"Hubungi aku jika kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu, kapanpun kau mau, kau juga bisa menelfonku untuk berbagi cerita tentang apapun itu, aku selalu siap mendengarkanmu, Ri"
Kalimat itu terus melayang di kepala Riri selama hampir 1 tahun lamanya. Kalimat terakhir yang diucapkan oleh mantannya itu, membuatnya selalu dihantui rasa bersalah dan menyesal, dan sampai sekarang membuat dia belum move on dari mantannya itu
Riri selalu mengejar Zidan dan berharap Zidan masih mau balikan dengannya. Namun kenyataannya Zidan masih tidak mau membuka hatinya, entah itu hanya berlaku untuk Riri ataupun untuk orang lain juga, hanya tuhan yang tau.
"Sudahlah, aku cape jika terus begini", ucap Riri yang sudah putus asa akan cintanya kepada mantannya itu.
"oke, mari kita move on, lagian cowo kan bukan dia aja, masih banyak tu yang lain", sambung Riri
Riri pun bertekad untuk mencari kegiatan lain dan melupakan mantannya itu, dia punya cara tersendiri. Sebenarnya Riri adalah tipe cewe yang gampang move on dan tak mau ambil pusing, lalu mengapa selama ini dia gak move on? Ya karena dia gak mau bukan gak bisa
Setelah 6 bulan berlalu, Riri pun memiliki beberapa teman dan selalu bersenang senang bersama mereka, ada sekitar 7 orang, yaitu Hamdan, Fikri, Bryan, Sisi, Putri, Selly, Raffi, suatu hari mereka berencana pergi ke pantai yang agak jauh dari kota asal mereka, dan harus menempuh sekitar ±1 jam lamanya untuk sampai ke tujuan, mereka menggunakan sepeda motor dan saling berpasangan walaupun bukan pasangan (paham ga? harus paham dong).
Tapi, di hari H, mereka kedatangan orang baru yang ingin ikut bergabung juga dengan mereka, yaitu Risky dan Dimas, 2 org ini adalah teman dekatnya Bryan, dan Bryan juga yang mengajak Dimas dan Risky untuk ikut bergabung dengan geng ini
"Aku Dimas", ucap Dimas mengenalkan diri
"Aku Risky", ucap Risky juga
"sini kau!", ucap Riri marah menarik tangan Bryan menjauh dari teman temannya
"mati aku", batin Bryan,
Teman nya yg lain juga menyusul mereka kecuali Dimas dan Riski
"kenapa kau gak bilang ke kami kalau bakal ada orang baru yang ikut kita? segapenting itu kah kami ini? Bryan?!", tanya Riri yang sudah kesal itu
Semua teman nya tau kalau sikap Riri sering berubah seiring dengan mood hati nya, jadi mereka sudah maklum, dan diantara mereka semua, Riri lah yang paling gampang meledak emosinya
"santuy dulu santuy, aku jelasin, ta-tapi ja-jangan melotot gitu", ucap Bryan
"lagian aneh aneh aja sih Bryan, kenapa tiba tiba ngundang orang lain tanpa kasih kabar ke kami, wajar saja Riri marah", ucap Fikri lalu memegang tangan Riri
"maaf ya guys, ku akui aku salah, jadi gimana ini? Masa mereka pulang lagi? Sementara kita semua udah kumpul disini", ucap Bryan memelas menatap Riri dan temannya yang lain.
"Ya nggaklah! Gila kali ya nyuruh pulang lagi, ya ikut lah sama kita!", bentak Riri
"alhamdulillah", ucap Bryan tersenyum tipis
"Diam kau!", pekik Riri pergi meninggalkan Bryan
"kau ini, kenapa suka sekali mancing emosinya Riri", ucap Selly
"haha biarkan saja, kan kita punya pawang nya", ucap Bryan tersenyum sambil menatap ke arah Fikri
Karena Fikri lah satu satunya orang diantara mereka yang mampu meredakan amarah Riri, dan mereka semua tertawa
Lalu mereka berangkat menggunakan sepeda motor, semua sangat menikmati perjalanan, kecuali Risky, setelah 30 menit berkendara, mereka berhenti di sebuah minimarket untuk membeli beberapa cemilan dan minuman
"mau ini?", tanya Fikri menunjuk ke 1 minuman ke Riri yg sedang menatap kulkas karena bingung mau beli yang mana
"hm, boleh deh", ucap Riri
"oke, tunggu diluar saja bareng anak anak", ucap Fikri sambil menatap Riri
"hm", jawab Riri singkat sambil berjalan keluar
"kenapa bisa ada cewe sedingin itu?", Gumam Fikri
Setelah Fikri selesai berbelanja, mereka pun melanjutkan perjalanan, dan akhirnya sampai di tujuan. Setelah masuk ke pantai, mereka pun mencari tempat untuk duduk, karena pantai sudah rame jadi mereka sulit mencari tempat
"kenapa lagi Riri?", tanya Fikri ke Riri yang sedang cemberut
"gapapa", jawab Riri singkat
Fikri pun paham dengan sikap Riri, terlihat dari matanya kalau Riri kurang suka dengan pantai ini, lalu memindahkan belanjaan yang dibawa Fikri, dari tangan kanan ke tangan kiri, lalu memegang tangan Riri "badmood yah?", ucap Fikri
"hm", respon Riri yg sambil mendongak menatap Fikri, karena tubuh Riri yg lebih pendek dari Fikri
Interaksi mereka berdua disaksikan semua temannya dan tak ada yang heran, karena mereka memang sudah biasa begitu, namun tak berlaku untuk Risky yang sedang menatap tajam ke Fikri dan Riri
Setelah sampai di tempat teduh, mereka semua meletakkan barang barangnya dan beristirahat sebentar, makan dan minum bareng bersama, inilah momen momen yang tak terlupakan bagi mereka semua. Namun tak lama kemudian
"ini", ucap Fikri menyodorkan minuman ke Riri
"hm", respon Riri sambil senyum menatap Fikri
"itu apa?", tanya Riri melihat minuman kaleng yang sedang di minum Dimas
"oh ini, bir", jawab Dimas
"hah? Gila", ucap Riri kaget sambil menatap sinis Dimas
"mau?", tanya Dimas ke Fikri
Belum sempat Fikri mengambil minuman tersebut, Riri menyambar minuman itu dengan kesal, dan bergeser mendekati wajah Dimas, suasana diantara mereka pun menjadi tegang
"kalo mau berbuat yang macam macam, silahkan, tapi jangan libatkan kami, apalagi Fikri, kau sudah tau bukan bahwa ini minuman yang dilarang", ucap Riri pelan didepan wajah Dimas yang menelan ludahnya sendiri itu
Dimas terkejut karena dia tidak tau apapun tentang Riri, bukan hanya Dimas, tapi mereka bersembilan juga ikut terkejut melihat Riri dan saling menatap
"Ri..", panggil Sisi
Bukannya menjawab, Riri justru menatap tajam ke arah Sisi
"oke", jawab Sisi lagi
Riri kembali menatap tajam ke arah dimas dan semakin mendekatkan wajahnya ke Dimas
"kenapa? terkejut?", tanya Riri pelan
"ngga?"
"lalu?"
"cuma mau bilang..."
"apa?", potong Riri
"aku minta maaf",
"oke", jawab Riri sambil tersenyum dan menjauh dari Dimas, lalu pergi ke toilet
"wah, dia hampir membunuhku dengan mata nya itu", ucap Dimas setelah melihat Riri pergi
"haha, syukurlah karena masih hidup", ucap Hamdan
"em betul, syukur masih hidup kau", sambung Selly tertawa
"Riri memang sensitif", ucap Sisi sambil tersenyum
"kami semua tau sifat Riri", ucap Bryan
"lain kali hati hati, dia mungkin bisa menggorok leher mu beneran, haha", ucap Fikri tertawa
"astagfirullah", ucap Dimas yang masih terkejut
nantikan terus ya kelanjutan cerita Riri dan teman temannya,
sampai jumpa di episode selanjutnya teman teman
terima kasih sudah membaca karya ku >~<
Byebye
*Flasback on*
3 hari sebelum hari H, Dimas, Bryan, dan Risky sedang nongkrong bersama si sebuah cafe dipusat kota, lalu Risky meminjam hp Bryan dengan niat ingin meminta kontak cewe yang ada di hp Bryan, tapi jarinya salah pencet dan justru masuk ke galeri, dan tanpa sengaja melihat foto Riri, Selly, Sisi, dan Putri, foto kebersamaan mereka berempat menarik perhatian Risky
"ini siapa Bry?", tanya Risky sambil menunjukkan foto tersebut
"oh itu, kawan touring, geng ku haha", ucap Bryan ketawa, "kenapa?", sambung nya
jari Risky menggeser foto foto tersebut lalu menemukan foto Riri
"em yang ini lumayan juga, bodynya juga wah haha, kenalin yang ini dengan ku", ucap Risky sambil menunjuk foto Riri
Bryan terkejut, tapi seketika muncul ide dikepalanya itu
"oh, boleh, tapi, kau yakin?", ucap Bryan
"yakin dong, masa nggaa", ucap Risky dengan percaya diri, "oke", sahut Bryan.
Risky pamit ke toilet, lalu Dimas mendekati Bryan
"kau yakin?", bisik Dimas
"dia cewe yang pintar, gak gampang dibodohi apalagi sama laki laki, nantinya juga kau tau sendiri gimana dia", jelas Bryan
"ohiya, sebenarnya yang ini namanya Riri, tapi tadi aku kenalkan ke Risky dengan nama Selly, kau diam saja", ucap Bryan
"loh? jadi Riri dengan Selly itu kau tukar gitu?", tanya Dimas
lalu Bryan tersenyum sambil nge-wink ke Dimas
"okee, biar tau rasa tu anak", jawab Dimas menyindir Risky sambil tersenyum
*Flashback off*
Setelah Riri kembali ke tempat duduknya, dia sangat menikmati angin pantai, dan tanpa sadar terukir senyum indah di wajahnya.
"Ri, yuk foto", ajak Selly
"kuy", jawab Riri, mereka ber-selfie dengan hp Selly, setelah mendapatkan foto yang lumayan banyak, tiba tiba Putri dan Sisi ikut menyambar juga
"aku juga dongg", ucap Sisi sambil lari
"aku jugaa woii tungguin", ucap putri teriak
setelah mereka selfie Selly dengan sibuknya memilih foto foto yang bagus, sementara Sisi dan Putri sedang menanyai Riri
"Ri, kau tadi kenapa?", tanya Putri
"kapan?",
"tadi, waktu Dimas menawarkan bir ke Fikri, kenapa kau tiba tiba menyambar bir nya, dan justru marah ke Dimas", tanya Putri
"oh itu", jawab Riri singkat
"iya itu, kenapa?", tanya Putri yang agak memaksa, padahal dia sudah tau jelas bahwa Riri tak suka
"tanya aja dengan Dimas, aku sudah bilang alasannya ke dia tadi, didepan kalian semua juga kan", jawab Riri datar
"sstt", bisik Sisi sambil menyenggol lengan Putri, Sisi tau bahwa Putri sengaja memancing emosi Riri, karena dari awal bertemu, Putri memang sudah tak suka dengan Riri.
Riri kesal, lalu berjalan menyelusuri bibir pantai, sesekali kakinya menyentuh air pantai
"aku benci menjadi dingin, tapi aku tak bisa kembali ceria seperti dulu sebelum ada Zidan", gumam Riri sambil menghela nafas
"kenapa denganku?! ada apa?! aku ingin menjadi hangat seperti dulu, tapi kenapa?! kenapa gak bisa?!", tanya Riri teriak ke arah pantai sambil membentangkan tangannya di daerah yang sepi agar tak ada orang yang melihatnya, tanpa sadar dia pun menangis
Tiba tiba ada sosok lelaki yang menggenggam kedua tangannya, dan meletakkan dagu di leher kanan Riri, dan berbisik "mungkin kau butuh cinta", bisik nya
Riri terkejut, lalu menunduk menangis, sosok itupun memutar badan Riri dan memeluknya
"sini, ada dadaku, ada bahuku, kau bisa meletakkan kepalamu disini, sesak rasanya kalau menangis sambil menunduk", ucap sosok tersebut
Riri pun mendongak keatas, sosok itu adalah Fikri, lalu Fikri mengusap pipi Riri yang basah itu, sambil tersenyum, lalu memeluk Riri yang sedang menangis dengan erat
Beberapa menit berlalu, dan Riri berhenti menangis, mereka masih dalam posisi yang sama dan tak bergerak sama sekali
"sudah?", tanya Fikri
"em", respon Riri
"senyum dong, ntar luntur loh cantiknya", ucap Fikri tersenyum
"gak mempan", jawab Riri melepas pelukannya. "kenapa bisa tau aku disini?", tanya Riri
"aku khawatir denganmu, kau menghilang dari pandanganku padahal aku hanya menoleh sebentar ke arah lain", jawab Fikri. Riri pun tertawa
"kau senang sudah membuatku khawatir? hah?", ucap Fikri kesal
"mengapa kau khawatir denganku?", tanya Riri tersenyum,
Pipi Fikri memerah secara tiba tiba melihat senyuman Riri
"haha kau sedang blushing?", ucap Riri meledek, lalu menatap Fikri dengan sangat dekat
"mengapa kau mengkhawatirkan ku?", tanya Riri lembut
"a-aku, a-aku, s-suka...", jawab Fikri gugup
"suka?",
"em, aku suka padamu Ri", jawab Fikri
"hah? kok bisa?", tanya Riri bingung
"apa aku butuh alasan untuk punya rasa denganmu?", tanya Fikri kesal
"ngga",
"lalu? mengapa kau bertanya?"
"hanya terkejut"
"kenapa terkejut?"
"apa aku butuh alasan untuk terkejut?", tanya Riri tersenyum
"tidak, tapi kau butuh alasan untuk selalu mendekatkan wajahmu itu ke aku", jawab Fikri
"kenapa aku butuh alasan? bukankah kau menyukaiku?", sahut Riri
"lihatlah, pipi mu yang semakin memerah itu", ucap Riri pelan
"sekali lagi pipiku memerah karnamu, kuberi kau hukuman", ucap Fikri
"silahkan sayang", ucap Riri pelan di leher Fikri, lalu pergi berlari ke arah tempat duduk mereka
Fikri yang masih terkejut dengan kalimat terakhir Riri, lalu berjalan pelan menyusul Riri, dan dia tampak sangat senang
"kau kenapa Fik?", tanya Hamdan melihat pipi Fikri yang masih memerah
"iya, kau habis ditampar Riri kah?", tanya Bryan
"nggaa", jawab Fikri sambil tersenyum senang
"lalu? kenapa pipimu memerah begitu?", tanya Selly dan Sisi serentak
"gapapa", sahut Fikri yang masih tersenyum senang sambil menatap Riri
"Ri, kau apakan kawan ku hah?", tanya Bryan
"ngefly", jawab Riri tertawa
Semuanya bingung melihat Fikri dan Riri, mereka lalu bersiap pulang karena hari sudah sore, lalu berfoto bersama
Dalam perjalanan pulang, sesekali Fikri menggenggam tangan Riri yang selalu bersemayam di kantong jaketnya itu, itu memang sudah menjadi kebiasaan Riri yang selalu memasukkan tangannya di jaket Fikri
Setelah mereka sampai dirumah Riri, ternyata rumah Riri sepi karena orangtua Riri pergi ke kampung, setelah semuanya pulang, Riri berjalan masuk dalam rumah, tak terasa sudah hampir gelap
Riri pun masuk kedalam rumah lalu dia mengunci semua pintu rumah dan jendela, lalu bergegas mandi. Setelah mandi, Riri masuk kekamar nya dan mengunci pintu kamar.
Bruk!
Riri menjatuhkan tubuhnya yang masih berbalut handuk itu ke atas ranjang, lalu menghela nafas panjang, lalu tersenyum mengingat kejadian dipantai tadi
"aku tak yakin dengan Fikri, dia fikir aku bodoh?", gumam Riri pelan
"tapi, kenapa pipinya menjadi sangat merah?", lanjutnya
"tapi tetap saja, aku tak kan tertipu", ucap Riri
*K**enapa Riri berkata begitu? sedingin itukah hatinya*?
Lalu suara dering ponsel Riri membuyarkan pikiran Riri, ada sebuah pesan masuk dari mama nya
"mama ga pulang malam ini, nenek sakit jadi mama masih disini, nanti uang jajanmu ditransfer ayah,"
"oke ma, berapa hari disana?"
"cuma 3 hari kok"
"oke ma"
*Riri m*enutup ponselnya
...
kira kira kenapa Riri masih tak percaya atas perasaan Fikri kepadanya?
kalian bisa menemukan jawabannya di Episode selanjutnya
Gumawoo >~<
bye bye guys >~<
Satu pekan telah berlalu dengan sangat tenang, tak ada masalah apapun disekeliling Riri yang membuat suasana hatinya damai, sekitar jam 5 subuh Riri bangun, tapi begitu membuka matanya, dia sangat terkejut ketika melihat pesan yang ada dilayar ponselnya
"kak, kemarin kenapa gak datang latihan?"
Riri mengeryitkan dahinya, "hah?", ucapnya kaget. "astaghfirullah aku lupa, ini hari sabtu ya, astaghfirullah", ucap Riri. Dia pun bergegas kekamar mandi dan mandi, lalu sholat shubuh, pergi kedapur dan membuat sarapan.
Setelah selesai makan dia pun berlari kekamar dan mengganti bajunya dengan baju training, ternyata hari Kamis- Minggu adalah jadwal latihan paskibra karena akan ada perlombaan 3 bulan mendatang, dan dia adalah senior disana.
Walaupun sudah memiliki pelatih, namun kehadiran para senior dan purna itu adalah hal penting yang sudah menjadi tradisi di sekolah Riri
Latihan dimulai jam 8, dan sekarang sudah hampir jam 7 hanya kurang 5 menit saja lebih tepatnya, Riri pun segera bergegas berangkat
Namun langkahnya terhenti di depan pintu
"aku naik apa ini?", tanya nya pada diri sendiri. Karena kedua orangtua Riri sudah berangkat kerja sejak jam 6 tadi, dan tidak ada kendaraan dirumah Riri,
"udahlah jalan aja, toh juga masih lama", sambungnya. Lalu dia berhenti lagi,
"tapi kan lumayan jauh juga kesekolah jalan kaki", ucapnya lagi, dia pun mondar mandir didepan pintu rumahnya sekitar 3 menit, lalu membuat keputusan.
"sudahlah, jalan aja", ucapnya
Sudah lama berjalan kaki dan sudah hampir sampai, kira kira 200 meter lagi didepan adalah gerbang sekolahnya, lalu Riri melihat jam, sudah hampir jam 8, hanya kurang 3 menit saja, Riri pun masih santai berjalan, lalu tiba tiba teringat sesuatu
"astaghfirullah ini kan weekend", ucap Riri kaget, dia pun berlari kencang menuju gerbangnya
Lalu kenapa kalau weekend? ada apa dengan weekend? ada seorang purna yang datang setiap weekend dan dia adalah sosok yang sangat tegas dan disiplin dalam hal apapun, jika ada yang terlambat 1 menit saja dari jam pertemuan, tamatlah ceritamu.
Riri pun sampai didepan gerbang, berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya, lalu berlari lagi mendekati lapangan, dia hanya fokus melihat kearah lapangan, dilihatnya beberapa senior seangkatannya dan purna sudah hadir dipinggir lapangan dan melakukan kegiatan dan tugas mereka masing masing.
Namun mata Riri masih berkeliling mencari seseorang.
"kok gak ada ya? apa gak datang ya?", gumam Riri, dilihat jam tangannya sudah jam 8 lewat 8 menit
"gak mungkin gak datang, gak mungkin juga terlambat, tapi dimana dia?", tanya Riri yang sedang berbicara sendiri sambil matanya terus mencari seseorang
"siapa yang gak datang? Gia Karina Syahputri?", ucap seseorang dengan nada deep voice dari belakang tubuh Riri,
Riri yang mendengarnya pun kaget, dan matanya membulat, karena dia mengenali pemilik suara tersebut, namun tak berani menoleh kebelakang
"****!", umpat Riri
"lihat sini", ucap seseorang dibelakang Riri,
Riri pun membalikkan badannya, dan melihat kakak purnanya ada didepannya dengan tatapan tajam, ekspresinya seakan mau menelan manusia hidup hidup.
Riri memang gadis yang dingin, namun lelaki yang ada didepannya saat ini, mampu membuat semua nyali Riri hilang.
"selamat pagi kak", ucap Riri dengan senyuman canggung
"pagi", jawab sosok tersebut dengan datar. "darimana Ri? dan sedang mencari apa tadi?", lanjutnya
"em itu kak, ee..., apa tadi yah lupa Riri", ucap Riri gugup, namun berusaha memberanikan diri
"ikut kakak ke aula"
"hah? tapi kak, kan semuanya lagi dilapangan kak, kenapa malah ke aula", ucap Riri bingung
Jadi aulanya itu di Lantai 2, sedangkan lapangan di lantai 1
"sekali lagi kamu bertanya, saya beri hukuman", ucap purnanya itu
"baik kak", Jawab Riri yg memilih diam
Sosok tersebut adalah seseorang yang sangat dikagumi oleh Riri, bernama Diovano Putra Wira Anggara, yang merupakan CEO dari perusahaan ternama di kotanya dan juga boss dari ayah Riri yang merupakan direktur di perusahaan Dio,
Dio adalah seseorang yang sangat disiplin dalam pekerjaannya, dan juga merupakan alumni sekolah SMA Triya Jaya Sakti, Riri sangat kagum kepadanya karena masih mau ikut serta untuk ekskul sekolah ini, padahal ini termasuk kegiatan yang tidak penting mengingat dirinya adalah seorang CEO dari perusahaan ternama dan jadwalnya yang sangat sibuk.
Dio lah alasan mengapa Riri masih mau ikut serta dalam ekskul ini, karena dia selalu dibully oleh teman seangkatannya sendiri yang membuatnya tidak betah saat latihan bersama
Riri mengikuti langkah Dio ke aula, namun saat ditangga perutnya tiba tiba nyeri karena berjalan hampir 1 jam ditambah lari lari sampai ke gerbang, Riri memang termasuk lemah fisiknya. Dia berhenti sebentar di tangga, karena Dio menyadari Riri berhenti
"kenapa?", tanya Dio
"gapapa kak", jawab Riri dengan ekspresi menahan sakit dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Namun di anak tangga kedua dari atas, justru sakitnya semakin bertambah, membuat Riri hilang keseimbangan, saat ingin berpegangan dengan pagar tangga namun tangannya tak sampai, lalu tergelincir jatuh dari tangga.
Bruk! Bruk! Bruk! Bruk!
Dio yang mendengarnya pun langsung membalikkan badan, lalu berlari turun
"astagfirullah Riri!!", Ucap Dio yang sedang panik
Riri yang jatuh, kesakitan dan kehilangan setengah kesadarannya karena kepalanya berulang kali menubruk anak tangga, dan berdarah tentunya
Darah Riri terus mengalir karena lukanya lumayan besar. Dio yang panik pun membopong Riri ke UKS sekolah, tapi justru UKS dalam keadaan terkunci karena sekolah sedang libur
"ahh shitt!!", bentak Dio yang sedang panik, lalu menendang pintu UKS
Riri yang meringis kesakitan dalam keadaan setengah sadar, membuat Dio semakin panik dan tak tau mesti berbuat apa, melihat darah dikepala Riri tak kunjung berhenti, dan air mata Riri menetes
"sabar ya Ri.. tahan dulu ya", ucap Dio berlari menuruni tangga dan sedang menuju parkiran
Semua orang terkejut melihat Dio yang sedang membopong Riri, dan lebih terkejut lagi saat melihat kepala Riri yang terus mengeluarkan darah
"kenapa ini?", tanya Fauzan yang melihat Riri meringis kesakitan
"ambil kunci mobil di kantong kiri celanaku, bawa mobilku, kita ke Rumah Sakit sekarang", jawab Dio yang sedang panik
Fauzan melakukan perintah Dio, dan berlari menuju mobil Dio
"emh", Riri yang masih setengah sadar dan meringis kesakitan di dalam mobil
"tahan ya Ri", ucap Dio yang masih panik karena darah di kepala Riri tak kunjung berhenti, lalu Riri pun hilang kesadaran
"Ri..., Riri... jawab Ri...", ucap kak Dio yang melihat Riri pingsan karena kekurangan darah
"zan, cepat zan", pinta Dio ke Fauzan yang juga ikut panik
Setelah sampai di RS, Riri segera mendapat perobatan, dahinya harus dijahit, dan dia di infus agar mendapat tenaga, setelah selesai Riri dipindahkan ke ruangan VIP atas perintah Dio,
Mengapa?
Karena Dio adalah pemilik RS tersebut.
Dio masih duduk dan menunggu Riri siuman, sudah hampir 3 jam sejak Riri pingsan, namun tak ada pertanda bahwa Riri akan siuman.
Setelah 4 jam berlalu, Riri membuka matanya, dan melihat dio yang sedang tertidur di kursi samping ranjang Riri. Dio pun terbangun
"alhamdulillah udah siuman", ucap Dio lega
"maaf ya kak", ucap Riri
"kenapa?", tanya Dio bingung
"udh ngerepotin kakak",
"oh tenang saja, aku sudah menyiapkan hukuman untukmu karena sudah sangat sangat merepotkanku", jawab Dio datar
"biaya sudah ku tanggung, nanti kau pulang dengan mobil yang sudah kusiapkan, pulang langsung kerumahmu, dan jangan menolak", ucap Dio berpura pura tidak khawatir ke Riri
Belum sempat Riri bertanya, Dio sudah bicara terlebih dahulu
"dan kau jangan berfikir aku khawatir denganmu, aku hanya menjalankan tanggung jawab sebagai kakak seniormu, jangan berfikir macam macam", ucap Dio agak gugup, lalu pergi meninggalkan ruangan Riri
Riri yang bingung dan tak mengerti sikap Dio, berjalan keluar, bersiap untuk pulang, dan benar saja, sudah ada yang menunggunya di luar pintu kamarnya
"ayok neng, mamang antar, saya disuruh mas Dio ngantar neng pulang", ucap mang Didi selaku supir pribadi Dio
"oh gausa mang, saya bisa sendiri kok", jawab Riri
"aduh neng, jangan nolak dong neng, entar saya yang dimarahin mas Dio, dia kalau sudah marah ngeri neng", bujuk mang Didi ke Riri
"em yauda deh mang", jawab Riri, karena dia sendiri juga tau gimana sikap Dio
Setelah sampai dirumah, Riri yang masih merasakan sakit dikepalanya itu langsung masuk ke dalam rumah
"makasih banyak ya mang", ucap Riri kepada mang Didi
"iya neng sama sama", jawab mang Didi
Mobil mang Didi pun pergi meninggalkan rumah Riri, Riri pun masuk ke dalam rumah lalu pergi kekamarnya untuk beristirahat. Saat ingin memejamkan matanya, handphone Riri berdering
"halo ma", ucap Riri
"tadi mama dapat kabar katanya kamu jatuh dari tangga disekolah, benarkah itu Ri?, jawab mama Riri
"iya ma", sahut Riri dengan nada datar
"yasudah kamu tunggu dirumah ya, mama telfon dokter dulu biar meriksa kamu",
"ga perlu ma, aku sudah ke rumah sakit tadi, lagi pula hanya luka kecil dan tidak serius",
"benarkah itu?"
"iya mam".
"yasudah kalo begitu, mama tutup telfonnya ya, mama sebentar lagi ada meeting, ohiya, mama juga lembur malam ini, kamu bisa masak makan malammu sendiri kan? atau mau mama pesankan online?", ucap mama memberi tawaran ke Riri
"gaperlu ma", sahut Riri singkat
"yasudah kalo gitu, mama tutup ya, dahh",
Riri dengan kesal langsung mematikan telfon itu tanpa menjawab kalimat terakhir mamanya
"lembur? lagi? hah!. mama tau aku sedang sakit tapi justru masih memikirkan pekerjaannya?! Tak bisakah dia memberiku sedikit waktu nya itu?!", ucap Riri yang sedang marah
Riri mencampakkan handphonenya itu ke sofa lalu tertidur dengan keadaan pipi yang dibasahi air mata. Dia sangat sedih karena orangtua nya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, pergi pagi pulang malam, sangat jarang ada waktu untuk Riri
*Di episode selanjutnya aku bakal kasih visualnya ya
S**ampai jumpa di Episode selanjutnya ya*,
Bye bye >~<
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!