NovelToon NovelToon

Gadis Satu Malam

Kehidupan yang lebih baik

GADIS SATU MALAM

" Akhss.. sakit.." hiks.. hiks.. jerit Keyla diiringi butiran bening meluncur dari sudut matanya ketika merasakan perih karena sesuatu memaksa masuk ke dalam inti tubuhnya...

" Maafkan aku." kata Gerry yang kini sedang mencoba menembus selaput darah dengan memberikan ciuman di mata yang sudah berair milik Keyla.. Dia tidak bisa berhenti sekarang, dosa ini sangat nikmat dan gadis yang berada di bawah tubuhnya ini sudah membuatnya berdesir ketika pertama kali mereka bertemu dua jam yang lalu.

One Night Stand, itulah yang mereka lakukan malam ini. Menghabiskan malam panas bersama hanya satu malam ini.

Sang gadis butuh uang untuk melanjutkan pendidikan yang dia impikan, sedangkan laki- laki hanya untuk bersenang - senang malam ini.

***

Lima tahun kemudian

Keyla Aprilia

* Pov's Keyla *

Beberapa tahun telah terlewati setelah kejadian itu.

Kejadian yang selalu aku sesali hingga sekarang, menyesal telah menjajakan harga diriku demi sebuah kehidupan yang lain.

Sungguh aku sangat menyesalinya, meskipun tidak ada yang tahu selain diriku dan juga pria itu tapi aku sangat malu pada diriku juga mendiang kedua orang tuaku.

Lupakan tentu saja, aku selalu berusaha melupakan.

Kehidupanku hari ini jauh lebih baik, pekerjaan tetap sebuah apartemen milik sendiri yang lumayan mewah tempatku tinggal juga sedikit saham di perusahaan tempatku bekerja dan beberapa investasi di beberapa perusahan besar lainnya, aku rasa setimpal dengan menjual kesucian ku dulu.

"Keyla." Panggil seseorang dari pintu yang sedikit terbuka menyadarkan ku dari lamunan masa lalu.

Dia Pak Bram, atasan sekaligus sahabat yang aku layani hampir tiga tahun ini.

"Iya pak Bram ada yang bisa saya bantu ?" Tanyaku.

Oh ayolah aku ingin cepat pulang dan beristirahat di ranjang kesayanganku. Setiap hari kesibukanku seperti ini, aku belum boleh pulang jika si beliau ini belum pulang. sepertinya aku bukan hanya seorang sekretaris namun sekaligus baby sitter.

"Sepertinya kita harus bersiap - siap sekarang ini acara yang sangat penting." Ucap Bram sambil melihat jam tangan mahalnya.

"Kita ? apakah saya juga harus ke pertemuan itu pak ?" tanyaku.

Bukan karena aku tidak tahu, oh ayolah aku yang menyusun semua jadwalnya dan dalam pertemuan itu tanpa aku.

"Maafkan aku key, Rosa tidak bisa datang dia masih di Bali ada pekerjaan yang mendadak, apakah dia belum menghubungimu ?" Tanya nya.

Aku menggeleng, hingga beberapa detik kemudian, benda pipih yang ada di kantong blezer ku bergetar.

"Itu pasti Rosa, angkatlah." Ucap Bram lagi.

"Baik pak." Jawabku singkat, kemudian dia masuk lagi kedalam ruangannya.

"Yes Mam." Jawabku pada si nyonya Bramantyo yang tidak lain adalah sahabat kesayanganku.

"Hai key, aku minta maaf lagi harus ganggu malam minggu kamu." suara wanita terbaik sepanjang hidupku terdengar dari balik benda pipih yang menempel di telingaku.

" Sa, aku mau nangis sekarang." Kataku merengek.

"Kenapa ? kenapa kamu nangis, apa ada yang gangguin kamu ? bilang aku Key, biar aku cabik- cabik tubuhnya." Ujar Rosa.

"Oh iya ? kalo gitu tolong dong Sa, tolong cabik- cabik tubuh nyonya Bramantyo yang selalu menganggu malam istirahatku." Kataku memelas.

" Oh key, sungguh maafin aku. Aku harus secepatnya menyelesaikan masalah disini, ini batu permata langkah dan aku harus mendapatkannya buat koleksi di tokoku. lagipula kamu kan ga punya pacar, jadi malam ini tolong temani suamiku yaa, kamu ga mau kan kalo aku datang merengek dan nangis di apartemen kamu karena suami tampanku di godain wanita lain. pliss ya ya."

Rosa memohon, dan lagi - lagi suara wanita terbaik itu tidak bisa ku tolak.

"Huh oke oke, tapi ngga gratis ya nyonya Bramantyo." Ujar ku.

"Tentu saja Key, tiket gratis liburan ke Paris. Tinggal atur aja jadwal cuti kamu dan sesuaikan dengan jadwal Bram." Ujar Rosa sudah bisa menebak apa yang ku mau.

"Deal." Jawabku singkat setelah itu sahabat sekaligus istri dari boss ku mengakhiri percakapan kami.

Aku melangkah menuju pintu ruangan Bram lalu mengetuknya pelan.

"Masuk Key." Kata Bram dari tempat duduk kebesarannya.

"Kita harus berangkat sekarang Pak. Hanya ada waktu sekitar dua jam untuk bersiap." Ucap ku sambil melirik jam tangan branded yang melingkar cantik di pergelangan tanganku.

"Jadi udah deal sama transaksinya ?" Tanya Bram.

"Iya pak senang berbisnis dengan Nyonya Rosa Bramantyo." Jawabku tersenyum, lalu menekan lift dan masuk ke dalam kotak besi itu.

"Oh ayolah key, kenapa sih kamu selalu takluk sama dia, sekali dua kali bolehlah kamu bilang tidak padanya." Kata Bram lalu lift yang membawa kami mulai turun menuju lantai dasar.

"Seperti kamu berani aja." Jawab ku dengan tawa mengejek.

"Cih kamu dan Rosa sama aja, sama- sama nyebelin Key." Ujar Bram kesal, lalu melangkah keluar dari lift menuju mobil, kemudian berlalu dari halaman kantor menuju salon tempat kami bersiap.

***

Mobil yang di kendarai Bram mulai melaju di jalanan menuju salon langganan kami. Sama seperti bisanya, saat Bram masuk ke dalam bangunan mewah itu, sudah ada yang menanti kedatangan kami, sehingga tidak membutuhkan waktu lama semuanya siap.

Setelah selesai bersiap di sebuah salon mewah di Jakarta aku dan Bram kembali masuk kedalam mobil menuju hotel dimana acaranya sedang berlangsung.

Aku, Rosa dan Bram sudah berteman sejak masuk sekolah menengah atas. Rosa yang selalu mengikuti kemana aku pergi dan Bram sudah seperti pengawal Rosa yang selalu mengikuti Rosa.

Sejujurnya aku merasa rendah diri untuk berteman dengannya untuk itu aku selalu menghindari gadis cantik bak malaikat yang menawarkan sebuah persahabatan padaku. Namun itu tidak berlangsung lama, akhirnya aku takluk juga dengannya.

Aku, Rosa dan Bram sekolah di SMA yang sama juga kuliah di kampus yang sama. Apakah aku sekaya mereka, tidak. Aku sangat jauh berbeda dari kehidupan mereka berdua yang penuh dengan kemewahan.

Bramantyo adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan Properti HG Group, sedangakan Rosa juga Putri tunggal dari Bisnis di bidang perhiasan yang harganya fantastis.

sedangkan aku, ibuku entah dimana. Aku tidak pernah bertemu dengannya, sejak kecil hanya hidup berdua dengan ayahku yang hanya seorang buruh bangunan.. saat aku masih duduk di kelas dua sekolah menengah atas ayah meninggal karena kecelakaan kerja. Sungguh tragis bukan ? Tanpa keluarga, tanpa uang untung saja masih punya Rosa gadis terbaik yang aku punya datang menawarkan hidup yang lebih baik dengan menumpang hidup padanya di sebuah rumah mewah...l

Namun aku menolaknya aku bisa bekerja paruh waktu di restoran atau cafe, dan yah ibunya Bram punya teman yang siap memberi pekerjaan padaku. dan waktunya pun tidak dituntut, sekolahku harus diutamakan dan aku sangat bersyukur dengan kebaikan Tuhan yang mengirimkan aku orang - orang yang seperti malaikat ini.

Orang tua Bram dan Rosa sudah menganggap ku seperti anak mereka, namun kembali lagi padaku. aku tidak ingin terlalu serakah dengan memanfaatkan kebaikan mereka. mendapat dukungan dan support dari mereka di tengah kehidupan tragis ku itu sudah sangat membuat aku sangat berterimakasih. Aku ingin mendapatkan masa depan yang ku inginkan dengan kerja kerasku.

Hasil dari kerja paruh waktu ku gunakan untuk membiayai kehidupan sehari- hari sisanya aku sisipkan untuk impianku.

Kuliah di Universitas yang luar biasa seperti ini jika bukan karena bantuan orang tua Bram dan Rosa itu adalah hal yang mustahil bagiku.

Mereka menawarkan beasiswa padaku dengan menukar prestasi yang harus membuat mereka bangga. Jadi, aku hanya harus belajar dengan giat untuk sebuah beasiswa di salah satu Universitas terbaik di Indonesia dan itu bukanlah hal sulit bagiku. Aku memang sudah terlahir dengan otak yang di atas rata - rata, dan aku bangga akan hal itu..

Sudah di akhir semester kuliah, aku membaca sebuah artikel bisnis di majalah bisnis milik Universitas yang ada di perpustakaan kampus. Kuliah S2 di Paris namun dengan biaya yang lumayan tinggi namun dengan nilai yang lumayan aku bisa mengajukan beasiswa di pihak kampus untuk mendapatkan pembayaran setengah dari biaya yang sudah di tetapkan. dan yah aku terobsesi dengan pendidikan yang satu ini. Manajemen dan Kesekretariatan di Paris..

Aku sangat menginginkannya, aku harus bisa ke kota yang punya satu keajaiban dunia Paris, Prancis.Tidak terasa waktu sudah cepat berlalu, aku sudah mengurus semuanya termasuk pembayar setengahnya.. namun aku tidak sempat memikirkan bagaimana biaya kehidupan sehari - hariku di sana. Kembali lagi pada kenyataan, tabungan yang aku kumpulkan sudah cukup untuk membayar setengah dari biaya pendidikan namun tidak dengan biaya hidupku di sana. Dan kini berakhirlah aku di dalam sebuah kamar hotel presiden suit milik anak seorang pengusaha yang akan merayakan kelulusannya dengan menyewa gadis yang siap pergi setelah menyerahkan tubuhnya..

Dan tebak lah, aku mengajukan diriku melalui situs online tentu saja identitas ku di rahasiakan. begitupula dengan pembeli, sang penjual tubuh tidak boleh mengetahui nama atau hal apapun mengenai sang pembeli..

tentu saja aku bersyukur untuk hal satu ini, karena setelah ini aku akan mendapatkan bayaran fantastis bisa untuk biaya kehidupanku di Prancis selama dua tahun kedepannya.

Semua berlalu begitu saja, setelah kejadian malam itu tidak ada yang tahu siapa dia, wajahnya sangat tercetak dengan jelas di dalam otakku namun aku tidak tahu siapa dia sebenarnya, sentuhan lembut penuh kehati-hatian ketika aku mengatakan bahwa aku belum pernah disentuh siapapun, dia memperlakukan aku sangat baik bahkan dia membayar ku dua kali lipat dari harga yang sudah kami sepakati.

Tidak ingin munafik aku ikut menikmati malam itu, aku melakukan dengan rasa yang membuncah didalam dadaku, detak jantung yang mungkin tidak akan pernah aku rasakan lagi pada siapapun. aku jatuh cinta padanya malam itu.

"Kita sudah sampai Key." Suara bos keren ku ini membangunkan aku dari lamunan dosa terindah yang pernah aku lakukan dulu.

Dengan senyum aku membuka pintu mobil mewah milik sahabatku dan berjalan mengikutinya dari belakang selayaknya sekertaris profesional pada umumnya.

"Hallo nak Bram." Seseorang menyapa atasanku Bram, lelaki paruh baya yang kira - kira seumuran dengan Om Han, sang tuan rumah acara, pak Sanjaya.

"Bagaimana kabar om Sanjaya ?" Bram membalas menyapa.

"Yah seperti ini, harusnya sudah pensiun sejak lama sama seperti ayahmu, dan terimakasih sudah menyempatkan hadir di acara yang sangat penting ini Bram." Kata pak Sanjaya

"Tentu saja saya harus hadir, saya merasa terhormat dengan undangan om." Jawab Bram.

"Silahkan nikmati acaranya nak Bram dan Nona Keyla. "

" Terimakasih Pak." Ucapku sambil tersenyum senyum lalu menyambut uluran tangan dari rekan bisnis Bram.

" Bram, aku permisi ke toilet sebentar." Izinku.

" Okeh aku duduk di sana Key." Jawabnya sambil menunjuk satu meja kosong yang tidak jauh dari tempat kami berdiri. Setelah itu aku melangkah menjauh dari kerumunan orang - orang penting yang sibuk membicarakan kekayaan mereka.

Pertemuan Kembali

*Keyla Pov's

Aku terus melangkah dengan anggun, belajar cara berjalan seorang sekertaris profesional sudah mejadi makanan sehari - hariku selama dua tahun di Paris.

Dengan hills yang menghiasi kaki indah ku, juga gaun silver belahan hingga yang akan mengekspos paha mulus ku ketika aku melangkah. Berpakaian seperti ini sudah tidak asing lagi bagiku, gaun dengan harga puluhan juta banyak berjejer di lemari di dalam kamarku. Aku harus selalu siap sedia menggantikan sahabatku Rosa untuk menemani Bram ke acara - acara penting seperti ini.

Koridor yang temaram sedikit menganggu konsentrasi ku, namun, aku tetap melangkah mencari toilet karena ada cairan yang sudah tidak bisa di pakai harus segera di keluarkan dari tempatnya.

Aku berhenti sebentar, lalu mengendarakan pandanganku, melihat ke sisi kanan dan kiri namun, aku tidak mendapati pintu - pintu kecil yang biasa orang pakai untuk urusan pribadi mereka.

"Butuh bantuan Nona ?" Suara seorang laki - laki menyapaku.

"Aku sedang mencari toilet wanita." Jawabku.

"Tidak disini Nona, kau salah melewati koridor." Ucapnya.

"Terimakasih."

Aku segera membalik badanku untuk melangkah kembali ke ruangan tempat acara berlangsung, wajah laki - laki sedikit tidak jelas karena kurangnya pencahayaan di koridor ini, sedikit membuatku takut.

Namun kakiku seketika berhenti melangkah ketika suara laki- laki itu kembali menyapaku.

"Bagaimana kabarmu Keyla Aprilia ?"

Suara laki - laki itu membuatku membeku. Aku tidak lagi melanjutkan langkahku namun juga tidak berbalik melihat laki- laki yang berdiri di belakangku ini. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat padaku namun aku masih takut membalik tubuhku.

"Kabarku baik seperti yang kau lihat, aku baik - baik saja." Jawabku mencoba untuk tetap tenang.

"Hei ayolah Keyla mahasiswi di Universitas X, aku penasaran seperti apa kehidupanmu setelah malam panas yang kita lewati malam itu, kau menghilang begitu saja tanpa jejak." Ujar laki - laki yang kini sudah berdiri tepat di belakangku.

Tadinya aku sangat penasaran siapa laki - laki ini, karena aku tidak mengenal laki - laki di hidupku selain Bram. Namun setelah dia menyebutkan malam panas yang kami lewati, aku sudah bisa menebaknya karena hanya ada satu laki - laki yang pernah menghabiskan malam bersamaku.

Aku berbalik, memberanikan diri melihat siapa laki - laki yang mengenal nama panjang ku bahkan tempat kuliahku dulu.

Dan yah tebak lah, aku terkejut sangat terkejut namun inilah keahlian ku, aku bisa menyembunyikan ekspresi di wajahku. Aku berpura - pura tidak mengenalnya, karena memang harusnya seperti itu. Aku memang tidak tahu siapa dia, hanya wajah tampannya yang masih aku ingat sampai saat ini.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? Ataukah anda rekan bisnis dari pak Bramantyo ?" Tanyaku mencoba untuk tetap tenang meski jantungku berdetak ingin keluar dari tempatnya.

Dia menatapku tajam ketika melihat ekspresiku yang terlihat biasa-biasa saja ketika kembali bertemu dengannya. Seketika dia mendengus dan melangkah pergi melewati tubuhku yang hampir ambruk di tengah koridor itu.

Sungguh ini malam yang membuat jantungku bekerja sepuluh kali lipat dari biasanya selama hampir lima tahun ini. Bertemu kembali dengan laki - laki yang meniduri ku, sungguh hampir saja aku lepas kendali dan memakinya dengan lantang karena sudah menipuku lima tahun lalu.

Tapi tidak bisa aku pungkiri, dia adalah laki - laki pertama kali membuat jantungku berdetak malam itu waktu pertama kali kami bertemu. Meskipun malam itu tidak ada arti apa - apa, kami tidak punya ikatan khusus, itu hanya sebuah transaksi jual beli dan itu sudah terjadi beberapa tahun lalu namun detak jantungku masih sama saat bertemu kembali dengannya beberapa menit yang lalu.

"**** !" Umpat ku saat aku kembali tersadar karena pertemuan singkat yang memacu adrenalin ku tadi, aku melupakan acara kencingku yang sudah tidak tertahan beberapa waktu lalu.

Aku kembali melangkah mencari toilet, dan untungnya bertemu dengan office girl hotel ini dan membantuku menemukan toilet yang sebenarnya.

Dan huuusshhh lega rasanya setelah mengeluarkan cairan mengesalkan itu.

Aku sedikit merapikan riasan di wajahku dan keluar dari toilet kembali menuju ruangan tempat acaranya sedang berlangsung.

Bram mengangkat tangannya menyuruhku mendekat ketika melihatku sudah berdiri di pintu masuk ruangan. Dan aku melangkah mendekat kemudian duduk di kursi tepat disampingnya. Seorang pelayan mengantarkan minuman ke meja kami, juga tidak lupa aku berterimakasih untuk itu kemudian pelayan tersebut pergi dari meja kami.

Seorang pemandu acara terlihat berdiri di atas panggung, mulai membuka acara ketika semua para tamu undangan sudah duduk di kursi masing - masing.

Terlihat dengan sangat berwibawa laki - laki yang tadi menyapa Bram berdiri memberikan sambutan ucapan terimakasih dan lain sebagainya.

Mengumumkan pada para hadirin bahwa sudah waktunya beliau menikmati masa tua bersama istri tercinta, wanita yang masih terlihat cantik dan anggun naik keatas panggung.

Tidak lupa juga mengenalkan sang putra mahkota yang akan meneruskan tahtanya di perusahaan, dan tebak lah siapa dia, yah laki - laki yang membeli tubuhku beberapa tahun lalu dan kita baru saja bertemu beberapa waktu lalu di koridor hotel ini dan anehnya baru aku ketahui sekarang bernama Gerry Sanjaya, putra dari pemilik SN Company. Terlihat banyak laki- laki paruh baya seumuran pak Sanjaya membawa putri mahkota mereka dan mengenalkan pada pangeran malam ini yang terlihat dengan senyum menyedihkan miliknya.

Aku sangat pintar dalam segala hal, termasuk membaca garis wajah orang lain. Apakah memang benar - benar menyukai keadaan atau tidak. Dan itu sangat jelas terlihat di wajah sang pangeran malam ini, bahwa sedang tidak menikmati keadaan.

"Hallo Bram kita bertemu lagi." Laki - laki yang ingin aku hindari datang di meja kami dan menyapa Bram.

"Oh hallo Gerry, lama tidak bertemu, kemana aja setelah kuliah ?" Tanya Bram.

"O University." Jawabnya menyebut salah satu Universitas terkenal di Inggris.

"Siapa ?" Tanya si pangeran lagi yang sekarang semakin membuatku tidak nyaman.

"Oh ini adikku Keyla." Jawab Bram.

"Hai Keyla." Dia mengulurkan tangannya padaku, dan aku menyambutnya. "Senang bertemu denganmu lagi keyla. " Sambungnya dan itu membuat mataku melotot padanya.

"Sudah pernah bertemu dengannya ? Key kau mengenalnya ?" tanya Bram sedikit serius kali ini. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini, inilah Bram jika menyangkut laki - laki yang katanya mengenalku.

Aku diam tidak tahu harus menjawab apa pada Bram.

"Key !" Kembali terdengar suara Bram yang semakin tidak enak intonasinya.

" Ayolah Bram posesif banget sih sama adik sendiri, tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya nyasar di koridor mencari toilet." Jawab laki - laki sialan yang sayangnya membuat jantungku terus berpacu ketika mata kami tidak sengaja bertemu.

Hufffttt aku bernafas lega, sungguh aku sangat takut jika Bram dan Rosa akan mengetahui semua yang aku lakukan dulu.

"Kenapa aku baru tahu kalau kau punya adik Bram ? selama ini aku tidak pernah bertemu dengannya ? di pesta pernikahanmu dan Rosa juga aku tidak melihatnya ?" tanya Gery yang baru aku tahu tingkat kepo nya melebihi ibu - ibu yang berada di satu gedung dengan apartemenku.

"Sialan." Batinku, sambil terus menatap tajam Gery dan dia tahu itu, terlihat senyum menyeringai dari bibirnya.

" Dia melanjutkan sutdynya di Prancis." Jawab Bram singkat, terlihat Bram mulai tidak ingin membahas tentangku tentu saja aku tahu kenapa.

Dan disini aku hanya diam, aku tahu tentangku sangat menyedihkan tidak ada cerita yang menarik untuk diceritakan dari kisah tragis ku.

" Oh yaa.. Kuliah dimana Key ? " Tanya Gerry masih dengan senyum menyebalkan miliknya.

" di X University." Jawabku singkat menyebutkan nama Universitas tempatku kuliah di Prancis.

" Jadi sekarang sudah jadi Profeaional Secretary ? " tanyanya lagi

" Ya, Keyla sekertaris pribadiku." Bram yang menjawabnya aku diam saja.

Jika Bram sudah mulai memperlihatkan aura seperti ini, itu berarti dia tidak ingin orang lain mengusik kehidupanku.

" Wow perpaduan yang sangat sempurna." jawab Gery dengan tatapan tajamnya yang sulit di artikan.

" Jangan mengganggunya Gery, kamu akan berhadapan dengan ku." Tekan Bram kali ini dengan nada serius yang mengintimidasi. aku sering melihatnya bersikap seperti ini bahkan pada rekan bisnisnya sekalipun jika itu menyangkut aku.

" Oh ayolah Bram, aku ingin mengenal adikmu lebih dekat tidak masalahkan ? " Gerry masih dengan kata - katanya yang semakin membuat Bram bersikap tidak terkendali.

" Jangan main - main denganku Gerry, kamu tahu keluargaku sama kedudukannya dengan keluargamu bahkan mungkin keluargamu masih berada di bawah keluargaku, jika ayahku tidak menginginkan sesuatu kamu tahu bukan ayahmu akan bersikap seperti apa ? apalagi ini menyangkut tentang keluargaku, aku tidak ingin adikku menggabiskan sisa hidupnya dengan orang - orang seperti kita." Jawab Bram lugas dan jelas dan aku masih tertunduk meremas jemariku di atas gaun mahalku.

" Tentu saja Bram. " aku mengangkat kepalaku terlihat Gerry mengepalkan tangannya di atas meja sampai tulang jarinya memutih.. " Dan terimakasih sudah bersediah hadir di acara keluargaku dan aku permisi nikmati pestanya nona Keyla, maaf membuatmu sedikit tidak nyaman." Setelah mengatakan itu Gery beranjak dari tempat duduknya dan aku tidak tahu kemana laki - laki itu pergi.

" Key, maafkan aku." Ucap Bram tulus

" No Bram, terimakasih lagi - lagi membelaku di tempat seperti ini." kataku pada Bram

Setelah itu aku dan Bram menikmati makanan super mewah yang tersedia di acara ini, dan menemui pemilik pesta untuk berpamitan pulang.

 

Tatapan Itu

** Hai aku akan up setiap hari 1 episode ya...

Selamat membaca semuanya 😊 **

* Keyla Pov's *

Selesai menikmati hidangan mewah yang tersedia untuk para tamu undangan Bram mengajak aku pulang, namun sebelum itu kami harus berpamitan dulu pada sang tuan hotel sekaligus pemilik acara.

Aku masih bersikap tenang seperti biasanya, meskipun jantungku sudah tidak bisa lagi di ajak bekerja sama seperti biasanya ketika mata itu selalu menatap kearah ku.

" Om Sanjaya. " Bram menyapa laki - laki paruh baya yang terlihat sangat sangat berwibawa malam ini dan aku berdiri di belakang Bram seperti biasanya.

dan jangan tanyakan lagi dimana laki - laki yang sejak tadi mengganggu pikiranku, dia berdiri tepat dihadapan aku dan Bram sekarang bersama seorang wanita yang tak lain adalah ibunya.

"Oh nak Bram, bagaimana menikmati pestanya ?" tanya pak Sanjaya basa basi.

" Iya om, tentu saja saya sangat menikmati acara yang sangat luar biasa ini." Jawab Bram. " Kami mau izin pamit pulang om." Lanjutnya

" Oh iya nak, sampaikan salam ku pada ayahmu." jawab pak Sanjaya oh iya mam ini sekertaris pribadinya Bram nona Keyla.. Pak Sanjaya memperkenalkan aku pada sang istri

" oh hai Keyla, senang bertemu denganmu." Wanita paruh baya yang tidak kalah cantik dengan wanita - wanita yang berada dalam ruangan ini mengulurkan tangannya dan aku pun menyambut uluran tangan itu.

" Senang bertemu dengan anda juga nyonya." jawabku dengan senyum yang biasa aku berikan pada kolega Bram.

" Tante, panggil saja tante Nia kata Gerry kamu adiknya Bram." Jadi panggil tante saja ya.

aku melihat kearah Bram, dan yah seperti biasanya Bram terlihat tidak senang ketika orang lain membicarakan aku dan aku sangat mengerti itu karena bukan kali ini saja laki - laki yang selevel Bram sengaja mengusik kehidupan aku.

" Ah tentu saja tante Nia, terimakasih. " Jawabku basa basi

Bram tanpa kata - kata lagi berbalik melangkah meuju ke arah pintu keluar aula hotel mewah ini dan aku masih seperti biasa mengikutinya dari belakang.

Tanganku terasa hangat, spontan pandanganku mengarah pada tanganku yang terasa di genggam, dan yah laki - laki sialan ini mengenggam tanganku erat membuat jantungku semakin berdetak. mungkin sedikit lagi aku akan kena serangan jantung dengan semua kejutan malam ini.

Secarik kertas terselip di telapak tanganku, namun aku belum berani melihat apa itu. Dan setelah itu tangan yang tadi menggengam tanganku perlahan terlepas, reflek aku mengangkat kepalaku melihat tubuh yang tadi tepat disampingku kini berdiri mematung dibelakangku melihat tubuhku yang mulai berlalu menjauh dari tempatnya berdiri. Pandangan kami bertemu namun tidak ada senyum jahil mengesalkan yang selalu dia tunjukan padaku dan Bram tadi.

Tatapan kali ini seperti meminta sesuatu padaku, dan aku tidak tahu apa itu. Dan anehnya aku merasakan sesuatu yang entahlah perasaan apa ini, aku seperti berharap dia menahanku lebih lama dalam genggaman tangannya yang terasa sangat hangat dan nyaman itu.

Ayolah sadarlah Key, jangan seperti ini. Batinku

Gerry Sanjaya bukanlah bagian dari impian yang akan kau tuju.

tetaplah berjalan di arah yang seharusnya sesuai rencanamu, jangan berbelok ketempat yang mungkin suatu hari nanti akan membuatmu semakin menyesali pengorbanan harga dirimu beberapa tahun lalu. logiku ingin mengajak sang hati yang sudah mulai berbelok arah dan tidak ingin lagi di ajak kerja sama.

Aku menarik nafasku pelan agar laki - laki yang sedang berjalan tepat di depanku tidak menyadari kegundahan hatiku malam ini.

aku hanya ingin secepatnya sampai di apartemenku dan membersihkan tubuh serta pikiranku malam ini.

" Key aku yang akan mengantarmu ke apartemen." suara Bram kembali menyadarkan aku dari lamunanku

Tanpa suara aku mengambil kunci mobil yang aku simpan di dalam tas kecilku dan tidak lupa juga secarik kertas yang di berikan Gerry aku simpan di dalam tas ku. Aku dan Bram masuk kedalam mobil kemudian keluar dari bastmen hotel melaju menuju apartemenku.

" Kau terlihat lelah, istirahatlah Key aku akan membangunkanmu jika sudah sampai." Suara Bram kembali memecah keheningan di dalam mobil.

" Tidak apa Bram, aku hanya duduk tadi. Aku masih bisa membawa mobil dan mengantarmu sampai rumah malam ini dan kembali menjemputmu besok.. jawabku

Bram tersenyum padaku, " istirahatlah malam ini, besok hari mingguu aku akan menjemput Rosa di Bali, jadi kamu tidak perlu ke kantor kecuali jika ada yang urgent aku akan memberitahu padamu.. kata Bram

" Baikalah." jawabku singkat. Biasanya meskipun hari minggu aku tetap harus kekantor bersama Bram..

" Dan satu lagi, jangan memikirkan si kampret itu Key jika dia mengganggumu menjauhlah. " Kali ini suaranya terdengar tegas. " Ini perintah Key aku tidak suka kamu dekat dengan orang seperti dia. " sambung Bram

" Tapi kenapa Bram ? Apa Gerry pernah bermasalah ?" tanyaku

" Nggak Key, dia laki - laki yang baik, aku hanya ingin kamu bertemu dengan laki - laki yang biasa - biasa saja, sederhana dan baik seperti dirimu, membangun sebuah keluarga kecil dan hidup dengan bahagia. " Kata Bram membuatku terdiam. " Jika memilih hidup dengan orang - orang seperti kami, kamu tidak akan pernah merasa nyaman dan tenang." Kata Bram lagi yang seketika membuatku terharu. Dengan mata yang berkaca - kaca aku mentap laki - laki yang masih berkonsentrasi mengemudi disampingku namun terus berceloteh seperti ibu yang sedang memperingati putrinya untuk berhati - hati dalam memilih pasangan.

" Kamu tahu, mungkin Gerry benar - benar menginginkanmu, aku melihat itu dari cara dia menatapmu dan aku rasa itu bukanlah masalah bagiku aku mengenal keluarganya mereka sama baiknya seperti ayah dan bunda, meakipun papanya terkenal keras. Juga yang membuatku sedikit takut adalah kolega bisnis mereka dan jika kamu sudah masuk di kehidupan mereka maka semua rekan bisnis mereka akan memepertanyakan kehidupan kamu dan kamu sangat tahu aku dan Rosa tidak menyukai hal seperti itu." Tegas Bram panjang lebar

" Bram. " panggilku

" hmmm.. sekejap dia menatapku. mata yang mirip denganku itu memandangiku.

"Ada apa Key ?" tanyanya ketika melihatku hanya diam

" Kamu seperti ibuku saja dan terimakasih Bram." Kataku dan segera memutuskan pandanganku kembali menunduk melihat tanganku yang saling bertautan. "Terimaksih untuk kalian berdua, aku tidak tahu akan seperti apa hidupku tanpa kau dan Rosa Bram. Aku menyayangi kalian berdua." kataku lirih

" Baiklah gadis kuat, kita sudah sampai." Kata Bram sambil menepuk pelan kepalaku aku pun tidak menyadari mobil sudah terparkir di depan Apartemenku.

" Jika hanya ingin berteman tidak masalah Key, menambah satu teman lagi dalam hidupmu bukanlah masalah yang besar namun aku ingin kamu menjaga hati dan juga harga dirimu. aku tahu sangat sulit menolak laki - laki seperti Gerry, bahkan ada banyak wanita yang rela memberikan tubuh mereka secara percuma pada seorang Gerry dan aku tidak ingin kamu menjadi salah satu dari mereka Key." Kalimat Bram terdengar lirih namun menakutkan, bagaimana jika Bram tahu apa yang sudah aku perbuat dengan harga diriku beberapa tahun lalu, meskipun itu tidak percuma karena Gerry membayarku mahal namun aku tetal tidak bisa membayangkan kemarahan Rosa dan Bram jika mengetahuinya.. sungguh aku tidak ingin kehilangan mereka, aku takut.

" Tentu saja Bram," aku mencoba setenang mungkin menepis ketakutanku. " Tdak ada orang lain yang lebih mengenalku selain kau dan Rosa, dan Gerry bukanlah bagian dari impianku Bram kamu sangat tahu apa yang aku inginkan dalam hidupku. Dan kini saatnya aku keluar dari mobilmu bos, hati - hati di jalan. " sambil tersenyum riang dan mengejek. " Sampaikan salam ku peluk cium untuk ponakan cantikku" kataku

"Cih kau selalu saja seperti itu Key. " Namun Bram mengangguk dan terlihat tersenyum lega setelah mendengar kalimat panjang lebar yang tentu saja tidak sesuai dengan isi hatiku.

Aku keluar dari mobil Bram, berdiri melambaikan tangan padanya hingga mobil tidak lagi terlihat oleh pandanganku kemudian aku beranjak dari tempatku berdiri masuk kedalam lobi Apartemen.

" Selamat malam Neng Keyla." Satpam penjaga menyapaku

" Selamat malam pak." Jawabku ramah " Saya keatas pak." Pamitku

" Iya neng. " jawabnya

Aku melangkah masuk kedalam kotak besi yang kemudian membawaku menuju lantai dimana unitku berada.

Sampai di depan pintu apartemenku aku menekan beberapa digit angka untuk membuka unit yang sudah dua tahun ini aku tempati. Aku memebelinya dengan gajiku selama setahun, tidak setahun juga sih karena masih banyak digit yang tersisa di rekening pribadiku. aku sangat jarang menggunakannya, bukan tidak ingin namun tidak punya waktu bersenang - senang dengan hasil kerjaku.

Tempat yang paling ingin aku tuju saat ini adalah kamarku, masuk kedalam kamar mandi tidak lama, hanya menyikat gigiku dan sedikit membasahi tubuhku yang terasa lengket kemudian keluar dari kamar mandi dan masuk keruang ganti untuk mengganti badrobe yang kugunakan dengan baju tidur tipis sepaha kesukaanku.

Saat tubuhku sudah terbaring rapi di atas tempat tidur king size milikku, aku kembali terbayang wajah tampan yang beberapa waktu lalu menatapku penuh permohonan.

Aku turun dari ranjang menuju ruangan ganti, mengambil secarik kertas yang aku sembunyikan di dalam tas tanganku tadi...

Key kumohon hubungi aku, Gerry

Tertera beberapa digit angka yang aku tahu pasti itu nomor si pengirim surat kaleng ini.

Aku meletakkan kertas itu di atas nakas di dalam ruang pakaian dan memilih kembali ke atas ranjang kesayanganku. untuk menghubunginya ? aku memilih untuk tidak melakukannya, biarkan saja seperti ini. aku dan Gerry tetap menjadi orang asing yang tidak seharusnya saling menyapa lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!