NovelToon NovelToon

Hey Kamu... Tuan Kevin

Maukah kamu menikah denganku??

Matahari siang sangat menyengat dikulitinya. Lisa masuk kedalam rumah sakit dengan perasaan khawatir. Siang ini setelah pulang dari dinas keluar kota, Lisa mendapatkan panggilan yang memberikan informasi mamanya ada di rumah sakit. Lisa  Awalnya Lisa tidak mempercayainya, tapi setelah orang tersebut bisa menyebutkan dengan detail data mamanya. Lisa pun akhirnya pergi ke rumah sakit yang dituju.

Sampai diruangan 1010 sesuai dengan informasi yang diterimanya, Lisa berjalan hendak masuk kedalam ruangan. Namun langkahnya mendadak kaku mendengar suara lemah mamanya bicara kepada seseorang yang berdiri membelakangi pintu masuk.

"mama minta tolong sama Kevin, menikahlah dengan Lisa. Dia memang anak yang keras kepala, tapi sangat baik hatinya. Usia mama sudah tidak panjang lagi dan hanya kamu yang bisa mama percaya untuk menjaganya setelah mama tidak ada" Merry berkata kepada pria itu yang disebut mamanya sebagai Kevin . Hati Lisa seperti tersayat pisau yang tajam.

Lisa membeku didepan pintu. Kemudian berjalan perlahan bersandar di dinding kamar. Kakinya tidak mampu bertahan menopang berat badannya. Lisa terduduk dilantai rumah sakit sambil melipat kedua kakinya. Kepalanya memberat dan air matanya mulai tidak terbendung.

Lisa mendengarkan pembicaraan mereka berdua dari luar kamar, terdengar pria itu berkata :"mama akan baik-baik saja. Kevin akan membawa dokter terbaik untuk mama."

Merry berkata dengan suara lemah "Lisa dari kecil sudah sering menderita, mama takut ada orang yang akan menyakitinya."

Lisa mulai menyalahkan dirinya, harusnya ia paham mamanya sedang sakit. Belakangan ini berat badan Merry turun drastis. Ketika Lisa menanyakan kepada Merry kenapa berat badannya tambah turun, Merry hanya menjawab kalau saat ini dia hanya kelelahan. Jadi butuh istirahat saja. Lisa pun mempercayai perkataan Merry karena selalu mengkonsumsi vitamin yang dibelinya secara teratur.

Lisa menghapus air matanya, ia berdiri. Bagaimana pun tidak mungkin baginya menjadi seorang pengecut yang hanya diam menguping pembicaraan mamanya dengan pria itu.

Dalam hati Lisa mulai bertanya...

'siapa pria itu??'

'ada hubungan apa dengan mamanya?'

Semua pertanyaan belum selesai diajukan dalam hatinya, sesosok pria dengan tinggi  185 cm dengan kulit putih gandum berdiri disebelahnya.

Pria itu mengulurkan tangannya kepada Lisa. Tanpa berbicara apa pun.

Pikirannya masih penuh dengan pertanyaan, tapi pria itu sudah ada disebelahnya berdiri.

Lisa memandangi tangan pria itu, kemudian melihat wajahnya. Wajahnya sangat tampan, bermata tegas. Tidak ada senyum diwajahnya, hanya wajah tanpa ekspresi yang sulit diartikan apa maunya pria ini.

Ketika Lisa akan menyambut tangan pria itu, pikirannya segera menyangkal. 'bagaimana pun dia ada orang asing bagiku,jadi lebih baik jangan terlalu akrab' pikirnya. Lisa mengepalkan tangannya, dengan kaki gemetar memberanikan diri masuk kedalam ruangan.

Merry berbicara dengan lemah kepada Lisa "kamu sudah datang nak??"

"mama sakit apa?  Bukankah selama 3 hari ini kita video call masih sehat." Air mata Lisa keluar lebih deras sambil memeluk Merry

"stadium 4 kanker ovarium."jawab Kevin

Seluruh tubuhnya lemas, kehilangan tenaga. Sepertinya selama ini dia kurang memberikan perhatian kepada mamanya. Bagaimana mungkin ia bisa tidak mengetahui kalau mamanya sakit sudah separah ini. Rasa gagal sebagai seorang anak memenuhi hatinya.

Kevin menepuk lembut punggung Lisa. Berusaha memberikan tenaga agar dia bisa bertahan melewati semua ini.

Kevin memberikan kursi kepada Lisa  dan Lisa duduk sambil memegang tangan Merry. Pandangan Lisa tertuju pada jari tangan mamanya yang pucat.

"Maafkan Lisa selalu sibuk berkerja. Lisa tidak memperhatikan kesehatan mama."

"Tidak sayang, mama juga baru tahu mama sakit sebulan yang lalu. Waktu itu mama pingsan ketika sedang belanja di mini market diseberang jalan. Kevin lah yang mengantar mama ke rumah sakit. Dan saat itu mama juga baru tahu kalau mama sedang sakit.

"Kenapa mama tidak bicara sama Lisa,,,"

"Karena kamu sibuk dan mama tidak ingin menambah beban kamu nak."

Merry mengusap kepala Lisa dengan lembut sambil berkata "Mama bisa minta tolong sama kamu nak?"

Lisa mengangguk lemah "katakan saja apa yang mama inginkan Lisa pasti akan mengabulkannya."

"Menikahlah dengan Kevin nak". Lisa mengangkat kepalanya dengan cepat.

"Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan orang yang tidak aku kenal ma??"

"Dia adalah anak tante Caroline, orang yang selama ini mengirim biaya sekolah sampai kuliah kamu. Dan tidak pernah kamu gunakan ". Lisa terdiam mendengar perkataan Merry bagaimana pun ia memang tidak ingat sama sekali bagaimana wajah Caroline. Bagi Lisa hidup mandiri tidak bisa ditawar-tawar lagi, dari kecil sejak papanya meninggal ia sudah bekerja sambil sekolah. Diusia yang seharusnya bermain, tapi dia melakukan hal yang berbeda. Belajar dan bekerja hanya itu yang dilakukan Lisa. Ia pun tidak mempunya banyak teman, karena kesibukannya.

"usia mama tidak panjang nak, biarkan mama tenang bersama papa di alam sana." Merry ikut meneteskan air mata ketika berbicara kepada Lisa.

Lisa menggelengkan kepalanya dan berkata "mama akan sehat-sehat saja, tidak akan ada yang terjadi dengan mama. Lisa akan bicara dengan dokter yang merawat mama."

Ketika Lisa akan bergerak keluar, Merry memegang tangan Lisa  "tolong lah nak,,"

Hatinya hancur  saat ini, sulit mengungkapkan  dengan kata-kata. Lisa memejamkan matanya,sambil menarik nafas panjang.  Bagaimana bisa dia tidak memperdulikan permintaan mamanya. Jika memang ini adalah keinginan terakhirnya, terjun dari jurang demi menyelamatkan mamanya pasti akan Lisa lakukan.

Lisa mengangguk pelan, tidak ada pilihan baginya selain menyenangkan hati mamanya.

Merry membesarkan matanya "betul nak....kamu serius?"

Lisa memejamkan matanya lagi sambil menarik nafas panjang. Lisa berusaha keras menguatkan keputusannya.

"ayo kita menikah" kata Lisa dengan penuh kepercayaan diri kepada Kevin

"kamu sedang melamar ku?" tanya Kevin

Kevin mengerutkan keningnya, dia tidak menyangka lamaran pernikahan dihidupnya dilakukan oleh calon istrinya.

Lisa mengangguk penuh percaya diri. "mari menikah sekarang."

Kevin meyakinkannya "sekarang?"

"Ia" Lisa saat ini berada dilevel pikiran yang tidak bisa terjangkau oleh siapapun, baik itu oleh Kevin dan mamanya.

Memutuskan untuk menikah sama seperti  pertanyaan mau permen?? jawabnya "ya" atau "tidak"

Merry dan Kevin saling bertukar pandangan. Mereka berdua juga bingung dengan sikap Lisa.

"kamu mau nikah sama aku atau tidak?" ujar Lisa sambil menatap lurus ke Kevin

Kevin merasa tertantang, baru kali ini ada seseorang apalagi seorang wanita yang begitu berani mempertaruhkan kehidupannya dengan pernikahan. Wanita ini berani Menikah dengan seseorang yang belum dikenalnya dengan baik.

Kevin menatap mata Lisa, "kamu yakin?" Kevin bertanya meyakinkan Lisa

"ya." ujar Lisa penuh percaya diri.

"Dalam hidupku, menikah itu sekali seumur hidup."

"sama." ujar Lisa singkat.

"Tidak akan ada kata perpisahan."

"ya"

Merry memperhatikan mereka berdua, ia tidak berani menyela karena sepertinya mereka berdua masing-masing sedang berusaha menguatkan diri dalam ikatan suci pernikahan. Tapi memang keputusan Lisa diluar pemikiran Merry, ia tidak menduga kalau Lisa akan secepat ini menjawab keinginan Merry.

"sambil menatap mata Lisa Kevin berkata "ma, kami permisi. Kami akan mendaftarkan pernikahan kami hari ini juga.

Lisa terkejut dan membesarkan matanya  "hari ini???"

"Kamu ragu? Jika ragu kita batalkan saja?" kevin tersenyum tipis.

"tidak,,,,, hanya tiba-tiba.... hari ini.....bukankah??" Lisa berkata terbata - bata

"ya sudah jika kamu tidak mau."

"Tidak.... Menikah ya menikah, ayo pergi sekarang." Ujar Lisa sambil menarik tangan Kevin.

Dilangkah ke tiga Lisa menghentikan langkahnya, dan berbalik arah. "ma, Lisa permisi. Mohon doakan kami agar bisa hidup bersama selamanya."

Merry tersenyum lebar sambil mengangguk

"mama akan mendoakan kalian berdua, Semoga kalian berbahagia selalu sampai akhir hayat dan mempunyai banyak keturunan yang menyenangkan hati."

Lisa dan Kevin dengan mantap keluar dari rumah sakit menuju ke catatan sipil. Tidak ada yang dipikirkan Lisa saat ini, ia hanya berpikir mengikuti arus kehidupannya.

Mencoba lebih baik, dari pada tidak sama sekali.  Berjalan seperti seorang kesatria yang akan pergi berperang tanpa membawa senjata dan tameng untuk melindungi diri. Lisa mempercayai mamanya, karena bagaimanapun seorang ibu tahu apa yang terbaik bagi anaknya.

Menikah

Keluar dari rumah sakit, sebuah mobil sedan putih sudah menunggu didepan pintu rumah sakit. Pria berkulit sawo matang dengan tinggi 180 cm. sudah berdiri membuka pintu untuk mereka berdua. Awalnya Lisa tidak menyadari kalau pria ini yang akan mengantarkan mereka, Kevin mengarahkan Lisa ke mobil itu.

"Ke catatan sipil" Kevin berbicara singkat

"Baik pak."  Pria itu memperhatikan Kevin dan Lisa secara bergantian dari kaca spion mobil sambil menyetir.

Mata Lisa fokus pada pemandangan diluar. Tidak ada yang dipikirkannya saat ini. Hanya kesehatan mamanya dan rasa penyesalan kenapa bisa tiap hari bersama tidak mengetahui kalau mamanya sakit.

"Frans...."

"Maaf pak." Kevin menatap lurus kearah Frans

Frans kembali fokus menyetir.

45 menit perjalanan dari rumah sakit ke catatan sipil. Setelah sampai Frans membuka pintu untuk Kevin. Ketika Frans berjalan kearah pintu mobil Lisa, Kevin menahan langkahnya.

Frans menundukan kepalanya singkat  dan masuk kedalam kantor catatan sipil tersebut.

Kevin membuka pintu untuk Lisa sambil mengulurkan tangannya. Lisa meraih tangan Kevin, didalam ada seorang pegawai yang langsung menyambut mereka dengan sangat ramah.

Seorang pria paru baya menyambut mereka dari dalam kantor "Pak Kevin selamat siang, maaf karena bapak tiba-tiba kemari kami tidak sempat mejamu bapak dengan baik."

"tidak masalah, saya disini untuk menikah. Perkenalkan ini Lisa, calon istri saya."

Pria paru baya tersebut langsung memberikan salam kepada Lisa. Lisa membungkukkan tubuhnya sebagi rasa hormat kepada yang lebih tua, pria itu merasa sungkan karena Lisa begitu sopan kepadanya.

"bapak ini bernama Pak Andi, dia adalah kepala bagian di kantor ini." ujar Kevin memperkenalkan Andi kepada Lisa.

"Selamat siang, senang berkenalan dengan anda." Lisa berkata sambil membungkukkan badannya.

Andi tersenyum melihat Lisa, seorang gadis yang cantik dan sangat sopan.

"Mari pak,,, silahkan kekantor saya".

Andi membawa Lisa dan Kevin keruangan kerjanya semua buku tertata rapi dan bersih.

Setelah berbincang beberapa lama, seorang karyawan wanita datang kedalam ruangan dan menyerahkan berkas untuk ditanda tangani kemudian sedikit wawancara singkat.

Karyawan wanita tersebut mengarahkan Lisa dan Kevin untuk mengambil pas photo dibuku pernikahan mereka.

Hanya membutuhkan 5 menit, buku pernikahan pun selesai. Lisa terdiam melihat buku nikahnya kemudian melihat kearah Kevin. Dia tidak percaya semudah ini mendapatkan buku nikah

Kevin memandangi Lisa yang sedang bingung dengan keadaan sekarang.

"sudah??"ujar Lisa tidak percaya

"sudah bu, kalian berdua sudah resmi menjadi suami dan istri" ujar Andi sambil tersenyum puas.

"waah,,,,,,aku tidak menyangka bisa secepat ini." mata Lisa membesar sambil membalik buku nikahnya.

"semoga anda berdua bahagia selamanya sampai tua nanti." ujar Andi.

"terima kasih doanya."ujar Kevin sambil tersenyum.

Frans datang mengetuk pintu ruangan kerja Andi.  "maaf pak.."

Kevin mengangguk memberikan izin Frans untuk masuk. Frans berjalan kesebelah Kevin..

"kulkas 2 pintu sudah dikirim ke seluruh alamat rumah  karyawan ini.  Makan siang berserta Cofee and snack truck sudah disiapkan di kantin kantor. Khusus untuk pak Andy ini dari kami sebagai ucapan wedding gift "

Frans menyerahkan sebuah bungkusan.

"Seharusnya tidak usah repot-repot." Ujar Andi sambil mengeluarkan kotak dari bungkusan yang diserahkan Frans.

Mata Andi berbinar melihat jam tangan edisi limited edition diterimanya.

"ini barang sangat mahal. Saya jadi tidak enak menerimanya."Andi menyodorkan kembali bungkusan itu kearah Kevin

Kevin tersenyum dan menyerahkan kembali kepada Andi. "Tidak pak,apa yang kami berikan belum ada apa-apanya dibandingkan dengan yang bapak lakukan kepada kami. Kami yang harusnya berterima kasih kepada anda."

Andi tertawa senang "baiklah kalau begitu ini saya terima."

Kevin pamit kepada Andi "kalau begitu kami permisi dulu pak, selamat menikmati makan siangnya."

Andi mengantar Kevin dan Lisa sampai keluar kantor.

'apa yang dikatakan Frans tadi benar?'

'orang macam apa ini yang memberi wedding gift berupa kulkas dua pintu kepada semua orang?'

'apa pekerjaan pria ini..'

'jangan-jangan uangnya tidak ada serinya?' Pikir Lisa

Lisa menoleh lagi kearah Kevin.

Sadar Lisa memandanginya, Kevin menoleh kearah Lisa sambil tersenyum.

Lisa buru-buru mengalihkan pandanganya kearah yang lain.

'bahaya sekali pria ini mempunyai ketampanan yang luar biasa' batin Lisa

Kevin menggenggam tangan Lisa, Lisa melihat Kevin yang sedang menggenggam tangannya.

'ini mimpi atau bukan sih?'batin Lisa.

Lisa tidak mendengar lagi ketika Andi berbicara dengan Kevin dari dalam mobil. Pandangan dan pikirannya fokus kepada buku nikah yang dipegangnya disebelah kanan sedangkan tangan kirinya digenggam oleh Kevin.

Matanya bergantian melihat buku nikah, tangan dan Kevin.

Frans merasa lucu melihat Lisa yang terlihat bingung.

"kakak ipar??? kamu baik-baik saja?" tanya Frans.

"Tidak."jawab Lisa singkat

"Apa kakak ipar tidak enak badan?"

"Entahlah. Aku rasa ada yang salah dengan kerja otakku hari ini." jawab Lisa jujur dengan tatapan kosong.

Frans tertawa geli melihat Lisa.

Wanita berumur 25 tahun ini tampak sangat menarik, rambut hitam panjang sebahu dengan tinggi 165 cm berkulit putih gandum. Bulu matanya yang lentik, bibir berwarna pink dan bentuk badan yang padat berisi membuat Lisa termasuk salah satu wanita yang mempunyai banyak penggemar pria rahasia.

"nama kamu Frans kan???" tanya Lisa

Frans mengangguk

"kamu coba cubit aku,,"

Kevin segera menoleh kearah Frans, tatapan matanya yang lurus membuat orang takut melihatnya.

"kakak ipar, aku tidak berani. Nanti bos bisa-bisa menelanku hidup-hidup" Bisik Frans.

"apakah dia begitu menyeramkan???"bisik Lisa

"iya,,tidak juga." jawab Frans ragu.

Lisa merinding mendengar jawaban Frans. 'apa saat ini dia sedang melakukan kesalahan dalam hidupnya?'

Lisa menatap kearah Kevin yang ternyata sudah selesai bicara Andi.

Kevin membuka pintu mobil dan  masuk kedalam.

Lisa hanya mengikuti Kevin tanpa memberontak sama sekali, benar-benar bukan seperti dirinya sendiri yang biasanya tidak pernah suka ada kontak fisik dengan pria mana pun.

Setelah menutup pintu mobil, Kevin berkata kepada Frans.. "Sepertinya hari ini kamu terlalu senggang."

Frans menelan ludah dan segera menjalankan mobilnya. Mobil sedan putih itu berjalan kembali kearah rumah sakit.

"Apa kita benar-benar sudah menikah?" Lisa bertanya kepada Kevin, saat ini Lisa merasa masih berada dialam mimpi.

"Ya, tentu saja. Kamu sekarang adalah istriku."

"ooh.." ujar Lisa datar

Kevin mengerutkan keningnya. 'kenapa wanita ini begitu datar menanggapi pernikahan mereka? Bukankah tadi dia yang bersemangat mengajaknya menikah.'

"kenapa? apa kamu menyesal.?" tanya Kevin.

"Menyesal pun tidak berguna, yang sekarang harus dilakukan adalah menjalani dan menghadapi semuanya dengan berani."

Kevin membuka dompetnya dan memberikan kartu ATM kepada Lisa. “Pin nya adalah 6 digit tanggal bulan dan dua angka terakhir tahun lahir kamu”

“Tidak perlu, aku bekerja dan bisa menghasilkan uang sendiri. Kamu simpan saja untuk kamu sendiri.” tolak Lisa.

“kamu pikir dengan kondisi mama sekarang, kamu masih bisa tenang dalam bekerja?” “sebaiknya berhenti bersikap keras kepala. Sebaiknya kamu berhenti bekerja saja. Rawat mama dengan baik.”

Lisa terdiam. Ucapan pria ini memang ada benarnya. Tidak mungkin dengan kondisi mamanya yang sudah sakit separah ini harus sendirian di rumah sakit. Tapi bagaimana pun juga ia harus bekerja, untuk biaya pengobatan mamanya.

Mata Lisa kembali menerawang jauh. Semua terjadi dalam waktu singkat sedangkan ia sendiri tidak ada kesempatan untuk mempersiapkan lahir dan batinya.

Wanita Mandiri

Kevin dan Lisa sampai di rumah sakit ,ketika jam makan siang. Lisa tidak ada merasakan lapar sekarang. Situasi hatinya membuatnya tidak selera untuk makan.

Ketika masuk keruangan inap Merry, seorang wanita cantik duduk menemani mamanya.

Merry menyambut mereka walau dengan posisi duduk ditempat tidur "kalian sudah kembali?"

Lisa mengangguk sambil menunjukkan dua buku nikah kepada mamanya tanpa senyum diwajahnya

Kevin menyapa wanita lain dikamar itu "mami, sudah datang?"

Lisa melihat kearah wanita cantik yang duduk disebelah tempat tidur mamanya.

"kenalkan ini, mami aku namanya Caroline."

Lisa terkejut, ternyata ini adalah sosok wanita yang selama ini sangat ingin dia temui. Benar-benar cantik, wajahnya masih sangat kencang seperti masih baru berumur 30 tahun. cara berpakaian dan bentuk tubuhnya benar-benar tidak ada yang percaya kalau wanita ini mami Kevin.' batin Lisa  Tidak sangka bisa bertemu dengannya juga

"selamat siang" ujar Lisa sambil membungkukkan badannya.

Caroline bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Lisa."senang sekali akhirnya Mami bisa bertemu dengan kamu nak."

Lisa membalas pelukan Caroline dan berkata " Lisa sangat senang bertemu dengan tante

Caroline dengan cepat melepas pelukannya. "bukan tante, tapi mami. Bukan kah kalian hari ini sudah resmi menikah??" Caroline protes dengan Lisa sambil tersenyum.

Lisa tersenyum getir, "maaf...tan.... eh maksud Lisa mami." Lisa terbata-bata dengan kalimatnya.

"Nah, begitu dong, kan enak didengar." puji Caroline

Lisa memperhatikan wajah mamanya, beberapa jam yang lalu ketika dia sampai di rumah sakit wajah mamanya pucat pasih. Sekarang wajahnya lebih cerah.

'apakah pernikahan memang begitu efektif terhadap penyakit mamanya' pikir Lisa

Caroline mengajak Lisa ke sofa yang ada dikamar inap mamanya "ayo kalian berdua makan dulu."

Dimeja makan sudah sediakan makan siang oleh Caroline. "tadi mami masak, sebelum kemari. Maaf, masakannya seadanya. Seharusnya mami masak lebih banyak. Jika tahu kalian akan menikah hari ini."

Lisa dan Kevin mulai makan, sebenarnya Lisa kehilangan nafsu makannya. Tapi bagaimana pun semua orang sudah bersusah payah untuk makanan hari ini dan tidak boleh dibuang sia-sia.

"masakan mami benar-benar enak." puji Lisa.

"terima kasih sayang, menantu ku memang bermulut manis dan cantik." balas Caroline sambil tersenyum

"Kevin minta bantuan mama dan mami" Kevin berbicara dengan serius membuat suasana ruangan menjadi tegang

"kenapa nak?" tanya Caroline

"menantu mami, tidak mau menerima ATM pemberian suaminya." Kevin berbicara sambil menunjukkan atm ditanganya.

Caroline dan Merry saling bertukar pandangan. Kemudian secara bersamaan melihat kearah Lisa.

Lisa yang memang tidak selera makan, tiba-tiba lupa bagaimana cara menelan makanan.

Caroline mendatangi Lisa dan duduk disebelahnya Caroline melihat Kevin didepannya kemudian memandang Lisa sambil memegang tangannya.

"Lisa, mami tahu. Lisa adalah anak yang mandiri. Anak yang kuat,tapi sekarang, Lisa sudah menikah dengan Kevin. Kevin akan bertanggung jawab dengan hidup Lisa dan mama." Caroline berusaha meyakinkan Lisa

Lisa tertunduk tidak bersuara. Lisa berusaha agar air matanya tidak keluar.   "tapi......" Lisa menghentikan bicaranya. Luka itu terlalu sakit untuk diceritakan dan bahkan diingat pun sungguh tak layak.

"papa tahu, kalian berdua melewati banyak kesulitan. Ini semua salah papa." Ujar Santoso, papa Kevin yang baru tiba dan sudah didepan pintu kamar  bersama Frans.

Santoso berjalan kearah sofa dan duduk disebelah Kevin. Santoso memegang tangan Lisa dan Caroline.

"Harusnya saat itu papa membawa kamu dan mamamu bersama kami. Papa tidak menyangka om kamu tega melakukan hal itu. Seandainya papa datang lebih cepat beberapa jam.." Santoso tidak dapat menahan air matanya.

Dia seorang pria bertubuh gempal. Berwajah indo dan sangat berkarisma. Wajahnya yang datar,seolah tidaklah mungkin apabila dia bisa menangis seperti sekarang ini.

"Papa akan pastikan tidak akan ada yang berani menyentuh kalian saat ini sampai seterusnya. Dan papa sangat berterima kasih, akhirnya kamu menggunakan buku tabungan yang papa berikan ke kamu dulu. Karena kami sudah 15 tahun mencari keberadaan kalian.

"

Lisa hanya tertunduk dan air matanya mulai mengalir dipipinya. Caroline menghapus air mata di pipi Lisa dengan ibu jarinya.

Lisa tidak ingin mengingat peristiwa 15 tahun yang lalu, bagaimana ia perlakukan tidak manusiawi oleh keluarga ayahnya sendiri.

Lisa dan Merry diusir dari rumah milik ayahnya. Mereka yang rakus harta harus mengorbankan Lisa dan mamanya. Tanpa uang dan makanan, mereka dikeluarkan dari rumah. Baju dibuang begitu saja berserakan di tanah, hujan deras, bahkan foto keluarga mereka dibuang seperti membuang sampah. Hati Lisa sangat sakit karena mereka memperlakukan mamanya seperti binatang. Lisa melihat mamanya memohon sambil memegang kaki keluarga papanya untuk meminta belas kasihan. Tapi mereka tidak memperdulikannya. Mereka mendorong Merry dan menutup pintu rumah dengan kuat.

Lisa melihat mamanya mengumpulkan baju mereka. Sedangkan Lisa hanya terdiam menyaksikan kerasnya hidup diusia 5 tahun sambil memeluk erat foto keluarganya, Bagaimana pun hanya foto ini yang dimiliknya sekarang untuk mengenang papanya.

Peristiwa itu terjadi pada hari ke 3 setelah papanya meninggal. Lisa merasa dikhianati oleh keluarga sendiri.

Sejak saat itu Lisa bertekad bahwa kedepannya ia akan menjadi wanita mandiri. Tidak akan bergantung kepada siapa pun, menjaga mamanya sekuat tenangnya.

Usia yang harusnya bermain dihabiskannya untuk bekerja bersama mamanya. Untuk biaya sekolah dari sekolah dasar sampai kuliah, Lisa tidak pernah mengeluh kepada mamanya. Susah senang mereka berdua bersama, tanpa pernah membahas masa lalu.  Hidup berdua, seolah hanya ada mereka berdua tidak ada yang lain. Tertawa bersama, berusaha mengubur kesedihan dihati masing-masing. Saling menguatkan, walau masing-masih terluka parah.

Sekarang mamanya sakit seperti ini, untuk pertama kalinya Lisa merasa gagal sebagai anak. Bagaimana mungkin ia tidak memperhatikan mamanya, orang yang sangat penting baginya. Bagaimana mungkin ia bisa lalai dengan kewajibannya sebagai anak. Lalai dengan janjinya kepada papanya sebelum meninggal akan menjaga mamanya.

Santoso dan Caroline memeluk Lisa. "maafkan kami nak, maafkan kami." Ulang Santoso sambil mengelus pundak Lisa.

Merry tidak dapat menahan tangisnya. Bagaimana pun ia adalah orang tua dari Lisa. Dia bertanggung jawab dengan hidup Lisa. Tapi Lisa tetap bersikeras tetap bekerja. Ketika Merry menyuruhnya diam dirumah, dengan polos Lisa berkata. "Lisa hanya tidak mau mama membuat Lisa menjadi anak manja, kemudian mama pergi seperti papa. Lisa tidak mau sendiri dan tidak tahu bagaimana cara bertahan hidup sendiri."

Ingatan itu masih teringat jelas dipikiran Merry.

Merry yang tidak punya pengalaman kerja apapun, hanya bisa bekerja di rumah makan sebagai tukang cuci piring, membantu mengupas bawang, menyiapkan sayuran yang akan dimasak.

Ketika ada masakan sisa, Merry akan menjumpai pemilik rumah makan, dan menanyakan apakah mereka bisa membawa pulang sisa makanan.  Jika sang pemilik setuju Merry akan menunjukkan ekspresi senang sambil berterima kasih.  Jika sang pemilik tidak setuju Lisa juga akan menunjukkan ekspresi senang. Seperti tanpa beban. tapi Merry tahu sebenarnya hatinya sangat sedih.

Lisa berusaha mengunci segala kesedihannya seorang diri, bahkan didepan mamanya. Bagaimana ia mendapat teman-teman yang terkadang mengucilkannya. Tapi Lisa seolah tidak peduli, disekolah ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Berkali-kali mendapatkan bea siswa.

Lisa tidak pernah memberatkan kalau masalah biaya sekolah. Bagi Merry, Lisa mirip seperti papanya. Pekerja keras dan tidak suka mengeluh. Diantara semua kesulitan itu, Merry sangat bersyukur memiliki hadiah dari Tuhan seorang kupu-kupu bersayap besi.

Terlihat sangat indah tapi juga sangat kuat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!