Antara Kadir, Mbak Kasir Dan Kang Parkir
Gak Mau Rugi
Di suatu siang di sebuah minimarket.
Mbak Kasir
Total belanjanya, seratus ribu seratus rupiah, Pak.
Kadir
Waduh, harus ada ekornya seratus rupiah, ya, Mbak?
Mbak Kasir
Iya, Pak. Begitulah.
Sambil tersenyum manis, membuat hati Kadir kebat kebit.
Kadir
(Bicara dalam hati) Waduh! Untung masih ingat istri di rumah, kalo enggak, sudah tak bungkus ni makhluk manis pake kantong kresek.
Kadir merogoh semua kantongnya, berharap menemukan sekeping koin. Akan tetapi, nihil.
Kadir
Eng, anu. Apa gak bisa jalan damai saja?
Mbak Kasir
Maaf, Pak. Ini Jalan Makmu, Jalan Damai di dekat pasar.
Kadir
Maksudnya ... apa gak bisa diihklasin saja yang seratusnya?
Mbak Kasir
(Tersenyum lagi)
Mbak Kasir
Jawabannya ... sama kek saat mantan ngajak balikan, Pak.
Kadir
Hah? gimana, gimana? (Memandang dengan bingung)
Mbak Kasir
Mohon maaf, tidak bisa!
Kadir
(Garuk kepala, telan ludah)
Kadir
Ya sudah, ini, Mbak.
Kadir
(Sambil menyerahkan selembar uang dua ribuan, yang tadi dipersiapkan untuk parkir).
Si Mbak sigap mengambil uang dua ribu dari tangan Kadir.
Mbak Kasir
Mohon maaf, Bapak. Kami sedang tidak ada kembalian uang kecil. Seribu sembilan ratusnya, mau ambil cokelat saja?
Mbak Kasir
(Sambil senyum gak enak hati, kemudian menunjuk pada jajanan yang ada di depan meja kasirnya)
Kadir
(Dengan terpaksa mengambil satu batang cokelat)
Mbak Kasir
Sisa sembilan ratusnya, permen, ya, Pak?
Kadir
(Bicara dalam hati)
Bener-bener gak mau rugi!
Kadir keluar dari minimarket, terus nongkrong di motor Revo-nya.
Tiba-tiba tukang parkir muncul. Tadi, pas dia datang dia gak ada.
Kadir
Kalo Mbak kasirnya nyuruh nginep, aku mau nginep.
Kang Parkir
Bisa saja, si Bapak.
Kang Parkir
Nunggu bintang jatuh, Pak. Ya nunggu uang parkir dari Bapaklah!
Kadir
(Merogoh kocek sana-sini. Tapi yang benar-benar sudah habis).
Kadir
Waduh, aku sudah gak punya uang. Ini saja, ya.
Kadir menyerahkan cokelat dan permen yang tadi didapat dari Mbak kasir.
Kadir
(Tersenyum manis, meniru sunyumannya Mbak kasir).
Kadir
(Diabet, diabet, dah, lu)
Kang Parkir
(Melongo, heran, bingung).
3 B
Di suatu siang, Kadir kembali lagi berbelanja di minimarket langganan.
Kang Parkir
Yak, terus, terus!
Kadir
Ada suara tapi gak ada orang, jangan-jangan memang beneran sudah jadi Mbak Kunti, tuh, Kang Parkir. Hiiy.
Kadir
(Turun dari motor, dan segera akan masuk ke minimarket)
Kang Parkir
Eh, Bapak lagi.
(Tersenyum, lesu)
Kang Parkir
Ya iyalah, Pak. Yang bayar parkir pakai cokelat dan permen cuma Bapak doang.
Kadir
Wah, maaf, ya.
Adanya cuma itu.
Kang Parkir
Iya, gakpapa, Pak.
Kadir
Berarti, yang lain bayar, ya?
Kang Parkir
Enggak juga, kadang hanya makasih, tok!
Kadir
Weeladah, masih bagusan saya berarti.
Kadir
Omong punya omong, kenapa duduk lesu di sini?
Kadir
(Ikutan duduk di samping Kang Parkir. Lupa, bahwa dia harus belanja).
Kang Parkir
Saya ... baru ditolak, Pak.
Kadir
Lah, curhat. Emang saya Mamah Dedeh, apa?
Kang Parkir
Kan, tadi Bapak bertanya?
Kadir
Iya, tah? Sudah lupa, tuh.
Kang Parkir
(Garuk tembok)
Kadir
Ya ayo, dah, kalo mau cerita.
Kadir
Masnya ditolak lamaran kerja?
Kadir
Terus apaan, Bambaaaang?
Kang Parkir
Ditolak cewek, Pak.
Kadir
Ealah ... gitu aja sudah nyerah.
Kang Parkir
Terus, saya kudu gimana, Pak?
Kang Parkir
Bapak ... bengek?
Kadir
Mo cerita gak ada minumnya seret, e.
(Melirik gelas kopi Kang Parkir yang masih utuh tak tersentuh)
Kang Parkir
(Sadar dengan lirikan Kadir)
Kang Parkir
Oh, ya, ini, Pak. Mari ... silahkan, diminum dulu.
Kang Parkir
(Mengulurkan gelas kopi)
Kadir
Wee, makasih banyak, lo, ini.
Kadir
(Senyum malu-malu, tanpa sungkan langsung menyesap kopi).
Kang Parkir
Jadi, gimana, Pak?
Kang Parkir
(Mendengarkan dengan seksama)
Kadir
Dalam hidup, Kita harus senantiasa menerapkan 2 B.
Kang Parkir
Apa, tuh, Pak?
Kadir
Masnya, sudah berusaha belum?
Kang Parkir
Sudah, Pak. Saya sudah PDKT, beliin apa yang dia suka, selalu kasih perhatian tiap saat padanya.
Kadir
Kalo sudah B pertama, lanjut ke B kedua.
Kadir
Ucap namanya dalam doa, tikung dalam sepertiga malam.
Kang Parkir
(Manggut-manggut)
Kadir
B kedua sudah dilakukan?
Kang Parkir
(Menggeleng, malu-malu)
Kang Parkir
Belum, Pak. Ehehehe.
Salat saja, jarang.
Kadir
Mulai sekarang, rajinlah beribadah, terutama salat. Karena itu kewajiban, jangan pas ada maunya saja baru dekat sama Yang Maha Pencipta.
Kang Parkir
Terima kasih banyak nasehatnya, Pak.
Kadir
Omong punya omong, siapa cewek yang Mas tembak?
Kang Parkir
Mbak Kasir yang di dalam, Pak?
Kadir
(Bicara dalam hati)
Kalo itu, gua juga mau.
Kadir
(Celingak celinguk, takut istri ikut baca di sini, ngohahaha).
Kadir
Ehm, kalo begitu, tambahin satu lagi B nya, Mas.
Kadir
(Berlalu masuk ke dalam minimarket)
Kang Parkir
(Menatap penuh haru)
Satu Sama.
Kadir
Mi instan yang rasa rumput laut, gak ada, ya, Mbak?
Mbak Kasir
(Sedang main HP, sedikit kaget, kemudian cepat mendongak).
Kadir
Wah, indah sekali ciptaanmu, Tuhan.
Mbak Kasir
(Tersipu malu-malu).
Kadir
Mi instan yang rasa rumput laut.
Mbak Kasir
Eng.
(Berpikir sebentar, mengecek data barang di komputer).
Mbak Kasir
Gak ada, Pak.
Mi instan rasa rumput laut.
Kadir
Ada, e, Mbak. La wong, iklannya lagi kenceng di TV.
Mbak Kasir
Eng, tapi, gak ada di sini. Coba Bapak ke minimarket yang lain.
Kadir
Tapi, beneran ada, Mbak.
Mbak Kasir
(Sedikit kesal).
Mbak Kasir
Yee ... Si Bapak. Kan, Saya yang jualan, kok, jadi Bapaknya maksa.
Kadir
Eng, kalo rasa lain, ada?
(Cengengesan).
Mbak Kasir
(Kembali bersiap mengecek data produk di komputer).
Kadir
Rasa cintaku padamu yang kian hari kian membesar.
Mbak Kasir
Bisaan, Si Bapak.
Mbak Kasir
Ini saja belanjanya, Pak?
Mbak Kasir
(Menunjuk pada belanjaan Kadir yang diletakkan di meja kasir).
Mbak Kasir
Total belanjanya, empat puluh sembilan ribu rupiah.
Mbak Kasir
(Tersenyum manis, menampakkan gingsulnya).
Kadir
(Terpana, tanpa sadar mengulurkan uang lima puluh ribu).
Mbak Kasir
Kembalian seribu, mau permen, Pak?
Ah, pertanyaan sama terulang lagi, luka lama berdarah kembali.
Kadir
(Mengangguk, seperti terhipnotis)
Mbak Kasir
(Memberikan belanjaan, dan permen sebagai kembalian).
Kadir
Keluar dari minimarket, celingukan.
Kadir
Ah, masih ada yang kurang belanjanya. Kurang penyedap rasa, sama itu tadi, mi instan rasa rumput laut.
Kadir terpaksa menyeberang jalan, menuju minimarket lainnya.
Aneh, minimarket saingan selalu letaknya berdekatan. Merah, kasirnya cowok ganteng bak Oppa Korea, pasti Emak-Emak pecinta drakor lebih memilih berbelanja di sana. Kalo Bapak-Bapak ganjen macam Kadir (Bukan Author, ye) tentu saja lebih memilih berbelanja di minimarket satunya.
Mas Kasir
Totalnya, lima ribu rupiah, Pak.
Kadir
(Mengulurkan uang dua lembar dua ribuan, kemudian permen kembalian dari minimarket depan).
Mas Kasir
Mohon maaf, Bapak. Bisa bayar pake uang pas saja?
Kadir
Ini pas, lo, Mas.
(ngotot).
Kadir
Empat ribu sama permen harganya seribu. Jadi, pas. Lima ribu.
Kadir
(Menempelkan jari telunjuk ke bibir Mas Kasir.)
Kadir
Ini, permen kembalian dari kasir cantik di minimarket depan, lo.
Kadir
Tapi apalagi, sih. Kebanyakan protes Masnya.
Mas Kasir
Ja--jari Bapak, bau terasi.
Mas Kasir
(Ngedumel panjang pendek, sambil mengibaskan tangan di depan hidung).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!