NovelToon NovelToon

Raanjhana

Takdir Cinta Nisha : 01. Liburan

Halo Readers kesayangan Mamak 👋👋 Kisah Raanjhana kutulis ulang karena satu dan lain hal. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya 🙏🙏

Terima kasih untuk dukungan kalian selama ini. Apalah mamak tanpa adanya kalian 😘😘

...*Happy Reading*...

Tok

Tok

Tok

"Nisha! Bangun! Nisha!"

Seorang gadis masih terlelap di ranjang nyamannya kala sang ibu memanggil namanya.

Gadis itu terbangun, dan menyahuti panggilan ibunya.

"Masuk saja, Bu! Pintunya tidak dikunci." ucapnya berteriak dengan malas.

Ceklek,

"Nisha! Apa kamu begadang lagi, huh?!" tanya Antonia dengan tangan bersedekap.

"Hoooaaammm!!! Iya, bu. Hehe." jawab si gadis dengan menggaruk kepalanya.

"Matamu kenapa? Apa kau membaca buku sambil menangis?"

"Hah?! Benarkah? Sepertinya iya, bu. Ceritanya membuatku terharu sampai menitikkan air mata."

"Hmmm, kamu tuh! Cepat lah bersiap dan segera turun! Kakek dan Ayahmu sudah menunggu di bawah." tegas Antonia dengan menggeleng pelan.

"Siap, bu!" balas Nisha dengan memberi hormat pada ibunya lalu bergegas ke kamar mandi meninggalkan bukunya yang yang masih terbuka di bagian akhir cerita dan bertuliskan kata 'TAMAT'.

...🍂🍂🍂...

Nisha keluar kamar dalam keadaan sudah rapi. Ia menyapa kakek dan ayahnya yang sudah menunggunya di meja makan.

"Pagi, Kek. Pagi ayah..." Nisha mencium pipi kakek dan ayahnya bergantian.

"Pagi, sayang. Kau bangun kesiangan lagi?" tanya ayah Nisha, Raihan.

"Iya, dia begadang membaca buku sambil menangis semalaman." kini Ibunya yang menjawab.

"Tidak apa. Dia 'kan sedang libur kuliah. Sayang, apa kau tidak ingin mengisi waktumu untuk berlibur?" kini giliran kakeknya, Haidar yang bertanya.

"Hmm, aku sudah punya jadwal liburan kali ini, Kek. Aku ingin berlibur ke villa kita di Bali. Bagaimana Kek? Boleh 'kan?" pinta Nisha manja.

"Boleh. Kapan kau akan berangkat?"

"Bagaimana kalau hari ini saja, Kek? Boleh 'kan ayah, ibu?" Nisha kini membujuk ayah dan ibunya.

"Bolehkan saja, Raihan. Dia pasti butuh liburan." ucap Haidar yang selalu memanjakan cucu semata wayangnya itu.

"Baiklah. Nisha, kau boleh pergi liburan. Dengan siapa saja kau kesana?"

"Dengan teman-teman dekatku, Dewi, dan Lala." jawab Nisha bersemangat.

"Ya sudah, habiskan sarapanmu lalu kau bersiap. Ibu akan membantumu berkemas." balas Antonia.

.

.

.

Nisha berlarian ke pantai dengan senyum yang amat bahagia. Sedang kedua temannya hanya memandangi dari jauh.

"Sha, aku lelah. Aku ingin pergi ke kamar saja." ucap Dewi.

"Ya sudah sana. Aku akan bermain dulu dengan air laut dan pasir putih disini."

Dewi dan Lala segera beranjak dari bibir pantai dan menuju kamar mereka masing-masing.

Tanpa Nisha sadari ada sepasang mata yang memperhatikan tingkah lakunya yang seperti anak kecil. Pria itu tersenyum geli melihat Nisha yang seakan begitu bahagia melihat air laut dan ombak.

"Hernan! Kau disini rupanya!" seseorang menepuk bahu si pria yang bernama Hernan.

"Cih, kau berhasil menemukanku."

"Kenapa kau malah pergi ke Bali? Apa ada masalah?"

"Tidak ada. Hanya saja...."

"Hanya saja apa?" seorang wanita menghampiri kedua pria tersebut.

"Asha? Kau disini juga?"

"Hmm, Dirga yang mengajakku kesini. Dia bilang siapa tahu kau membutuhkan bantuanku..."

Tanpa kata lagi Hernan langsung memeluk Asha. "Tentu saja aku membutuhkanmu..."

Dirga memalingkan wajah begitu melihat dua insan ini berpelukan.

"Ada apa? Kau bisa cerita denganku. Tidak perlu kabur seperti ini." ucap Asha dengan merangkum wajah Hernan.

"Ayah berencana menjodohkanku..."

"Benarkah? Itu bagus dong! Menurutku kau sudah cocok menikah. Usiamu sudah 24 tahun, Hernan."

"Cih, lalu aku harus mau dijodohkan karena sudah pantas menikah? Bagaimana denganmu? Apa kau setuju aku menikah dengan gadis yang dijodohkan oleh ayahku?"

"Hernan! Jangan begini!"

"Apa ayah yang memintamu untuk menjemputku?"

"Tidak. Aku hanya takut jika kau melakukan sesuatu yang nekat."

"Tidak perlu khawatir. Aku masih waras. Aku akan kembali ke kamarku. Kalian nikmati saja liburannya."

Hernan melangkah pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"Dirga, bagaimana ini?" tanya Asha terlihat cemas.

"Biarkan saja dia. Kau tahu kan dia selalu begitu. Jangan memaksanya. Nanti dia malah pergi lagi."

Asha menganggukkan kepala. Lalu dia pun ikut meninggalkan pantai.

Kini hanya Dirga yang sendiri di tepi pantai itu. Mendengar suara teriakan gembira seseorang, Dirga menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum melihat kegembiraan seorang gadis yang tak dikenalnya itu.

Sementara itu, Hernan kembali ke villa dengan langkah kesal. Asha mengikutinya dari belakang.

"Hernan! Tunggu!" Asha mempercepat langkahnya agar menyamai langkah Hernan.

"Hernan!!!" Asha mencekal lengan Hernan.

"Ada apa?" tanya Hernan kesal.

"Jangan seperti ini!"

"Lalu aku harus seperti apa?"

"Ayahmu adalah orang baik, aku yakin jika kau tidak menyetujui perjodohan ini maka kau bicarakan saja baik-baik dengan ayahmu."

"Oh ya? Kau pikir dia mau mendengarku?"

"Kau kan belum mencobanya. Kenapa harus menyerah?"

"Lalu setelah itu kau bersedia menikah denganku?"

"Hernan..."

"Kau tahu bagaimana perasaanku padamu. Kenapa masih berpura-pura tidak tahu?"

"Hernan..."

"Apa karena Dirga?"

"Hernan! Kita sudah berteman sejak kecil. Dan aku... Aku tidak bisa memilih salah satu diantara kalian..."

Hernan tersenyum getir. "Kalau begitu bersiaplah untuk tidak bertemu denganku lagi!"

BRAAKKK!!!

Hernan membanting pintu kamar dengan keras.

...🍂🍂🍂...

#bersambung...

Untuk yg sudah baca kisah ini dari awal, bisa skip tapi jempol nya jangan lupa yah 😁😁 mamak banyak maunya 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣👣👣

thank you

Takdir Cinta Nisha : 02. Tamu Tengah Malam

... 🍂🍂🍂...

Nisha berjalan menuju kamarnya setelah ia puas bermain di pantai. Ia segera membersihkan diri lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk villa.

Nisha menelepon teman-temannya yang entah bagaimana ceritanya, kakek Nisha memesankan kamar villa yang cukup jauh dari kamarnya. Dewi dan Lala tak mengangkat panggilan darinya.

Karena sudah lapar, Nisha memesan makan malam melalui aplikasi 'good food' dari ponselnya. Sambil menunggu pesanan datang, Nisha membuka buku yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi.

Buku yang membuatnya selalu menangis haru dengan kisah tokoh didalamnya. Meski hanya kisah fiksi, entah kenapa jiwa ceria Nisha langsung melow jika membaca buku itu.

Tak lama pesanannya pun datang. Nisha mengeluarkan uang satu lembar seratus ribuan untuk membauar pesanannya.

Nisha menikmati makan malam sendirian sambil menonton televisi. Usai menyantap habis makan malamnya, Nisha kembali membaca buku.

"Hoooaaammmm! Rasanya aku lelah sekali. Mungkin karena tadi aku terlalu lama bermain di pantai."

Nisha mulai memejamkan mata karena sudah tak kuat menahan kantuknya.

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam kala Nisha mendengar seseorang menggedor pintu kamarnya.

"Duh, siapa sih malam-malam begini berisik?!"

Mau tak mau Nisha membuka matanya lalu berjalan ke arah pintu. Ia akan memarahi orang yang sudah berani mengganggu tidurnya.

Cekleeeekkk

"Maaf, nona, bisa saya pinjam dapur anda? Saya butuh air panas untuk membuat kopi." ucap tamu tengah malam Nisha yang ternyata seorang pria.

Seketika rasa kantuk Nisha hilang kala melihat pria jangkung dengan badan tegap dan wajah bule, mata belo, lalu sedikit jambang menghiasi rahang tegasnya. Nisha mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi.

"Halo, Nona..." Pria yang tak lain adalah Hernan melambaikan tangannya di depan wajah Nisha.

"Ah, iya. Ada apa tuan?" tanya Nisha yang baru kembali ke alam nyata.

"Saya ingin pinjam dapur anda. Bolehkah?"

Nisha mengeryit dan memperhatikan dengan seksama pria dihadapannya itu.

"Tenang saja! Saya bukan orang jahat! Saya hanya ingin membuat kopi." tegas Hernan sekali lagi.

"Hmm, baiklah. Dapurnya ada di sebelah..." Belum selesai Nisha mengucap kalimatnya, Pria itu langsung masuk melewati tubuh Nisha.

Lagi-lagi Nisha tak fokus karena terbius ketampanan tamu tengah malamnya. Ia segera mengejar pria itu.

"Eh, tunggu!" Nisha makin menautkan alisnya kala melihat pria itu telah tiba di dapur dan mencari mesin pembuat kopi di lemari tanpa harus bertanya lebih dahulu pada Nisha. Dan memang Nisha tidak tahu dimana letak semua benda-benda itu.

Nisha hanya memperhatikan tamunya dengan tangan bersedekap. Nisha menggeleng kala melihat betapa lihainya pria ini meracik kopi.

"Kau mau?" tanya Hernan.

"Eh?"

"Kau mau kopi?" Hernan mulai kesal karena selalu mengulangi kalimatnya.

"Ah, tidak. Terima kasih." balas Nisha dengan melambaikan cepat kedua tangannya.

Usai membuat kopi, Hernan duduk di sofa nyaman di kamar Nisha. Ia menghirup aroma kopi sebelum menyesap kopinya perlahan. Nisha hanya memperhatikan tingkah Hernan yang menurutnya aneh.

"Emmm, maaf tuan. Bukannya saya tidak sopan. Tapi, ini sudah malam. Bukankah sebaiknya tuan kembali ke kamar tuan?"

Hernan menatap mendelik ke arah Nisha. "Ini adalah kamar saya!" tegas Hernan.

"Heh?! Mana ada?! Ini kamar saya! Dan juga, villa ini milik kakek saya!" tegas Nisha tak mau kalah.

"What?! Kakek kamu? Jangan bermimpi, nona! Villa ini milik saya!"

"Anda yang jangan bermimpi! Jelas-jelas villa ini milik kakek saya!"

Hernan mulai kesal menghadapi gadis yang duduk berhadapan dengannya ini.

"Dengar, nona. Jika kau tidak percaya, silahkan cek di aplikasi Gugel, anda akan melihat nama saya adalah pemilik villa ini."

Nisha juga bertambah kesal dengan sikap Hernan. Ia tak akan menyerah begitu saja.

"Masih ingin bukti? Baiklah. Villa ini dibangun dengan konsep seorang putri yang berada di negeri dongeng. Di dominasi warna pastel yang indah dan dilengkapi fasilitas nomor satu di daerah Bali."

"Hei, tuan! Hanya begitu saja aku juga tahu jika villa ini dilengkapi fasilitas yang sangat mewah. Bahkan nomor satu!"

"Hmm, baiklah. Silahkan cek ponselmu saja. Cari tahu siapa pemilik villa One Star ini."

"Oke! Baiklah!" Nisha mengetik sesuatu di ponselnya. Dan muncullah foto dan nama pemilik villa One Star yang dimaksud.

Nisha menutup mulutnya tak percaya jika yang dikatakan tamunya ini semuanya benar.

"Ja-jadi namamu... Andromeda Hernandez?"

Hernan hanya mengangguk pelan.

Nisha kembali melihat foto di ponselnya dan mencocokkan dengan orang yang ada didepannya. Benar mereka adalah orang yang sama.

"Ja-jadi... Aku salah masuk kamar?" Nisha menunduk dengan rasa malu yang amat besar.

Nisha mencari nama kakeknya di kontak ponsel dan berusaha menghubunginya. Namun berkali-kali Nisha menelepon, kakeknya tak jua mengangkat.

"Ini sudah malam, nona. Sepertinya kakek anda sudah tidur." ucap Hernan.

"Baiklah. Kalau begitu besok saya akan berkemas dan pindah dari sini. Lalu... saya juga akan membayar sewanya pada anda."

Hernan memandangi gadis di depannya dengan seksama sambil bersedekap. Entah kenapa tiba-tiba ide jahil terlintas di pikirannya.

"Kau tidak perlu pindah, Nona. Kau juga tidak perlu membayar sewanya."

"Eh? Maksud tuan?"

"Ck, jangan memanggilku tuan! Panggil saja Hernan."

"Oh, baik Andro..."

"Hei, Hernan bukan Andro!"

"Tapi namamu kan Andromeda, apa salahnya jika aku memanggilmu Andro."

"Tapi aku tidak suka! Turuti saja perintahku, atau kau bisa kutuntut karena masuk ke villa orang tanpa ijin."

"Heh?! Ja-jangan! Kumohon jangan!" Nisha memohon dengan mata berkaca-kaca.

"Bagus! Besok bersiaplah! Kau punya baju yang bagus kan?"

"Heh? Apa maksudnya?"

"Dilihat dari penampilanmu... Kau bukan gadis dari kalangan biasa."

Nisha mendelik tajam ke arah Hernan.

"Baiklah, sudah malam. Aku harus segera kembali ke kamarku. Tidurlah! Jangan sampai matamu bengkak karena kurang tidur."

Hernan melangkah pergi dari kamar Nisha dengan melambaikan tangan. Sedang Nisha masih tak paham dengan situasi yang sedang dihadapinya saat ini.

Bagaimana bisa kakek melakukan kesalahan seperti ini? Apa kakek memang sengaja? Rasanya tidak mungkin...

.

.

.

.

Flashback

Hernan yang merasa amat kesal dengan sikap Asha, hanya bisa mengurung diri di kamarnya. Ia sudah tahu jika Asha tidak akan bisa memilih diantara dirinya dan Dirga. Selalu saja alasan yang sama yang selalu Asha katakan.

Hernan makin tak karun kala mendengar suara cempreng seorang gadis yang menyanyi dari arah samping kamar villanya. Setahunya kamar sebelah kosong. Karena memang kamar itu Hernan rancang khusus untuk seseorang yang

berharga di hidupnya.

Hernan segera keluar kamar untuk melihat apakah yang didengarnya suara manusia atau....?

Hernan membulatkan mata saat tahu jika yang sedang membuka kunci kamar vilanya adalah gadis yang tadi dilihatnya di pantai. Gadis yang dengan senyum lebarnya bermain bersama ombak.

Hernan memutar otaknya. Ia harus mencari tahu bagaimana bisa vila spesial miliknya di tempati oleh orang yang tak dikenalnya. Kemudian tercetuslah ide jika ia akan mendatangi kamar itu dan membuat gadis itu terkejut oleh kehadiran Hernan di tengah malam.

...🍂🍂🍂...

bersambung...

jempolnya jangan lupa digoyang ya gaess 👍👍😀😀😘😘

thank you

Takdir Cinta Nisha : 03. Dunia Terasa Sempit

...🍂🍂🍂...

Pagi sekali Hernan sudah bersiap dan mendatangi kamar Nisha. Ia ingat jika semalam ia belum menanyakan nama gadis itu. Dengan menenteng beberapa plastik kresek, Hernan menggedor pintu kamar Nisha.

Nisha yang masih terlelap akhirnya bangun dan membuka pintu. Nisha pikir itu adalah teman-temannya makanya dia santai saja tak peduli penampilannya yang sangat berantakan ketika bangun tidur.

Nisha membuka pintu dan syok melihat pria yang semalam datang ke kamarnya kini datang kembali. Pria itu sudah rapi dengan setelan kaos polo berkerah dan celana pendek yang menampakkan kaki panjangnya. Sejenak Nisha terpesona dengan pria tampan di depannya ini.

"Kau? Kenapa datang kemari pagi-pagi sekali? Apa kau akan mengusirku dari sini?"

Hernan masuk melewati tubuh Nisha yang masih bengong di depan pintu.

"Sudah kubilang aku tidak akan mengusirmu. Dan aku juga tidak akan meminta bayaran sewa darimu." ucap pria itu santai dan menuju meja makan.

Nisha akhirnya tersadar dan segera mengikuti langkah Hernan.

"Duduklah! Kita sarapan bersama!" ajak Hernan.

"Heh?!" Nisha menggaruk kepalanya tak paham.

"Makan! Kau mau berdiri saja disitu?"

"Ah, iya." Nisha segera duduk di depan Hernan.

"Cih, kau sangat jelek saat bangun tidur." ejek Hernan.

Nisha memonyongkan bibirnya. "Mana ada baru bangun tidur langsung cantik?"

"Ada, aku contohnya." ucap Hernan datar sambil menyantap sarapannya.

Nisha makin mengerucutkan bibirnya. "Dasar narsis!" gumam Nisha.

Mereka pun sarapan dalam diam. Nisha sangat menikmati hidangan yang dibawa oleh Hernan.

"Kenapa kau pagi-pagi datang kemari?" tanya Nisha dengan masih mengunyah makanannya.

"Kita akan melakukan sesuatu." jawab Hernan datar.

"Sesuatu apa?"

"Kau tidak perlu tahu. Bukankah kau berjanji akan menuruti perintahku? Jika tidak...akan kulaporkan kau ke pihak berwajib."

"Iya, iya. Aku akan menurutimu." jawab Nisha dengan terpaksa. Karena ia tak ingin berurusan dengan polisi. Dirinya masih amat muda jika harus dipenjara hanya karena salah masuk kamar saat liburan.

Rasanya aku tidak pernah berjanji akan menuruti semua perintahnya. Tapi mau bagaimana lagi. Dari pada aku harus masuk penjara. Batin Nisha dengan bergidik ngeri.

"Cepat selesaikan sarapanmu dan segera mandi! Ingat! Pakailah baju yang bagus. Kau mengerti?"

Nisha mendengus sebal. "Iya, iya. Tidak perlu mengatakannya berulang-ulang. Semalam kau sudah mengatakannya."

"Oh ya, siapa namamu? Semalam aku belum menanyakannya."

Nisha mengulurkan tangannya. "Nisha. Nisha Wilhelmina."

Hernan sama sekali tak menyambut uluran tangan Nisha.

"Ya, Nisha. Kau boleh pergi mandi! Aku akan menunggu disini."

Nisha menghentakkan kakinya dengan kesal dan pergi menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Nisha mandi, Hernan menuju walk in closet dan melihat baju-baju Nisha yang tergantung rapi. Ia memilihkan satu gaun yang akan dipakai Nisha hari ini.

"Gadis itu punya selera yang lumayan juga. Dia memang bukan gadis sembarangan. Semua barangnya berlabel mahal. Tapi bagaimana bisa dia tersesat di kamar ini? Kamar ini masih baru dan belum ada satu wanita pun yang menempatinya. Kenapa harus gadis aneh itu yang menempatinya untuk pertama kali?" gumam Hernan sambil mengusap dagunya.

Nisha keluar kamar mandi dengan memakai baju handuk, lalu menuju walk in closet. Ia tersentak kaget ketika melihat Hernan sedang berdiri disana.

"Astaga, tuan! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Nisha dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, melindungi diri kalau kalau Hernan akan berbuat mesum padanya.

Hernan sedikit menarik sudut bibirnya. "Ini! Pakailah ini! Lalu, rambutmu kau biarkan saja tergerai." Hernan melempar dress berwarna biru laut ke wajah Nisha. Lalu berjalan dari sana.

Nisha lagi-lagi mengelus dadanya. Ia harus sabar menghadapi tuan muda muka rata itu jika tidak mau dipenjara.

Hernan menuju keluar kamar sambil menunggu Nisha berdandan. Ketika matanya melirik ke arah kamarnya yang ada di samping kamar Nisha, Hernan melihat kedua sahabatnya sedang berada disana.

Tatapan mereka saling beradu. Dirga dan Asha menatap ke arah Hernan yang malah keluar dari kamar lain.

Hernan hanya diam dan tak menyapa kedua temannya itu. Hingga akhirnya, Nisha telah siap dan ia pun keluar dari kamar.

"Ayo! Aku sudah siap!" ucap Nisha dengan merapikan rambut dan dressnya.

Nisha mengikuti kemana arah mata Hernan tertuju. Nisha mengernyit heran karena mengenali salah satu orang yang di tatap Hernan.

"Kak Dirga?" gumam Nisha.

Hernan segera meraih bahu Nisha dan memeluknya, membuat gadis itu terkejut namun tak bisa menolak.

Hernan membawa Nisha pergi dari area villa dengan tetap merangkul bahu Nisha.

"Hernan!" suara Asha seketika menghentikan langkah Hernan.

"Kau mau kemana? Aku dan Dirga akan mengajakmu sarapan bersama." ucap Asha.

Hernan masih memunggungi Asha. "Aku sudah sarapan. Benar kan, sayang?" Hernan sedikit mencengkeram bahu Nisha sebagai tanda jika Nisha harus menjawab pertanyaan Hernan.

"Ah, i-iya, kami sudah sarapan."

"Maaf ya, aku harus pergi." Hernan kembali melangkahkan kakinya dan membawa Nisha.

Nisha merasa sangat bersalah pada gadis itu.

Kenapa Hernan sangat dingin pada wanita itu? Duh, aku jadi merasa tidak enak pada wanita itu. Tapi aku juga tidak bisa menolak keinginan Hernan. Sebenarnya siapa wanita itu? Apa dia kekasih Hernan? Tapi, kenapa dia bersikap dingin padanya?

"Masuk!" Titah Hernan ketika mereka sudah ada di area parkir dan di depan mobil Hernan.

"Ah, iya." Nisha segera masuk kedalam mobil.

Hernan segera menancap gas dan pergi dari area villa tepi pantai itu.

Selama perjalanan, Nisha hanya terdiam. Ia tak mau makin merusak mood Hernan yang menurutnya aneh.

Sementara itu, Asha masih berdiri memandangi Hernan yang tak lagi nampak di matanya. Dirga menghampiri Asha dan menepuk bahunya.

"Sudahlah, kau kan tahu bagaimana dia. Biarkan saja dulu!" ucap Dirga.

Asha hanya mengangguk. Dalam hatinya bergemuruh menanyakan banyak hal.

Siapa gadis itu? Ada hubungan apa gadis itu dengan Hernan? Kenapa Hernan keluar dari kamar gadis itu? Apa yang sudah mereka lakukan semalam? Dan masih ada beberapa pertanyaan yang ingin Asha ajukan pada Hernan.

"Sebaiknya kita sarapan dulu saja. Ayo!" ajak Dirga melangkah pergi ke arah resto.

Belum sempat mereka berjalan jauh, lagi-lagi Dirga dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis yang tak asing baginya.

"Lho! Kak Dirga?!" teriak Dewi.

Dewi segera menghampiri Dirga dan Asha. "Ada Kak Asha juga? Kalian liburan kesini juga?"

"Iya, kau sendiri?" tanya Dirga.

"Apa kakak lupa, aku kan memang sedang libur semester, kak. Aku diajak oleh Nisha untuk berlibur ke villa kakeknya."

"Oh, iya, Nisha. Temanmu itu. Lalu, kau mau kemana?"

"Aku akan ke kamar Nisha dan mengajaknya sarapan."

"Dia sudah pergi bersama Hernan." sahut Dirga.

"Hah? Dengan Kak Hernan? Kok bisa? Lalu mereka pergi kemana?" wajah Dewi sudah amat bingung.

"Dunia ini terasa sempit, adikku. Kakak tidak tahu kemana mereka pergi dan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Sudahlah, ayo kita sarapan dulu. Rasanya kakak tidak bisa berpikir jika belum ada makanan yang masuk ke perut kakak."

Dirga meraih bahu adiknya dan membawanya pergi ke resto. Sementara Lala hanya mengikuti dari belakang. Dan Asha? Ia masih gundah karena Hernan berubah dalam satu malam.

...🍂🍂🍂...

bersambung...

jangan lupa jempolnya di goyang kakak 👍👍👍😀😀😀

thank you

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!