Alexa memasuki rumahnya tepat siang hari sepulang kuliah. Alexa merupakan mahasiswa semester terakhir yang sebentar lagi skripsi dan baru bisa wisuda. (kalo lancar skripsinya sih, wkwkwk)
Setelah membuka pintu Alexa di kejutkan dengan keberadaan Papanya, yang tumben sekali siang hari begini sudah ada di rumah.
Perlu di ketahui bahwa nama Papa Alexa masuk ke dalam daftar pemilik perusahaan terbesar di kotanya sekarang ini CHARLIE'S CROP tentu saja hal yang mustahil jika siang bolong begini ada di rumah.
Alexa mengerutkan dahinya. Apalagi bukan hanya Papanya, Charlie William Louis yang berada di ruang tamu. Ibunya, Diana dan kakak laki-lakinya yang bernama Anthony juga ada di situ.
"Apa hari ini Alexa melupakan hari spesial?" Alexa menatap penuh tanda tanya.
"Belum sayang, tapi sebentar lagi akan ada hari spesial." Ucap Diana.
Alexa lalu berjalan dan duduk di antara mereka.
Papanya lalu melihat putrinya itu dengan senyuman hangat.
"Alexa... Papa ingin bicara hal penting sama kamu."
"Apa pah?" tanya Alexa penasaran.
"Kamu akan Papa jodohkan dengan anak teman Papa." Charlie tersenyum bangga menatap anaknya.
Di luar tak terlihat ada mendung, angin bahkan gledek. Tapi, Alexa merasa kaget setelah mendengar ucapan Papanya.
"Maksud papa?" tanyanya tak percaya.
"Kamu akan menikah dengan anak teman Papa, Alexa." Hal tersebut membuat Alexa memandang horor ke arah Papanya.
"Nggak pa, nggak! Alexa nggak siap. Alexa masih kuliah masa depan Alexa masih panjang." Alexa menatap Mamanya dengan wajah memohon.
"Turutin Papa kamu sayang, ini demi kebaikan." Ucap Diana sambil mengelus kepala Alexa.
Sumpah demi apapun, hati Alexa benar-benar kesal mendapati kenyataan itu semua. Bahkan tak ada satupun anggota keluarganya yang memihak padanya.
"Nggak! nggak mau! Ini bukan demi kebaikan. Tapi demi perusahaan Papa, kan?" Alexa tersulut emosi dan nada suaranya pun terdengar naik.
"Alexa!" Bentak Charlie membuat Alexa mengerjap,
"ini demi masa depan kamu, bukan demi Perusahaan. Papa mau yang terbaik buat kamu."
Papa Alexa berkata dengan penuh penegasan. Kalo Alexa saja bisa berkata berani seperti itu, apalagi Papanya. Tau sendiri kan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
"Masa depan? bohong! Alexa bisa nentuin masa depan Alexa sendiri, Pa. Dan itu masih panjang perjalanannya. Bukan hanya demi menikah."
"Papa ingin memberikan yang terbaik buat kamu Alexa, kamu jangan jadi pembangkang!" Nada Charlie kini terdengar sangat marah. Anak gadisnya itu memang mewarisi sifat keras kepalanya. Berbeda dengan Anthony yang selaku kakaknya Alexa.
"Kalo begini caranya bukan yang terbaik namanya, Pa. Tapi memaksa!" Alexa memang keras kepala ia tak mau kalah dengan ucapan Papanya sedikitpun.
"Papa nggak suka penolakan, besok malam keluarga teman Papa akan ke sini. Persiapkan diri kamu." Charlie lalu bangkit dari tempat duduknya dan langsung berjalan menuju keluar rumah.
Sebenarnya siang ini Charlie hanya meluangkan waktunya sebentar. Untuk memberikan kabar yang ia sangka akan membuat anaknya bahagia. Tetapi, kenyataanya tidak seperti apa yang ia harapkan.
"Papa Alexa nggak mau!" Teriak Alexa keras. Tetapi, Papanya bahkan tak menoleh sedikitpun.
Alexa yang masih tak terima hanya mampu menatap Mamanya dengan tatapan memohon.
"Nggak apapa sayang... kamu tau sendiri kan, Papa kamu bagaimana sifatnya?" Diana memeluk tubuh Alexa.
"Tapi Alexa nggak mau, Ma, bahkan Alexa saja belum tau sosok anak temen Papa itu seperti apa. Bagaimana bisa mau di jodohkan dengan Alexa?"
"Nggak usah lebay deh, besok juga ketemu kok."
Alexa menatap tajam ke arah suara itu yang tak lain adalah kakaknya, Anthony. Sedangkan Anthony hanya tersenyum meledek tanpa merasa salah bicara sedikitpun.
"Kenapa bukan kakak aja yang di jodohin, Ma? dia kan sudah tua." Alexa menekan kata tua itu sambil melirik kakaknya.
Kata yang berhasil membuat Anthony tersenyum masam. Wajar saja di umur Anthony yang sudah hampir 35 tahun dia belum menikah. Tapi, Papanya tidak pernah menyuruhnya menikah. Bukankah itu terasa tak adil bagi Alexa?
"Kalo anak temen Papa cewek, aku mau aja di jodohin Lex. Tapi, masalahnya ini cowok, kamu tega? Aku belum nikah bukan berarti gay."
"Ck! bisa jadi." Kata Alexa penuh sindiran.
Alexa dan Anthony saling menatap. Anthony memang sudah cukup berumur namun dia masih saja bersifat kekanakan kalo berdebat dengan Alexa.
Alexa pun juga tak pernah mau mengalah dengan kakaknya itu. Ya, begitulah tingkah kakak, adik.
"Sudah... Mama heran deh, padahal Mama kasih jarak kalian itu cukup jauh. Tapi, kenapa kalian ini slalu nggak ada yang mau ngalah, sih?" ucap Diana mencoba menghentikan perdebatan kedua anaknya.
"Kak Anthony tuh, rese!" Kata Alexa kesal.
"Kamu dulu yang mulai, Alexa." Ucap Anthony geram dan terlihat tak mau mengalah. Lalu ia berdiri dan masuk kamar.
Cowok kok suka main kabur-kaburan, ya?
Alexa hanya berdecak sebal melihat kepergian kakaknya. Padahal kakaknya itu sudah tua tapi masih di biarin lajang aja sama Mama dan Papanya. Nggak di suruh nikah atau apalah. Bahkan bekerja pun masih belum bisa pegang saham sendirian.
Padahal kalo Alexa pikir, kakaknya itu cukup tampan. Tentu saja, bahkan Alexa pun juga sangat cantik. Tapi, Alexa sama sekali nggak pernah melihat Anthony membawa pulang seorang wanita.
Tapi, sekali dua kalinya ketemu di jalan pasti selalu wanita yang berbeda yang di ajak kencan Anthony.
Dasar playboy tua!
Alexa lalu masuk ke kamarnya dengan perasaan kesal dan marah. Tapi bagaimanapun, keputusan Papanya nggak mungkin bisa ia lawan dan ia tolak.
Alexa hanya bisa pasrah..
"Awww..." Pekik seorang gadis yang tak sengaja Alexa tabrak.
Alexa segera menghentikan langkahnya guna meminta maaf ke orang tersebut.
"Sorry, gue nggak sengaja." Ucap Alexa meminta maaf.
Wajah gadis tersebut justru malah tersenyum sinis sembari melipat kedua tangannya ke arah Alexa.
"Nggak sengaja? enak banget lo!" Alexa kaget mendengarnya. Dia sudah minta maaf, tapi malah di bentak. Padahal cuma kesenggol nggak ada yang lecet, lebay!
"Kan gue udah minta maaf. Lagian lo gak apapa, kan?"
Mendengar keributan Alexa, membuat kedua temannya yang bernama Keysa dan Mily ikut menghampiri Alexa.
"Kenapa?" Tanya Keysa. Cewek berambut sebahu yang berparas manis itu ke arah Alexa.
"Oh... jadi lo mau main kroyokan." Alexa semakin bingung dengan kelakuan wanita di depannya ini.
Alexa merasa sudah meminta maaf. Tapi kok malah berasa panjang sekali urusannya.
"Gue udah minta maaf, dan gue gak mau ribut." Ucap Alexa geram. Sebelum emosinya muncul ia berniat pergi dengan keduan temannya.
Namun, tiba-tiba gadis tersebut berteriak.
"URUSAN KITA BELUM SELESAI!!" Teriak gadis tersebut sembari menarik lengan Alexa.
"Aw... apaan sih lo!?" Kini Alexa mulai emosi. Ia segera menarik lengannya sekali sentak. Lalu melotot ke arah gadis di depannya.
"Sayang!" Teriak wanita yang membuat jengkel Alexa,
"sini... ada yang rese dan gangguin aku, nih."
Alexa dan kedua temannya saling pandang, mungkin mereka merasa jijik melihat tingkah wanita itu. Tukang ngadu! Bahkan di tengah keramaian seperti ini dia masih bisa teriak-teriak gak jelas. Niatnya Alexa hanya ingin refreshing. Tapi, malah di hadapkan dengan hal tak jelas seperti yang di alaminya saat ini.
Tak lama kemudian seorang cowok berwajah maskulin datang. Cowok itu terlihat tampan walaupun kelihatannya cuek. Dia mendekat ke arah wanita itu. Kedatangan cowok itu mampu membuat Alexa menatapnya hingga beberapa detik.
"What?" Dari perkataannya saja, Alexa dan kedua temannya bisa menebak. Kalo cowok terlihat tak mau berurusan dengan hal sepele yang menimpa ceweknya.
"Ini ada cewek rese sama aku... masa dia berani dorong aku, kan sakit." Ucapnya sambil merangkul lengan cowok itu.
Seketika Alexa merasa ingin muntah saat itu juga.
"Gue gak dorong... Tadi gak sengaja ketabrak doang." Kata Alexa mencoba mejelaskan.
"Terus, udah minta maaf?" Tanya cowok sembari menatap Alexa.
"Ya udahlah, dari tadi malahan." Balas Alexa sewot.
Cowok itu hanya mengangguk lalu membawa ceweknya pergi, tanpa berkata apapun lagi.
"*****! ganteng-ganteng ceweknya gila kayak gitu. Kok bisa ya?"
Alexa memilih tak menanggapi ocehan Mily. Ia segera kembali berjalan untuk mencari tempat duduk.
"Bener Mil, kasihan cowoknya buat gue aja lah." Alexa menaikkan satu alisnya ke arah Keysa. "kayaknya dia udah mateng banget buat di jadiin pasangan." Imbuh Keysa.
Niatnya, malam ini Alexa memilih pergi ke Klub bersama kedua temannya untuk menghilangkan masalah tadi siang.
Tapi jangan salah, walaupun Alexa sering pergi ke Klub. Tapi, dia masih tergolong gadis polos dalam kategori percintaan. Yang bahkan di umurnya yang hampir 23 tahun, dia belum pernah pacaran sama sekali. Alexa tau hal-hal berbau kedewasaan tapi tidak pernah merasakan.
Padahal banyak cowok yang rela antri menjadi pacarnya. Namun tak satupun yang berhasil menarik hatinya. Dan yang Alexa yakin pasti semua cowok itu juga gak ada yang benar-benar tulus mencintainya.
Baginya, pikiran cowok itu pasti hanya sebatas dada dan ************.
Alexa sadar dirinya cantik dengan tinggi badan yang tak terlalu tinggi namun juga tak pendek. Dia juga berasal dari keluarga kaya raya. Bahkan temannya slalu mengatakan bahwa Alexa memiliki ukuran dada yang cukup besar dan pantat yang bulat dan sintal.
Atas dasar itulah yang membuat Alexa berpikir. Kalo sebagian cowok hanya melihat Alexa penuh nafsu saja.
"*****... lo beneran? lo mau di jodohin terus di nikahin?" tanya Keysa kaget.
"Mana bisa lo nikah, lo aja belum pernah pacaran Lex. Experience lo pasti kurang." Imbuh Mily.
Bukanya memberi solusi, tetapi teman Alexa itu malah mengatakan hal yang tak ada sangkut pautnya sama sekali.
"Gue tau... Gue udah nolak! Tapi bokap gue maksa dan gak bisa di ganggu gugat." Ucap Alexa pasrah sambil meminum winenya.
"Cowoknya kayak gimana? ganteng atau jelek?" Alexa menatap Keysa dengan alis berkerut.
"Mana gue tau, Key. Gue aja gak kenal dan belum pernah lihat. Umurnya aja gue gak tau."
"Jangan-jangan udah om-om lagi. Lo bayangin deh, bokap lo aja udah punya anak seumuran kak Anthony. Bisa jadi anak temannya juga seumuran kak Anthony." Kata Keysa.
"Eh... Tapi kalo cakep kayak kak Anthony sih nggak apapa ya. Ibarat beli buah dapat yang matang banget." Ucap Mily menanggapi perkataan Keysa lalu mereka tertawa bersama.
"Iya, Mil. Apalagi kalo kayak cowok yang tadi. Gue mau banget." Keysa dan Mily kembali tertawa.
"Kalo kalian begitu terus yang ada gue malah tambah pusing. Bukan nenangin, malah bikin tambah kesal." Gerutu Alexa sambil menyesap wine nya lagi.
##
Siang ini adalah hari libur. Dan Alexa di paksa di rumah untuk persiapan nanti malam.
Alexa yang sejak tadi hanya di kamar merasa bosan, lalu ia segera keluar kamar dan berharap menemui Anthony di kamarnya.
"Kak..." Kata Alexa di ambang pintu kamar Anthony. Setelah dia tau kalo kakaknya ada di rumah dan sedang asyik bermain game di kamarnya.
"Hm..."
"Kira-kira kakak bisa bantuin Alex kabur, gak?"
Alexa berjalan mendekati Anthony.
"Ngomong apa sih? Omonganmu barusan udah kamu pikir matang-matang, apa belum?" Anthony masih sibuk dengan gamenya.
"Ish, beneran. Habisnya Papa nggak mau denger pendapatku. Kenapa harus di jodohin? Bahkan aku malah nggak tau kalo hal semacam ini masih ada di jaman sekarang."
"Ck!" Decak Anthony. Mendengar celoteh Alexa membuat ia kalah di gamenya. Lalu Anthony menatap Alexa.
"Mungkin sekarang kamu belum bisa menerima. Tapi, mungkin nanti kamu akan sadar kalo ini itu pilihan yang tepat."
Ucapan Anthony kali ini benar-benar menunjukkan sikap kedewasaannya. Yang bahkan jarang sekali Alexa dengar.
"Nggak mungkin!" Sela Alexa cepat.
"Eh... BTW, kakak tau dia kayak apa?"
Anthony terlihat menerawang sambil mengusap dagunya yang sudah di tumbuhi bulu halus tersebut.
"Setahu Kakak, dia umurnya gak beda jauh dari kakak. Tapi kalo wajah gak tau. Belum pernah ketemu, Kata Papa dia ada di London dan baru pulang baru-baru ini."
"Ish! gak asyik ah. Masa aku nanti nikah sama om-om."
"Siapa yang kamu bilang om-om?" Anthony menaikkan satu alisnya ke arah Alexa.
"Ya, kalo umurnya gak beda dari kakak. Berarti kan dia om-om." Alexa menjulurkan lidahnya ke arah Anthony dan langsung beranjak keluar sebelum kena balasan dari kakaknya.
"Alexaa!" Teriakan nyaring Anthony berhasil membuat Alexa tertawa dari luar kamar Anthony.
Adik sama kakak sama-sama rese. Tapi, Alexa sayang lho sama kakaknya itu. Soalnya, setiap ada masalah Anthony selalu menasehati dan memberi jalan keluar pada Alexa. Pokoknya Anthony itu kakak yang pengertian dan ter the best bagi Alexa. Tapi, untuk masalah ini mungkin memang nggak ada yang bisa menentang.
Malam ini Alexa mengenakan balutan dress berwarna pink yang panjangnya hanya selutut. Modelnya yang open shoulder, tentu saja membuat bahu putih dan mulus Alexa terekspos. Ia duduk bersama kedua orang tuanya, menunggu kedatangan tamu yang di anggap spesial bagi Papanya.
"Kak... aku gak bisa senyum." Bisik Alexa pada Anthony yang duduk di sebelahnya.
"Kenapa memangnya? Tinggal senyum doang, harus di ajarin." Sahut Anthony sambil terkekeh. Alexa hanya memukul lengan kakaknya itu yang memang slalu rese.
Beberapa menit kemudian terdengar suara bel rumahnya berbunyi. Asisten rumah tangga keluarga Alexa langsung bergegas membuka pintu dan menyambut kedatangan teman Papa Alexa.
"Henry, Maria... silahkan masuk." Ucap Papa Alexa menyambut kedatangan temannya.
Mereka saling berjabat tangan lalu mulai berjalan masuk ke ruang tengah rumah Alexa.
Pria dan wanita paruh baya yang bernama Henry dan Maria itu, terlihat masih tampak tampan dan cantik di usia mereka saat ini. Apalagi Maria terlihat sangat keibuan dan elegant sekali.
Dan ternyata teman Papa Alexa adalah Henry Michael Douglas pemilik perusahaan dan saham terbesar di negara ini. Bahkan sampai ke berbagai negara.
"Diana, ini anak kamu? Cantik sekali persis seperti Mamanya." Ucap Maria sembari tersenyum ke arah Diana.
"Wah... terimakasih. Ini namannya Alexa dan ini Anthony." Balas Diana memperkenalkan kedua anaknya.
"Anthony jangan iri ya? Karena di duluin sama adiknya." Kata Maria sembari terkekeh.
"Nggak apa-apa, Om, Tante. Yang penting adik saya bisa memberi pelangkah yang saya minta." Alexa mendengus ke arah kakaknya. Ingin sekali Alexa mencubit kakaknya yang sama sekali tak membantunya itu.
Setelah berbincang sebentar, mereka lalu beranjak ke meja makan. Di sela aktifitas mereka, tiba-tiba datang seorang pria yang wajahnya terlihat tak asing bagi Alexa. Dia tampan dan maskulin dengan bulu halus tipis yang menghias wajahnya. Pria tersebut tersenyum tipis serta menyalami yang ada di ruang makan satu persatu.
Untuk beberapa saat Alexa dan pria tersebut saling pandang saat tangan mereka berjabat.
"Ini Nicholas, anak saya. Nich, itu Alexa yang mau Papa jodohkan sama kamu." Ucap Henry memperkenalkan anaknya yang ternyata bernama Nicholas. "Gimana, cantik kan?"
Alexa hanya tersenyum simpul tanpa memandang ke arah mereka.
Setelah selesai acara makan. Lalu acara di lanjut ke ruang keluarga, di sana Charlie dan Henry berniat membahas masalah pertunangan dan pernikahan kedua anaknya. Namun, tiba-tiba Anthony harus pamit karena ada urusan bisnis.
Sedangkan Alexa dan Nicholas, mereka di paksa untuk mengobrol berdua di taman belakang. Supaya lebih mengenal satu sama lain. Alexa pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia akan berusaha berbicara masalah perjodohan ini pada Nicholas.
Sampai di taman belakang rumahnya Alexa langsung saja memulai pembicaraan. tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Kamu bukanya pacar dari cewek yang ngajak ribut aku di Klub kemarin, kan?" Nicholas tampak mengingat-ingat kejadian yang di bicarakan Alexa.
"Dengar... Jujur saja, aku gak setuju dengan perjodohan ini. Apalagi aku masih kuliah, dan masa depan ku itu masih panjang." Nicholas tampak cuek mendengarkan ocehan Alexa sambil mengambil rokok yang ada di sakunya.
"Terus, kamu kan juga sudah punya pacar kenapa kamu gak kenalin pacar kamu itu ke orang tua mu? Harusnya kamu itu nikah sama pacar kamu itu. Perjuangin hubungan kalian. Kasihan kan pacar kamu?"
Nicholas masih tetap cuek sambil menikmati rokoknya.
"Dia harus menanggung sakit hati akibat perjodohan yang bahkan gak kita harapkan ini. Aku juga perempuan dan aku tau perasaannya."
Alexa sedikit melebihkan ucapannya supaya cowok jangkung yang berdiri di depannya itu setuju dengan ucapan Alexa.
Nicholas lalu menghisap rokoknya dalam lalu menghembuskan asapnya ke langit.
"Siapa tadi nama kamu?"
"Alexa."
"Ok, Alexa. Awalnya memang aku juga tak menyetujui perjodohan ini, tapi..." Nicholas kembali menghisap rokoknya.
"Setelah kita bertemu, aku rasa... aku harus membuang jauh pikiran itu." Lanjutnya sambil tersenyum.
"Apaan sih! kamu itu udah punya pacar, ingat dong!". Alexa di buat bingung dengan sikap Nicholas yang terlihat sangat santai dan cuek itu.
Bisa-bisanya cowok tersebut berkata seperti itu ke Alexa.
"Papaku nggak menyukai wanita seperti dia."
"Dia pacar kamu! Terus kamu gak berusaha perjuangin hubungan kalian." Mendengar ucapan Alexa malah membuat Nicholas tertawa. Dan Alexa tentu saja semakin heran. Nicholas terlihat santai sekali membicarakan masalah tersebut.
"Buat apa, Alexa?" Tanya Nicholas yang masih terkekeh.
"Kamu itu benar-benar~" Ucapan Alexa terpaksa harus terhenti ketika mendengar suara Diana memanggilnya. Dan menyuruh mereka berdua untuk masuk ke ruang keluarga.
Alexa masih geram dengan tingkah Nicholas. Kenapa dia bisa sesantai itu? Padahal, awalnya Alexa berharap dia bisa membantu dan mendukung keputusannya. Tapi ternyata salah besar.
"Alexa, Nicholas... Kami sudah mendiskusikan pertunangan kalian yang akan di adakan minggu depan. Dan di lanjut dengan pernikahan kalian untuk, bulan depan."
Ujar Charlie menatap anak gadisnya dan juga Nicholas.
Alexa hanya bisa membulatkan matanya menahan kekesalan yang menumpuk di dadanya saat ini. Berbeda dengan Nicholas, cowok itu justru terlihat biasa saja mendengar ucapan Papa Alexa.
Setelah di rasa tak ada lagi yang ingin mereka bicarakan lalu keluarga Henry pamit pulang.
Setelah kepulangan mereka barulah Alexa meluapkan kekesalannya
"Pa, Ma! kenapa harus secepat itu sih? Kalian tau kan Alexa masih kuliah bahkan belum wisuda. Bahkan Alexa saja baru kenal anak teman Papa baru saja. Bagaimana bisa Alexa langsung menikah dengan dia?!" Ucap Alexa penuh emosi.
"Memangnya kenapa? yang sudah menikah terus kuliah juga banyak kok." Alexa merasa salah bicara dengan Papanya itu. Jawaban Papanya memang benar. Tapi, Alexa nggak boleh kalah.
"Tapi kan Alexa mau fokus kuliah dulu, Pa. Kalo harus menikah dan mengurus rumah tangga Alexa belum siap." Rengek Alexa.
"Alexa... kamu bukan lagi anak kecil, yang seharusnya kamu sudah tahu cara menghormati keputusan Papa. Bukan jadi pembangkang seperti ini." Ujar Charlie dengan nada meninggi.
"Tapi kali ini Alexa mohon, Pa. Papa dengerin pendapat Alexa." Sahut Alexa dengan nada tinggi pula. Alexa memang sangat keras kepala seperti Papanya. Dan Charlie sadar betul itu. "Alexa mohon." Ucap Alexa mulai melemah.
"Pokoknya keputusan ini harus kamu terima! Dan Papa nggak mau ada penolakan." Charlie lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Diana yang sejak tadi hanya diam kini mendekati Alexa dan memeluk tubuh anak gadisnya. Air mata Alexa mengalir begitu saja, ia merasa selalu menjadi anak yang penurut. Tetapi kenapa ia masih tetap harus di paksa?
"Sudah, nggak apa-apa. Sekarang dengerin Mama... Keluarga Henry dan Maria itu baik, sayang. Mama dan Papa kenal dari dulu. Pasti Nicholas juga sama seperti mereka. Papa dan Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu." Ucap Diana mencoba menenangkan Alexa.
"Yang terbaik kata Mama?! Ini itu memaksa namanya, Ma. Alexa gak mau!"
"Alexa, Mama kasih tahu... Sesuatu yang belum pernah di jalani itu memang pasti terasa berat. Tapi, seiring berjalamnya waktu kamu akan bisa merimanya. Kamu percaya deh sama Mama." Diana mengelus lembut lengan Alexa.
Alexa yang masih tertutup emosi memilih untuk langsung masuk ke kamarnya tanpa menjawab perkataan dari Mamanya.
Alexandria Valeria Louis
Nicholas Imanuel Douglas
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!