🌹SELAMAT MEMBACA ANAK KESAYANGAN EMAK. 🌹
🌹JANGAN LUPA FOLLOW IG : @REDLILY123.🌹
🌹ENAK SAYANG KALIAN SEMUA. 🌹
Naura itu capek! Udah jadi bahan bully-an! Nggak punya duit juga! Naura sadar kok kalau dirinya cantik, dan dia yakin itu alasan orang-orang kaya memberikan tatapan sinis padanya. Terlebih lagi Naura itu mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu yayasan yang setara dengan Universitas internasional.
Mau bagaimana lagi? Naura tidak bisa menolak Ketika Tuhan memberikannya jalan yang begitu mulus untuk semua ini. Cantik dan juga pintar, pandai berdebat, dan menjadi favorit dosen dosen yang mengajar.
Bahkan daripada anak pemilik yayasan, Naura lebih terkenal.
"Kak Naura yang cantik sama pintar itu? Yang Semester kemarin dapat kesempatan buat jadi pertukaran pelajar?"
"Oh yang rambutnya item itu ya? Cantik banget gak sih kayak putri salju. Mana pipinya merah gitu."
"Kalau lu butuh referensi apapun khususnya tentang dunia kedokteran. Bisa sama Kak Naura."
Begitu kata orang-orang yang mengagumi Naura, dimana dirinya sekarang menginjak semester lima.
Tapi setiap langkah dalam semester itu tidak dilewati dengan mudah, karena Savana dan teman-temannya seringkali merundungnya tanpa pengetahuan siapapun.
Seperti sekarang, Naura ditarik oleh Savana menuju gudang belakang.
"Bisa nggak sih nggak usah tarik tarik kayak gini? Kalau mau ngomong baik-baik kan bisa?"
"Berani ya lu sama gue?" memberikan tatapan tajam pada Naura yang kini sudah terpojok di gudang.
Udah macam-macam sinetron pem-bully-an dari anak orang kaya. Di belakang Savana ada dua temannya yang juga memberikan tatapan tajam pada Naura.
"Lu mau gue keluarin dari yayasan ini hah?"
Ancaman yang sama.
"Orang tua gue yang punya yayasan ini. Lu bisa apa kalau udah gue keluarin?"
Inilah yang selalu membuat Naura memilih untuk menutup mulut dan membiarkan Savana mendorong dorong kepalanya dengan jemari itu. "Udah miskin jangan belagu, mentang-mentang dikasih cantik dikit, dikasih pinter dikit, udah enggak tahu sopan santun."
Padahal selama ini Naura tidak pernah memukul kepala orang, mendorongnya secara tiba-tiba atau meludahi wajahnya. Di bagian mana dirinya tidak sopan?
"Gue mau lu nolak permintaan degan buat jadi wajah dari fakultas kedokteran."
Kenapa? Lu mau posisi itu kan? Dasar orang kaya bego. Kalimat itu ingin sekali dilontarkan oleh Naura, tapi dia memilih untuk memendamnya sendiri.
"Kenapa?"
"Karena gue kandidat kedua kalau lu nolak. Gue ini anak itu milik Yayasan dan gue bisa keluarin lu kapan aja kalau gue nggak punya hati. Jadi buat sekarang, lu harus tau posisi." dengan mencengkram pipi Naura kuat. "Lu paham gak? Orang miskin?"
"Paham."
🌹🌹🌹
Naura tidak masalah ketika dirinya menjadi bahan bully-an dari orang-orang yang tidak dia kenal. Meskipun sebenarnya masalah sih, mana mau dirinya terus dibully.
Tapi yang paling menyakitkan itu ketika mendengar kabar kalau orang tua di kampung membutuhkan uang untuk membayar hutang. Dengan ancaman kalau tidak membayar nya dalam waktu dekat, maka akan dibawa ke persidangan.
Salah orang tuanya sendiri, meminjam uang kesana kesini untuk memulai bisnis tapi ternyata kalau sudah kodratnya miskin ya miskin.
Itu yang membuat Naura tidak bisa tidur semalaman, hanya menatap langit-langit dan berharap dirinya ditimpa oleh uang.
"Tutorial jadi kaya," ucapan Chika ketika dia melihat Apa yang sedang ditulis Naura di Kolom pencarian Google.
8Gimana caranya kaya dalam satu hari." kening Chika berkerut. "Lu lagi ngapain sih??"
Kembali fokus pada layar ponselnya Naura yang sudah sangat jelek. "Caranya menghasilkan 1 miliar dalam satu malam."
Wah gila," gumam Naura. "Ada info pesugihan nih biar gue cepat kaya."
"Lu kenapa sih? Orang tua lu di kampung ada masalah lagi?
"Nggak tahu tuh mereka pinjem mulu duit, katanya buat menjamin masa depan gue. Ujung-ujungnya kan kayak gini hutangnya numpuk, mana sekarang minta bantuan sama gue. Mereka pikir gue disini jadi Sultan. Bisa makan sama garam aja udah syukur gue." kemudian menatap temannya dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan minta tolong sama gue," ucap Chika seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Naura. "Lu kan tahu keluarga gue juga pas-pasan, makanya gue masuk fakultas ekonomi biar nggak banyak biaya keluar. Gue juga miskin kaya lu, tapi nggak sih miskin-miskin amat. Tapi sekarang udah nggak lagi sih, gue bisa bantu lu, tapi bukan dengan cara ngasih lu duit. Lu harus kerja, biar bisa kayak gue."
Mengeluarkan ponsel iPhone dari dalam tasnya.
"Anjir lu dapat itu dari mana?!"
Chika dengan santainya memperlihatkan layar ponsel. "Anjir duit lu juga banyak! Darimana lu dapat semua ini hah?!"
Chika tertawa karenanya.
"Lu jual diri ya? Pantesan akhir-akhir ini lu jarang nongkrong sama gue di WC umum! Jujur sama gue!"
"Gue punya bapak gula," bisik Chika.
Papa gula gimana maksudnya?"
"Sugar Daddy, goblok. Lu tolol amat sih padahal fakultas kedokteran."
"Anjir lu sumpah begituan?!"
"Yang lu pikir aja kali, lu tahu keluarga gue pas-pasan. Gue capek setiap kampus harus naik kaki, gue capek tinggal di kos-kosan kayak gini. Makanya gue sekarang datang kesini, soalnya gue mau pindah ke apartemen."
"Anjir lu mau ninggalin gue di kos-kosan sendiri?! Nanti gue mahal dong kalau bayar sendirian."
"Iya itu mah resiko elu."
"Kok lu gitu sih?" mata Naura berkaca-kaca. Kita udah temenan dari orok brojol dan lu seenaknya ninggalin gue, minimal ajak gue apartemen kali."
"Nggak bisa soalnya Deddy gue bakalan sering datang. Gini aja deh, gue kasih lu duit 15 juta. Tapi abis itu udah ya, jangan minta lagi. Meskipun kita temenan, Kalau masalah duit kita harus masing-masing."
Bisa nggak lu bantuin gue buat bayar hutang?"
"Najis ya! Hutang lebih dari 300 juta! Lebih baik punya sugar Daddy juga daripada terus-terusan miskin kayak gini? Nggak bosen emang?"
Ogah ya! Gue nggak mau ngikutin jejak laknat kayak lu! Gue nggak mau punya sugar daddy!"
🌹🌹
Komentarnya dong?
Emak sayang kalian semua.
🌹SELAMAT MEMBACA ANAK KESAYANGAN EMAK. 🌹
🌹JANGAN LUPA FOLLOW IG : @REDLILY123.🌹
🌹ENAK SAYANG KALIAN SEMUA. 🌹
"Gimana caranya?" tanya Naura dengan malu-malu. Akhirnya dia memilih jalan ini, bagaimana lagi karena hutang keluarganya sudah menumpuk.
Dan satu lagi! Naura baru saja mendapatkan tamparan dari Savana hanya dikarenakan nilainya tinggi. Gila saja, kalau nilainya turunkan nanti beasiswanya bisa bisa dicabut oleh pihak yayasan.
"Tapi lu nggak bisa milih mau yang perawakannya kayak gimana."
"Kok gitu?"
"Sebenarnya bisa sih. Jadi kayak gini, kita tuh nanti bakalan disuruh buat ketemu sama orang yang bakalan jadi sugar Daddy lu. Nah kalau kalian ngobrol-ngobrol terus cocok, bisa langsung teken kontrak. Kalau nggak sih ya bisa sih ditinggalin aja."
"Gue dapet sugar Daddy nya dari mana?"
"Kalau gue sih dulu dari teman gue yang kerja di klub."
Jika menjelaskan kalau sistem pemilihan sugar Daddy yang dilakukannya dengan cara menemui orang yang ingin memiliki sugar baby di sekitarnya. Karena biasanya mereka dari kalangan kaya dan ingin privasi tetap terjaga, jadi calon sugar baby tidak bisa melihat bagaimana perawakan mereka. Ada lagi cara yang kedua, yaitu dengan mengupload Biodata diri kita ke beberapa situs. Sehingga nanti akan ada beberapa kali dari sugar Daddy yang menghubungi.
Tapi Naura menolak cara itu, dia ingin privasinya terjaga. Mana mau dia orang lain tahu kalau dirinya itu adalah sugar baby. Bisa-bisa dirinya mati!
"Tapi kalau misalnya nunggu cara private. Suka agak lama, soalnya para sugar Daddy juga pengen tahu gimana penampakan wajah kita."
Baru juga Chika mengatakan itu, ponselnya sudah berbunyi. "Daddy Mike!" teriaknya dengan begitu senang.
"Halo Daddy?" mengangkat panggilan seperti itu. "Chika kangen, Daddy Kapan pulang dari Australia? Katanya mau manjain Chika!"
Naura mendengarkan saja.
Loh kok gitu sih?! Emang gak kangen sama Chika!? Kenapa harus nemuin istrinya dulu?!"
Wah mata Naura langsung membulat seketika, sugar baby ini memang pelakor dengan cara yang lebih elegan, lebih banyak duit juga.
"Ya udah maaf. Aku nggak bermaksud buat bentak Deddy. Aku kangen soalnya sama Deddy makanya jadi kayak gini. Aku tunggu Deddy pulang ya, nanti kita main sama-sama di apartemen."
Naura bosan mendengar percakapan itu, dia ingin urusannya segera selesai.
"Bentar dulu, goblok," ucap Chika dengan tajam pada sang sahabat. Sudah kenal dan bersama sejak kecil, jadi seperti inilah. "Maaf Daddy tadi bukan ke Daddy kok. Ini temen aku lagi nyari sugar Daddy katanya, tapi belum nemu soalnya dia mau private."
"...."
"Gimana?" beralih menatap Naura kemudian bertanya. Lu masih perawan nggak?"
"Anjir gue masih perawan ya! Makanya gue mau dihargai 5 miliar kalau dapat sugar Daddy."
"Masih perawan katanya, Dad."
Serius?! Boleh banget. Nanti aku ajak Naura kesana ya."
Menutup telepon kemudian berteriak. "Lu sekarang udah punya sugar Daddy, nanti malam katanya minta ketemu sama lu."
"Hah gimana?"
"Lu jangan khawatir soalnya temen-temen Om Mike itu ganteng-ganteng. Jadi dijamin walaupun udah kolot, pasti masih maknyus."
🌹🌹🌹
"Lu harus cantik dulu kalo mau ketemu sama sugar Daddy! Kalau lihat lu burik sama dekil, mana mau dia ambil lu."
"Kalau ternyata itu aki-aki gimana? Gue nggak mau? Boleh nggak nanti kalau gue kabur?"
"Lu punya tatakrama kan? Ngomong yang bener lah kalau emang kesepakatan nggak diambil."
Menghela napasnya dalam, membiarkan Chika mendandaninya dengan baik. Tidak pernah sekalipun memikirkan kalau akan menjual dirinya sendiri. Tapi Naura benar-benar membutuhkan uang ini, apalagi ibunya berkata, "kamu tega lihat adik kamu putus sekolah? Kamu juga tega lihat orang tua kamu dipenjara? Kamu kan bisa sambil kerja di sana. Sekarang aja, bapak kamu lagi dibawa ke rumahnya Pak RT."
Tuntutan ekonomi, dan juga keinginan sendiri. Naura lelah mendapatkan tekanan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk dari Savana dan juga teman-temannya.
"Ada telepon masuk tuh, Nau."
"Palingan juga dari si Savana sialan, pasti dia mau minta gue bikinin tugas punya dia."
Masih mau lu jadi babu dia?
"Dia yang punya yayasan tahu, kalau gue enggak nurut nanti gue nggak bisa jadi dokter. Kalau beasiswa kuliah dicabut gimana?"
"Lu itu pandai debat, tapi kalau sama si Savana udah kayak kerupuk tenggelam aja."
Udah beres belum? Kepala gue sakit, lagi digimanain sih?"
"Udah beres. Tada! Ada aura ningrat nya dikit lah, gak jelata jelata banget."
Saat dalam perjalanan menuju hotel yang dimaksud, Naura mengangkat panggilan Savana. Seperti dugaannya, perempuan itu memintanya mengerjakan tugas, sambil mengancam juga.
Kemarin saja karena Naura lupa mengerjakan tugas perempuan itu, dirinya sampai ditampar dan dikata-katain dengan kasar. Sakit hati, bahkan itu membuat Naura menangis di kamar mandi beberapa saat.
"Ok gue bisa, gue bisa kaya. Kata orang kita harus bersyukur atas apa yang kita punya dan memanfaatkannya dengan baik. Dan ini saatnya gue memanfaatkan kecantikan dan juga kecerdasan gue." meskipun harus merelakan keperawanannya, tapi jika harganya di atas 5 miliar, rasanya tidak apa-apa.
Tidak ada komunikasi sebelumnya dengan calon sugar Daddy itu, Naura hanya diberitahu kalau dirinya harus pergi ke sebuah kamar dengan nomor yang dimaksud.
Naura khawatir minta ampun, apalagi saat sudah di depan pintu masa depannya.
"Please jangan jelek ya, gue nggak mau sama aki-aki." kemudian menekan bel.
Satu detik....
Dua detik....
Tiga detik...
"Ini orang kemana sih?"
Baru juga tangannya terangkat hendak menekan bel lagi, pintu sudah terbuka.
"What the...." mata Naura membulat seketika. "Pak Nathan?"
Pria yang hanya memakai kaos itu mengerutkan keningnya. "Calon sugar baby saya ternyata mahasiswa di yayasan milik saya ya?"
Anjir lah! Ini bapaknya Savana! Naura pernah beberapa kali bertemu dalam acara kampus!
Nathan Adiguna. Namanya saja sama dengan Savana Adiguna.
🌹🌹🌹
Komentarnya dong?
Mommy sayang kalian!
🌹SELAMAT MEMBACA ANAK KESAYANGAN EMAK. 🌹
🌹JANGAN LUPA FOLLOW IG : @REDLILY123.🌹
🌹ENAK SAYANG KALIAN SEMUA. 🌹
Naura memekik saat Nathan menariknya masuk ke dalam kamar hotel tersebut. "Pak! Bapak mau ngapain?!"
"Mau kenalan lah sama sugar baby saya. Kamu pikir mau apa?"
"Pak…," Ucapnya dengan penuh ketakutan. Banyak yang dikhawatirkan, tentang bagaimana jika pria ini menghancurkan masa depannya. "Saya mau narik diri, saya gak jadi. Batal jadi sugar babby."
"Oh mau pulang?"
"Boleh, Pak?" Tanya Naura dengan takut takut.
"Boleh, paling nantinya bakalan kesebar kalau kamu itu ngelakuin hal yang tidak senonoh. Kamu lupa siapa saya?"
"Ya makannya karena saya tau siapa bapak, jadi saya gak mau. Maaf, Pak. Tolong jangan keluarkan saya dari kampus."
Nathan menyeringai melihat Naura yang pura pura sedih. Khusunya penampilan Naura yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Dia lebih seksi, kecantikannya dipoles pula. Jadi Naura adalah bentuk kesempurnaan jika dilihat dalam hal ini.
"Sini duduk."
"Duduk? Kan ini lagi duduk," Ucap Naura melihat tempat dimana dia duduk.
"Duduknya di sini." Pria itu malah menepuk pahanya sendiri.
Manik Naura membulat karenanya. Inikah pimpinan utama Yayasan yang katanya dingin dan juga killer? Bahkan dikatakan kalau pria ini pernah memberhentikan dekan dia fakultas sekaligus.
"Kamu denger gak apa yang saya bilang?"
"Pak…."
"Kenapa, Naura Sayang?"
Mendengarnya membuat Naura semakin ketakutan.
"Sini duduk! Saya pegel nih menyeringai terus. Atau kamu mau saya adukan ke dekan fakultas kedokteran kalau kamu itu jual diri?"
Mana bisa membantah. Kalaupun Naura melaporkan Nathan, itu tidak akan pernah bisa.
"Kecil banget pantat kamu, bikin saya rasain tulang kamu."
"Gak boleh pantat shaming, Pak," Ucap Naura mencoba menyamankan diri di pangkuan Nathan.
Tangan pria itu melingkar. "Pas banget. Gemukin dikit udah mantep."
"Pak…" Naura takut takut. Pria itu menatap layaknya pedofil yang menemukan mangsa.
"Jadi, kenapa kamu mau jadi sugar babby? Saya mau denger. Bukannya semua biaya kuliah kamu dipenuhi sama Yayasan. Bahkan ada yang saku sebulan sekali kan?"
Ya mana cukup, dodol! Teriak Naura dalam hati. "Kan saya harus ngekost, Pak. Bukan cuma makan doang. Uang dari Yayasan cukupnya buat makan sehari hari aja. Gimana sama tempat tinggal saya?"
"Badan kamu kecil, jadi bisa masuk kalau di trotoar toko juga."
Asli, ini orang lama lama mulai menyebalkan.
"Terus? Masa buat kost doang?"
Mulailah Naura menceritakan bagaimana kehidupan kedua orang tuanya di kampung. Sebenarnya dia juga ingin menceritakan perihal Savana yang membully nya dan Naura ingin melakukan pembalasan dengan menjadi orang kaya. Tapi sepertinya tidak akan baik jika sugar daddy nya adalah musuhnya sendiri.
"Oke, jadi berapa duit yang kamu butuhkan?"
"Emangnya saya udah bilang mau jadi sugar babby nya bapak?"
"Ya terus? Kamu mau cari yang lain? Terus nanti saya laporin kamu gitu? Kamu jadi Sugar baby orang lain, tapi kehilangan beasiswa kamu. Mau?"
Menggeleng kuat seketika. "Mau 5 millyar."
"Saya jabanin. Berarti kita taken kontrak sekarang ya? Kamu tinggal tanda tangan."
"Saya mau baca dulu kontraknya."
"Boleh. Tapi sambil duduk di pangkuan saya."
Bertanya tanya bagaimana pemikiran pria itu. Bukannya dia punya istri? Bahkan istrinya selalu dibawa ke acara acara kampus. Sangat cantik dan mirip dengan Savana.
Tapi kalau menolak, alamak dirinya akan mendapatkan musibah. Dia yang memiliki Yayasan!
"Pak, boleh gak saya tanya sesuatu?"
"Tanya apa?"
"Tentang istri bapak. Emang gak papa? Maksudnya…"
"Saya sama istri saya lagi di masa jenuh. Jadi saya mau nyari mainan baru."
"Gak takut ketauan?"
"Enggak," Jawabnya sambil menatap dad@ Naura dengan penuh nafsu. "Saya pinter, apa yang saya lakuin udah dalam kendali saya."
"Gak kasian sama anak bapak? Gimana kalau dia tau, kalau ternyata ayahnya punya sugar babby?"
"Kamu mau 5 millyar atau dikeluarin dari Yayasan?"
Buru buru mengalihkan pandangan dan membaca lagi isi kontrak.
***
Nathan membaca formulir yang sudah diisi oleh Naura. Mengetikan sesuatu di ponsel sebelum kembali fokus pada Naura yang ada di pangkuannya.
Lama lama tidak nyaman juga. Nathan tidak seempuk itu. Tapi tangan pria itu melingkar di pinggangnya.
"Pak? Sekarang kita gimana?"
"Aduh minggir dulu. Anak saya telpon," Ucapnya sedikit mendorong tubuh Naura hingga perempuan itu tersungkur di sofa panjang.
"Halo, Nak? Kenapa, Sayang?"
Gak anak, gak bapak! Sama sama bikin darah tinggi!
"Oh iya boleh. Hati hati di jalan ya. Jangan lupa izin dulu sama Mommy ya."
".... "
"Nanti Daddy pulang kalau urusannya udah selesai ini. Hati hati di jalannya ya, Nak."
Idih! Manisnya kebangetan kalau sama anak. Gak tau aja kelakuan bapaknya lagi punya simpanan. Begitu kata Naura dalam hati.
Menunggu Nathan lama, Naura membuka ponselnya dan kaget melihat notifikasi ada yang yang masuk. Jumlahnya seratus juta! Gak main main emang!
"Wah, bapak transfer ke rekening saya?"
"Notifikasinya baru masuk?" Nathan berdecak. "Hape kentang ya?"
"Stop bully saya, Pak," guman Naura. "Tapikan di keterangannya tertulis kalau saya baru dapet uang kalau udah service bapak?"
"Iya, dan itu modal buat kamu bisa service saya. Saya gak mau hubungan badan sama kamu sekarang, pasti banyak kumannya. Orang miskin biasanya mandi pake sabun batangan kan?"
Naura berusaha untuk tersenyum. Kini dia percaya kalau Savana adalah anak dari pemilik Yayasan. Keduanya sama sama menyebalkan dan pembully.
"Jadi sekarang saya harus bagaimana? Pulang, Pak?"
"Saya mau nyobain service kamu dulu."
"Hah?"
"Kulum *******."
"Pak, saya masih polos. Seenggaknya izinin saya pelajari dulu." Kenyataannya, Naura hanya takut.
"Yaudah sini. Permulaan dulu deh. Kita ciuman."
"Hah? Hmmpphh!"
Tubuhnya didorong! Kemudian ditindih! Untung saja Nathan menahan beban tubuhnya dengan kedua tangannya yang ada di kedua sisi kepala Naura. Karena perempuan itu memakai kaos berwarna pink crop top, maka mudah bagi Nathan untuk merambat masuk ke dalam dan mulai menyentuh dad@nya.
'Halah! Katanya gak mau soalnya banyak kumah! Tapi sekarang di ***** *****!"
Tapi jujur saja, ini sangat nikmat! Ciuman pertama Naura yang memabukan. Dimana bibirnya dipaksa terbuka, kemudian bagian dalamnya di ekploras oleh lidah Nathan. Menggila!
Namun tiba tiba,Naura dilanda ketakutan karena dirinya ingat belum mencukur ketiak! Bagaimana jika nanti Nathan menyentuhnya kemudian jijik padanya? Kemudian membatalkan kontrak? Kemudian mengeluarkannta dari Yayasan?
"Pak… . Hmpphh… saya… ahhh… . Masih ada kumannya,"
Yang seketika membuat Nathan berhenti sejenak. Mengangkat wajah dan menatap dalam pada manik Naura. "Lupa. Gara gara kamu saya harus mandi disinfektan kan." Menggerutu seperti itu. "Udah sana pulang. Jangan ngarep dianterin sama saya. Naik angkot aja."
"Iya, Pak."
"Nanti saya hubungin kamu. Kalau telat bales, nanti ada hukumannya. Kamu baca kontraknya kan?"
"Iya, Pak."
Nathan mengecup bibir Naura sebelum bangun dari tindihannya. "Sana"
Mengusirnya layaknya kecoa.
****
To be continue. Komentarnya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!