"Mita, cepat masak hari ini, kalayen aku datang," kata Ariya.
"Ya, Mas, Nanti dulu aku masih megurus Kanaya," jawab Mita.
"Iya," jawab Ariya. Ariya berpikir keras gimana caranya? agar mendapatkan restu dari Mita untuk menikah lagi.
"Ariya, Vanya sudah ada di depan," kata Ibu.
"Ya, Bu, Ariya segra ke depan," jawab Ariya . Aku harus gimana menjawab ke Vanya ?.
" Masakannya sudah jadi Mit?" tanya Bu Mertua.
"Sedikit lagi, Bu," jawab Mita.
"Bekerja tu yang cepat, Jagan lelet," kata Bu Mertua .
"Ya, Bu," jawab Mita .
Pekerjaan Mita pun selesai, Dia pun kedepan mengantar minuman dan makan kecil, buat Suami dan Kalayennya.
"Mas, ini minuman," kata Mita.
"Terimakasih, Mba. Apa ini pembantu kamu Mas?" tanya Vanya.
"Bukan, Dia Istri aku," jawab Ariya.
Ada kalegan di hati Mita, karena suaminya megatakan dia Istrinya.
"Oh, ini Istri mu Mas. Pantas kau tak berselera lagi, hitam, Bau, kucel dan gak cantik," kata Vanya lagi .
"Apa maksudmu?" tanya Mita.
"Eh wanita jelek, dengarkan ini baik-baik Suami mu akan menikah degan aku," kata Vanya angkuh .
"Apa benar yang di katakanya, Mas? Jawab Mas, apa kau bisu atau apa ?" tanya Mita.
"Iyalah masa bohong," jawab Vanya ngerocos.
"Diam, aku tak bertanya kepada mu," kata Mita .
"Kurang Ajar kau, berani membentak calon istri aku," teriak Mas Ariya lantang .
"Oh, Jadi ini balasan Mu, Mas setelah apa yang aku korban untuk mu," kata Mita.
" Maaf kan aku Mita, aku tak bisa berdampingan dengan mu yang kucel, bau dan tak cantik," kata Mas Ariya .
Hati siapa yang tak akan hancur, Bila dia berkata baik- baik aja itu adalah sebuah kebohongan. Aku merasakan sakit di buat seperti ini dada di tumbuk seribu batu .
"Ternyata kau tak ubah seperti binatang. Yang tak punya harga diri dan tak punya hati ," teriak Mita lantang.
"Apa-apaan kalian, gak malu apa di degar Tetangga," kata Bu Amelia.
"Aku, tak akan malu bila aku benar," kata Mita.
"kamu jadi wanita harus sabar," kata Bu Amelia lagi.
"Andai kamu jadi aku Bu sebentar aja, apa kah Ibu tak merasa sakit?" tanya Mita.
"Sudah kodrat kita seorang wanita yang mengalah," kata Bu Amelia.
"Maaf Bu aku bukan Malaikat yang bisa memaaf kesalahan orang dan bukan bidadari yang bisa sabar menunggu pelangi. Aku manusia yang dapat tersakiti," jawab Mita.
"Setidaknya kamu berpikir ke, Kanaya ," kata Ariya .
"Apa mas selama ini pernah menanyakan apa kabar Kenaya, dan gimana tumbuh kembangnya, mengajak dia bermain ? gak pernah kan apa bedanya Sekarang dan nanti bila kita berpisah, karena Kenaya hidup tak punya Ayah ," kata Mita Tegas.
"Kau berani kepada aku, apa kau bosan hidup Mita?" tanya Ariya .
"Jika degan membunuh aku, kau merasa bahagia maka lakukan," kata Mita.
"Jangan, Ariya. Mita berdamai lah degan keadaan ," kata Ibu Mertua .
"Sudah, Mas Jagan kau kotor tangan mu degan meyakiti wanita tak berguna ini," kata Vanya .
"lebih baik aku, dari pada kamu yang tega merebut suami orang lain. Apa kau tau ada hati orang lain yang terluka dan ada anak yang menderita? aku kira tak kau tau, karena hati mu terbuat dari batu," kata Mita.
"Jaga omongan mu Mita, bagai mana pun Vanya akan menjadi adik madu mu," kata Ariya .
"Maaf, Mas, sampai mati pun aku tak sudi," jawab Mita .
"Apa, yang kau ingin kan Mita?" tanya Mas Ariya.
"Aku, ingin kita bercerai, Mas," jawab Mita.
"Mita, aku masih sayang degan mu dan aku tak mau pisah dari anak kita"kata Ariya.
"Anak kita, sejak kapan Mas? dimana dirimu selama ini, Jagan kan kau timang, kau pegang aja seakan tak sudi, Kanaya sakit aja kau tak perduli, tapi sekarang. aku tak mengerti degan mu mas, tapi aku tanya baik-baik pada mu Mas, kau pilih aku atau dia ?" tanya Mita.
"Aku... Tak bisa Mita_" kata Ariya kalimatnya terhenti.
"Huh, dasar lelaki serakah," kata Mita.
"Maafkan aku Mita, kita berdamai aja ya, aku akan adil terhadap kau dan Vanya," kata Ariya.
"Adil apanya Mas, selama ini aja aku harus mutar otak buat cari tambahan uang jajan dari kamu, apa lagi kalau ada dia, mana mungkin bisa adil kau Mas," kata Mita.
"Terus kau, mau apa Mita?" tanya Ariya.
"Aku, ingin kita cerai," kata Mita.
"Haaaaa .... gimana kamu bisa hidup tanpa aku, Mita?" tanya Ariya.
"Biar kan aku, hidup degan cara ku sendiri," kata Mita.
"Paling jual diri dia, Mas," kata Vanya.
"Jaga mulut mu pelakor. perempuan lacur lebih mulia dari kamu karena mereka cuma memijam suami orang lain bukan merampas dari istri dan anaknya. kalau kamu lebih hina dari binatang," kata Mita.
"Plakk... jaga mulut mu, wanita binal," kata Ariya.
"Kenapa marah Mas, yang aku katakan benar kalian tak lebih binatang, karena kalian berzinah," kata ku tegas.
"Keluar kau dari rumah ini wanita binal," kata Ariya.
"Itu yang aku tunggu," kata Mita.
"Aku, tak akan perduli degan mu dan anak mu," kata Ariya.
"Aku pun tak butuh kamu atau pun uang kamu," kata Mita.
Mita pun menuju kamar, dia memasuk bajunya ke koper dan baju Kanaya, segala perlengkapan Kanaya aku bawa. setelah selesai aku gedong anak aku degan gedogan, aku dorong koper aku degan tas perlengkapan Kanaya.
ketika aku melewati ruang tamu, aku liat Mas Ariya di tenangi oleh pelakor itu. aku pun melewati mereka, tak ada lagi rasa hormat aku.
aku pun keluar rumah, dan mencari taksi, tujuan aku yang pertama kerumah Ibu, dan ingin membuka usaha di sana.
uang yang aku hasil selama ini, hasil dari menulis cerita di Alpakasi berbayar, sekarang berbuah hasil, meski kecil tapi masih bisa menghidupkan Anak aku dan Ibu di kampung.
Airmata ku pun terjun bebas, sakit yang aku rasakan begitu meyakiti. Siapa sangka Ariya yang pendiam dan tak pernah main tanggan meski hubungan kami tak hermonis orang lain tapi kami tetap tak pernah bertengkar.
"Mau kemana Mbak?" tanya sopir taksi .
"Mau ke kampung kenanga" kata Mita.
"kel
Aku tak bergeming sama kali, airmata aku tak lagi menetes, buat apa menangisi lelaki yang tak penting.
"Maaf Bu, aku bisa hidup tanpa anak Ibu," kata Mita.
"paling kamu jadi pengemis Mita, karena sekolah kau cuma lulus SMP," kata Ariya.
"Tanganku masih bisa bekerja dan aku tak butuh belas kasihan," kata Mita.
"Setidaknya, kamu pikirkan keadan Kanaya, Mita," kata Ibu.
"Tumben Ibu mau memikirkan nasib cucunya, kemana aja dia selama ini aku repot di dapur, masuk sama gendong Kanaya," batin Mita.
"Terserah Dia, aja Bu," kata Ariya.
"Ibu dan Ariya pun berlalu dari kamar itu dan Mita pun memasuk baju kedalam koper itu.
Tak di sangka penghidupan dan rumah tangganya hancur berantakan.
wanita mana yang mau di madu, wanita mana yang tak akan marah bila suaminya menghina dia dan wanita mana yang mau di injak.
Setelah selesai Mita pun keluar membawa koper dan anaknya.
Sayup-sayup Dia mendegar suara mertuanya.
"Kamu harus merayu, Mita lagi," kata Ibu.
"Tapi, Bu aku sudah punya Vanya," kata Ariya.
"pikirkan siapa yang mau membersihkan rumah, masak, cuci dan yang lainya, apa kamu sanggup sewa pembantu, gak kan," kata Ibu.
"Tapi, aku tak mencintainya lagi, Ibu !, jawab Ariya.
"Ingat bodoh, setidaknya ada pembantu geratis, kamu menikah degan Vanya bisa diam-diam, yang penting ada pembantu geratis," kata Ibu.
"Ehmm..," kata Mita.
"Eh...Mita," kata Ibu.
pandai sekali Ibu bermain sendiwara, andai dia aktor dan aktris, maka jia pemain peran utamanya.
"Maaf aku harus pergi," kata Mita.
"Mita tunggu, jangan pergi, aku mengubah keputusan ku, aku akan meninggalkan Vanya," kata Mas Ariya.
"Kok cepat berubah Mas keputusannya, tapi maaf aku sudah tak mau lagi. Hati aku sudah beku bersama penghianatan mu, Mas," kata Mita.
"Aku mohon jangan tinggalkan aku," kata Ariya .
"Maaf Mas, tidak bisa keputusanku sudah bulat," kata Mita.
"Tapi, Mit," kata Ariya terpotong.
" Perpisahan kau yang menciptakan Mas, jujur saja aku tak bisa hidup degan orang yang dua muka. lebih baik aku kerja tempat orang lain daripada di sini tak di gajih seumur hidup," kata Mita.
"lacang mulut mu, wanita haram," kata Mas Ariya.
"Wanita haram ini juga yang pernah, kau nikahi dan kau pakai dulu," kata Mita.
"Dasar wanita tak tau di utung, aku yang bodoh mau mengangkat derajat mu lebih tinggi," kata Ariya.
"Lebih baik aku hidup di hina oleh kesusahan dan memilih tak kau angkat, karena kau lelaki pendusta. pandai diri mu menabur bunga sana - sini," kata Mita.
"Sudah Ariya, biar kan dia pergi membawa diri dan anaknya, asal jangan dia meminta uang pada mu," kata Ibu.
"lebih baik aku mati dari pada aku minta uang kepada kalian ," kata Mita .
"lancang mulut mu," kata Ariya. pakkk , pakkk suara keras kedua pipi Mita di tampar tanda merah di sana ada .
"Terimakasih Mas, atas luka dan perlakuan mu dan ingat aku tak aakn lupa," kata Mita.
"Pergi kau benalu dari rumahku," teriak Ibu.
"Tanpa kau suruh aku pun pergi," kata Mita.
Mita pun keluar rumah dan meyetop taksi, malam ini dia kecewa berat dan dia harus mencari penginapan.
"Cari tempat penginapan ya, Pak ," kata Mita.
"Iya, Neng," kata Bapa supir .
Kelicikan dan ketamakan, akan menghacurkan kita nantinya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!