...☀️☀️☀️...
pengenalan tokoh
Mentari Risya Wijaya
Gadis cantik dan pintar berusia 22 tahun, anak bungsu dari tiga bersaudara ke dua kakak nya laki-laki. Dia perempuan satu-satunya di rumah itu karena bunda nya pergi meninggalkan mereka sewaktu mereka kecil. entah apa namun ayahnya selalu bilang bahwa bunda mereka meninggalkan mereka karena tidak mau patuh pada sang ayah.
Dafa Putra Harun
Seorang pemuda tampan berusia 26 tahun namun nakal dan begajulan banyak hal-hal yang berbahaya yang dia lakukan, Dia anak tunggal namun kehilangan kasih sayang orang tuanya. ayahnya sibuk bekerja sebagai pengusaha di bidang properti sementara sang ibu meninggal ketika dia di lahirkan. Itu yang menyebabkan sang ayah tidak memperdulikannya, karena menyalahkan Dafa sebagai penyebab sang istri tercinta meninggal dunia.
Gunawan Wijaya
Ayah dari Mentari seorang pengusaha berusia 56 tahun, dia memiliki beberapa restoran dan supermarket di beberapa kota. Dia termasuk seorang ayah yang posesif terhadap ketiga anaknya.
apalagi terhadap mentari putri satu-satunya.
Rima Safitri
Ibu dari Mentari wanita cantik di usianya yang menginjak 50 tahun, yang pergi meninggalkan anak-anaknya karena kekangan dari sang suami yang posesif juga pencemburu.
Dia pergi meninggalkan rumah saat anak-anaknya berusia abang langit 11thn, Kaka bintang 6 thn, dan mentari di usia 2 thn
Langit Rivaldi Wijaya (Abang)
Abang tertua dari Mentari usia 31 tahun. Dengan sifat hampir mirip dengan sang ayah posesif dan tegas pada adik-adiknya namun dia yang paling sayang pada mentari.
Penerus posisi sang ayah dalam usaha keluarga nya. Karena sifatnya yang jutek dan tegas menjadikan dia jones abadi. wajah tampan nya yang mempesona kalah dengan sikap juteknya.
Bintang Rijaldi Wijaya (kakak)
Kaka ke dua dari mentari sikapnya yang slengean suka menggoda mentari kadang hingga menangis namun orang yang paling mengerti mentari juga bisa di ajak kompromi oleh sang adik. Calon arsitek plus playboy di kampusnya, pria 26 tahun itu memanfaatkan ketampanannya untuk mendapatkan gadis yang dia inginkan di sekolah.
Kurnia Harun
Ayah dari Dafa seorang pengusaha di bidang properti. Seorang lelaki yang kesepian setelah kehilangan sang istri tercinta akibat komplikasi setelah melahirkan putra mereka. Rasa kesepian dan kesedihan dia tumpahkan pada kerjaannya. Hingga sang anak tak mengenal kasih sayangnya hanya uang dan uang yang ia cukupi pada sang anak.
...🌄🌄...
"Cha...Cha...bangun pagiii..kuliah nggak? Ayah sama Abang dah nunggu di meja makan!"
Gedoran pintu menggema di sebuah kamar yang terletak di lantai atas itu.
"Iyaaaa...sebentar lagi pakai baju." jawab gadis pemilik kamar tersebut.
Mentari di rumah di panggil Caca oleh ayah dan kedua kakak nya.
Sedangkan di luar teman-temannya memanggil mentari atau tari.
"Berisik tau.." mentari keluar kamar dan mendapati kak bintang di depan pintu kamarnya.
"Kamu kelamaan tuh para killer dah nunggu di meja makan." jawab bintang sambil menyentil kening mentari.
"Awww... sakit kak!" gadis itu mengusap keningnya.
Terlihat di meja makan tampak sang ayah dan Abang (langit) sudah duduk dan memandang ke arah mereka yang sedang menuruni tangga.
"Pagi ayah.."
"Pagi Abang.."
Sapa mentari sambil mengecup pipi ayah dan abangnya bergantian.
"Lah gue kagak lu cium?" Bintang menyodorkan pipinya pada Mentari
"Ogah... males , orang rese kek gitu!" Jawab Mentari.
"Ehhmmm..." suara bariton ayah menggema di meja makan.
Ke dua adik kakak yang sedang bertengkar itu seketika terdiam.
"Cepat makan nanti kalian kesiangan." perintah sang ayah.
Suasana hening hanya mata mereka yang saling pandang.
"Ayah...Caca mau jalan-jalan pulang kuliah boleh?" Tanya Mentari dengan gugup
Ayah meletakkan sendok nya tanda beliau selesai makan, lalu meminum kopi hitam kesukaannya.
"Mau kemana? sama mang Unang ya di antar!"
tanya nya dengan sedikit perintah.
"Ayah boleh nggak Caca bawa mobil sendiri?" Mentari meremat sendoknya takut.
Ayah menatap pada anak gadisnya itu sebelum menjawab.
"Dengan mang Unang atau tidak usah sekalian."
Jawabnya tegas.
Mentari tertunduk kecewa , dia mengacak-acak nasi goreng di piringnya.
Selama hidupnya aturan-aturan dari sang ayah itu serasa mencekiknya. Dia teringat pada sang kakak di bawah meja kaki Mentari menendang-nendang kaki Bintang.
Bintang yang menerima tendangan-tendangan di kakinya menatap mentari yang matanya seakan meminta pertolongan nya agar mau membujuk sang ayah.
"Kamu mau kemana emang Cha?" tanya nya basa-basi.
"Aku pengen jalan-jalan, katanya daerah Dago ada cafe baru aku penasaran." Wajah Mentari terlihat antusias di buat agar sang ayah luluh.
Langit menatap interaksi ke dua adiknya itu, dia merasakan ada persekongkolan di antara adik-adiknya itu.
"Ya udah yah.. biar aku aja yang anterin Chaca!"
Pinta Bintang.
Sanga ayah yang sedang membaca koran menatap ke arah anak ke duanya itu.
"Kamu nggak ada kuliah?" tanyanya.
"Cuma ngumpulin sketsa aja yah!" jawab bintang dengan sopan.
"Ya udah terserah kamu, jaga adik kamu kalau ada apa-apa kamu yang ayah hukum." ancamnya pada sang anak.
"Yesss....makasih ayah!" Mentari memeluk sang ayah.
"Hem..jangan macam-macam, uang bulanan kalian sudah ayah transfer." Ucapnya
"Asikk pas banget mau ngafe uang udah masuk." Mentari mengepalkan tangan nya ke atas.
Ayah tersenyum dan beranjak. lalu berpamitan pada kedua anaknya di ikuti langit yang mengekor nya.
Tapi sebelum pergi langit berbisik pada Bintang
"Awas lu macem-macem atau merencanakan sesuatu sama Chaca, ketauan ayah end Lu!"
"Ishhhh...kalo lu nggak ngadu ya nggak lah bang!" Ucapnya pada sang kakak walaupun hatinya sedikit ngeri jika Mentari akan berbuat macam-macam.
"Awas lu Cha kalau aneh-aneh.." jari telunjuknya mengarah tepat ke depan wajah sang adik yang tengah menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Nggak lah kak.. aku juga takut sama ayah, cuma pengen nyobain nongkrong tanpa ada mang Unang yang ngintilin." bisik Mentari.
"Ya udah lu pulang jam berapa biar gue tau, bahaya kalau lu pulang duluan atau gue yang duluan, ancur nih uang saku sama fasilitas dari ayah." Ucapnya sambil bangkit dari kursi.
"Ayo buruan gue anter lu ke kampus, tapi jemput Vani dulu." alisnya naik turun
"Siapa lagi Vani? baru lagi ? ya Tuhan playboy cap kadal!" ledeknya sambil berjalan ke arah garasi .
"Heh gue cowok famous tau di kampus tau kan lu!" Bintang sambil masuk ke dalam mobil.
Mereka memang satu fakultas , salah satu fakultas negeri di Bandung.
"Hooh lah tau, dan aku jadi inceran cewek-cewek yang ngerayu atau ngebully kakak." ledeknya.
"Hahaha resiko punya kakak ganteng ya gitu."
Bintang tertawa seraya menjalankan mobilnya .
Mentari hanya melirik jengah.
Bersambung ❤️❤️❤️
jangan lupa tinggalkan jejak like komen nya🙏🙏 itu sangat berharaga buat aku😘😘😘
terimakasih sudah mampir 🙏🙏
sehat selalu untuk kalian 😘😘😘
...☀️☀️...
Sedan hitam itu berhenti di pinggir jalan.
"Ngapain berhenti di sini kak?" Mentari tampak bingung.
"Pindah lu kebelakang!" perintah Bintang
Mentari bengong menatap pada sang kakak
"Kenapa? nggak mauuu..!" jawabnya merengek.
"Cewek gue mau duduk di situ..Oneng!" sentilan di kening Tika kembali mendarat.
"Ishhhh...supir laknat..nyebelin." Mentari bergegas keluar untuk pindah ke bangku belakang.
Terlihat seorang wanita sexy dan juga menor masuk dan di sambut saling berbagi kecupan di pipi.
"Iyughh...lebay." Guman Mentari memanyunkan bibirnya malas.
"Nape lu? sirik aja dasar jomblo?" Ledek bintang dari kaca spion.
Mentari tak menjawab dia langsung memasangkan headset bluetooth miliknya mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.
Saat akan sampai di kampus, Mentari mencondongkan tubuhnya pada sang kakak.
"Kak nyewa mobil di mana ya? aku pengen bawa mobil aja ke dago nya." Tanya Mentari.
Bintang terlihat berpikir.
"Mau mobil apa? sedan atau SUV?" tanya nya
"Apa aja yah! di sebelah kampus kan ada rental , gue kenal Ama anaknya, ntar gue pinjemin." Sambil memarkirkan mobilnya.
"Makasih kakak ku sayang!" Mentari mencubit pipi bintang.
"Anjirrr...lu bikin image gue anjlok depan Bebeb gue!" cicit nya kesal
Wanita di sebelahnya hanya tersenyum melihat interaksi kakak beradik itu.
"hahaha sok ngartis.. dah lah aku turun, tar kabarin ya kak kalo mobilnya dah ada!" Mentari turun dari mobil sang kakak.
*
*
Kelas mentari telah selesai, kini dia tengah duduk di taman kampus bersama Cindy sahabatnya.
Ting... (suara pesan masuk )
"Mobil dah ada , kakak tunggu di parkiran!" isi pesan Bintang.
"Cindy ikut yuk! aku mau ke cafe baru yang di Dago!" ajaknya pada Cindy.
"Wahhh...mauuu aku mau ikut!" histeris Cindy menerima ajakan sahabatnya itu.
Mereka pun jalan menuju arah parkiran.
Sudah terlihat Bintang dan seorang temannya tengah berbincang di depan sebuah mobil SUV silver.
Pandangan Bintang menangkap kehadiran sang adik.
"Tuh Ade gue !" ucap Bintang pada temannya itu.
"Nih mobilnya , hati-hati bawanya!" ujar Bintang sambil memberikan sebuah kunci pada Mentari.
"Makasih kakak ku sayang." ucap mentari dengan sumringah.
"Ini yg punya mobil ntar lu kasih tau kakak kalau dah beres, biar ntar dia ambil mobilnya ke sini!" terang Bintang.
Mentari mengangguk paham.
"Pulang jam berapa? biar kakak jemput !"
"Biar aku anterin aja kak !" ucap Cindy.
"Nggak bisa...kita lagi akting, ntar ke tahuan ayah bisa end kita berdua." Tolak Bintang.
Tampak Mentari menatap jam tangan nya.
"Baru jam 11 , paling jam 4 Tan lah kak jemput akunya !" Mentari menatap sang kakak dengan cengirannya.
"Ok.. hati-hati jaga diri baik-baik, inget nasib kakak ada di tangan kamu!" Bintang pergi meninggalkan Mentari.
Mentari tersenyum menatap sang kakak yang kadang memposisikan dirinya sebagai teman berkata lu gue, kadang juga memposisikan sebagai seorang kakak dengan berkata kakak dan Chaca, "dasar aneh.." gumam nya di iringi tawa kecil.
*
*
"Wihhhhh.... keren banget, Pantes aja viral !"
Jerit kesenangan ke dua sahabat itu ketika sampai di lokasi.
"Kamu mau pesen apa?" Tanya Mentari pada Cindy ketika mereka menerima Daftar menu dari seorang waiters.
"Saya pesan jus sirsak sama chicken steak."
"Eh ..tambah pisang bakarnya juga deh!" tambahnya lagi.
Cindy masih menatap daftar menu itu , dia merasa harga menu terlalu mahal untuk kantong anak perantauan seperti dia.
"Banyak mikir lu, buruan aku yang traktir."
Ucap Mentari pada sahabat nya itu, dia seperti tau pemikiran Cindy.
"Serius nih? ya udah aku pesen jus alpukat, beef burger, spaghetti, tom yam , sama ice cream coklat." ucapnya pada waiters yg berdiri di pinggir nya.
"Busetttt dah... lu mah ngerampok gue!" Mentari melempar Cindy dengan gulungan tisu yang dia pegang.
"Aji mumpung zeyenkk , perbaikan gizi gue tiap hari di kost-an makan mie Ama telor Mulu , kasian nih perut gue." Cindy berkata dengan wajah di buat memelas.
"Berapa lu di kasih uang jajan sebulan Ama ortu lu?" Tanya
Mentari menatap Cindy dengan wajah penasaran.
"Dua juta lima ratus ." jawab Cindy
"Buat jajan Ama makan doang kan?" Mentari kembali bertanya.
"Ya kagak lah sarpuah... itu mencakup bayar kost-an, bensin motor Ama biaya makan, belum suka ada fotocopy atau print, makanya gue suka nebeng ke lu buat print tugas." Jawabnya panjang lebar.
"Ya ampun, kasian banget sementara aku di kasih ayah empat juta hanya untuk jajan di kampus aja, yang lainnya aku sering minta lagi."
Batin Mentari menatap iba pada sahabat nya itu.
"lu bisa andelin gue kalo perlu apa-apa!" Mentari menggenggam tangan Cindy.
"Makasih ya selama ini juga kan lu emang dah banyak bantu gue!" Cicitnya sambil tersenyum.
*
Mereka pun makan dengan lahap di sertai obrolan receh namun membuat mereka terbahak-bahak.
Segerombolan pemuda yang baru datang melewati meja ke dua wanita yang tengah bercanda gurau.
Para lelaki itu totalnya tujuh orang duduk di meja depan mereka.
"Ya Allah pada kece badaiii tuh cowok-cowok, bikin emesshh..." Bisik Cindy.
Mentari menoleh ke belakang dan tepat seorang pria pun menoleh padanya, tatapan mereka bertemu dan sesaat seperti terpaku.
"Woyyy...." Cindy memukul tangan mentari yang sedang melihat ke arah gerombolan cowok-cowok yang di perkirakan anggota club' moge di lihat dari tulisan di jaket mereka.
Mentari terlonjak kaget dan kembali berbalik pada menghadap ke arah Cindy.
"Lu mah ngagetin.. lu yang nyuruh gue liat juga."
Mentari mencebikan bibirnya, namun jantungnya merasakan rasa aneh saat matanya bertatapan dengan pria berambut cepak itu.
Diantara kumpulan itu hampir semua berambut sedikit gondrong, hanya ada dua orang yang berbeda yang satu botak dan yang satu si cepak itu.
Mereka pun kembali bercakap-cakap, dengan sesekali tertawa terbahak-bahak.
Begitupun dengan rombongan para anggota club motor itu.
"Cowok yang cepak liat kesini terus... cieee" goda Cindy pada Mentari.
"Apaan sih lu.." Bentak Mentari.
Mentari seketika merasa salah tingkah ketika tatapan mereka bertemu lagi. Pipinya merasa panas juga bibirnya yang seketika tersenyum tanpa sebab.
Kring....kring...
Suara ponsel Mentari yang tergeletak di meja berbunyi.
"Abang.." Gumamnya pelan.
"Iya halo bang.." Mentari menjawab panggilan Langit.
"..."
"Iya Abang .. maaf, Abis Chaca pengen nyobain bebas sebentar aja..." lirih Mentari.
"..."
"Iya.. makasih Abang info nya, iya Chaca pulang sekarang." panggilan pun berakhir dengan wajah muram Mentari.
"Kenapa?" tanya Cindy melihat perubahan raut wajah sahabat nya itu.
Belum menjawab ponsel Mentari kembali berdering.
"Eughhh..." Gumamnya kesal.
"Halo kak... "
"...
"Iya Chaca tau , barusan Abang dah ngasih tau!"
"...
"Ok , Chaca otw balik kampus sekarang!" panggilan pun berakhir.
Mentari sedang membereskan barang-barang nya saat panggilan kembali masuk pada ponselnya.
"OMG..." Mentari bangun dan terlihat panik.
"Kenapa sih lu? gue jadi ikut panik!" Cindy ikut berdiri dari duduknya.
Ponsel Mentari kembali berdering
" Busettt...Ayah gue VC.. gue harus bikin alesan apa?" Ucapnya panik.
Kelakuan mereka mendapat perhatian dari beberapa pemuda yang tengah makan sambil ngobrol tentang motor itu, salah satunya si lelaki cepak itu.
"Halo ayah..." Mentari akhirnya mengangkat panggilan VC itu.
"Lagi makan ayah, udah mau selesai kok!"
"Oh kakak lagi ke toilet, chaca juga ngajak temen aku yah Cindy." Mentari mengarahkan kamera ponselnya pada Cindy.
"Halo om.." Cindy menyapa dengan kaku, tangannya terasa dingin karena gugup.
"Iya ayah... Chaca mau pulang sekarang, nunggu kakak dulu." Terang Mentari
Hah... mereka berdua menghembuskan nafas lega setelah panggilan VC dari ayah selesai.
"Gilaaa .. lu kayak buronan aja!" Cindy meminum jusnya dengan cepat.
" Kadang gue capek mereka memperlakukan gue kek apaan gitu, ngiket dengan peraturan yang ketat." Ucapnya menangkupkan wajahnya di meja.
"Hidup gue penuh dengan kekangan dari ayah.. membuat Abang dan kakak gue ikut ngatur dan memposisikan gue dalam lingkaran mereka."
"Hidup gue enak menurut lu, tapi menurut gue hidup lu yang enak." Ucapan Mentari menohok Cindy.
Kehidupan seseorang tidak dapat kita ukur dari sudut pandang kita saja.
Terkadang yang bergelimang harta tak sebahagia yang di kira si pas-pasan. Yang hidup pas-pasan tak seburuk di bayangkan si kaya.
Semua ada kelebihan dan kekurangannya.
"Sorry.. gue kira kehidupan lu seindah bayangan gue." Kini Cindy duduk di sebelah Mentari dan memeluk sahabatnya itu
Mentari membalas pelukan sahabatnya itu.
"Kita pulang ya, maaf.. baru dua jam kita di sini udah harus pulang!" Sesal Mentari.
Cindy hanya mengangguk dan ikut bangkit dari duduknya mereka pun berjalan keluar dari resto itu setelah sebelumnya ke meja kasir untuk membayar tagihan meja mereka, dan melewati meja kumpulan pria motor itu.
Lagi-lagi pandangan nya bertemu dengan si cepak, dan malah mereka saling berbalas senyum.
Ketika mereka berjalan menuju parkiran seseorang berlari ke arah mereka.
"Maaf.. sebentar" ucap seorang pria.
Mentari dan Cindy membalikan badan bersamaan dan melihat seorang pria berlari ke arah mereka.
"Hah mau ngapain si cepak nyamperin" batinnya
"Boleh kenalan.." ucap si pria berambut cepak.
"Hah.." Mentari dan Cindy saling bertatapan kaget.
"Iya...boleh kenalan nggak?" dia menjulurkan tangannya ke arah Mentari.
" ehm... tentu boleh." ucap Cindy yang dengan cepat mengarahkan tangan Mentari yang sedang termangu menatap si cepak.
"Aku Dafa.." Ucapnya lantang.
"A..aku Mentari." Jawab mentari sedikit gugup.
"Senang kenal kamu!"
"Boleh minta no hp?" tanya nya lagi.
"Boleh ..sini ponsel kamu!" Cindy yang malah menjawab Permintaan Dafa.
Dafa tersenyum dan memberikan ponselnya pada Cindy. " Kamu teman yang baik!" Ucapnya saat menerima kembali ponselnya, yang sudah diisi no ponsel oleh Cindy.
"Iya ..aku Cindy sahabat sekaligus bodyguard nya Mentari." Jawab Cindy dengan bangganya.
"Wow ok... terimakasih ya, keliatannya kalian buru-buru!" Ucapannya membuyarkan lamunan Mentari.
"Ayah.." Mentari tersentak.
"Maaf ..kami harus segera pulang." Mentari segera membungkukkan sedikit tubuhnya berniat pamit.
"Oh..ok, see you Mentari!" ucapnya mundur beberapa langkah memberi jalan mobil Mentari untuk melintas.
Bersambung ❤️❤️❤️
Terimakasih yang sudah mampir🙏🙏
Mohon tinggalkan jejak dan komentar kalian soal cerita ini karena begitu berharga. 😘😘
Sehat dan bahagia selalu untuk kita🤗🤗😘
"Mati....kita, sial.. kenapa sih gue selalu ngikutin semua rencana lu." Geraman kesal keluar dari mulut Bintang.
Kini Mentari sudah duduk di mobil Bintang menuju ke kediaman mereka.
"Sorry kak...aku nggak nyangka ayah mau cek store yang di Lembang." jawabnya sambil meremat tas miliknya.
"Satu kebohongan pasti akan membawa kebohongan yang lain." Kekehan Bintang membuat Mentari semakin takut menghadapi sang ayah.
kini mobil telah masuk ke pekarangan rumah.
Terlihat Mobil milik ayah dan abangnya telah terparkir rapih di garasi.
"Duh.. kak aku beneran takut banget." Mentari menggenggam tangan Bintang saat akan membuka pintu rumah.
"Cih.. harusnya ini lu pikirin sebelumnya." Bintang menjentikkan jarinya pada kening sang adik.
"Dah lah , kita masuk ." Bintang membuka pintu dan melangkah masuk diikuti Mentari.
Terlihat di ruang keluarga Ayah dan bang Langit sudah duduk dengan menatap ke arah mereka.
"Ayah mau bicara sama kalian, duduk!" perintah Ayah .
Bintang dan Mentari kini duduk dengan mentari duduk di sebelah Abang Langit tepat berseberangan dengan Ayah.
"Ayah kecewa sama kalian, bersekongkol hanya untuk kesenangan sesaat. Apa salah seorang Ayah melindungi Anak-anaknya terutama kamu sebagai anak perempuan satu-satunya!"
"Kalian malah membohongi Ayah.. Ayah tidak kaget kalau yang melakukan itu Bintang karena dari dulu dia sering membangkang Ayah. Tapi ini gadis kesayangan Ayah tega berbohong hanya untuk kesenangan sesaat." Ucap ayah panjang lebar.
Air mata jatuh di pipi Mentari, sungguh dia merasa bersalah telah berbohong. Dia juga merasa bersalah telah melibatkan sang kakak hanya untuk kebebasan sesaat yang dia inginkan.
"Maaf ayah.. ini semua salah Mentari." suaranya terisak dengan air mata yang terus berjatuhan.
"Apa yang kamu mau de? ayah membebaskan semua gitu? yang harus kamu ingat ayah melakukan semua ini demi kebaikan kalian. Tidak mudah ayah membesarkan kalian tanpa campur tangan seorang yang kalian sebut bunda."
"Atau mungkin sikap kalian yang pembangkang menurun dari bunda kalian?" Ucapnya sinis.
"Cukup yah.. jangan selalu menyalahkan bunda dalam setiap kenakalan yang anak-anak ayah lakukan, bunda pasti punya alasan meninggalkan kita." Dengan lantang Bintang membela sang bunda.
plak..
sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi Bintang. Wajah ayah terlihat merah menandakan kemarahan nya.
"Oh.. jadi kamu tau apa penyebab bunda kalian pergi?" tanya sang ayah menggelegar di ruangan luas itu.
"Ayah udah yah.. maafin aku, ini semua salah Chaca." dia memeluk kaki sang ayah bersimpuh mencoba membela sang kakak dari kemarahan Ayahnya itu.
"Kamu tau penyebab bunda kalian pergi, karena ingin bebas tidak mau terikat oleh kita, dia memilih karir nya sebagai seorang model dari pada tanggungjawab nya sebagai seorang istri dan ibu." Ayah kembali membentak namun terdengar kepiluan dalam hatinya.
Pria paruh baya itu meringis memegangi dadanya.
Abang langit langsung sigap berdiri memegangi ayah lalu menuntunnya masuk ke dalam kamar.
Hening hanya ada Mentari dan Bintang yang masih termenung di ruangan itu.
Bintang mendekati Mentari yang masih duduk bersimpuh di atas karpet itu, di peluknya gadis manja kesayangannya itu.
Tangis Mentari semakin menjadi ketika dia sudah dalam pelukan sang kakak.
"Sudah...berisik nih telinga gue." Ucapnya dengan nada meledek namun terdengar lirih.
Mentari mendongakkan wajahnya pada sang kakak nya itu dan berkata "Maaf..ini semua salah Chaca."
"Kakak bakal jagain dan belain kamu terus, selama kamu bahagia karena kakak sayang banget sama kamu Cha.."
"Dan kakak akan terus cari bunda , Kakak ingin tau apa penyebab bunda pergi dari kita." Bintang berucap lembut sambil mengusap punggung adiknya itu.
"Nggak usah kamu cari seseorang yang udah ninggalin kita, membuat lubang luka menganga di hati ayah." Langit yang baru keluar dari kamar sang ayah mendengar semua perkataan adik-adiknya.
Dia tau bagaimana perjuangan sang ayah membesarkan anak-anaknya dan menutup pintu hatinya untuk menikah lagi, pikirannya adalah bagaimana jika istri barunya tidak menyayangi anak-anaknya. lebih baik tanpa kehadiran seorang istri dari pada menyakiti anak-anak. Selalu saja kata-kata itu yang Ayah nya ucapkan bila Langit menyuruh ayahnya itu membina rumah tangga kembali.
Dia tidak memungkiri kesalahan bunda nya yang pergi meninggalkan mereka, namun beberapa kali dia melihat bunda berkunjung namun dapat penolakan keras dari sang ayah.
"Entah masalah apa yang bunda dan ayah hadapi, yang utama yang harus kita ketahui adalah bagaimana ayah mendidik dan menjaga kita dengan sepenuh hatinya." Ucapnya sambil berlalu.
*
*
Hari-hari berlalu kehidupan mereka sudah kembali normal , dengan rasa patuh semakin Mentari terapkan walaupun kadang hatinya meronta-ronta ingin terlepas dari semua belenggu.
Mentari menjalankan hari nya dengan kegiatan monoton nya. Pergi kuliah pulang dan langsung berdiam diri di kamar.
Ayah dan Abang nya semakin menjaganya dengan sangat ketat. Bahkan untuk kegiatan di luar rumah bahkan acara sekolah pun supirnya terus mengikutinya.
"Haaahhh..." Mentari mendudukkan tubuhnya di bangku taman kampusnya.
"Nape ...lu?" Cindy yang baru datang membeli jus di kantin ikut duduk di samping sahabat nya itu.
"Gue jenuh Cindy... jennuuh banget, pengen kabur jauh rasanya, pengen nyari bunda gue pengen curhat semua perlakuan yang gue terima. Rasanya gue bukan anak kesayangan tapi kayak tawanan di rumah itu." Mentari meluapkan semua keluh kesahnya pada Cindy.
Cindy terlihat menatapi keluhan sang sahabat.
"Rumit ya... gue nggak bisa bayangin ada di posisi lu Tar." Cindy mencoba menguatkan sahabat nya itu.
"Eh... cowok cepak udah ngehubungin lu belum?" tanya nya tiba-tiba.
Mentari menoleh ke arahnya.
"CK..aku lagi curhat lu mah mikirnya cowok mulu!" Mentari memukul bahu sahabatnya itu.
"Hahaha.... bukan maksud gue siapa tau do'i bisa jadi penghibur lu, terus Mayan kan bikin imun naik kalau hati terhibur." Jawabnya dengan tawanya yang terkekeh.
"Anjirr lu... otak macam apa sih lu?" Mentari mencebikkan bibirnya
"Lu anjir yang mikir kejauhan... maksud gue bukan yang aneh-aneh tapi ya nambah temen curhat gitu, siapa tau nyaman gitu ya ke sono nya gimana lu aja." kekehan kembali dari mulut Cindy.
Mentari diam memang beberapa kali menerima pesan dari si pria cepak bernama Dafa itu.
Tapi karena suasana hatinya sedang kacau dan kecewa jadi dia tidak membalas pesan chat dari Dafa.
"Beberapa kali sih dia ngirim pesan, tapi nggak aku bales pesannya males." Jawabnya.
"Hidihhh.... sok jual mahal lu mah, cobain deh pacaran. sumpah nambah imun dan semangat hidup." Cindy kembali menjadi kompor untuk sahabatnya itu.
Drttt..drttt...
getaran ponsel dari Mentari membuyarkan ocehan Cindy, Mentari merogoh ponsel di dalam tasnya.
Tertera nama Dafa di layar ponsel keluaran terbaru itu.
"Cieee... panjang umur dia ,lagi di omongin juga dia dah nelpon, jodoh ini mah." Cindy kembali menggoda Mentari.
"Ssshhhttt.. Diem.." Mentari mengulurkan jarinya pada bibir Cindy sebelum mengangkat panggilan itu.
"Ya halo..."
Bersambung...❤️❤️❤️
terimakasih yang sudah mau mampir, tinggalkan jejak ya like komen nya🙏😘
Jejak kalian sangat berharga 😘😘
Sehat dan bahagia selalu untuk kalian
Terimakasih 🙏🙏🙏😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!