"Papa jangan berucap seperti itu. papa harus sembuh" Ucap Vanly dengan suaranya yang gemetar menahan tangis.
dengan lemah Bams menarik tangan Vanly dan juga Gustaf. Tangan mereka disatukan dan Bam berkata "Vanly, menikahlah dengan om Gustaf. Dia akan menjagamu untuk papa. Papa sudah sangat lemah. papa tidak sanggup menjagamu lagi nak. Kamu anak papa satu-satunya."
Vanly dan Gustaf saling berpandangan. Bagi Gustaf ia tidak kaget karena Bams sempat mengutarakan niatnya untuk menikahkan Putri semata wayangnya dengan nya.
Lama berpandangan terdengar suara lirih Bams memberi pengertian kepada Vanly.
"Gustaf akan menjagamu nak, menikahlah dengannya nanti sore dihadapan papa. setelah itu papa akan lega"
Mendengar perintah terakhir papanya, Vanly langsung mengiyakan perkataan Bams. Sore ini akad nikah akan di gelar dirumah sakit. hanya ada 2 saksi dan wali yang akan datang menyaksikan pernikahan tersebut.
Kondisi Bams semakin melemah. dengan menggunakan Baju pengantin sederhana Vanly melangkah menuju ruang papanya di rawat. Disana sudah ada Gustaf dan beberapa orang yang akan menyaksikan pernikahan itu di langsung kan.
Penghulu mulai mengulurkan tangannya diatas tubuh Bams untuk berjabat tangan dengan Gustaf. Akad nikah pun di mulai.
"Saya nikahkan kau Gustaf Ardiansyah Sutopo bin Arif Sutopo dengan Hevanly Hadikusuma Binti Bams Hadikusuma dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang lima juta rupiah dibayar tunai"
"Saya terima nikahnya Hevanly Hadikusuma binti Bams Hadikusuma dengan mas kawin tersebut tunai" dengan lantang Gustaf mengucapkan ijab qobul tersebut.
Akhirnya Vanly dan Gustaf resmi menjadi pasangan suami istri. Bams terdengar menghembuskan nafas panjang nya dan tak lama terdengar suara tangisan keras dari Vanly yang melihat papanya telah tiada.
"Jangan tinggalkan aku pa" teriak vanly memenuhi ruangan tersebut.
Vanly begitu terpukul oleh kematian papanya. Gustaf memeluk Vanly dan menenangkannya. Dia berusaha menjadi sosok ganda yang dibutuhkan Vanly.
---
Setelah pemakaman Bams, Gustaf mengajak Vanly untuk pulang kerumahnya. Namun Vanly meminta Gustaf untuk mengantarkan nya kerumah papanya. Rumah penuh kenangan bersama Mama dan Papanya sebelum takdir memisahkan mereka.
Gustaf melajukan mobil dengan sangat hati-hati. sesekali ia menoleh ke arah istrinya tersebut. Gustaf melihat Vanly melamun dan wajahnya terlihat pucat karena kelelahan. Gustaf memegang tangan Vanly, seketika Vanly terbangun dari lamunannya.
"Sudahlah Van, kamu jangan seperti ini. Kamu bisa sakit" Ucap Gustaf memberi pengertian pada Vanly.
Mobil yang dikendarai oleh Gustaf sudah sampai di depan halaman rumah Bams. Vanly masuk kedalam dan melihat foto kedua orang tuanya tersenyum. Vanly kembali meneteskan air mata. Namun saat sadar ia diperhatikan oleh Gustaf, Vanly segera menghapus semua air matanya.
Vanly beranjak ke kamarnya untuk mengemas baju dan barang-barang yang ia butuhkan. Tak lupa Gustaf membantunya mengemasi barang-barangnya agar cepat terselesaikan.
Barang-barang Vanly sudah masuk ke bagasi mobil Gustaf. Tiba saatnya Vanly tinggal dirumah sahabat papanya itu, bukan hanya sekedar sahabat papa namun sekarang Gustaf sudah sah menjadi suaminya.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 wib, Gustaf melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lupa Gustaf mampir untuk membeli makanan yang Vanly suka. Istrinya belum makan sejak pernikahan tadi.
----
Sampai juga di halaman rumah Gustaf. Rumah mewah dengan banyak penjaga dan asisten rumah tangga didalamnya. Gustaf langsung mengantarkan Vanly ke kamar untuk segera membersihkan dirinya.
"Taruhlah barang-barang mu di sana, segeralah mandi. Aku akan meminta Bi Piah untuk memasukkan barang-barang mu di lemari" Ucap Gustaf dengan wajah datar.
Vanly pun mengerti dengan perkataan suaminya tersebut, ia pun segera membersihkan diri. Vanly membenamkan tubuhnya ke dalam bathup karena tubuhnya terasa sangat lelah dan
banyak fikiran yang terlintas di otaknya.
Ya! Aku Hevanly Hadikusuma, lebih tepatnya sekarang Nyonya Hevanly Sutopo. Aku tidak tau rencana Indah apa yang Tuhan berikan kepadaku. Tapi dengan semua kejadian ini, aku menjadi wanita yang lebih kuat lagi.
----
"Van, ayo turun. Sudah waktunya makan malam" Ucap Gustaf dengan menarik tangan Vanly secara perlahan.
Setelah sampai di meja makan, Gustaf menarik kan kursi untuk Vanly, dan mengambilkan nasi untuk Vanly. Namun Vanly hanya diam tak berkutik. Hingga akhirnya Gustaf menyodorkan sesuap nasi untuk Vanly.
"Kamu harus makan" ucap Gustaf.
"Aku tidak lapar om" jawab Vanly dengan memalingkan muka.
Namun Gustaf memaksa Vanly untuk tetap memakan sesuap nasi yang ada ditangannya. Gustaf takut jika Vanly tidak makan akan berpengaruh pada kesehatannya. Akhirnya Vanly makan dengan lahap nya setelah disuap oleh suaminya. Setelah mereka berdua kenyang Gustaf mengajak Vanly kembali ke kamar untuk beristirahat.
----
Sampai di kamar Gustaf segera membersihkan dirinya, sedangkan sebelum makan Vanly sudah membersihkan dirinya terlebih dahulu. Vanly duduk melihat di sekitarnya, mengamati kamar Gustaf yang berwarna biru muda. Banyak foto yang tertempel di dindingnya. Bahkan ada foto Gustaf saat menghadiri pernikahan mama papanya. Sesekali Vanly terlihat tersenyum melihat foto itu, karena dia tak menyangka sahabat papanya akan jadi suaminya.
Tiba-tiba Gustaf menyentuh pundak Vanly sehingga ia tersadar jika Gustaf dari tadi memperhatikannya. Seketika Vanly salah tingkah. Gustaf yang melihatnya pun langsung tersenyum dengan manisnya.
"Dulu, waktu Bams dan Rida menikah umur mereka sangatlah muda. Bams berumur 20 tahun, dan Rida berumur 17 tahun saat itu" Gustaf mengakhiri pernyataannya dengan senyuman.
"Apakah Papa sangat mencintai mama saat itu?" tanya Vanly dengan semangat.
"Ya! Bams sangat mencintai Rida. Bahkan aku akan meniru Bams dalam menyalurkan cintanya pada istrinya" Jawab Gustaf sambil menarik tangan Vanly menuju ke atas kasur.
Vanly hanya terdiam. Ia tidak tahu dengan perasaannya saat ini. Dia juga tidak tahu bagaimana perasaan Gustaf padanya. Yang ada dalam fikirannya saat ini dia hanya ingin mengimbangi pemikiran Gustaf yang jauh lebih tua darinya. Jelas saja umurnya saat ini 18 tahun sedangkan Gustaf sekarang berumur 38 tahun. Namun wajah Gustaf sama sekali tidak terlihat seperti lelaki umur 38 tahun. Gustaf sangat terlihat gagah karena ia sangat rajin berolahraga, dadanya bidang, otot ditangannya terlihat besar, bahkan wajahnya terlihat seperti orang berumur 25 tahun.
----
"Tidurlah Van, ini sudah malam. jagalah kesehatanmu dengan baik" Ucap Gustaf dengan mengelus pucuk kepala Vanly.
Vanly hanya terdiam melihat sikap sahabat papanya itu. Dia merasa nyaman dengan perlakuan Gustaf.
"Om..." Ucap Vanly dengan lirih.
"apakah kau akan memanggilku om untuk seterusnya?" jawab Gustaf dengan sabar.
"Maaf kan aku, aku bingung harus memanggilmu dengan sebutan apa" sahut Vanly dengan menundukkan kepalanya.
Gustaf segera mengangkat dagu Vanly dengan perlahan "Aku suami mu Van, jika kamu tidak keberatan panggil aku dengan sebutan 'mas'. seandainya kamu keberatan silahkan panggil aku sesuka hatimu" ucap Gustaf memberi pengertian.
Seketika suasana di kamar itu hening. Namun Gustaf langsung memecahkan keheningan itu.
"Van, kamu tadi mau bicara apa?" Tanya Gustaf memecah keheningan.
"emm.. apakah kau akan menemaniku tidur disini om?" Tanya Vanly, seketika ia langsung membenarkan perkataannya "eh maksudku mas"
Gustaf tersenyum "apakah kau keberatan aku tidur disini bersamamu? jikau kamu merasa keberatan aku akan tidur di kamar sebelah"
Vanly langsung merasa bersalah melontarkan pertanyaan itu. Seharusnya dia sadar kalo Gustaf adalah suami sah nya. Tidak seharusnya ia menanyakan hal yang tidak penting itu.
"Maaf kan aku mas, bukan maksudku mengusirmu. Aku hanya belum terbiasa. Tetaplah disini bersamaku" Sahut Vanly dengan lirih.
"Baiklah, segeralah berbaring dan tidurlah. ini sudah malam." ucap Gustaf
Cup..
Vanly terkejut mendapat kecupan di keningnya. Namun Gustaf menenangkannya, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Halo readers ❤
jangan bosen bosen ya baca karya author,
jika ada saran ataupun kritik silahkan tulis di kolom komentar.
***jangan lupa baca karya mimin yang lainnya "Cinta dan Sahabat"
Semangat untuk hari2nya guys❤***
Vanly pun mulai terlelap dalam tidurnya. Gustaf memperhatikan istrinya yang sedang tertidur. Vanly sangat terlihat cantik.
Cup...
Sebuah ciuman mendarat di kening Vanly.
"Tidurlah sayang, banyak masalah yang telah menghampirimu. Aku berjanji akan selalu menjagamu, mencintaimu sampai kapan pun" ucap Gustaf dengan lirih takut mengganggu istrinya yang sedang tertidur.
Beberapa saat kemudian Gustaf pun segera tidur karena hari ini sungguh sangat melelahkan. Dia tertidur menghadap ke arah istrinya.
----
Terdengar kicauan burung di luar rumah, matahari menampakkan secercah sinarnya. Vanly pun terbangun dari tidurnya. Dia merasa ada sesuatu yang berat menimpa perutnya. Dilihatnya tangan Gustaf sedang memeluknya. Vanly berusaha menyingkirkan tangan Gustaf secara perlahan agar Gustaf tak terbangun dari tidurnya.
Vanly berusaha mengangkat tangan Gustaf sangat pelan, namun Gustaf merasakan ada sesuatu yang memindah paksa tangannya. Gustaf pun membuka matanya perlahan melihat Vanly yang berusaha menyingkirkan tangannya di atas perutnya.
Dengan cepat Gustaf menguatkan pelukannya. Vanly tersadar bahwa Gustaf terbangun karena sikapnya itu. Namun Gustaf hanya terdiam melihat perilaku Vanly.
Vanly yang merasa tak enak karena ingin menyingkirkan tangan Gustaf dari pelukannya pun merasa bersalah.
"Mas maaf, aku tidak bermaksud.. "
Ssttt..
Belum sempat Vanly mengatakan tujuannya Gustaf membungkam Vanly dengan cepat.
"Tidak apa-apa Van, apakah kau akan melakukan sesuatu?" tanya Gustaf
"Iya mas, aku hendak ke kamar mandi untuk membersihkan diri" Jawab Vanly dengan penuh rasa bersalah.
"Tidak perlu memasang wajah bersalah seperti itu. Kamu tinggal bilang kalo hendak ke kamar mandi. Aku tidak akan melarangnya sayang" Ucap Gustaf dengan tersenyum
----
"VANLY"
What??
Mas Gustaf memanggilku "sayang"
kenapa jantungku berdegup kencang sekali. Apakah aku sedang sakit? Atau aku mulai merasa nyaman dengan kehadiran mas Gustaf di sampingku?
Apapun itu aku berharap aku bisa tetap tersenyum bersama mas Gustaf untuk hari ini, esok, atau yang akan datang
----
"Van, kok bengong?" Ucap Gustaf membangunkan Vanly dari lamunannya.
"Ehmm mas, Vanly ke kamar mandi dulu ya" Selimur Vanly agar tidak ditanya lebih jauh lagi oleh Gustaf.
Vanly segera berlari ke dalam kamar mandi. Dia takut wajah merahnya itu terlihat oleh suaminya. Dia segera membersihkan diri. Setelah setengah jam di dalam kamar mandi akhirnya Vanly keluar. Dilihat nya Gustaf terduduk diatas ranjang.
Vanly yang hanya menggunakan handuk yang menutupi dada hingga atas lututnya langsung mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar mandi.
Gustaf yang melihatnya pun langsung sadar bahwa Vanly masih malu kepadanya. Gustaf pun mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya.
"Apakah kamu butuh bantuan Van?" Tanya Gustaf dengan serius.
"Iy.. Iya mas, bisakah kau ambilkan baju santai ku di dalam lemari. Aku lupa untuk mengambilnya tadi" jawab Vanly dengan gugup.
Faham dengan ucapan istrinya Gustaf langsung mengambil baju yang diminta Vanly. Ia pun langsung memberikan nya lewat pintu yang sedikit terbuka.
"Selamat lah hari ini kamu Van, bagaimana bisa kamu seceroboh ini" batin Vanly meratapi kebodohannya.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi pun terbuka terlihat Vanly sudah menggunakan pakaian yang diambil oleh Gustaf tadi. Vanly tak lupa mengoleskan sedikit pelembab diwajahnya dan menggunakan body lotion secukupnya untuk merawat kulit cantiknya.
Setelah puas melihat sang istri Gustaf pun bergantian untuk membersihkan diri. dia tak ingin berlama-lama. karena cacing di perutnya sudah meronta-ronta untuk memberinya makan.
Gustaf pun keluar dengan handuk dililitkan di pinggang, dada nya terlihat bidang, ototnya besar, dan kulitnya sangat bersih. Vanly melihatnya sekejap lalu segera menundukkan kepalanya karena ia merasa tidak sopan melihat tubuh proporsional suaminya itu.
mungkin Vanly belum sadar bahwa Gustaf adalah suaminya seharusnya ia berhak atas diri Gustaf.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!