Iring-iringan mobil mewah melintas di jalanan yang sepi.Dalam mobil pertama Pak Robert Alexander yang mempunyai sebuah perusahaan besar di Indonesia dalam bidang properti dan telekomunikasi.
Sejauh ini bidang properti sangat pesat perkembangannya sehingga minggu lalu kepemimpinan di alihkan oleh anak pertamanya, Nicko Alexander.
Pak Robert Alexander mempunyai tiga orang anak,dua laki-laki dan satu anak perempuan.
Anak pertama adalah Nicko Alexander,yang kedua Edward Alexander serta perempuan Sania Alexander.Pak Robert mempunyai istri keturunan Indonesia asli bernama Karina Wijaya.Sedangkan Pak Robert sendiri perpaduan Inggris dan Indonesia.
Karina Wijaya mempunyai adik bernama Hendro Wijaya.Dan Hendro mempunyai anak laki-laki bernama Reynaldi.
_
Di jalanan sepi seperti ini memang jarang sekali kendaraan yang lewat pada jam bubar kantor.Dan kebetulan ayah dan anak itu ada undangan makan malam dengan klien yang memintanya untuk datang di sebuah vila.
Entah itu sebuah pertanda akan ada insiden yang tragis yang di buat sekenario oleh seseorang.
Tiba-tiba ketika dua mobil itu melaju pelan di jalanan yang mulai gelap,ada tiga mobil yang menghadang jalam mereka.
Mobil Nicko dan pak Robert pun berhenti.Mereka mengamati sejenak.Dan perasaan pak Robert sudah tidak enak.Sejak berangkat dari kantor hatinya gelisah yang di rasa pak Robert,namun dia tidak menunjukkan pada anaknya.Tetap tenang seperti biasa.
Memang dalam dunia bisnis apalagi bisnis besar ada saja saingan yang ingin mencelakai pak Robert.Tapi dia masih bisa menghindar,serta jika ada yang mencoba menjatuhkan sahamnya dia bisa mempertahankannya.
Pak Robert keluar,begitu juga Nicko.Dan dari dalam mobil yang menghadang mereka keluar beberapa laki-laki yang berwajah garang dan siap menyerang mereka.
"Pah,siapa mereka?"tanya Nicko heran.Pasalnya dia baru mengalami penghadangan seperti ini.
"Kamu tenang saja,jangan panik dan jangan gegabah."ucap Pak Robert.Sikap tenang yang di tampilkan itu membuat sebagian orang yang menghadangnya ragu untuk menyerang.
Supir yang sejak tadi di dalam,keluar untuk berjaga-jaga jika majikannya di serang.
"Pak,apa kita putar balik saja?"kata supir pak Robert yang sudah biasa menghadapi hal seperti ini selama dia menjadi supir pak Robert.
"Tidak,kita hadapi saja.Mereka hanya cecunguk yang di bayar oleh atasannya."jawab pak Robert masih dalam keadaan tenang.
Wajahnya mulai tampak dingin,menatap satu persatu orang-orang yang tak di kenal itu.Memperhitungkan sejauh mana dia bertahan jika di serang.
"Pah,apa kita akan menghadapi mereka?"tanya Nicko lagi.
"Ya,makanya papa selalu menyuruhmu belajar ilmu bela diri,suatu saat akan menghadapi seperti ini."ucap Pak Robert.
Dan beberapa menit kemudian,dari suara komando seseorang yang berada di dalam mobil itu,laki-laki garang yang berjumlah tujuh orang menyerang pak Robert dan Nicko.Mereka berkelahi secara tidak seimbang.Supir pak Robert dan supir Nicko ikut membantu majikannya yang di serang secara brutal.
Selama beberapa menit keadaan mulai tidak seimbang.Pqk Robert dan Nicko mulai kewalahan,sedangkan supir Nicko sudah di bekuk.Kini mulai supir pak Robert yang kewalahan menghadapi para penghadang itu.Dia terlempar ketika satu orang menendangnya.
"Pak Dori,bapak tidak apa-apa?"tanya Nicko yang kebetulan dekat dengan supir papanya yang terjatuh,dia terbatuk dan keluar darah dari mulutnya.
"Saya tidak apa-apa tuan muda,anda harus berhati-hati.Kali ini musuh tuan besar memang sungguh di luar dugaan."ucap pak Dori.
Belum selesai berbicara,tiba-tiba dari belakang Nicko di tendang pundaknya nyaris mengenai leher sehingga dia terjatuh,lalu dia di seret oleh dua orang besar-besar di bawa ke dalam mobil van hitam.
"Tuan muda Nicko!"teriak pak Dori yang tidak berdaya karena di tahan oleh laki-laki lainnya.
Sedangkan pak Robert masih berjuang dengan perkelahian yang tidak seimbang,satu lawan tiga.Dia kewalahan dan hampir terjatuh.Saat teriakan pak Dori terdengar,pak Robert menoleh dan tidak membuang kesempatan tiga laki-laki tersebut menendang dada,lutut dan punggung pak Robert.Dan akhirnya tumbanglah pak Robert dengan banyak mengeluarkan darah,dia terbatuk-batuk.
Pak Dori menghampiri majikannya dan membantunya untuk berdiri.
"Tuan besar,tuan muda Nicko di bawa kabur."ucap pak Dori khawatir.
"Kurang ajar!rupanya dia benar-benar mau melenyapkan keluargaku.Uhuk..uhuk!"ucap pak Robert.
"Bangunkan Roni,dia sejak tadi tidak sadarkan diri.Kita pulang."ucap pak Robert sambil berusaha bangun.
"Bagaimana dengan tuan muda Nicko?Siapa mereka tuan?"tanya Pak Dori dengan cemas.
"Aku belum yakin dengan dugaanku,tapi kita akan cari tahu siapa di balik penyerangan ini."
Baru satu langkah pak Robert dan supirnya,satu lesatan tembakan tepat mengenai kepala pak Robert.Dan pak Robert pun terjatuh.
"Tuan besar kenapa?"panik,
Pak Dori meraba pelipis tuannya itu.Darah mengalir deras.Dalam keadaan di ambang sadar,pak Robert memerintahkan supirnya untuk membawanya ke rumah sakit.
Tanpa menunggu lama lagi,pak Dori langsung membawa pak Robert ke mobil dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sedangkan supir Nicko yang baru sadar,hanya melongo.Dia baru sadar ketika sudah tidak ada siapapun di sana.Lalu dia bangun dan menghubungi pak Dori.
"Halo pak Dori,bagaimana keadaan tuan besar?"tanya Roni.
"Kamu jemput nyonya Karina,katakan pada beliau bahwa tuan besar masuk rumah sakit.Nanti kalau sampai rumah sakit saya beri tahu di mana rumah sakitnya."
"Baik pak."
"Jangan tunggu lama."
"Baik."
Sambungan telepon terputus,Roni langsung melajukan mobilnya untuk menjemput nyonya besarnya menyusul suaminya yang di bawa ke rumah sakit.
_
☆☆☆☆
Sampai rumah sakit,pak Dori langsung di sambut oleh perawat yang berjaga.
"Tolong tuan saya,beliau kritis.Ada peluru di kepalanya."
Kemudian dengan sigap perawat tersebut membawa pak Robert ke bangsal dan melarikannya ke ruang operasi.Di sana langsung di tangani oleh dokter.
Sementara pak Dori menulis pesan untuk Roni memberitahukan lokasi rumah sakit.
Dia khawatir terjadi apa-apa pada majikannya,belum lagi Nicko yang entah di bawa kemana oleh si penyerang itu.
Kali ini pak Dori tidak begitu tahu siapa yang menyerangnya.Biasanya pak Robert akan memberitahu siapa saja yang jadi musuhnya dan selalu akan siaga jika suatu saat akan mencelakai majikannya itu.
Dia sungguh merasa tidak berguna,baru kali ini majikannya kalah dalam pertarungan dan juga kalah strategi.Benar-bebar rapi musuhnya dalam melakukan aksinya.
Satu jam berlalu,belum ada kabar dari ruang operasi.Pak Dori gelisah,dia duduk sambil mengetuk-ngetuk sepatunya di lantai.
Dari jauh terlihat wanita paruh baya sedang berjalan cepat menghampirinya.Pak Dori bangun dari duduknya dan membungkuk pada istri majikannya yang terlihat panik.
"Pak Dori,bagaimana keadaan suamiku?"tanya nyonya Karina yang panik mengetahui suaminya masuk rumah sakit.
"Tuan besar masih di ruang operasi nyonya."jawab pak Dori.
"Bagaimana bisa suamiku masuk rumah sakit.Apa yang terjadi sebenarnya?"sambil menangis nyonya Karina tidak sabar mendengar kejadian sebenarnya.
"Di tengah jalan kami di hadang lalu di serang,nyonya.Dan.."menggantung.
"Mana Nicko?Apa dia baik-baik saja?"
"Tuan muda di bawa lari oleh si penghadang itu nyonya."lemas pak Dori menyampaikan berita yang benar-benar membuat nyonya Karina Syok.
"Apa?!"ujar nyonya Karina histeris,dia syok bukan main.
Suaminya masuk rumah sakit dalam keadaan kritis sedangkan anaknya di culik.Dia menangis histeris.
Pk Dori menunduk,dia merasa bersalah tidak bisa menyelamatkan majikannya.
"Maaf nyonya,saya tidak bisa mencegah tuan muda di culik."
"Siapa kali ini musuh suamiku Dori?"tanya nyonya Karina masih dalam keadaan menangis.
"Tuan besar tidak memberi tahu,kemungkinan tuan besar juga tidak tahu siapa musuhnya."
"Nicko,di mana kamu..."teriak nyonya Karina.
Sementara Roni baru sampai setelah dia menjemput Sania.
Sania yang belum tahu apa yang terjadi masih bingung.
"Mah,ada apa?"tanya Sania heran.
"Papamu sedang operasi."
"Operasi?kenapa bisa di operasi?"
Lalu nyonya Karina menceritakan semua yang terjadi pada suaminya sehingga masuk ruang operasi.
"Lalu kak Nicko kemana?"tanya Sania khawatir.
"Tuan muda di culik,nona."jawab pak Dori.
"Apa?!"Sania terkejut.
_
_
☆☆☆☆☆☆☆
"Siapa yang menculik kak Nicko?"
"Saya kurang tahu nona."
"Kenapa paman Dori tidak tahu?"pak Dori diam.
Sania dan nyonya Karina menangis terisak.Kenapa keluarganya ada yang mengancamnya bahkan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya dan penculikkan kakaknya.
"Sania,cepat kamu hubungi kakakmu Edward.Suruh dia pulang malam ini juga."ucap nyonya Karina lada Sania.
Lalu Sania menghubungi Edward yang berada di benua lain.
Lama belum tersambung,Sania masih mencoba menghubungi lagi.Dan telepon tersambung.
"Halo Sania,ada apa?"tanya Edward di seberang sana.
"Kak Edward di suruh pulang sama mama."
"Memang ada apa mama menyuruh kakak pulang.Urusan kakak si sini masih banyak,belum bisa pulang cepat."
"Mm..papa masuk rumah sakit,keadaannya kritis."ucap Sania ragu.
"Apa?!Kenapa bisa kritis?"Edward terkejut.
"Sebaiknya kakak cepat pulang,nanti ceritanya kalau kakak sudah sampai di sini."
"Ya sudah,siang ini kakak langsung pulang."karena di Indonesia malam,maka di sana siang hari.
Lalu Sania memutuskan teleponnya.
Nyonya Karina masih menangis,Sania merangkul ibunya.
"Bagaimana,apa kakakmu mau pulang?"tanya nyonya Karina di sela-sela tangisnya.
"Iya,kak Edward secepatnya pulang."
Lalu dari ruang operasi keluar dokter dan beberapa perawat yang menangani Pak Robert.Nyonya Karina menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan suami saya dokter?"tanya nyonya Karina,dia tidak sabar mengetahui keadaan suaminya.
"Untung segera di bawa ke sini,jika terlambat beberapa menit mungkin nyawa suami anda tidak tertolong.Saat ini sudah kami tangani dengan baik.Kita tunggu jika subuh nanti belum sadar,terpaksa kita melakukan operasi ulang."ucap dokter,nyonya Karina menutup mulutnya tak percaya,dia semakin sedih dengan keadaan suaminya itu.
"Terima kasih dokter."kata nyonya Karina.
Lalu dokter meninggalkan ibu dan anak tersebut untuk melanjutkan tugasnya yang lain.
"Mama selalu khawatir sama papamu,beliau banyak sekali di kelilingi oleh orang-orang yang tidak suka padanya.Hik..hik..hik."
"Udah ma,papa itu orangnya kuat.Mama yang sabar aja."kata Sania menenagkan sang mama.
"Mama khawatir juga sama kakakmu Nicko,akan terjadi apa-apa.Di mana dia sekarang."
"Nyonya,semua anak buah tuan besar sudah di kerahkan untuk mencari tuan muda Nicko.Nyonya jangan khawatir,bila perlu menyewa detektif untuk mengetahui keberadaan tuan muda."ucap pak Dori.
Sebagai supir juga kepercayaan pak Robert,dia bergerak cepat untuk mencari di mana Nicko berada.
"Apa kita lapor polisi aja paman?"tanya Sania.
"Jika lapor polisi nanti makin sulit untuk melacak tuan muda,nona.Karena sepertinya pelakunya sangat pintar.Terbukti dengan sangat rapi aksi penyerangan itu.Kami tidak sempat melihat orang yang mengendarai mobil lainnya."
Lalu pembicaraan itu terputus dengan satu laporan dari sambungan telepon pak Dori dari anak buahnya.
_
☆☆☆
Sementara itu,Edward yang sudah naik kapal terbang hatinya gelisah.Bagaimana bisa papanya masuk rumah sakit dalam keadaan kritis.Pak Robert tidak mempunyai riwayat penyakit kronis sehingga harus kritis di rumah sakit jika kumat.
Lagi pula,kemarin malam dia video call dengan papanya itu,berbicara mengenai perusahaan yang di kembangkan di Inggris yang sekarang di tangani olehnya.
Edward masih tidak mengerti,tapi dia harus sabar untuk mengetahui keadaan yang terjadi di Indonesia,terutama papanya.
Emil sang asisten Edward selalu mendampingi kemana Edward pergi.Dia setia mendampingi bosnya itu.
"Tuan,apa kita langsung ke rumah sakit setelah kapal ini landing?"tanya Emil oada Edward.
Edward langsung mengangguk yakin.Dia tidak akan membuang waktu hanya untuk istirahat.
"Berapa jam lagi kita sampai di Indonesia?"tanya Edward.
"Sekitar tiga jam lagi tuan."jawab Emil.
Edward mendesah,dia benar-benar tak sabar ingin sampai di rumah sakit di mana papanya di rawat.
"Sebaiknya tuan tidur saja,nanti setelah sampai saya akan bangunkan tuan."ucap Emil memberi saran.
"Bagaimana aku bisa tidur kalau memikirkan papa sedang berjuang melawan maut di rumah sakit!"ucap Edward kesal.
Saran Emil tidak membantu meredam kegelisahan majikannya itu.Emil hanya diam,memang dia juga khawatir dengan majikan pamannya itu.
Sempat dia berkirim pesan dengan pak Dori,pamannya.Bahwa ada sebuah insiden di jalan ketika majikannya akan memenuhi undangan makan malam bersama klien di vila.
Hanya garis besarnya saja pak Dori memberitahu,selebihnya pak Dori hanya berpesan pada Emil untuk selalu waspada terhadap orang yang mencurigakan ketika sampai di bandara nanti.
Emil mulai khawatir dengan pesan yang di samapaikan pamannya.Itu artinya,sesuatu telah terjadi lagi dan ini tidak bisa di tangani.
"Emil,kenapa kamu jadi ikut gelisah?"tanya Edward.
"Saya hanya khawatir sama tuan besar,tuan muda."kata Emil pelan,menutupi kekhawatirannya.
"Apa kamu mengetahui sesuatu?"tanya Edward curiga.
"Saya belum tahu apa-apa,tuan."masih belum bicara jujur.
"Apa paman Dori tidak mengatakan apapun padamu?"
Edward ikut memanggil pak Dori dengan sebutan paman karena mengikuti Emil.Emil seumuran dengan Edward,hanya beda satu tahun lebih tua Emil dari Edward.
Emil di angkat jadi asisten Edward ketika Edward butuh seseorang yang mendampinginya bekerja.Dan pak Dori mengajukan Emil sebagai asistennya,menurut supir papanya itu Emil dapat di percaya dan sangat setia dalam bekerja dengan majikannya.
Dan terbukti,sampai enam tahun bersama Edward,Emil dapat di andalkan dan selalu menurut apa kata Edward.Edward sangat senang dengan Emil,dia selalu mengandalkan asistennya itu.Dalam segala urusan,termasuk urusan wanita yang selalu membuat risih dirinya.
"Tidak banyak,hanya paman bilang kita harus hati-hati dan tuan besar kritis.Itu saja."
Edwar menghela napas pelan,sesungguhnya dia juga merasa khawatir dengan kondisi ayahnya.
"Semoga saja tuan besar baik-baik saja."ucap Emil berusaha menenangkan.
"Semoga."ucap Edward.
_
☆☆☆
Sampai di bandara,Edward langsung naik taksi dan menuju rumah sakit di mana pak Robert di rawat.
Satu jam perjalanan,mobil yang membawa Edward dan asistennya sampai di rumah sakit.Mereka menanyakan pasien yang di operasi tadi malam kepada resepsionis.
Setelah mengetahui di mana ruangannya,Edward langsung menuju kesana.Ternyata pak Robert sudah di pindahkan ke ruang rawat inap VIP,karena pagi tadi tangannya bergerak dan matanya terbuka sehingga nyonya Karina senang lalu memanggil dokter.
Dan di sinilah Edward,memandang ayahnya yang terbaring lemah.Dia mendekat,mencium tangan papanya.Kebetulan mamanya sedang berada di ruang dokter,sehingga Edward sendiri tidak di sambut oleh mamanya.Hanya di jaga oleh dua orang bodiguard di depan pintu.
Itu di lakukan untuk berjaga-jaga kalau ada yang memaksa masuk dan kembali mencelakai pak Robert.
Pak Robert terbangun dengan sentuhan Edward.Dia menatap anaknya,lalu tersenyum.Tak ada raut wajah kesakitan,hanya wajah tenang yang dia tampilkan di hadapan anak keduanya itu.
"Papa baik-baik saja?"tanya Edward.
pak Robert hanya mengangguk.Dia menggenggam tangan Edward.Tiba-tiba tangannya menyentuh selang oksigen di hidung untuk membenarkan letak selang.Edward membantunya membenarkan selang tersebut.
"Apa yang terjadi pa?"tanya Edward penasaran.
Dengan membuka penutup hidung dan mulutnya,pak Robert berusaha untuk mengatakan sesuatu.Tapi malah napasnya mengap-mengap.
"Papa ngga usah banyak bicara dulu.Biar nanti kalau sudah baik papa boleh cerita."ucap Edward kembali membetulkan letak oksigen tersebut.
Tapi pak Robert memaksa untuk membuka penutup mulutnya itu.
"Papa bbbaik-bbaik sa ja.Papa ingin bicara penting sama kamu Edward."ucap pak Robert pelan dan terbata.
"Iya nanti papa bicaranya kalau sudah sehat lagi."ucap Edward berusaha menenangkan papanya.
Namun pak Robert memaksa untuk bicara,tapi sebelum mulutnya bicara dokter masuk bersama dengan nyonya Karina.
"Sayang kamu sudah sampai?"tanya nyonya Karina menghampiri Edward.
Edward bangun dari duduknya menyalami ibunya dan memeluknya.Suara tangisan nyonya Karina pecah di pelukan anak keduanya itu.
"Udah ma,mama yang sabar.Nanti Edward yang ngurus semuanya."Edward menenangkan mamanya sambil mengelus punggungnya.
"Mama masih belum tenang,kakak kamu belum ketemu.Hik..hik.."
Raut wajah Edward berubah tegang,apa yang dia dengar dari ibunya.Nicko hilang?
"Apa ma?Kak Nicko hilang?"tanya Edward tidak percaya.Wajahnya kaku dan khawatir.
Nyonya Karina mengangguk pelan.Di bangsal terdengar batuk dari pak Robert.Edward dan nyonya Karina menghampiri suaminya.
Dokter yang memeriksa keadaan pak Robert dengan intens.
"Bagaimana dokter dengan suami saya?"tanya nyonya Karina sangat khawatir.
"Tidak apa-apa.Menunggu pemulihan saja dan pemeriksaan selanjutnya."
"Syukurlah dok,saya khawatir dengan kondisinya."ucap nyonya Karina.
"Yang penting bapak tidak boleh berpikir keras,karena nanti akan mengganggu kesehatannya."ucap dokter lagi.
"Baik dokter."
Lalu dokter meninggalkan ruangan VIP tersebut.Edward dan nyonya Karina menghampiri pak Robert,mereka duduk di samping bangsal tersebut di kedua sisinya.
Yang ada di pikiran Edward adalah,kenapa kakaknya bisa hilang?Ataukah di culik?
Saat tiba di rumah sakit Edward belum mendengarkan cerita lengkapnya dari ibunya maupun pak Dori.Dia belum ketemu pak Dori sejak tadi.
Lalu Edward menghubungi pak Dori,dia melirik ayahnya yang sudah tenang.Kemudian dia keluar dari ruangan tersebut.Hanya memberi kode pada ibunya bahwa dia keluar.
Setelah dia sudah di luar,masih dalam sambungan telepon ke nomor pak Dori yang belum juga di angkat.
Satu kali lagi Edward menghubungi pak Dori,tetap belum di angkat.Dia masih penasaran dengan cerita lengkapnya.Sedangkan Emil belum kembali sejak dia pergi ke rumah majikannya untuk mengambil baju ganti.
Edward mendesah,dia duduk di bangku tunggu di depan kamar inap tersebut.
Satu panggilan masuk dari pak Dori,Edward langsung menyambar tombol hijau.
"Halo paman,ada di mana?"tanya Edward tak sabar.
Di kantor tuan muda."jawab pak Dori.
"Saya ingin menanyakan perihal papa dan kak Nicko."kata Edward lagi.
"Satu jam lagi saya ke rumah sakit tuan muda.Saya juga ingin bicara dengan tuan muda."kata pak Dori.
"Baik,saya tunggu paman."lalu sambungan telepon terputus.
Edward menghubungi adiknya,dia sudah lama tidak berhubungan dengan adik manjanya itu,selain kemarin Sania menghubunginya untuk pulang.Dia kangen sama adiknya.
Sambungan terjawab.
Kak Edwaaaard!!"Edward menjauhkan ponselnya dari telinganya karena teriakan Sania adiknya.
"Kamu jangan teriak-teriak,di sini rumah sakit."
"Kak Edward langsung ke rumah sakit?"
"Kamu pikir kakak akan santai saja ketika kamu bilang papa kritis di rumah sakit.Kamu di mana?"
"Di rumah.Kata mama aku harus di rumah aja."
"Baguslah,kamu tetap di rumah aja."
"Kapan kakak pulang,aku kangen sama kakak."
"Kakak ngga pulang ke rumah untuk saat ini.Nanti kamu ke rumah sakit aja."
"Iya,sekalian gantian sama mama jagain papa."
"Ya udah dulu,kakak ada perlu sama paman Dori."lalu Edward memutus sambungan telepon dengan adiknya.
_
_
_
☆☆☆☆☆☆☆☆
Setelah berbicara dengan pak Dori,Edward harus bertindak cepat.Dia yang akan mengambil alih perusahaan agar tidak terjadi krisis kepemimpinan di perusahaan papanya.
Satu jam Edward menunggu pak Dori,dan benar saja orang yang di tunggunya datang sambil membawa beberapa berkas di tangannya.Pak Dori menghampiri anak majikannya itu,lalu ikut duduk di samping Edward yang sebelumnya memberi salam terlebih dahulu.
"Paman,bagaimana di kantor papa dan kak Nicko?"tanya Edward tidak sabar.
"Di kantor tuan besar di pegang oleh wakil direktur,pak Santoso.Sedangkan perusahaan tuan Nicko masih menunggu anda untuk mengambil alih.Saran saya tuan muda harus secepatnya mengambil alih,karena ada sebagian kecil saham yang terjual secara diam-diam.Entah ulah siapa yang meanfaatkan kejadian ini."ucap pak Dori.
Edward hanya memperhatikan pak Dori bicara,sambil melihat berkas yang tadi di bawa oleh pak Dori.
"Ini berkas yang kemarin di sepakati kontraknya oleh tuan muda Nicko.Saya sengaja mengambilnya karena proyek itu sangat besar."kata pak Dori lagi.
"Oya paman,aku belum sempat tanya sama papa kejadian sebenarnya bagaimana.Aku masih khawatir dengan papa.Bagaimana kejadian itu terjadi,sehingga papa sampai tertembak dan kak Nicko di culik?"tanya Edward penasaran.
Lalu pak Dori menceritakan kejadian kemarin hingga hampir merenggut nyawa papanya dan Nicko di culik.Pak Dori menceritakan semuanya tanpa ada yang di tutupi dan di kurangi.
"Apa paman bisa menebak siapa dalang di balik penyerangan itu?"tanya Edward penasaran.
"Saya kurang yakin tuan muda,tuan besar juga sepertinya sudah menebak siapa dalangnya,tapi kejadian itu sangat rapi.Dan tidak ada saksi mata satupun,sehingga sangat sulit untuk melaporkan kejadian kemarin.Lagi pula,sepertinya ini mengarah pada satu orang."Edward berpikir siapa orang itu.
"Siapa yang di incar paman?Apa kak Nicko?"
"Mungkin targetnya tuan besar,tapi bisa jadi keduanya.Tuan besar dan tuan Nicko juga."Edward mendesah,dia belum menemukan titik terang dari kejadian itu.
"Apa semua sudut ruangan papa sudah di pasang cctv?"
"Sudah tuan,bahkan di bawah bangsal sudah terpasang rekaman suara.Agar nanti jika sesekali terjadi pelaku itu pasti mengincar tuan besar lagi."
"Pastikan bodyguard yang menjaga tidak lengah.Kalau perlu ada bodyguard bayangan di sini.Aku ngga mau terjadi apa-apa sama papa."
"Baik tuan muda."
"Oya,besok lakukan rapat dadakan.Beritahu semua semua kepala bagian."
"Baik tuan muda.Tapi apakah pemegang saham di undang dalam rapat besok?"
"Untuk saat ini jangan di undang lagi.Tapi jika ada yang menanyakan,bisa kita kasih alasan yang membuat para pemegang saham tidak mencabut investasinya di perusahaan kita.Apalagi ada proyek besar yang harus di tangani,kita butuh dana yang besar."
"Iya tuan muda,saya akan memastikan para pemegang saham itu tidak khawatir dengan rapat besok."
Setelah selesai berdiskusi dengan rencana besok,kembali Edward masuk ke dalam kamar VIP di mana ayahnya di rawat.
_
_
Setelah melalui berbagai lobi dengan kepala bagian,Edward dan pak Dori mengadakan rapat dadakan yang memang sudah di rencanakan kemarin.
Edward sepakat dengan oak Dori bahwa pengalihan kepemimpinan sementara tidak harus di jelaskan dengan rinci pada karyawan,tapi hanya ada sistem yang harus di perbaiki sehingga pimpinan yang semula yaitu Nicko harus di pindahkan ke Inggris mengurus perusahaan di sana,sebagai gantinya CEO di pegang oleh Edward.
Tak banyak yang harus di jelaskan,hanya sebagian melaporkan kinerja mereka selama di tinggal beberapa hari oleh CEO yang dulu.
Lalu pertemuan rapat itu selesai,Edward pun kembali menuju ruangan di mana biasanya Nicko berkantor.
"Apa sebaiknya paman kembali ke rumah sakit,aku khawatir dengan keadaan papa."ucap Edward gelisah.
Entah kenapa hari ini dia gelisah sejak rapat itu.Pikirannya selalu tertuju pada papanya.
"Di rumah sakit ada nyonya Karina tuan muda bersama nona Sania.Tuan muda jangan khawatir,seperti apa yang tuan muda katakan saya menambah bodyguard bayangan tiga orang di sana."ucap pak Dori.
"Baiklah kalau papa dalam penjagaan ketat,aku hanya sedikit khawatir saja.Lalu hari ini tugas pertama saya apa?"
"Mungkin anda membutuhkan sekretaris untuk menjelaskan tugas anda selanjutnya tuan."
"Apa kak Nicko tidak punya sekretaris?"
"Maksud saya ,memanggil sekretaris untuk menjelaskan agenda anda."lalu pak Dori memanggil Nina yang biasa mengatur jadwal Nicko.
"Ya tuan Edward,anda memanggil saya?"tanya Nina sopan.
"Iya,saya butuh agenda kegiatan untuk satu minggu ini.Jadwal hari ini apa?"tanya Edward.
"Oh,hari ini kebetulan hanya survei ke lokasi proyek di daerah saja tuan.Lalu siangnya anda akan bertemu dengan kontraktornya."kata Nina.
"Apa tidak sekalian bertemu kontraktor di tempat lokasi proyek?Saya hanya tidak mau membuang waktu.Tolong kamu kasih tahu kontraktor itu,di samping kamu juga beritahu bahwa sementara pimpinan perusahaan di ganti."
"Baik pak."lalu Nina kembali ke ruangannya untuk menghubungi kontraktor yang di maksud.
"Tuan,apa sebaiknya Emil tetap bersama anda?"kata Pak Dori menawarkan.
"Apa paman keberatan untuk bekerja dengan saya?"
"Tidak,bukan begitu tuan muda.Mungkin ada baiknya tuan muda bekerja di dampingi Emil,Kalau saya nanti mengawasi di kantor tuan besar."Edward berpikir,ada benarnya juga.
Tapi nanti siapa yang akan memipin perusahaan di Inggris?Sedangkan Emil baru berangkat kemarin setelah dia suruh untuk mengawasi di sana.
"Anda bisa menunjuk nona Sania untuk mengawasi perusahaan di Inggris."kata pak Dori seolah tahu kebingungan Edward.
Edward menatap pak Dori,dia tampak berpikir.
"Tapi Sania masih kurang paham dengan perusahaan di sana.Apa..sebaiknya Edrick saya suruh membantu Sania di sana ya."Edward tampak menimbang-nimbang ucapannya.
"Siapa Edrick tuan muda?"tanya pak Dori penasaran.
"Dia sahabatku di sana.Baiklah nanti saya bicarakan dengan mama dan Sania."
Lalu Edward bangun dari duduknya,begitu juga pak Dori.
"Oya,paman bisa hubungi Emil untuk kembali ke sini.Saya juga nanti menghubungi Edrick.
Lalu pak Dori menghubungi Emil dan Edward menghubungi Edrick sahabatnya.
Sementara ini penyelidikan yang di lakukan anak buah pak Robert belum menunjukkan hasil.Edward yang sempat khawatir dengan keadaan ini,masih berusaha tenang dan tidak langsung bergerak sendiri.
Dia hanya akan fokus untuk menjaga papanya,urusan mencari Nicko sementara dia serahkan pada detektif yang dia sewa.
Setelah dia mengetahui agenda hari ini,Edward segera menjalankan tugasnya hari ini,mungkin orang-orang di proyek akan merasa bingung kenapa bukan bos utama yang ke lapangan,tapi nanti Nina akan menjelaskan semuanya juga bertemu dengan kontraktor.
"Nama kamu siapa?"tanya Edward setelah mereka naik mobil.
"Saya Nina pak."jawab Nina singkat dan sopan.
"Oh,sudah berapa tahun kamu bekerja sebagai sekretaris pak Nicko?"
"Kalau dengan pak Nicko baru beberapa minggu,tapi saya bekerja jadi sekretaris sudah dua tahun pak."jelas Nina.
Edward hanya mengangguk saja.Dia menyetir sendiri mobilnya.Nina duduk di belakang ,karena dia merasa tidak enak duduk di depan dengan bosnya.
"Nina,apa selama kamu jadi sekretaris pernah menerima tamu yang terlihat aneh?"tanya Edward sambil menyetir pelan.
"Maksud saya,selama kamu jadi sekretaris pak Nicko.Kamu bilang baru beberapa minggu bekerja dengan pak Nicko."
"Mm..setahu saya sih tidak ada.Hanya terakhir kali pak Nicko tidak ada,ada satu keluarga bapak yang datang berkunjung ke kantor pak Nicko."
"Maksudnya siapa?kira-kira kamu ingat ciri-cirinya?"
"Kata pak Nicko pernah bilang,beliau adalah pamannya.Kalau ngga salah sih pak Hendro namanya"
Edwar mengernyitkan dahinya.Om Hendro?ngapain dia ke kantor kak Nicko?Apa ada kerjasama antar perusahaan kak Nicko dengan om Hendro?'ucap Edward dalam hati.
Dia sedikit curiga dengan om Hendro,tapi itu terlu jauh mencurigai omnya dengan hilangnya sang kaka.
"Apa yang di lakukan om Hendro pada saat itu?"tanya Edward penasaran.
"Saya kurang tahu pak,tapi saya pernah mendengar sekilas pak Hendro mengajak pak Nicko untuk bekerja sama dalam proyek entah apa."jawab Nina.
Edward masih berpikir,apa ada kaitannya om Hendro dan penyerangan itu?Apa motifnya?Kalau masalah kerja sama dalam proyek,haruskah melakukan tindakan tidak terpuji.
Om Herndro adalah adiknya mama,ah masa om Hendro tega dengan menculik kak Nicko.Dia kan paman dan ponakan.Kayanya tidak mungkin om Hendro pelakunya.
Tapi nanti aku menemui om Hendro di kantornya,sekaliam melepas kangen juga.gumam Edward.Dia terus melajukan mobilnya di jalanan padat karena jam kantor masih berjalan.
_
_
_
☆☆☆☆☆☆☆
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!