.
Nah Kades nya nyuruh sekdesnya. Tapi sedari tadi orang nya belum nongol juga. Padahal sudah hampir sejam aku nunggu disini", jawab Bu Rini sambil melirik jam tangan Seiko Kinetik Watch nya.
Dari ujung gerbang kantor desa, seorang wanita dengan baju keki dan jilbab merah serta berkacamata berjalan menghampiri mereka.
"Maafkan saya terlambat ya Bapak Ibu semua nya", ujar si wanita berkacamata itu segera.
"Mbak ini Sekdesnya Wanaraja?", tanya Bu Rini yang segera menatap wajah perempuan itu.
"Enggeh Bu,
Perkenalkan saya Renata Suparno, Sekdes Wanaraja", ujar perempuan berkacamata itu pada Bu Rini.
"Oh saya Rini Yulianti. Rekanan dinas pekerjaan umum. Ini Agus admin kantor dan ini Adi mandor proyek yang akan menggarap proyek saya ini", jawab Bu Rini sambil memperkenalkan diri dan anak buahnya.
Perempuan berkacamata itu segera menamatkan wajah Adi.
"Loh ini kan Mas Adi Prasetyo?", tanya Sekdes Wanaraja itu dengan penuh keterkejutan nya.
"Iya Ren,
Ini aku Adi Prasetyo", jawab Adi sambil tersenyum tipis.
"Loh sampean sudah saling mengenal to Bu Sekdes? Kenapa tidak bilang dari tadi?", Bu Rini melongo mendengar mereka sudah tau masing-masing.
Ya bagaimana tidak kenal wong mereka pernah pacaran. Itu terjadi saat Renata kelas satu dua negeri Talang bertemu Adi yang menjadi vokalis band yang pentas di pensi SMA nya. Renata langsung jatuh cinta pada Adi yang membawakan lagu favorit nya, Akhirnya Ku Menemukan Mu dari Naff.
Meski hanya setahun berpacaran backstreet, mereka akhirnya memilih putus karena ketahuan bapak Renata, Endro Suparno, yang menginginkan putri nya menyelesaikan sekolahnya sampai kuliah.
Lepas putus, mereka loss kontak dan baru bertemu hari itu.
Ada berbagai perasaan bercampur aduk pada dada Renata dan Adi.
"Eh dulu kami berteman Bu Rini. Sudah lama sekali pokoknya.
Eh ayo Bu kita ke lokasi yang mau digarap. Tadi Pak Kades sudah memberikan pengarahan kepada saya", ujar Renata Suparno sambil segera berjalan menuju ke arah motor matic nya.
Adi yang hendak berjalan langsung di tarik tangan nya oleh Bu Rini.
"Benar cuma berteman mas?", selidik Bu Rini sambil tersenyum tipis. Seperti nya dia sudah mengendus aroma wangi sisa cinta dalam hubungan masa lalu Adi dan Renata.
"Iya Bu Bos, just friend. Nothing else matters", ujar Adi sambil tersenyum tipis dan segera mengenakan helm KYT putih nya.
"Pran pren mbelgedes kui..
Orang lain bisa kau kibuli mas, tapi tidak dengan nyonya Budi", Bu Rini mencebikan bibirnya ke arah Adi yang hanya cengengesan sambil tersenyum tipis.
Dua motor dan satu mobil itu segera melaju ke arah lokasi proyek pengaspalan jalan di desa Wanaraja. Sepanjang perjalanan itu, pikiran Adi seperti flashback pada masa lalu nya.
Saat tiba di lokasi proyek, mereka segera turun dari kendaraan masing masing.
"Ehm jadi begini Bu Sekdes,
Untuk teknis pelaksanaan pekerjaan nanti semua langsung di handel sama Mas Adi ini.
Jadi kalau ada apa-apa, Bu Sekdes bisa komunikasi langsung dengan Mas Mandor Proyek yang ganteng ini.
Tidak perlu langsung ke saya", seloroh Bu Rini yang disambut tawa kecil semua orang. Ada semburat merah pada wajah Renata.
Sementara Adi hanya cengar-cengir sendiri seakan tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
Bekerja bersama Renata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya kak 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit ❤️ dan komentar 🗣️ nya agar author terus semangat menulis yah 😁
Selamat membaca 🙏🙏😁😁🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!