Akhir semester pertama tahun ajaran 2017 telah berakhir, murid-murid kelas tiga sebuah SMU Swasta favorit di kota Beijing, terlihat sedang melakukan rapat kelas.
Mereka membahas tentang apa yang akan dilakukan, dalam kegiatan Wisata Sejarah Kelas yang akan dilaksanakan diakhir pekan nanti.
Wisata Sejarah Kelas adalah salah satu kegiatan yang rutin dilakukan di sekolah itu, yang dilaksanakan di setiap akhir semester.
Wisata Kelas akan dilakukan selama dua hari satu malam. Satu malam itu, mereka akan menginap di sebuah hotel yang ada di dalam wilayah tempat wisata itu.
Tempat yang dimaksud adalah Pangeran Kung’s Mansion yang berada di dalam Tembok China. Bangunan yang pernah menjadi rumah Pangeran Gong di jaman dulu kala.
Suasana kelas terdengar riuh, mereka membicarakan kegiatan apa yang akan dilakukan, saat malam hari menginap di hotel yang telah disewa oleh pihak sekolah.
Semua sedang asik memberikan ide mereka tentang acara apa yang akan dilakukan, kecuali seorang siswa lelaki yang terlihat cuek saja dengan semua itu.
Ia adalah Hao Long, siswa terbadung di sekolah mereka. Sosok siswa yang terkenal akan kebrutalannya saat berkelahi. Berkelahi adalah hobi lain dari anak pemilik sekolah setaraf SMU itu.
Saat pertama kali memasuki SMU milik ayahnya itu, Hao Long mengirim seorang siswa kakak kelasnya ke rumah sakit dan dirawat selama dua hari di sana.
Hal itu disebabkan Kakak Kelasnya itu, tidak mengetahui jika Hao Long adalah anak pemilik sekolah. Ia mengerjai Hao Long dan membuatnya tersinggung dalam kegiatan Masa Orientasi Sekolah.
Kebencian kepada kakak kelasnya itu, membuat Hao Long selalu mencari masalah dengan seniornya. Setidaknya seminggu sekali akan terdengar berita jika Hao Long berkelahi dengan seniornya.
Sejak saat itu, Hao Long dikenal sebagai anak badung. Namun begitu, Ia termasuk anak yang pintar. Nilainya selalu tinggi dalam setiap ujian yang diadakan, kecuali pelajaran matematika.
Setelah rekan-rekannya selesai dengan rapatnya, Hao Long telah tertidur di atas mejanya. Jika sudah begitu, tidak ada yang berani mengusiknya. Kecuali satu orang.
Orang itu adalah siswi yang merupakan primadona sekolah karena kecantikan sekaligus juga kepintarannya.
Dia adalah Li Annchi, Juara Umum sekolah yang juga adalah pacar Hao Long sejak satu satu setengah tahun yang lalu.
Li Annchi mempunyai cara sendiri untuk membangunkan Hao Long hingga tidak membuatnya marah. Ia mendekati Hao Long dengan Cotton Bud di jarinya.
Siswa-siswi yang lain menutup telinga mereka dengan kedua tangan, setelah melihat Hao Long bangun dengan wajah yang kesal.
Mereka sudah hafal jika akan terjadi perdebatan diantara keduanya. Namun kali ini, perdebatan itu bukan perdebatan biasa.
“Kau! Selalu saja Kau mengganggu tidurku! Apa Kau tidak bisa sekali saja membiarkan Aku tidur nyenyak Hah!”
Hao Long membentak Li Annchi dengan suara dua kali lebih keras dari biasanya. Hal itu membuat Li Annchi terkejut. Hatinya pun merasakan sakit yang tak biasa.
“Kau … Baiklah jika itu mau mu. Aku juga sudah lelah kau bentak-bentak terus! Kita Putus hari ini!” Li Annchi segera melepas kalung Liontin berukir Ular Naga berwarna putih dari lehernya.
Ia pun pergi setelah meletakkan Kalung Liontin Naga itu di meja Hao Long yang tertegun mendengar perkataan Li Annchi dengan nada yang ketus.
Merasa bersalah pada kekasihnya, Hao Long segera meraih Kalung Liontin itu dan mengejar Li Annchi yang baru saja melewati pintu ruang kelas mereka.
Kalung Liontin itu adalah hadiah darinya saat genap setahun hubungan mereka. Kalung yang akan membawa mereka ke dalam dunia yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.
“Annchi … Tunggu!” Hao Long berteriak ketika melihat Li Annchi mulai berlari kecil ke arah kantin, dengan air yang telah terurai deras dari matanya.
Hao Long pun mengejar Li Annchi dan berhasil memegang pergelangan tangan kanannya, saat gadis berusia delapan belas tahun itu, baru melewati pintu kantin.
“Annchi! Maafkan Aku … Mohon maafkan Aku… Aku berjanji tidak akan mengulangi lagi sikapku.” Hao Long berkata setelah Ia berhasil membuat tubuh gadis itu berada dalam pelukannya.
LI Annchi terus berontak, sementara siswa yang berada di kantin semuanya terdiam dan mengalihkan pandangan mereka, tak ingin kena damprat Hao Long karena melihat ke arah dirinya.
Setelah lelah berontak untuk melepaskan diri dekapan Hao Long yang sangat kuat, Li Annchi akhirnya terdiam. Suara tangisnya yang tersedu-sedan, mengisi keheningan Kantin Sekolah itu.
“Annchi … maafkan Aku … Aku Janji tak akan membentakmu dengan bentakan level dua ku seperti tadi.” Hao Long mencoba meluluhkan hati kekasihnya.
Antara ingin tertawa dan marah, membuat tubuh Li Annchi bergetar menahan kedua rasa itu. Istilah level selalu diucapkan Hao Long yang gemar membaca komik tentang pendekar di jaman dulu.
Perlahan hati Li Annchi pun luluh, tidak lagi terdengar isakan di bibirnya. Yang Ia lakukan adalah menyandarkan kepalanya di dada Hao Long yang kini tersenyum penuh kemenangan.
***
Satu minggu kemudian, tibalah kelas mereka untuk melaksanakan kegiatan Wisata Sejarah ke wilayah di dalam Tembok China.
Perjalan sejauh tujuh puluh kilometer ibu akan mereka tempuh dengan menggunakan Bus Sekolah yang mampu menampung tiga puluh siswa dan lima orang guru pendamping.
Walau Hao Long adalah siswa terakhir yang memasuki Bus, namun Ia mendapatkan tempat duduk yang berada di bagian depan dimana Li Annchi telah duduk terlebih dulu di kursi yang diperuntukkan bagi dua orang.
Suasana ceria memenuhi suasana di dalam bus, mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan gitar yang dibawa oleh salah satu siswa.
Setelah lebih dari dua puluh menit, bus itu telah meninggalkan wilayah perkotaan dan sepuluh menit kemudian, mulai memasuki daerah perbukitan dengan tebing di sisi kiri dan jurang di sisi kanan mereka.
Keceriaan di dalam Bus Sekolah itu, mulai menjadi hening, apalagi tiba-tiba cuaca berubah menjadi ekstrim.
Tanpa diketahui dari arah mana gumpalan awan hitam datang, langit di sekitar Bus Sekolah itu tiba-tiba menjadi gelap. Angin yang semula semilir, berubah menjadi kencang dan semakin kencang saja.
Sebuah petir menggelegar sangat kuat, Siswi-siswi perempuan mulai menjerit ketakutan. Para guru pendamping pun mulai kebingungan menenangkan mereka.
Dua buah petir kembali menggelegar, menghantam tebing di depan mereka. Batu besar pun runtuh dan akan menimpa Bus Sekolah itu.
Supir Bus yang wajahnya memucat itu, mengerem mendadak hingga membuat Bus Besar itu menjadi oleng. Di Saat bersamaan Angin Tornado datang.
Angin Tornado yang sangat besar dan berputar dengan sangat kencang itu, membawa Bus Sekolah ke dalam pusaran.
Hal itu membuat seluruh penumpang menjadi pusing dan kehilangan kesadaran mereka, kecuali Hao Long dan Li Annchi.
Tubuh keduanya seperti terlindungi oleh energi tak kasat mata, hingga membuat mereka bisa melihat, jika dua kepala Ular Naga berwarna merah dan putih, berada di depan kaca jendela mobil.
Wajah Hao Long dan Li Annchi memucat, saat dua kepala Ular Naga itu menembus Kaca depan Bus tanpa memecahkannya. Dan apa yang terjadi kemudian membuat keduanya pingsan.
Kedua Ular Naga itu, menelan tubuh Li Annchi dan Hao Long lalu membawanya ke atas dimana gumpalan awan hitam berada.
Tubuh kedua Ular Naga itu lenyap setelah memasuki gumpalan awan hitam. Perlahan Awan-awan hitam itu pun sirna dan cuaca kembali normal seperti sebelumnya.
Semua penumpang tersadar dari pingsan mereka dan mendapati jika Bus Sekolah itu masih tetap di jalannya dalam keadaan baik-baik saja.
Tebing yang terlihat hancur di depan mereka, terlihat utuh seolah hal yang mereka alami tadi, tidak pernah terjadi.
“Pak Guru Lei, Hao Long dan Li Annchi tidak ada di tempat duduknya!” Seorang Siswa yang tersadar dengan keberadaan mereka berdua, segera berteriak.
Saat melihat ke arah bagasi di atas tempat duduk, terlihat jika Tas Besar Hao long dan Lian Annchi sudah tidak ada di tempatnya tadi.
******
Saat semua guru dan Siswa-siswi teman sekelas mencari mereka, Hao Long dan Li Annchi sedang berada dalam perut ular naga yang berbeda warna itu.
Keduanya terlihat sedang tak sadarkan diri dengan liontin di kalung mereka menyala terang sesuai dengan warnanya.
Hao Long berada di dalam perut Ular Naga bertubuh merah dengan api yang membara di sekujur tubuhnya yang sepanjang tiga puluh meter lebih.
Sementara Li Annchi berada dalam perut Ular Naga berwarna putih, yang tubuhnya mengeluarkan asap putih berhawa sangat dingin.
Sesaat kemudian kedua ular naga itu, berpisah arah, ketika terowongan yang di depan mereka kini menjadi dua buah. Satu arah ke kanan dan satu arah ke kiri.
Ular Naga putih, memasuki terowongan ke arah kiri, sedangkan Ular Naga Merah yang membawa tubuh Hao Long dalam perutnya, menuju ke arah kanan.
Kedua Ular Naga raksasa itu, keluar dari terowongan yang bernama Lorong Dimensi Ruang dan Waktu pada saat yang bersamaan, namun di tempat terpisah yang jaraknya lebih dari seribu kilometer.
Di dalam perut ular naga, Hao Long yang telah tersadar dari pingsannya, seperti sedang bermimpi saat Ia bertemu dengan seorang pria berjubah merah dengan tubuh yang memancarkan Aura Kuning keemasan.
“Di mana Aku?” Tanya Hao Long saat melihat di sekelilingnya. Ia kebingungan karena hanya melihat kegelapan berada di sekelilingnya.
Yang bisa Ia lihat, hanyalah sesosok pria berwajah tampan yang memandanginya dengan senyum yang menyejukkan. Hao Long tertegun setelah memperhatikan jubah yang dikenakan oleh pria itu.
Jubah itu seperti jubah yang sering digunakan oleh orang-orang jaman dulu yang sering Ia lihat di komik-komik miliknya.
“Maaf Tuan … Siapakah Anda? Dimanakah ini?” Tanya Hao Long dengan wajah yang keheranan.
“Hao Long … Dengarkanlah baik-baik. Aku Dewa Naga Api, Aku datang menjemputmu dan membawamu ke dunia di masa dua ribu tahun sebelum duniamu yang sebenarnya.”
Pria yang ternyata Dewa Naga Api itu, berkata yang membuat Hao Long tertawa mengejeknya.
“Hahahaha … Sepertinya aku sedang bermimpi, Kau Dewa Naga Api? Yang benar sajalah Hahahaha.”
Tawa Hao Long seketika terhenti ketika tiba-tiba sosok di depannya berubah menjadi seekor Ular Naga dengan tubuh yang membara oleh api.
“Kenapa Aku merasakan hawa panas, jika ini adalah mimpi?” Tanya Hao Long pada dirinya sendiri.
PLAK !
ADAOW !
Hao Long menampar pipinya, dan Ia merasakan sakit di bagian itu. Ia pun mengelus pipinya yang masih tergurat merah, bekas tamparannya sendiri.
Ular Naga itu berubah kembali menjadi sosok pria berjubah merah yang berwajah sangat tampan.
Hao Long segera berlutut dan memohon maaf karena telah berlaku kurang ajar kepadanya. Dewa Naga Api itu hanya tersenyum saat menganggukkan kepala.
“Hao Long dengar baik-baik. Kau dijemput dari dunia mu dan dibawa ke dunia empat ribu tahun sebelumnya, adalah untuk mengemban tugas dari kami.” Dewa Naga Api terdiam sejenak, lalu tersenyum keterkejutan di wajah Hao Long.
“Jika Kau bertanya kenapa harus dirimu? Itu karena kau memiliki tubuh Istimewa. Tubuh dengan Elemen Yang. Dan bukan hanya Kau saja yang kami jemput, kekasihmu Li Annchi saat ini berada di dalam perut Ular Naga Es, Ia memiliki tugas yang sama denganmu.”
“Apa!!” Hao Long hampir berteriak demikian, namun berhasil menahannya. Ia pun kembali menatap sosok Dewa Naga Api yang kemudian melanjutkan penjelasannya.
Hao Long dan Li Annchi yang bertubuh Istimewa berjenis Yin, adalah dua orang terpilih yang akan menentukan kedamaian dunia saat ini.
Keduanya akan diberi sebuah Cincin Ruang yang berisi banyak kitab dan pusaka tingkat Dewa. Namun keduanya harus berlatih terpisah sebelum mulai menjalankan tugas mereka yang utama.
Tugas Utama keduanya adalah menumpas tiga belas sekte Aliran Hitam, yang saat ini menguasai tiga belas kota besar di Daratan Kuno ini.
Masing-masing sekte itu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Sekte yang terlemah adalah Sekte nomor tiga belas dan sekte terkuat adalah Sekte nomor satu.
Dewa Naga Api Juga menjelaskan jika Tiga Sekte pertama, dipimpin oleh ketua yang masing-masing memiliki senjata di tingkat Pusaka Iblis.
Ketiganya juga memiliki tingkatan kultivasi yang sangat tinggi. Yaitu berada pada Tingkat Bumi Level tiga yang sebentar lagi akan menembus tingkat Langit Level Satu.
Dewa Naga Api lalu mengatakan, bahwa ada tujuh tingkatan dalam kultivasi yaitu:
Tingkat Pemula
- Level 1 memiliki 1-100 Kristal qi
- Level 2 memiliki 200 Kristal qi
- Level 3 memiliki 300 Kristal qi
Tingkat Ahli
- Level 1 memiliki 400 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 500 Kristal qi
- Level 3 memiliki 600 Kristal qi
Tingkat Raja
- Level 1 memiliki 700 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 800 Kristal qi
- Level 3 memiliki 900 Kristal qi
Tingkat Kaisar
- Level 1 memiliki 1000 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 1250 Kristal qi
- Level 3 memiliki 1500 Kristal qi
Tingkat Bumi
- Level 1 memiliki 2000 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 2500 Kristal qi
- Level 3 memiliki 3000 Kristal qi
Tingkat Langit
- Level 1 memiliki 4000 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 5000 Kristal qi
- Level 3 memiliki 6000 Kristal qi
-
Tingkat Dewa
- Level 1 memiliki 10.000 Kristal qi
- Level 2 Memiliki 15.000 Kristal qi
- Level 3 memiliki 20.000 Kristal qi
Hao Long hanya terkagum-kagum dengan tingkatan Kultivasi itu, namun Ia tidak bisa menghapal jumlah qi setiap level dari tingkatan tersebut.
Kelemahannya dalam mengingat angka, juga membuatnya lemah dalam pelajaran matematika di sekolah. Hal ini juga hanya membuatnya tersenyum kecut mendengar penjelasan dari Sosok Dewa Naga Api.
Dewa Naga Api hanya tersenyum melihat Hao Long menggaruk-garuk kepalanya yang selalu menjadi gatal, ketika mendengar hal yang berkaitan dengan angka-angka yang rumit.
“Hao Long, mungkin ini terlalu berat untuk kau pahami dalam sesaat. Aku akan memberimu waktu satu tahun untuk mempelajari seluruh teknik dan kitab yang ada di dalam Cincin Ruang ini.”
Dewa Naga Api membuka telapak tangannya, lalu melayanglah sebuah Cincin ke arah Hao Long.
Cincin itu berwarna seperti besi yang membara. Hao Long ragu untuk mengambilnya, takut jika kulitnya akan melepuh begitu menyentuhnya.
Tanpa diduga oleh Hao Long, Dewa Naga Api menggerakan tangannya, sebuah luka kecil tergores di telapak tangan Hao Long, sehingga membuat darah keluar dari kulitnya.
“Teteskan darahmu di Cincin Ruang itu, dengan begitu kau bisa melihat isi yang ada di dalamnya menggunakan mata batinmu.”
Dewa Naga Api memberi arahan yang segera dilaksanakan oleh Hao Long. Untuk beberapa saat Hao Long terlihat bengong dengan apa yang terjadi depan matanya.
Di tempat yang berbeda, Li Annchi juga mengalami hal serupa. Hanya saja Ia berhasil melihat apa yang ada dalam isi Cincin yang kini tersemat di jari manisnya.
Berbeda dengan Hao Long, Ia bengong karena yang Ia lihat adalah wajah Li Annchi yang sedang Ia rindukan.
*****
“Dimana ini?”
Hao Long yang merasa baru bangun dari tidur, terkejut mendapati dirinya berada di atas sebuah dahan pohon dengan perut yang menjadi penahan bagi tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah.
Hao Long lalu membenahi posisinya dan Ia tersadar hingga berpegangan sangat erat, ketika menyadari dirinya berada di atas sebuah pohon yang sangat tinggi dengan batangnya yang sangat besar.
“Kenapa Aku bisa berada di atas sebuah pohon. Bukannya aku tadi telah jatuh bersama bus? Apakah pohon ini berada di dasar Jurang?” Banyak pertanyaan dalam benak Hao Long saat ini.
Hingga Ia tak sengaja melihat sebuah cincin berwarna merah di jari manisnya. Saat itulah Ia menyadari jika mimpi yang baru Ia alami bukanlah sekedar mimpi biasa.
“Kenapa seperti dalam cerita-cerita komik yang ku baca?” Hao Long menggaruk-garuk kepalanya, saat mengingat apa yang dijelaskan oleh Dewa Naga Api padanya saat tadi bermimpi.
Secara tak sengaja pula, Hao Long melihat tas miliknya yang tersangkut di sebuah ranting pohon. Ia pun lalu mencoba mengambilnya, namun karena tas itu terlalu jauh, Ia pun gagal.
Hao Long terduduk lemas hingga lebih dari sepuluh menit, sesaat kemudian Ia mendengar suara beberapa orang, yang sepertinya sedang mencari sesuatu.
“Cepat cari di sekitar pohon ini, Aku yakin melihat cahaya merah itu jatuh di sini!” Suara seorang Kakek terdengar memberi perintah.
Mata Hao Long membelalak lebar, saat dari sela-sela dedaunan yang sangat rimbun, Ia melihat seorang Kakek berpakaian seperti orang jaman dulu. Dan yang membuatnya mengusap mata adalah orang-orang itu bisa terbang seperti burung.
“Yang benar saja! Ini sebenarnya dimana sih? Benarkah ini di masa empat ribu tahun sebelum masa kehidupanku. Aaah… tidak! Tidak mungkin!”
Hao Long berteriak dalam benaknya sambil meremas rambutnya dengan kuat.
Hal itu membuat Kakek yang memberi perintah tadi, berhasil mengetahui keberadaannya. Ia pun bergegas melesat dan tiba-tiba saja telah berada di depan Hao Long.
Hao Long terdiam dengan wajah ketakutan walau Kakek itu terlihat baik, namun karena wajahnya yang menatap heran ke arah dirinya, membuat Hao Long menjadi ngeri.
“Bocah Siapa Kau? Dari mana asal mu?” Tanya Sang Kakek karena melihat pakaian yang dikenakan oleh Hao Long, terasa asing di matanya.
Hao Long terlihat kebingungan untuk menjawabnya. Bagaimana mungkin Ia akan mengatakan jika dirinya berasal dari empat ribu tahun dari masa sekarang.
Sementara itu, rekan-rekan Kakek itu mulai berdatangan. Hal itu membuat Hao Long semakin menjadi ciut nyalinya.
“Kenapa Kau diam saja? Apa aku harus memaksamu dengan kekerasan?” Tanya sang kakek menatap tajam ke arah Hao Long.
Merasa tak ada pilihan lain, Hao Long lalu menjelaskan apa yang baru Ia alami.
Bermula dari apa yang Ia lakukan di masa depan, bermimpi bertemu dengan sosok yang mengaku Dewa Naga Api. Dan lalu tersadar saat sudah berada di atas pohon.
Wajah Kakek itu dan empat orang yang berada di dekatnya, seketika berubah menjadi cerah dengan bahagia yang terlihat jelas dalam senyum lebar mereka.
“Kenapa Kakek tersenyum? Apakah aku terlihat seperti pelawak?” Tanya Hao Long heran.
“Pelawak? Apakah dia kultivator yang hebat?” Tanya Kakek tersebut. Hao Long langsung menepuk jidatnya. Merasa konyol dengan apa yang Ia ucapkan.
“Jadi aku benar-benar terlempar ke masa lalu, ke dunia kultivator yang katanya adalah dunia yang kejam, dimana yang kuat dialah yang berkuasa.” Dalam benaknya Hao Long menyimpulkan situasinya sendiri.
“Bukan Kek, pelawak itu orang yang pintar dalam membuat orang tertawa. Bukan kultivator. Di dunia kami tidak ada yang namanya Kultivator.” Hao Long menjawab dengan senyum tipis. Ketakutan terlihat mulai hilang dari wajahnya.
“Lalu kenapa kakek dan paman semua tersenyum?” Hao Long mengulangi pertanyaannya.
“Jika kau benar dari masa depan, maka kau adalah sosok yang sedang ditunggu oleh semua orang di dunia ini. Sosok yang diramalkan mengakhiri penderitaan manusia dari kesengsaraan akibat ulah Sekte Aliran Hitam. Apakah Kau memiliki nama belakang Long?”
Wajah Hao Long menunjukkan rasa terkejut yang luar biasa. Membuatnya nyaris terjatuh dari dahan pohon jika saja Kakek tersebut tidak segera bergerak cepat menahannya.
“Sepertinya dugaanku benar. Sebaiknya Kau ikut kami pergi dari tempat ini terlebih dahulu.” Ajak sang Kakek yang tidak perduli dengan wajah pucat Hao Long yang hampir saja jatuh itu.
“Kek .. tunggu sebentar, bisakah aku membawa tas milikku?” Tanya Hao Long saat tangannya diraih oleh sang kakek sambil menunjuk ke arah dimana tas besarnya tersangkut.
Sang Kakek segera membawa Hao Long melayang di udara mendekati tempat dimana tasnya berada. Hao Long lalu mengambil tas itu.
“Benda apa yang dibawa bocah itu? Pasti banyak pusaka di dalamnya.” Salah seorang bertanya kepada rekannya yang lain, saat mereka berlima melayang meninggalkan pohon itu.
Hao Long yang merasa kagum dengan apa yang terjadi, hanya diam saja mendengar pertanyaan orang itu.
“Akan kutunjukan pusaka-pusaka hebat milikku pada kalian nanti. Pusaka yang tidak pernah kalian lihat sebelumnya.”
Hao Long tersenyum-senyum sendiri saat Ia membayangkan wajah-wajah kagum dan heran dari mereka saat melihat barang-barang yang Ia bawa.
“Kita akan pergi kemana Kek?” Tanya Hao Long yang penasaran. “Kita akan kembali ke Sekte Naga Api tempat kami tinggal selama ini.” Jawab Sang Kakek.
“Kakek nama Kakek siapa? Dan sepertinya Kakek sangat dihormati oleh mereka berempat.” Tanya Hao Long lagi.
“Namaku Gu Bao, Aku adalah Ketua Sekte Naga Api ke 8. Apakah Kau mau bergabung menjadi anggota Sekte kami? Oh ya siapa nama marga mu?” Tanya Gu Bao Kepada Hao Long.
“Aku bermarga Hao Kek.” Jawab Hao Long.
“Apa!! Marga Hao?!” Karena terkejut Gu Bao melepaskan pegangan tangannya. Hal itu membuat tubuh Hao Long jatuh meluncur cepat ke tanah.
Wajah Hao Long menjadi pucat dan Ia tidak mampu berteriak lagi karena jatuh dari ketinggian lebih dari seratus meter.
Lima detik kemudian, Gu Bao kembali meraih tangan Hao Long setelah tersadar jika tangan Hao Long terlepas dari genggamannya.
“Kakek? Kenapa Kakek terkejut mendengar margaku?” Tanya Hao Long beberapa saat kemudian setelah Gu Bao meminta maaf karena telah melepaskan dirinya.
“Itu … bukan-bukan apa? Aku hanya teringat sesuatu.” Jawab Gu Bao berusaha menutupi sesuatu dari Hao Long.
Sementara keempat orang yang lain, memandang Hao Long dengan penuh kebencian setelah mengetahui marganya.
Hao Long bisa merasakan hal itu, Ia hanya bisa menduga bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak baik antara Sekte Naga Api dengan seseorang bermarga Hao.
Suasana pun menjadi canggung, itu karena Gu Bao sedang terdiam dan memikirkan langkahnya ke depan nanti.
“Aku tidak boleh terbawa suasana, sekalipun Ia bermarga Hao, tapi dia berasal dari masa depan.” Dalam benaknya Gu Bao akhirnya memutuskan langkahnya.
Jika saja Hao Long bukan berasal dari masa depan, mungkin saat ini. Tubuhnya telah hancur menjadi bubur sumsum merah darah.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!