NovelToon NovelToon

I Love You, Mbak Kunti

Pengenalan tokoh.

Kunia Rahayu. (29 tahun) Nama yang sebenarnya adalah Kurnia Rahayu namun akibat salah tulis di akta kelahirannya? Tercipta lah Kunia. Dan itu tidak penting, yang pasti dia adalah gadis berparas ayu, dengan tinggi sekitar 169 cm berambut pendek sebatas bahu yang gemar memakai baju berwarna putih. Salah satu alasan kenapa Devan gemar memanggilnya Mbak Kunti, termasuk dengan sifatnya yang tukang buli adik tingkat saat masih menjadi seorang Kating di kampus. (Visual Tatjana Saphira)

Devano Atala, pria berusia 25 tahun. Dengan postur badan ideal tinggi 189 cm, berkulit putih. Lulusan universitas Semau Gue. Junior yang pendiam namun cerdas, dan populer sebab ketampanannya di kalangan para wanita satu tingkatannya atau bahkan para senior di sana. di benci oleh Kunia Rahayu, karena baginya dia tengil dan kerap memanggilnya Mbak Kunti. (Visual Rafael Tan.)

Zaeni Abimana, pria berusia 30 tahun adalah Saudara Tiri Devano anak dari seorang pria yang menikahi ibunya, bekerja sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalam.

yang menjabat sebagai direktur utama di salah satu rumah sakit swasta.

memiliki tempat praktek khusus menangani hewan. Yang terletak tak jauh dari kantor tempat Kunia bekerja.

Pria yang santun dan murah senyum ini kerap kali membuat para kau hawa terpukau. Pertemuannya dengan Kunia pertama kali di sebuah gerbong kereta, dimana Kuni yang tak sengaja meninggalkan tabletnya. lantas pertemuan-pertemuan berikutnya, yang bahkan menimbulkan rasa kagum dari diri Zaeni. (Visual Bili Davidson)

Anwari Aprian pria berusia 31 tahun itu adalah mantan pacar Kuni yang sudah menjalin hubungan selama enam tahun sebelumnya. Selama menjalani hubungan, dia tidak pernah sekalipun keluar uang untuk berkencan, apalagi membelikan sesuatu pada Kuni. sebaliknya setiap kali kencan maka Kuni lah yang akan mengeluarkan uang. Mereka putus karena Anwar yang diam-diam menjalin hubungan lagi dengan Sahabat Kuni sejak SMP, lalu menikahi teman Kuni itu. (Visual Dwi Andhika)

Renita Putri istri Anwar atau sahabat Kuni. Pekerjaannya yang seorang beauty blogger membuatnya cukup terkenal di dunia Maya, wajahnya yang cantik dan anggun mampu memikat pria manapun yang melihatnya, termasuk Anwar. (Visual Dinda Kirana)

🍬

🍬

🍬

# POV Kunia Rahayu...

Entah bagaimana aku bisa terjebak di sini. Pria gila yang tidak pernah ku tahu isi hatinya. Dia tidak lain adalah mantan adik tingkat yang pernah ku kerjai saat masa ospek dulu.

Sekarang malah justru memenjarakan ku dengan aturan konyolnya, melalui surat kontrak kerja yang ku tandatangani sendiri. Mungkinkah ini wujud dari balas dendamnya?

Ah ... seringainya selalu membuat ku ngeri. Setiap kali Dia sudah memanggil ku di jam-jam tertentu. Dengan jari telunjuknya yang Ia gerakkan, tanda Ia memintaku mendekat.

Ku pikir aku hanya bekerja di kantornya. Sebagai seorang karyawan biasa.

Tak ku sangka, rupanya aku harus memberi makan tiga hewan peliharaannya yang di luar kenormalan manusia.

Belum lagi dengan kemauan Dia yang minta di temani. Hanya untuk melakukan kegiatannya yang tidak penting lainnya.

Namun mau bagaimana lagi? surat kontrak terkutuk itu sudah membuat ku tidak bisa berkutik. Hingga sebuah tawaran menikah dengannya di saat jiwa tengah membutuhkan alat untuk balas dendam terhadap teman dan mantan pacar lucknut ku itu.

Di tambah persetujuan ibu yang amat antusias menerima pinangan pria mengerikan di hadapannya.

Alasnya apalagi, jika bukan karena Dia berada di level teratas. jauh dari level pria bernama Anwar. Yang notabene adalah anak seorang walikota.

pria yang selalu di banggakan rekan arisannya, ketika mempunyai menantu sehebat Dia.

Ya ampun, hahaha.

Ups ... maaf aku menertawakan bangganya ibunda Reni ketika Anwar lebih memilih putrinya.

Andai aku di beri kesempatan, untuk bisa kembali ke masa lalu? mungkin aku lebih bersyukur jika tidak bertemu dengan lelaki itu seumur hidup ku. (Melontarkan sumpah serapah dalam hati)

Ya, kehidupan pun kembali di mulai. Rumah yang megah itu rupanya di huni Manusia Es tanpa ekspresi. Ibu mertua yang tak pernah menatap apalagi menegur ku. Ayah mertua yang layaknya ajudan karena dengar-dengar pria itu adalah mantan Sekretaris pribadi mendiang Ayah Devano.

Satu lagi, gadis bau kencur yang selalu mencari masalah dengan ku? Delia Atala, adik perempuan Devano yang berusia sembilan belas tahun, adalah anak ibunda Devan dari suami kedua ibunya itu.

Ya ... ya ... aku tidak mau mati di rumah itu dengan sia-sia. Hanya sebentar ... hanya sebentar.

Sampai Devan jenuh lalu menceraikan ku. Maka aku akan bebas kembali. Namun yang ku sangka-sangka akan berjalan baik rupanya tidak. Terlebih saat tahu aku lumayan akrab dengan saudara tirinya, Dokter Zaen. Ia malah justru semakin mengikatkan rantainya di kedua tangan juga leher ku.

Marahnya yang tak jelas itu membuat ku berfikir, apakah dia cemburu? Seorang Devan cemburu dengan ku? Aku rasa tidak mungkin.

.

.

.

# POV author Picisan Imut.

assalamualaikum warahmatullahi wabbarokatuh, teman-teman.

apa kabar semuanya? semoga kalian dalam keadaan sehat, Aamiin.

Bagi kalian yang mungkin baru membaca karya ini ataupun yang memang sudah menjadi pembaca ku sejak awal aku rilis novel pertama 🥰 aku ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. love You All...

And, ya...? ini novel ku yang baru, hal yang selalu aku suka setiap bikin cerita adalah comedy romantis. hahaha, yang kadang bikin aku suka ketawa sendiri saat membuat scane barbar dan lucu.

jujur, aku suka tipe cewek bar-bar di tambah cowok tengil. rasanya seperti apa gitu hehehe... aku cuma berharap kalian suka sama novel ini, seperti novel-novel ku yang sebelumnya. mudah-mudahan juga nggak ngebosenin sampai tamat aku akan usahakan membangun cerita menarik di setiap babnya.

satu lagi, aku upnya inshaAllah setiap hari tapi cuma dua bab ya, belum bisa lebih 🙏🙏 tapi biasanya kalau ada scane yang menurut ku rame suka ku kasih bonus bab kok. 🥰

segitu aja sih mungkin dari aku hehehehe... happy reading teman-teman.

Me Vs Mommy Sukaesih.

Pagi Dunia... Awalan hari yang baik, seorang gadis dengan rambut pendek sebatas bahu serta poni datar yang hampir menutupi seluruh alisnya tengah tersenyum cerah di depan cermin.

Memandangi wajah yang sebenarnya biasa saja, namun baginya itu adalah ciptaan Tuhan yang wajib ia syukuri setiap kali ia bangun tidur.

Hal yang rutin ia lakukan, tersenyum dengan berbagai pose dari mengangkat kaki berjalan dua langkah sembari berbalik, hingga rambut Bobnya terkibas ke-kiri dan ke-kanan, intinya gadis bernama Kunia Rahayu itu adalah salah satu dari para wanita yang paling mencintai dirinya sendiri.

Braaaaakkk...! Braaakkk...! Braaaaakkk....!

Sebuah ketukan kasar setiap pagi, memang tak pernah membuatnya heran. Hingga ia pun harus mengakhiri ritualnya kemudian membuka pintu sebelum si pengetuk menghancurkan pintu tersebut.

Krieeet... Dengan malas ia membuka, sembari menarik kedua tangannya keatas, merenggangkan tubuhnya ia menyambut seorang wanita dengan rol rambut memenuhi kepalanya.

"Ibu pikir kau mati, kenapa tidak menyaut panggilan ibu sedari tadi?" Gerutunya sembari berkacak pinggang.

"Inginnya begitu, sebelum aku mendengarkan suara ibu yang seperti kaleng kosong setiap pagi," gumamnya sembari memasukkan ujung jari kelingkingnya ke dalam lubang hidung mencari emas alam yang tersembunyi cukup dalam.

"Cih...! Kau pikir aku mau berteriak terus setiap pagi hah...!!!" Pekik sang ibu geram. Sehingga membuat Kunia menggosok telinganya cepat.

"iyaaa... iyaaa... ibu mau apa memanggil ku pagi-pagi buta seperti ini?"

"Pagi buta katanya? Apa kau saat ini tengah memakai softlens berwarna hitam? Kau lihat mentari di luar, bahkan sekawanan Ayam pun sudah berkumpul mengadakan arisan. Dasar pemalas!!"

Kunia tak menghiraukan ia hanya diam saja, justru Dia akan heran jika sang ibu tidak bernyanyi di pagi ini.

"Kau lihat pakaian mu yang sudah kau rendam sejak kemarin pagi di kamar mandi, kapan kau akan mencucinya?!"

"Nanti akan ku cuci, Bu."

"Nanti? Sejak kemarin, nanti...nanti...nanti... Ketemu besok pun kau akan menjawab serupa. Andai saja pakaian mu itu biji kacang-kacangan? Mungkin dia sudah bukan jadi kecambah lagi melainkan Tauge!!!"

"Aaahh.... Iya... Iya akan ku cuci, setelah aku menelfon Kak Anwar."

"Tidak bisa!! Kau harus mencucinya Sekarang!" Ibu paruh baya itu sudah kehabisan sabar, sehingga menyeret anaknya ke kamar mandi lah menjadi pilihannya. Namun bukan Kunia jika tidak menahan tubuhnya dengan cara memegangi kerangka pintu sekuat mungkin.

"Nanti Bu hanya tiga puluh menit, untuk mengucapkan selamat pagi padanya."

"Aku tidak peduli dengan benalu tengik itu, sekarang yang ku butuhkan kau melakukan pekerjaan mu, aku sudah tidak tahan mencium aroma busuk dari rendaman pakaian, mu!" Bu Sukaesih terus saja menarik tangan anak gadisnya itu, sekuat tenaga.

"Dua puluh menit... Ku mohon," masih berusaha bernegosiasi.

"Satu detik pun tidak akan ku berikan," suara Bu Sukaesih sudah terdengar ngos-ngosan. Karena tidak hanya menarik, ia pun memukul-mukul lengan Kunia yang masih memegang kencang kerangka pintu tersebut.

Lelah... Ia pun memutuskan untuk menggelitik perut langsing yang terbungkus kaos oblong berwarna putih itu.

"Aaaahahahaha, Ya Tuhan.... Aku akan bertahan!! Buahahaha.... Tidak akan aku melepaskan pertahanan ku."

"Menurut lah atau ibu akan melakukan yang lebih dari pada ini–" semakin menggila Bu Sukaesih menggelitik perut Kunia membuat gadis itu semakin mengatup rapat-rapat bibirnya, menahan tawa dan geli yang di buat sang ibu, namun pegangan tangannya masih juga tak terlepas.

Hingga beberapa detik Kunia mulai menyerah, ia pun melepaskan pegangannya dan menahan tangan sang ibu.

"Baiklah... Baiklah... Aku menyerah... Aku?" Nafasnya tersengal-sengal, "aku akan mencuci pakaian ku sekarang, jadi sudah hentikan."

Bu Sukaesih sama-sama mengatur nafasnya sembari menatap tajam ke arah sang anak. Lalu menyentuh-yentuh pelan semua rol rambut yang terpasang di kepalanya. Memastikan jika tidak ada rol yang rusak karena aksinya tadi.

"Cepat cuci pakaian mu!!! Atau kau yang akan ku giles di papan penggilesan!" Pekik Bu Sukaesih sebelum berlalu. Sementara Kunia kini tengah menyandar lemas akibat serangan brutal sang ibu.

"Aku bisa mati jika seperti ini terus," gumamnya masih lemas.

"KUNIAAAAAA!!!!" Teriak Bu Sukaesih dari dapur untuk memastikan anak itu tak kembali ke kamarnya.

"IYAAAAA...!" Gadis itu pun menghela nafas, "tunggu jika aku sudah menikah dengan Kak Anwar, aku akan terlepas dari penjara ibu cerewet itu."

Langkahnya yang sedikit menghentak pun membawanya menuju area dapur, lalu masuk ke sebuah bilik yang tidak begitu sempit.

Ya... Di rumah itu memang ada mesin cuci dua drum, namun karena sedang rusak jadi tidak bisa di gunakan untuk sementara waktu.

Kuni pun mengeluarkan ember berisi pakaiannya, belum apa-apa dia sudah mengendus bau tak sedap, membuatnya ingin muntah seketika itu juga.

"Astaga...! Kenapa pakaian yang di rendam sehari semalam bisa bau bangkai seperti ini sih?" Ia pun memutuskan untuk menumpahkan semuanya, lalu menggantinya dengan air yang baru dan juga deterjen lagi, entah berpengaruh atau tidak?

Paling tidak, dia bisa menghilangkan sedikit bau busuk di rendaman pakaiannya.

Dengan cekatan ia mulai menata, dari kursi jongkok, papan penggilesan, sabun colek serta sikat baju.

"Okay...! Hanya tujuh setel pasti akan cepat selesai." Ia pun mulai mencuci satu persatu pakaiannya. Memang mencuci adalah pekerjaan paling ia tidak sukai, karena dari mencuci itu akan menganak ke pekerjaan lainnya seperti menjemur, dan jika sudah kering ia harus mengangkatnya serta melipatnya, belum lagi jika ingin nampak lebih rapi, Dia harus menyetrikanya juga. Benar-benar satu pekerjaan yang bisa menghabiskan waktu seharian.

Apalagi di hari Minggu ini, andaikan saja Anwar tidak sibuk mungkin hari ini Dia sudah bersiap untuk berkencan.

Selang beberapa menit kemudian, Kunia sudah selesai dengan pekerjaan mencucinya. Hanya tinggal menjemur saja, ia pun duduk sejenak di dipan kayu yang berada di samping rumah. Di sisi tali-tali jemuran yang membentang cukup kuat.

Ia mengusap keringat di kening, menatap matahari yang mulai meninggi di sana. Mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendek yang ia kenakan.

Belum ada satu pesan pun dari Anwar sejak pukul delapan malam tadi. Kunia mengulas senyum.

"Sepertinya, kak Anwar sibuk sekali. Aku harus maklum, Dia bekerja kan untuk masa depan kita juga." Kunia cengengesan sendiri, membayangkan ketika tiba-tiba Anwar datang bersama orangtuanya untuk melamar dirinya.

Di mana ia akan mematung, dengan angin yang berhembus menyibak rambut Bobnya itu.

Terpukau dengan Anwar yang berpostur tinggi, menggunakan kemeja batik berlengan panjang serta celana bahannya. Amatlah gagah, sembari memegangi buket bunga yang indah.

'Kunia, Menikahlah denganku... Aku akan membahagiakan mu.'

Lamunannya pun berlanjut hingga ke saat mereka menikah.

Dimana Kunia tengah berdiri di dapur memasak hidangan pagi untuk suaminya, tiba-tiba seorang pria memeluknya dari belakang.

'Harumnya? Istri ku yang cantik benar-benar paham cara memanjakan suami.' Anwar meraih wajah Kunia agar menghadapnya, wajah itu semakin mendekat terus mendekat dan mendekat.

Di mana bibir Kunia yang turut maju dengan mata terpejam, menunggu kecupan lembut mendarat sempurna di bibirnya.

Cssss....

"Aaaaaaa!!!" Hentaknya terkejut, di mana sang ibu sudah berdiri di hadapannya dengan sekantung bajigur panas di tangan.

"Kau pikir bibir mu itu seksi, hah?"

Kunia menatap sebal sembari menutupi bibirnya sendiri. "Ibu itu benar-benar ya, kalau bibir ku jontor, bagaimana?"

"Biarkan saja, lagi pula bukannya meyelesaikan pekerjaan mu? Malah berkhayal yang tidak-tidak."

"Ck...! Sudah sana masuk saja, ini juga mau Kuni selesaikan kok. Mengganggu kesenangan anak gadisnya saja."

"Mengganggu kesenangan, kata mu? Hei– apa seperti itu kesenangan mu? Menganggur, lantas berkhayal yang tidak-tidak? Memuakan!"

"Aku akan bekerja sebentar lagi– tidak perlu khawatir."

"Dari beberapa bulan yang lalu kau bicaranya pun seperti itu...! Contoh lah Reni, dia bekerja sebagai selebriti di dunia Maya, hobinya yang suka dandan itu menghasilkan uang yang banyak. Sehingga ibunya yang genit itu, selalu membanggakan putri semata wayangnya. Sedangkan kau, Apa? Yang ada uang ayah mu kau habiskan untuk si benalu brengsek itu."

"Ibu... Sudah ku bilang jangan hina kak Anwar seperti itu. Dia itu pria baik-baik. Lagi pula Reni bisa seperti itu kan punya modal. Sementara aku apa? Jangankan minta uang untuk modal Utube, untuk beli cilok saja harus mendapatkan pukulan lebih dulu."

"Sudah lupakan tentang Reni– intinya aku tidak suka pria yang mengaku kekasih mu itu. Kau sebut dia baik? Kalau benar dia pria baik-baik, ia tidak akan pernah menjadikan mu mesin ATM berjalan."

"Ibu ini bicara apa sih, kenapa jadi merambat kemana-mana?"

"Hei– sudah saatnya kau sadar...! Jangan menjadi budak cinta pria pengeretan seperti Dia– kau akan menyesali nanti."

"Iya... iya ibu ku sayang, sudah hentikan khutbah mu, Aku akan bekerja setelah ini dan membuat mu bangga okay."

"Baguslah, ku doakan kau bisa menggaet bos dari tempat mu bekerja itu."

"Ibu–"

"Itu lebih baik dari pada kau harus dengan cecunguk itu." Bu Sukaesih masih saja mencibir Anwar sembari melenggang pergi. Karena Dia memang tidak pernah suka dengan pria yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dengan anaknya itu.

Kunia menghela nafas...

"Sepertinya aku harus mengajak kak Anwar untuk kembali mendekati ibu," gumamnya. Ia pun kembali berjalan dua langkah mendekati ember berisi pakaian bersihnya, dan mulai menjemur.

hal yang tidak di ketahui Kunia

Kunia masih sibuk menggantungkan satu persatu pakaian basahnya. Ia pun mendengar gerbang besi itu terbuka, membuat Kunia menoleh lalu mengembangkan senyumnya.

Reni yang nampak sudah cantik dengan dress berwarna hijau tosca dengan motif bunga-bunga kecil berwarna putih, senada dengan outer serta sepatunya yang berwarna putih, sedang berjalan mendekati lalu duduk di balai tersebut.

"Waaah... Entah mengapa aku selalu takjub melihat mu yang bak Barbie ini. Ckckckck." Kuni memuji gadis yang hanya diam saja sembari menilik ponsel yang berada di dalam tas kecilnya. "Kau mau kemana?"

"Jalan dengan kekasih ku," jawabnya singkat.

"Kekasih, kau kembali menjalin hubungan dengan Gerald?"

"Tidak akan aku sudi berhubungan dengan si miskin itu, lagi."

"Dih–" Kunia paham, sikap Reni yang gemar gonta-ganti pacar memang terkadang bikin ia geleng-geleng kepala, tipe yang menyukai pria berduit, dan jika pria itu mulai kere maka akan dia tinggalkan.

kembali terdiam, Dia sibuk dengan akun Stagramnya. Mengecek postingan barunya yang sudah mendapatkan ribuan like dari para penggemarnya.

Ia pun tersenyum puas, membaca beberapa komentar yang memuji kecantikannya. Sembari menemani Kunia menjemur pakaian, tanpa mendengarkan ocehan semangat gadis itu yang bercerita tentang Anwar dan Anwar.

"Sungguh ya, dia itu semakin membuat ku tergila-gila." Kata Kuni, ia menghentakkan kain kemeja yang masih basah.

"Aaaa– Kuni...! Basah tahu...." Reni mengibaskan tangannya dengan sedikit jengkel. Sementara Kuni hanya tertawa.

"Maaf aku sengaja, Hahaha."

"Menyebalkan...."

"Maaf... Maaf... Habis kau diam saja sih, aku kan sedang bercerita."

"Aku mendengarkan kok, walaupun agak bosan." Reni menjawab dengan ketus, ia membuka bedak padatnya, bercermin. "Untung riasan ku tidak rusak."

"Ckckck.... Kau itu tidak pakai riasan pun tetap cantik. Tidak seperti aku."

Reni menutup bedaknya itu. "Kau bukan tidak cantik, hanya saja kau tidak pernah merawat diri mu."

"Aku merawat diri ku kok, buktinya aku sudah sebesar ini." Tertawa.

"Maksudnya, kau itu harus mulai melakukan perawatan tubuh, bodoh!"

"Ya... Ya... Lagian untuk apa aku melakukan itu? Aku kan sudah laku." Kuni memuji diri sendiri.

"Ckckckck... Dasar kau ini, selalu saja ya. Sekarang aku tanya? Apa hari ini kau sudah mandi?"

"Emmmm... Belum! Sejak kemarin sore aku belum mandi."

"Astaga...!"

"Hei, aku kan tidak kemana-mana. Aku akan mandi jika pergi saja. Apabila hanya di rumah? Untuk apa mandi sering-sering? Satu hari sekali saja sudah cukup. Mandinya saat siang hari jadi pas di tengah-tengah."

"Ya ampun... Ya ampun... Joroknya diri mu. Lantas itu rambut? Sudah berapa lama tidak keramas?"

"Ini?" Kuni menunjuk rambutnya sendiri. "Entahlah aku lupa, aku rasa ada satu Minggu yang lalu."

"Apa? Satu Minggu? Pantas saja poni mu nampak se-lepek itu." Reni geleng-geleng kepala.

"Iya lah... Aku malas saja, kalau belum berminyak maka aku belum mau mencucinya."

"Astaga....! Apa kau tidak gatal?"

"Gatal sih... Tapi kan tinggal digaruk." Kuni tertawa terpingkal-pingkal. Sementara Reni hanya geleng-geleng kepala, ia lantas mendorong tubuh Kuni yang mendekatinya. "Hissshh jangan dekat-dekat, kau itu bau."

"Hahaha...." Kuni mengakhiri tawanya, saat mendengar suara telfon dari ponselnya. "Sebentar-sebentar... Pujaan hati ku telfon."

"Sana angkat lah." Reni mengibas-kibaskan tangannya di dekat hidung. Sementara Kuni menerima panggilan telepon itu dengan semangat.

"Hallo... Emmm, di rumah. Ada apa?" Kuni menoleh ke arah Reni sembari senyum-senyum. "Oh, ada... Aku ada. Mau ku transfer sekarang?"

📞 "boleh, jangan lama-lama ya."

"Baiklah di tunggu ya sayang."

📞 "terimakasih ya– kau memang baik hati, tapi aku jadi tidak enak dengan mu, karena Minggu ini kita tidak bisa jalan lagi. Uang Minggu kemarin saja belum ku kembalikan."

"Apa sih? Tidak usah merasa tidak enak pada ku. Sudah ku bilang kan apa yang kau butuhkan, jika aku ada pasti akan ku berikan, karena aku tahu kau sedang investasi demi masa depan kita."

📞 "kau memang pengertian sayang. terimakasih ya sekali lagi. Ya sudah... Ku tutup dulu. Kamu jangan lupa langsung transfer ya. Dan kabari aku setelahnya."

"Iya sayang ku... Muaaahhh... Muaaaahhh... Muaaaahhh." Kuni jejingkrakan saking senangnya habis di telfon oleh kekasihnya itu. Ia pun membuka aplikasi mobile banking dan melakukan transaksi dengan nominal uang seperti yang di inginkan kekasihnya itu.

Transaksi sukses....

Segera Kuni mengabari Anwar, bahwa dia sudah mentransfer sejumlah uang.

Tak lama Anwar pun hanya membalas dengan stiker animasi memeluk love, dengan kata-kata thank you tanpa ada balasan lainnya lagi.

"Haaaah.... Leganya, sudah membuat kekasih ku senang," kata Kunia, ia pun melanjutkan pekerjaannya. Tak lama Reni mengeluarkan ponselnya, ia membaca sebuah pesan chat yang baru saja masuk lalu tersenyum.

"Kuni, aku jalan dulu ya."

"Kau mau jalan sekarang? Taksi online-nya kan belum datang?"

"Tadi aku ordernya di depan gang. Jadi aku harus ke sana sembari menunggu."

"Huuu.... Cepatnya kau menemukan pengganti, padahal aku mau mengajak mu nonton film karena Minggu ini kak Anwar masih sibuk."

"Hehehe.... Lain kali ya. Bye Kunia, jangan lupa mandi dan keramas ya–" Reni pun pergi, meningggalakan Kunia yang kini sedang menghela nafas.

"Sudah beberapa Minggu ini Dia sepertinya jalan-jalan terus. Aku jadi iri... Emmm tidak-tidak, kak Anwar sedang sibuk dengan beberapa proyeknya, demi masa depan. Demi sebuah pernikahan yang mewah bak negeri dongeng. Hehehe... Ayo lah lanjut menjemurnya." Gumam Kuni menyemangati dirinya sendiri, lantas melanjutkan pekerjaannya.

–––

Di sisi lain, di luar sepengetahuan Kuni. Reni menghampiri sebuah mobil, dimana terdapat seorang pria yang duduk di kursi kemudinya.

"Cantik, maaf ya lama."

"Tidak apa-apa. Aku tahu kamu pasti habis pinjam uang dulu ya sama Kunia."

"Kok kamu tahu?" Anwar tercengang.

"Tahu lah, kan saat kau menelfon dia, aku sedang di sana."

"Ya ampun... Aku jadi malu."

"Kenapa mesti malu."

"Iya, akhir-akhir ini aku sedang banyak pengeluaran. Alhasil aku jadi kehabisan uang, sementara aku harus membahagiakan mu." Anwar bercerita dengan nada memelas. "Kau pasti malu ya, berhubungan dengan pria seperti ku ku."

"Ya ampun enggak sayang... Serius. Maaf, maafkan aku. Cuman, aku kan kasian juga pada Kuni. Aku sudah pacaran sama mantannya, tapi matannya malah meminjam uangnya untuk jalan-jalan dengan ku."

Anwar tersenyum, ia mengusap kepala Reni lembut. "Aku akan menggantinya. Tenang saja."

"Ngomong-ngomong, kenapa Kuni masih nampak bahagia dan menganggap mu sebagai kekasihnya?"

"Entahlah... Mungkin karena aku masih berlaku baik padanya."

"Begitu ya?"

"Iya sayang, sudah biarkan saja. Jangan bahas Dia, yang terpenting sekarang adalah aku dan kamu. Kita bersenang-senang."

Reni tersenyum imut, lantas mengangguk. Dimana Anwar segera menyalakan mesin mobilnya, dan mobil pun melaju menuju salah satu taman hiburan.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!