Mantanku Sekretarisku
Bertemu Kembali
Salma duduk di meja kerjanya yang berada tepat di depan ruangan CEO perusahaan Livegrup. Ia memandang ke arah berkas yang terbuka lebar.
Berkas itu berisikan profil seorang pria muda, yang akan menggantikan posisi CEO.
Pria muda itu adalah putra tunggal pak Oliver dengan mantan istrinya yang sudah lama bercerai, bernama Rafael Oliver Kahn.
Teringat akan perkataan pak Oliver padanya
Oliver
Saya serahkan dia padamu.
Oliver
Tolong bantu dia kedepannya...
Helaan nafas panjang dengan sedikit gelengan kepala. Membuat Salma kembali tersadar dari lamunannya.
Di sisi lain, Rafael yang baru tiba di bandara diam-diam pergi ke perusahaan bersama supir pribadi ayahnya.
Rafael baru turun dari mobil dengan aura dingin terpancarkan dari raut wajahnya yang tampan.
Karyawan wanita yang berada di sekitar, terpesona padanya.
Rafael
Cih,
menjijikkan...
Dengan wajah cemberut Rafael mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju lobby perusahaan.
Supir yang tadi mengantarnya, datang memberikan sebuah kartu identitas untuk masuk
Sam
Tuan muda, apakah anda butuh pemandu?
Rafael
Tidak usah, Pak. Saya tidak ingin papa khawatir
Rafael tersenyum pada Sam dan segera beranjak meninggalkannya.
Setelah puas berkeliling melihat berbagai departemen yang ada, lift sebelumnya yang ia naiki, di penuhi para karyawan yang mulai kembali bekerja.
Matanya melirik pada lift berwarna emas yang ada di samping lift itu. Beberapa karyawan pria yang berdiri di dekatnya, menatap Rafael dengan penuh rasa kecemburuan.
Kumpulan pria
Eh lihat tuh!
Kumpulan pria
Alah… biarin aja! Paling juga bocah magang atau pelamar yang belum tau aturan.
Kumpulan pria
Iya benar tu, biarin aja. Paling juga di potong gaji sama CCTV(tim disiplin) perusahaan.
Perusahaan Livegrup memiliki aturan ketat pengunaan lift. Lift berwarna keemasan di batasi hanya untuk orang-orang tertentu yang memiliki jabatan tinggi. Mereka yang melanggar aturan itu dapat dikenakan sanksi pemotongan gaji selama sebulan karena kelalaian yang terlihat sepele.
Aturan itu tentunya tidak berlaku bagi Rafael yang akan segera menjadi seorang CEO.
Rafael berjalan masuk ke dalam lift sambil memainkan HP, tanpa melihat seorang wanita yang sudah ada di dalam sana. Salma yang sedang sibuk membalik-balik berkas, juga tidak melihat pria yang masuk ternyata Rafael.
Setelah pintu lift menutup, panggilan masuk berulangkali bergetar ke Hp Salma.
Salma mengangkat telepon.
Dion
Nanti malam jadikan main sama Di-on dan Dani?
Salma berusaha menjepit HP di antara telinga dan bahu kanannya.
Salma
Jadi sayang, nanti bunda mampir ke rumah bawain cemilan untuk putra kesayangan bunda…
Rafael hanya tersenyum geli mendengar ucapan Salma. Namun saat ia melihat pantulan sosok Salma yang terlihat di HPnya, Rafael terkejut dan langsung membalikkan badannya
Suara yang terdengar tidak asing mengalihkan Salma, sesaat mereka saling bertukar pandang satu sama lain.
Dion
Bunda ndak boleh langgar janji lagi yaa!
Suara Dion mengembalikan fokusnya kembali.
Salma
Bunda janji nanti malam akan datang….
Rafael dengan cepat merebut hpnya dan mematikan panggil itu, ia merasa dirinya telah dikhianati sang pujaan hati. Setelah memutuskan hubungan dengannya, selama bertahun-tahun hilang tanpa kabar. Setelah bertemu kembali, kalimat yang didengarnya begitu tak terduga.
Rafael
Latisha kamu sudah punya anak?
Salma hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut.
Rafael
Kenapa kamu diam saja?
Rafael
Merasa bersalah karena telah menipu ku!
Dengan cepat Rafael mengeluarkan sepucuk surat berisi undangan pernikahan yang dulu diberikan oleh kekasihnya. Surat dan undangan itu selalu dibawa Rafael ke manapun ia pergi.
Undangan pernikahan
Aldian Wahyu Iskandar & Salwa Latisha Utari
Ancaman
Melihat undangan itu, Salmapun mulai memberanikan diri untuk angkat bicara.
Salma
Bukan begitu. Pak Rafael Oliver Kahn!
Salma
Sepertinya Bapak salah orang, nama saya memang Latisha tapi nama depan saya Salma bukan Salwa.
Salma
Saya belum pernah bertemu dengan Bapak sebelumnya, mungkin orang yang Bapak maksud adalah saudari kembar saya.
Rafael
Jadi maksud mu saya salah orang?
Rafael
Bagaimana kamu bisa tau nama lengkap ku?
Salma
Tentu dari profil yang diberikan pak Oliver.
Rafael terdiam sejenak, wajah kesalnya seakan tidak percaya jawaban yang diucapkan Salma.
Rafael
Oh jadi dia sekretaris yang di katakan Papa akan membantuku.
Perlahan ia mengembalikan hpnya, setelah pintu lift terbuka ia pun beranjak pergi meninggalkan Salma seorang diri dengan cepat.
Salma
Lagi pula, apa peduli mu kalau aku punya anak atau tidak.
Rafael yang berada diatap gedung perusahaan, sedang melamun seorang diri memikirkan perkataan Salma padanya. Dengan tingkat kecerdasannya yang tinggi, tentu Rafael tidak mudah percaya dengan ucapan semata.
Rafael
Jika dia mampu menipuku 5 tahun yang lalu, berbohong untuk ke dua kalinya adalah hal mudah baginya.
Ia merogoh HP dari dalam sakunya dan menelepon pria bernama James, pria itu seorang hacker yang tinggal di Jerman. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak kecil.
Rafael
Hello James bisakah kau membantu ku?
James
Tentu kawan. Ada masalah apa?
Rafael
Selidiki latar belakang mereka berdua, dari lahir sampai sekarang!
Rafael
Nanti malam kirimkan detailnya padaku.
Keesokan harinya di hari Minggu. Di sebuah taman luas yang di penuhi rumput kehijauan, di tengahnya terdapat air mancur yang bisa memperindah mata setiap orang yang memandang.
Sebuah keluarga kecil sedang bermain bersama dengan canda tawa terbesit di bibir mereka. Salma sedang duduk beralaskan kain di temani berbagai bekal makanan, dengan senyum kebahagiaan dia memperhatikan dua anak laki-laki yang sedang bermain bola bersama seorang pria.
Pria itu bernama Aldian Wahyu Iskandar. Suami dari Salwa dan Salma, juga ayah dari para bocah laki-laki yang berumur 5 tahun.
Setelah lelah bermain Dani dan Dion berlari menghampiri Salma dan berebut untuk memeluknya.
Sementara Aldian hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka berdua
Rafael yang melihat dari kejauhan, merasa tidak terima dengan kebahagiaan mereka berempat. Dirinya merasa sudah ditipu dan dirugikan oleh Latisha mantan pacarnya.
Rafael
Aku tidak percaya dengan perkataan mu.
Rafael
Jika kau berbohong, aku akan membuat hidupmu menderita!
Salma sedang makan bersama.
suara hpnya berbunyi, menghentikan mereka berempat yang sedang makan siang.
Rafael
Bawakan informasi terkait perusahaan ke rumahku, sekarang!
Salma
Maaf Pak, ini kan hari minggu….
Belum selesai Salma berbicara padanya, pria itu pun langsung membantah.
Rafael
Bawakan sekarang juga.
Rafael
Jika dalam waktu 1 jam kamu belum sampai, lihat saja besok!
Suara memutuskan panggilan
Salma
Aishh… dasar psiko egois!
Kabar duka
Aldian yang mendengar cetusan istrinya merasa khawatir.
Aldian
Adek butuh bantuan?
Salma
Tidak Mas, cuma urusan kantor.
Aldian
Ya sudah, pergilah.
Aldian
Nanti Mas yang bawa Dani dan Dion pulang.
Salma mengangguk tanda setuju, ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Salma tau ancaman yang di ucapkan oleh Rafael bukanlah sekedar gurauan, ia sudah mengenal pria itu selama 2 tahun menjalin hubungan dengannya saat masih kuliah di Jerman. Pria berhati dingin yang tidak mengenal toleransi terhadap orang lain, selain itu Salma tidak ingin Rafael tau rahasia yang di sembunyikannya.
Luka lama yang sudah terkubur rapat, jika terbongkar kebahagiaan kecil yang di milikinya sekarang bisa musnah seketika. Itulah alasan kenapa ia berbohong tentang identitasnya, meski ia sadar kebohongan demi kebohongan akan terus berlanjut untuk menutupi satu kebohongan.
Waktu pun berlalu, Rafael sedang duduk dengan kaki disilangkan di sofa ruang tamu. Salma yang datang sambil berlari membawa tumpukan berkas, terlihat begitu lusuh saat sampai dihadapannya.
Rafael
Kamu terlambat 5 menit!
Rafael
Saya dengar kamu punya riwayat penyakit.
Rafael
Kalau cuma lari semenit saja kamu sudah tidak tahan, lebih baik kamu cari pekerjaan lain saja!
Rafael
karena ini kesalahan pertama kamu, saya kasi keringanan.
Rafael
Bulan depan gaji kamu akan dipotong setengah.
Sudah jatuh tertimpa tangga, rasa kecewa yang dirasakan Salma atas sikap dan perkataan Rafael padanya, membuatnya tak bisa berkata-kata.
Setelah Ia beranjak pergi, Sam datang menghampiri Rafael.
Sam
Tuan muda… kenapa tuan bersikap seperti itu?
Sam
Tuan tau jarak dari tempatnya ke sini memang tidak mungkin untuk datang tepat waktu.
Rafael
Wanita sepertinya memang tidak pantas jadi sekretaris!
(tamatan SMA).
Rafael
Cepat atau lambat pasti bakal keluar sendiri...
Sam
Maaf jika saya terkesan menggurui
Sam
Saya cuma tidak ingin tuan muda menyesal seperti tuan besar.
Sam berusaha menyampaikan pesan dari perkataannya, namun Rafael yang terlalu kesal tak ingin memperpanjang percakapan mereka. Amarah dan kecemburuan yang di pendamnya selama bertahun-tahun lalu, seakan mau meledak seketika. Dia sudah berusaha menahan emosinya demi tidak membuat keributan untuk ayahnya yang sedang sakit.
Malam hari, Rafael duduk di depan layar laptop dan mengecek email yang di kirim oleh James. Dengan raut wajah serius, ia memperhatikan setiap detail informasi yang diberikan.
Salwa Latisha Utari dan Salma Latisha Usha adalah anak kembar identik. Mereka diadopsi dari bayi oleh pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan di panti asuhan harapan. Namun sayangnya orang tua angkat mereka, meninggal ketika mereka berumur 7 tahun karena kecelakaan tabrak lari.
Saat umur 10 tahun Salma pernah di rawat di rumah sakit dengan gejala penyakit kanker darah, sang adik hanya bisa belajar di rumah sampai tingkat sekolah menengah atas. Kesehatannya membaik setelah kemoterapi berulangkali dijalankan.
Sementara sang kakak, Salwa berhasil mendapat beasiswa kuliah di Jerman. Setelah tamat dia menikah dengan pria bernama Aldian Wahyu Iskandar dan meninggal dunia karena dampak pasca operasi persalinan.
Matanya memerah menahan amarah, tangannya mengepal kuat seakan ingin melampiaskan kekesalan yang ia pendam selama bertahun-tahun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!