NovelToon NovelToon

Raluna

Putri Aluna

...Aku mampu menjadi apapun untuk bisa bersanding dengan mu meski kau tak menganggap ku ada...

......"Aluna"......

Terlihat tiga gadis berjalan tergesa-gesa menuju kantin, tatapan matanya tajam menandakan akan ada seseorang yang akan ia habisi saat itu juga.

"Lo yang namanya iren" tanya Aluna dengan gigi bergemelatuk

"Gue tanya lo yang namanya iren, jawab punya mulut gak lo" bentak Aluna, suara nya membahana memenuhi ruangan kantin membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Walaupun begitu tak ada yang berani menghentikan Aluna, menjadi anak dari salah satu donatur disekolah nya membuat murid-murid yang lainnya tak punya kuasa untuk melawan Aluna.

"Iya kak aku iren" jawab iren dengan tangan yang gemetar.

"Ohh jadi elo yang tadi ngirim coklat ke Raka, berani banget lo hah lo gak tau Raka itu punya gue" bentak Aluna sambil mendorong bahu iren membuat seragam iren basah karena tertumpah oleh minuman yang tak sengaja ia senggol.

"Ta tapi kata kak Raka dia bukan pacar siapa-siapa kak" iren menjawab dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras ia merasa ketakutan sedangkan tak ada satu pun dari teman-teman nya yang membela, mereka hanya menonton apa yang terjadi.

"Dengerin kuping lo baik-baik ya, Raka punya gue, jauhin Raka atau lo akan gue buat lebih dari ini, ngerti gak lo" perintah iren sambil berkacak pinggang memperlihatkan kekuasaan nya.

"Apa hak lo ngatur dia buat gak deket sama gue"Raka muncul dari belakang menarik tangan iren kebelakang tubuhnya berusaha melindungi gadis yang sudah terlihat tak berdaya.

"Raka kamu ngapain belain ini cewe, dia itu cuman cewe gatel yang coba cari perhatian kamu rak" Nada bicara Aluna berubah menjadi lembut tidak seperti tadi yang keras membahana.

"Dengerin gue baik-baik lun gue bukan milik lo dan dia bukan cewe gatel seperti yang lo bilang harus nya lo introfeksi diri siapa sebenernya disini yang cewek gatel lo atau dia."

Perkataan raka menyakiti hati Aluna tapi apa daya semua tertutup dengan cinta, Aluna selalu mengabaikan kata-kata Raka ia percaya suatu saat raka pasti akan menjadi milik nya.

"Raka.." belum sempat Aluna melanjutkan bicaranya ia langsung ditarik oleh teman nya keysa dan Bella.

"Heh rak lo kalau gomong dipikir dulu, enak banget lo ngomongin temen gue cewek gatel" keysa dan bella yang dari tadi hanya menjadi penonton kini maju tak terima teman nya dihina didepan orang ramai.

"Kalau gitu tanya sama temen lo, dia kalau ngomong dipikir dulu gak" jawab raka dengan nada yang sudah meninggi.

"Ayok lun kita pergi dari sini" ajak keysa karena tak ingin keadaan semakin memanas.

Keysa menarik kedua sahabat nya ke kelas, ruangan ini masih sepi karena jam istirahat anak-anak yang lainnya masih berhamburan diluar.

"Lun mau sampe kapan sih lo di rendahin gini sama arkan"ucap Bella.

"Iya lun cinta mah cinta tapj gak bego kayak gini lun masih banyak cowok yang lebih ganteng diri raka lo hanya perlu bukak hati lo buat orang lain" ucap keysa yang ikut mendukung ucapan Bella, sudah sejak lama mereka berdua menasehati Aluna untuk mencari laki-laiki lain, sebab mereka sudah jengah melihat tindakan kasar Raka terhadap Aluna.

"Ngomong mah gampang key bel tapi gue gak bisa nama Raka itu udah terpaku dihati gue" jawab Aluna dengan tatapan lurus ke arah pintu.

"Nyerah deh gue ngomongin lo lun, dibentak ia dikasarin ia dihina ia masih aja lo cinta dia buta kali lo lun" keysa berbicara sambil duduk dan berkaca melihat penampilan apa kah masih ada yang kurang.

"Lo berdua pokok nya tenang aja gue sangat yakin Raka nanti pasti jadi milik gue" kata Aluna dengan semangat yang membara.

"Ya ya ya gitu aja mulu lo sana makan percaya lo sama Raka."

Terhitung sudah 2 tahun Aluna mencintai Raka secara sepihak, sejak saat itu pula ia terkenal suka membully gadis-gadis yang dekat dengan Raka selama ini cara itu cukup efektif untuk mereka menjauh dari Raka.

Bukan sweet Home

..."Kata orang Rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang...

...Tidak bagiku rumah adalah tempat yang menyimpan kesakitan terdalam yang menggores hatiku..."...

*Aluna pov*

Aku mendengar kan musik dengan volume keras dan memejamkan mataku mencoba tak perduli dengan pertengkaran kedua orang tua diluar, entah untuk apa mereka pulang kalau hanya ingin bertengkar apakah mereka pikir rumah ini ring tinju.

Lebih baik mereka tidak usah pulang kerumah aku sudah cukup nyaman hanya tinggal dengan bi surti, bagiku sekarang bik surti sudah seperti ibuku kehadirannya disini sudah cukup bagiku, dari pada kedua orang yang sedang berargumen didepan.

Pikiran mereka hanya kerja kerja dan kerja mereka pikir aku hanya butuh uang mereka saja, aku juga butuh kehadiran mereka, mereka ada tapi seperti sudah tiada.

Tak tahan dengan pertengkaran mereka yang semakin menjadi, kulangkah kan kakiku keluar, dari tanggaku lihat papah yang membanting bas bunga dan mama ku tetap tak merasa takut ia tetap marah-marah pada papah, kini aku tau dari mana asal sifatku yang tempramen ini.

"Wah wah wah drama nya panjang banget ya dari tadi gak kelar-kelar ganggu orang tidur tau gak" aku berucap sambil bertepuk tangan seperti sedang menonton pentas seni.

"Aluna jangan kurang ajar kamu sama orang tua" lihatlah apa papa sekarang sedang mencoba mengkritik dirinya sendiri.

"Gimana ya aku gak pernah dididik sih, jadi gak tau cara hormat sama orang tua"jawabku sambil melipat tangan ku diatas dada.

"Aluna jangan ikut campur urusan orang tua sana masuk ke dalam kamar" mamah ku memberikan titah dan tentu saja aku harus membantah hahahha.

"Gimana kalau dibalik aja kalian yang pergi kemana kek, aku mau tidur kalian berisik kalau dirumah."

"Aluna" kulihat wajah papa semakin memerah.

"Apa pah, mau apa mau bentak aku atau mau pukul aku Ayo sini Aku udah siap tapi abis itu kalian berhenti bertengkar atau kalian gak usah pulang kerumah ini" kataku dan berbalik pergi menuju kamarku.

*author*

Kedua orang dewasa itu tetap berdebat saling menyalahkan satu sama lain.

"Liat Kelakuan anak kamu coba kalau kamu gak kerja ngurusin Aluna yang bener pasti dia gak kurang ajar kayak sekarang" Agung papah aluna menunjuk-nunjuk istrinya.

"Gak salah mas nyalahin aku mas pikir kenapa aku kerja, gara-gara mas aku kesepian dirumah mas jarang pulang sekali nya mas pulang mas ajakin aku ribut" dengan nafas tak beraturan ayunda ibu Aluna membantah perkataan suaminya yang selalu menyalahkan diriku.

"Alah dasar kamu nya aja gak bersyukur jadi perempuan, kurang apa aku semua yang pengen kamu beli aku kasih."

"Mas pikir cuman dengan uang aku betah dirumah gak mas aku capek aku mau tidur" Ibu Aluna pergi meninggal kan suami nya di ruang tamu sudah dipastikan suaminya tak akan tidur dikamar mereka ia lebih memilih tidur diruang tamu dari pada tidur dengan istrinya untuk menyelesaikan masalah mereka.

Didalam kamar Air mata Aluna perlahan turun, ya dia juga bisa menangis saat rasa sakit itu tak dapat lagi dia tahan, tapi dia wanita yang menutupi topeng lemah nya dengan sikapnya yang pemarah, agar tak ada satu orang pun yang melihat nya dengan tatapan kasihan ia tak suka itu.

"Hiks hiks Aku kangen mama sama papah yang dulu" Aluna punya masa kecil yang menyenangkan saat dia kecil ayah dan ibu nya tak pernah memperlihatkan pertengkaran didepannya.

Ia masih ingat papah nya menggendong dirinya di punggung nya, ia juga masih ingat saat papah nya mengajarinya bermain sepeda, dan mama nya yang menemani nya belajar mengantarkan nya ke sekolah setiap harinya.

Setiap sabtu atau minggu mereka akan pergi berwisata atau hanya makan siang diluar.

entah mulai dari kapan keadaan rumah nya seperti dineraka.

Isak tangis itu mulai terdengar makin kencang tertutup dengan suara musik yang Aluna stel volume nya dengan sangat keras untuk menutupi suara isak tangisnya

Perlahan mata itu tertidur membawa kesedihan dalam tidurnya sesekali isak itu masih terdengar dari bibirnya.

Gadis Kecilku

..."Kau seperti monster untukku, mengatas namakan cinta untuk melegalkan tindakan mu membuat ku percaya itu bukanlah cinta aku hanyalah obsesi bagimu"...

...Raka Argantara...

Raka pov

Aku tau aku telah menyakiti Aluna dengan kata-kata kasar ku, tapi itu semua aku lakukan untuk membuatnya berhenti menyakiti orang lain.

Bagaimana mungkin aku bisa menjatuhkan hatiku dengan wanita yang menindas orang lain untuk mendapatkan diriku.

Aku akui dia sangatlah cantik, tapi cantik saja tak cukup untuk membuatku jatuh hati, sebab hatiku telah dimiliki oleh gadis masa kecilku, gadis dengan mata indah penuh dengan kelembutan.

Sampai sekarang aku belum juga mampu menemukan gadisku, aku berjanji saat aku menemukan nya nanti aku tak akan pernah meninggalkan dirinya.

Ingatanku kembali pada masa awal pertemuan ku dengan gadis ku.

"Hiks... hikss...hikss" saat itu aku mendengar suara tangis seorang gadis yang duduk sendirian di bangku tempat wisata yang aku kunjungi.

Aku langkahkan kakiku menuju gadis itu, sembari menunggu ibuku kembali membawa es krim yang aku ingin kan.

"Hei kamu kenapa menangis disini" diriku yang saat itu masih berusia lima tahun berdiri dihadapan gadis kecil itu dengan tatapan polos khas anak kecil.

Ku lihat gadis kecil itu menatapku dengan mata yang berurai dengan air mata "Hikss... hiksss Aku kehilangan mamah dan papah ku" ia berbicara sambil menghapus ingus dari hidung nya.

Ku ambil sapu tangan dari dalam kantung ku dan ku berikan padanya "Ini hapus ingus mu dengan ini" kataku sambil menyerahkan sapu tangan ku padanya.

"Hiks hiks hiks mamah papah" ia tetap menangis dengan tangan mengambil sapu tangan dari tangan ku dan kembali membuang kotoran dari hidung nya.

"Jangan menangis lagi Aku akan membantu mu mencari papah dan mamah mu" kataku dengan senyuman.

"Beneran kamu mau bantu aku" dia berkata sambil tersendat sendat karena tangis nya.

"Iya Aku janji, tapi kita tunggu bunda dulu, setelah bundaku datang kita baru mencari papah dan mamah mu bagaimana."

Dia menganggukkan kepalanya tanda dia menyetujui usul dari ku.

"Kalau begitu jangan nangis lagi ya!!" kataku sambil menghapus sisa-sisa air mata nya.

"Ayo ikut aku disana, bundaku tadi menyuruh ku untuk menunggu disana" Aku menggandeng tangan nya menuju bangku yang aku duduki tadi.

Kulihat Bundaku mendekat kearah kami sambil melambaikan tangan nya dengan membawa dua es krim di tangan nya.

"Maaf ya sayang lama ya nunggu nya" Bundaku langsung memberikan es krim dari tangan nya untukku.

"Ehh anak cantik ini siapa" bunda ku langsung berjongkok mensejajarkan tinggi nya dengan kami berdua.

"Bunda dia kehilangan papah dan mamah nya disini, aku berjanji untuk membantunya mencari kedua orang tua nya" Aku yakin bunda ku juga akan membantu mencari ibu dan ayah gadis ini sebab bunda ku sangat baik aku bangga memiliki bunda sepertinya.

"Jadi begitu, yaudah nanti kita keruangan informasi ya nanti kita minta bantu sama petugas, okey" ku lihat ibu ku mengusap dengan lembut pipi chabby gadis kecil disamping ku.

kalian tau pipinya sangat gembul, membuatku ingin sekali mencubit pipinya, tapi aku takut menyakitinya dan membuatnya menangis lagi.

"Kalau tante boleh tau Nama kamu siapa" astaga iya juga aku belum tau siapa namanya dari tadi aku sibuk membuat nya untuk berhenti menangis dan lupa menanyakan namanya

"Nama ku Dira tante" katanya sambil sibuk memakan es krim yang baru saja diberikan oleh bunda ku padanya.

"Nama yang cantik secantik orang nya" lihatkan bunda ku sangat baik, apa lagi jika dengan anak perempuan, karena ibuku sangat menyukai anak perempuan, tapi sayang sampai saat ini aku belum juga mempunyai adik wanita.

"Kalian habiskan dulu es krim nya setelah itu baru kita menemui petugas" aku dan dara mengangguk dan asik menjilat es krim dengan lahapnya.

Disini lah kami sekarang menunggu kedua orang tua dara diruang informasi, tadi petugas sudah menyiarkan tentang dara yang kehilangan orang tua nya kami disuruh menunggu kedatangan kedua orang tua dara.

Aku mengeluarkan mainan kubik yang kubawa untuk ku main kan bersama dara sambil menunggu kedatangan orang tua nya.

"Dira ayo kita bermain ini" ajak ku pada dara

"Tapi aku gak bisa main ini" jawab nya dengan wajah bingung.

"Memang nya biasanya kamu main apa" tanyaku.

"Emmm aku biasanya main boneka main barbie sama main masak-masakan" ia bercerita sambil memasang ekspresi yang lucu.

"Aku gk punya barbie aku cuman bawa ini kalau aku ajarin kamu mau."

"Jadi nanti kamu liatin aja dulu aku main nya" lanjutku mencoba meyakinkan dirinya.

"Okey deh" dia tersenyum dengan lebar senyum nya cantik sekali waktu itu.

"Sayang, Dira sayang" ketika aku dan Dara sedang asyik bermain dari arah pintu muncul seorang wanita dewasa yang sudah penuh dengan air mata, dan disusul oleh pria dibelakang nya ya.

"Mamahh papah ..." dara langsung berlari memeluk ibunya.

Mama Dira mencium seluruh wajah putrinya, sebentar kemudian dara sudah berpindah di pelukan papahnya.

"Sayang kamu gak papa kan hmm, bilang sama papah gak ada yang jahatin dira kan" papah nya dara menggendong anak nya dan membelai sayang rambut putrinya.

"Enggak pah Aku ditolong sama temen ku untuk cari papah sama mamah" ucap Dira sambil menunjuk aku dan Bunda

"Terimakasih bu, berkat ibu kami menemukan Dira" mama dara langsung mengambil tangan bunda dan mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama bu saya juga punya anak tau bagaimana cemasnya saat kehilangan anak" jawab Bunda.

"Ini pasti Raka ya" mama nya dara berjongkok mensejajarkan tingginya dengan ku.

Aku hanya mengangguk kan kepalaku menjawab pertanyaan ibunya Dira

"Terimakasih ya sudah membantu dara, Raka baik sekali, makasih ya sayang" Aku tersenyum membalas perkataan mama nya dara, mama nya dara sangat lembut sama seperti bunda.

"Ayo ma kita harus segera ke bandara pesawat kita akan terbang 1 jam lagi" Jadi Dira bukan dari kota ini itu berarti aku tak bisa lagi bertemu dengan Dira, aku langsung menunduk sedih setelah mendengar ucapan ayah nya Dira.

"Sekali lagi terimakasih bu sudah membantu Anak saya."

"Tak masalah bu saya senang melakukan nya, Dira nanti kalau main lagi jangan lepas tangan mama nya ya" Bunda membelai wajah dara untuk terakhir kalinya.

"Papah Dira mau turun" Gadis kecil itu memberontak dari pelukan ayah nya.

"Ini untuk Raka dari Dira disimpen ya, nanti kalau kita ketemu lagi raka tunjukin aja pita ini sama Dira, Dira pasti tau kalau itu raka" Dira mrmberikan ku sebuah pita cantik dari rambutnya.

"Ehmm Nanti kalau aku sudah besar aku pasti cari kamu" kataku sambil tersenyum.

" Janji ya, nanti kalau Raka ketemu aku Raka pasti ngenalin Dira kan" tanya nya.

" Pasti" kataku sambil mengangkat cari kelingkingku sebagai pengikat janji.

"Dira pulang dulu Raka dadah" perlahan tubuh dara menghilang dari pandangan mataku.

Sejak saat itu aku tak pernah lagi bertemu dengan Dira, kata bunda ku rumah Dira ada di jakarta, kelas 3 smp aku pindah ke jakarta saat itu aku sangat senang sekali karena kemungkinan aku bertemu dengan Dira sangat besar.

Ternyata aku salah jakarta adalah kota yang sangat besar, aku tak tahu Dira berada di kota jakarta yang mana.

Tapi aku yakin aku pasti akan menemukan gadis kecilku itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!