ALEA CARLLOTAFISYA
Cewek cantik urutan kedua di sekolah, SMA Tunas Bangsa. Apa adanya, cerdas tapi lebih suka bermalas malasan. Dia ikut gabung OSIS atas dasar paksaan dari temannya.
Dia inilah, cewek yang selalu mengeluh karena satu kelas dengan Arya. Cowok tampan nomor satu di sekolah.
-
DAVIDSON ARYAWIGUNA
Cowok tampan super cool yang selalu mendapat perlakuan judes dari Alea.
Ia mendapat berbagai julukan disekolah, salah satunya adalah 'Good boys SMA' sedangkan Alea memberinya julukan 'Kutu Buku'.
Dan yang menambah fans nya semakin banyak, adalah ia yang menjadi kapten basket
sekolah.
Sebut saja dia. Idola para wanita.
MICELLE HANINDYA
Wakil ketua OSIS yang tegas, wanita yang selalu menyebut dirinya. Siswi teladan.
Btw, dialah cewe cantik nomor satu di sekolah.
Ratu kecantikan.
GUNTUR STEVANO
Ketua OSIS.
Ganteng, dewasa dan murah senyum.
BAGAS ABRAHAM
Ketua kelas, kelas unggulan 2 (12 Fisika 2)
Kawan solid Arya. Anggota tim basket, cowok blesteran ini juga cukup digandrungi oleh para cewek di sekolah.
SATRIA GEOFATA
Cowok tampan anak Pemilik Yayasan Tunas Bangsa, anggota geng motor, angkuh dan calon rival Arya dalan menaklukan hati seorang gadis cantik.
LUZI ERLANGGA
Sahabat dekat, Alea.
ERIN DERINA
Sahabat dekat, Alea.
Orang, yang maksa Alea gabung OSIS.
-
Ini cerita baru aku:")
Karena jiwaku-jiwa remaja, kebanyakan novel yang aku bikin tuh emang genrenya anak sekolahan, dan salah satunya yang aku publish adalah ini, kisah Alea dengan Arya. Hehe, semoga suka yah.
Tinggalkan jejak untuk like dan komentnya ya.❤
Aku menunggu tanggapan kalian:")
Salam sayang.
Evayulian.
Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi keluarga Alea melaju dengan mulus menuju sekolah SMA Tunas Bangsa. Yah, ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah ujian kenaikan kelas. Sial memang, saat Gita, mama Alea menyita mobilnya dalam waktu yang tidak ditentukan, sehingga Alea harus pasrah diantar jemput sopir selama masa hukuman tersebut masih berlaku.
"Yampun Pak, ada apa sih?" gerutu Alea saat mobilnya tiba-tiba saja berhenti dengan mendadak, hingga membuat tubuh Alea terhuyung kedepan dan membentur kursi kemudi.
"Maaf non."
Alea memandang ke depan, ia melihat dihadapan mobilnya seorang pemuda tengah duduk diatas motor trail tinggi kawasaki Klx 250 berwarna hitam.
Kemudian cepat Alea turun dari mobilnya, saat tau siapa pemilik motor tersebut.
"Heh, loe nggak punya mata?" semprot Alea dengan suara nyaring dan ekspresi wajahnya yang begitu judes.
Sedangkan Arya, pemilik motor itu sama sekali tak menggubris, ia dengan begitu saja memakai helmnya dan siap menghidupkan mesin motor.
"Wey, gue—" belum selesai Alea memaki, Arya sudah menghidupkan motornya begitu saja dan kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Alea yang beringsut dengan nafasnya yang naik turun.
Alea kembali masuk ke mobilnya.
"Jalan Pak!" perintahnya.
Mobil melaju, meninggalkan jalanan kompleks yang sepi itu dengan Alea yang merasa masih dendam pada Arya.
Selalu dendam.
*
"Alea!"
Alea yang sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas lantas menengok kebelakang saat seseorang memanggilnya. Tak lama setelah itu, dua kawannya datang menghampiri Alea dan memeluk Alea berbarengan.
"Alea, gue kangen." decak Luzi dengan wajah polosnya sambil menggoyang goyangkan tubuh Alea.
"Kangen pala lu, kemarin kita ketemu jalan jalan dan balik malem,"
"Mobil gue disita sama nyokap!" sahut Alea yang membuat Luzi langsung melepas pelukannya, sedangkan Erin hanya melongo dan perlahan juga melepaskan pelukannya.
Luzi, dia ini gadis ceria yang manja. Polos dan terkesan tulalit, pecinta K-Pop dan Drakor. Fans sejati Park Chanyeol.
"Eh, serius?"
"Loe pikir gue bercanda?"
"Terus tadi loe sekolah sama siapa?" tanyanya, sedangkan Erin nampak masih menjadi pengamat.
"Dianter sopir!" Alea menyahut malas.
"Kalian maen nggak ngajak gue nih?" Erin melipat tangannya di dada.
Alea hanya menggaruk tengkuknya. Sejujurnya ia ingin mengajak Erin, tapi sayangnya anak itu terlalu disiplin, sehingga Alea memutuskan untuk mengajak Luzi saja kemarin.
Bukannya tidak solid, hanya saja Alea merasa Erin lebih asik jika diajak mengobrol daripada kelayapan.
"Enggak asik ah, kalian!" rutuknya.
Gadis kalem yang cerdas dan aktif dibidang OSIS itu menggerutu, jangan lupa jika karena dirinyalah Alea terpaksa harus menjadi Skretaris OSIS.
"Ntar kita jalan lagi deh, yah." Luzi membujuk, Alea juga mengangguk, meyakinkan sahabatnya itu. Untunglah Erin bukanlah tipe orang yang lama jika marah, dia mudah di bujuk, meski kadang susah juga sih.
"Ini kalian pada mau kemana?" tanya Alea kemudian.
"Fotocopy depan sekolah." Erin menyahut.
Alea hanya mengangguk dengan mulut yang membentuk huruf O.
"Mau ikut Al?"
"Ogah ah, mau ke kelas aja!"
"Tadi gue ngeliat Micelle di ujung koridor, males lah." sambungnya dengan ekspresi jijik.
Yah, Micele Hanindya. Anak kelas unggulan pertama, 12 Fisika 1. Cewek cantik urutan pertama di sekolah. Wakil ketua OSIS, leader chir'Leaders, juara kelas, disiplin dan Alea dengar dia suka dengan Arya.
"Oh, ayolah Al. Dia mah nggak ada apa- apanya dibanding loe, lagian tahun kemaren juga kan saat ada kontes kecantikan salah loe milih foto loe yang kumel" oceh Luzi dengan suara nyaring.
"Hellow, sorry yah. Yang daftarin nama gue di ajang kontes kecantikam siapa?" tanya Alea sambil mengibaskan tangannya dihadapan Luzi, membuat cewek berambut pirang itu nyengir kuda saja padanya.
"Cukup! Cukup!" Erin menengahi.
"Gini aja mendingan. Alea, loe ke kelas aja duluan, biar gue sama Luzi yang ke potocopy depan. Oke?"
Alea mengangguk manis, lalu berjalan begitu saja sambil mengibaskan rambutnya yang sebagian di cat berwarna biru tua itu, menuju kelas mereka.
"Dia nggak tau, kalo di kelas cuma ada Arya." sahut Luzi sambil cekikikan, dan ia dengan riangnya malah berhigh five ria bersama Erin sebelum melangkah menuju tempat tujuannya.
*
*
Alea hanya berdiri diambang pintu saat melihat Arya yang sudah duduk di bangkunya dan sedang membaca buku. Hanya sendiri, bahkan setan saja tidak mau dekat-dekat dengan dia.
"Dasar kutu buku!" decak Alea.
Percayalah, dulu setelah lulus SMP Alea pernah memohon pada Tuhan agar tidak harus satu kelas dengan Arya, bahkan jika bisa tidak perlu satu sekolah.
Tapi ternyata kenyataan jauh lebih menyakitkan baginya, saat Alea tau Arya mendaftarkan diri di sekolah yang sama dengannya. Awalnya Alea merasa tenang tenang saja dan berasumsi jika dirinya tidak mungkin satu kelas dengan Arya.
Dan untuk kedua kalinya, kenyataan pahit menampar Alea dengan begitu kerasnya saat pagi-pagi ia datang ke kelas dan mendapati bangku Arya tepat berada di sebelahnya.
Dua tahun duduk di SMA dalam bayang-bayang gangguan Arya cukup membuat Alea merasa tidak tenang menikmati masa remaja.
Ayolah! Masa SMA-nya sebagai remaja harus berjalan sesuai dengan ekspetasi-nya. Jangan sampai Arya merusaknya begitu saja.
"Arya! Loe sengaja ngikutin gue ya? Loe sengaja mau ganggu gue? Loe mau ngancurin masa SMA gue kan? Dasar jahat!"
Itulah makian Alea pada Arya dua tahun lalu saat ia mengetahui fakta bahwa dirinya harus satu kelas dengan Arya. Sialnya, dalam smester selanjutnya kelas tetaplah begitu, tidak ada pembagian kelas lagi yang membuat Alea ingin berkata kasar rasanya. Karena ia harus menghabiskan masa SMA selama tiga tahun, dalam kelas yang sama dengan Arya.
Tapi sekeras apapun Alea menghindar, Arya selalu saja tepat berada di sampingnya. Bahkan ia seperti bayangan Alea.
Dan Alea tidak bisa menghindar.
*
*
Dengan langkah santai, Alea berjalan menuju kursinya dan duduk disana. Sesekali ia memandang Arya yang sedang membaca buku dengan ekspresi datar.
Beberapa menit kemudian.
"Ngapain ngeliatin?" tanya Arya, lalu memandang Alea.
Alea menggeser kursinya, mendekat pada Arya kemudian malah menyangga dagunya diatas meja pemuda itu.
"Loe gugup?" tanya Alea, lalu tersenyum.
Arya menggeleng.
Dan tiba-tiba saja Alea malah menggebrak meja Arya, sedikit membuat Arya terlonjak karena kaget.
"Terserah gue dong, mata-mata gue. Emangnya kenapa, ada masalah?" sahut Alea dengan nada bicara yang tinggi. Sedangkan Arya hanya memegang kepalanya yang mulai pusing, kemudian memejamkan mata untuk beberapa saat.
"Berisik!" ucap Arya bagai pada dirinya sendiri.
"Loe ngomong apa, gue nggak denger?"
"Loe berisik!"
"Hak gue dong, mulut mulut gue kok. Yang penting gue seneng, you know?"
"Terserah!" pasrah Arya.
"Bodo amat!"
"Gue nggak denger!"
"Beruang kutub, kutu buku, kulkas, brengsek, jahat!" sahut Alea sambil berteriak.
Suaranya yang melengking memenuhi semua sudut ruang kelas itu cukup membuat sebagian para siswa yang sudah datang menutup kuping mereka.
"Stop! Stop! Stop!" Bagas yang sedang nongkrong di luar langsung menerobos masuk saat mendengar suara Alea yang menggelegar.
"Pagi-pagi gini udah pada ribut aja kalian berdua. Pada ngeributin apaan sih?" tanya sang ketua kelas dengan suara so berwibawanya.
"Tanya tuh, temen loe yang so ganteng itu!" sahut Alea yang kemudian berlalu pergi keluar, tapi sebelum itu, ia sempat menjatuhkan buku-buku Arya di atas meja.
Bagas memungutinya.
"Ada apaan sih Ar? Ribut mulu perasaan."
"Nggak usah heran, dia kan emang kayak gitu!" Arya menyahut santai.
Yah, untunglah Arya bukan tipikal orang yang mudah tersulut emosi. Jika saja dia orang yang seperti itu, maka mungkin Alea tidak akan hidup sekarang. Atau minimal dia kapok mengganggu Arya.
Karena, Arya pasti akan memberikan hukuman padanya.
Tapi, sepertinya Arya juga memiliki alasan tertentu mengapa dia tidak melakukan hal tersebut pada Alea.
TBC
Alea duduk di gedung belakang sekolah, di bawah pohon besar. Dia hanya sendiri, tapi terlihat sedang berkomat-kamit berbicara, entahlah dengan siapa, atau sedang memaki siapa.
"Harus banget yah, di dunia ini tuh ada iblis yang so tampan kaya si Beruang kutub itu?" rutuknya sambil menopang dagu.
"Bete kan gue, Arya emang paling bisa ngerusak mood gue, pagi-pagi kayak gini" makinya lagi yang terus menerus mengutuki Arya.
Ia merenung sebentar. Kemudian, seperti ada sebuah bohlam lampu yang menyala di atas kepalanya, Alea tersenyum dan kembali ke kelas. Kelas akan di mulai sekitar
sepuluh menit lagi, tapi ia kembali bukan untuk itu.
Alea masuk ke kelasnya dan mengambil tas, kemudian pergi lagi keluar. Berjalan dengan santainya ke arah gerbang.
"Pak Mamat." sahutnya sambil mengedip- ngedipkannya mata dengan manis.
Setelah mati-matian merayu Pak Mamat, satpam sekolah, akhirnya Alea bisa melewati gerbang untuk keluar, ia sudah menelpon sopirnya untuk segera datang menjemput.
Sopir Alea memang cekatan, mobil hitam itu sudah stay di pinggir jalan.
Baru Alea hendak masuk ke mobilnya, tiba-tiba saja seseorang malah menutup pintu mobil Alea.
"Isshh."
Alea langsung pasang wajah bringsut, dan melipat tangannya di dada.
"Mau kemana?"
"None of your business!"
"Loe nggak bisa bolos!"
"Kenapa nggak bisa? Gue bisa lakuin apapun yang gue mau. Emangnya loe siapa? Ada hak apa ngelarang larang gue?" semprot Alea, panjang lebar.
Tak menggubris cerocosan Alea, justru orang itu malah menyuruh sopir Alea untuk pergi. Dan anehnya, sopir Alea menurut. Seketika saja langsung melajukan mobilnya dan meninggalkan Alea yang tengah menganga di tempatnya.
"ARYA! Loe emang nggak bisa ya, sehari aja nggak bikin gue kesel? Nggak bisa?!"
"Gue pusing tau nggak sih, pengen pulang!" ocehnya dengan suara melengking.
"Loe pikir ini sekolahan milik nenek moyang loe? Jadi loe bisa dateng dan pulang seenak loe aja, gitu?" Arya menyahut dengan datar.
"Iya!"
"ALEA!"
"Iya Arya, *S*ayang. Kenapa?"
Arya menghela nafasnya dengan kasar.
"Loe bisa serius sedikit nggak sih?" tanya Arya dengan lemah.
"Beruang Kutub, loe bisa nggak sih kalo nggak usah serius-serius amat? Kaku!"
"Nggak bisa!"
"Oke, jadi mau loe sekarang apa?" tanya Alea dengan sewot.
Arya tak menyahut. Dia menarik tangan Alea begitu saja dan menyeretnya menuju kelas, tanpa keduanya tau, jika Micelle melihat hal itu dari jarak jauh dan langsung menggerutu.
"Sejak kapan sih, Arya sama si Alea itu akrab? Pake pegangan tangan segala lagi!"
*
Kelas sudah dimulai. Pak Badru, Guru Bahasa Indonesia yang super killer sudah selesai menuliskan bahan pelajaran di papan tulis.
"Arya! Alea! Kalian terlambat?" tanya Pak Badru yang galak dan sedikit konyol itu.
"Iya, Bapak kan udah liat sendiri. Masa pake nanya segala!" racau Alea dengan suara kecil. Pak Badru nampak hanya menyipitkan matanya saja.
Sedangkan anak-anak yang lain sedang sibuk menyalin tulisan di papan tulis yang terlihat persis seperti sejarah Perang Baratayudha, panjang bener dah.
"Bapak mau ngeluarin saya? Oke, dengan senang hati." sahut Alea dengan anggun sambil memutar tubuhnya hendak keluar.
"Tidak Pak, kami minta maaf. Kami terlambat." Arya angkat bicara yang membuat Alea menghentikan langkahnya tanpa mau berbalik badan.
"Baik, kalian silahkan duduk!" sahut Pak Badru yang membuat Alea dengan cepat memutar tubuhnya lagi.
"Loh Pak, bukannya aturannya yang terlambat tidak boleh mengikuti pelajaran!"
"Kok, Bapak nggak konsisten gitu sih." Gerutunya.
"Mood saya sedang baik hari ini." sahutnya yang membuat Alea geleng-geleng kepala, tidak percaya.
"Pak—"
"Kamu duduk sekarang Alea, jangan mengganggu yang lain." teriak Pak Badru yang membuat Alea ngibrit menyusul Arya yang sudah duduk di kursinya.
Alea menghela nafas, kemudian menoleh pada Arya dengan geram, yang sudah memaksanya harus kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran membosankan Pak Badru.
"Awas loe!" Ancamnya pada Arya sambil melempar penanya pada pemuda itu.
Arya hanya menoleh, lalu memungut pena berwarna biru itu dan menyimpannya di saku alamamternya.
Alea melotot.
"Enak aja! Balikin!" sahutnya dengan pelan sambil menyodorkan tangannya pada Arya.
"Gue juga mau nulis!" sambungnya setelah Arya menyerahkan pena miliknya itu.
Arya tak menyahut, ia justru malah sibuk menyalin tanpa memperdulikan gerutuan Alea.
*
"Apa apaan sih ini. Ngapain coba ngasih PR segitu banyaknya?"
Alea menggerutu saat jam pelajaran berakhir, Pak Badru sudah keluar setelah ia memberikan beberapa tugas pada mereka.
Alea memiringkan duduknya menghadap pada Arya yang nampak anteng anteng saja itu.
"Arya. Ini gara gara loe ya, gue jadi menderita!" Protes Alea dengan tatapan tajamnya.
Arya yang sudah memasukan buku tulis miliknya lantas menoleh.
"Terus loe mau apa?" tanya Arya, pemuda itu selalu nampak kalem dan tenang saat berhadapan dengan seorang Alea.
"Loe harus ngerjain PR gue!"
Alea bangkit, lalu menyerahkan bukunya dengan paksa pada Arya. Kemudian pergi ke luar untuk menyusul Erin dan Luzi yang sudah keluar duluan menuju kantin.
Sedangkan Arya hanya menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya, lalu menatap buku Alea yang berada ditangannya. Ia sudah terlalu sering mengerjakan PR gadis itu.
Anehnya, Arya selalu tidak bisa menolak.
*
*
Alea mengobrol dan tertawa dengan kawan kawannya di kantin, duduk ditempat yang biasa mereka tempati.
"Al, Al, loe mau kapan akurnya sih sama Arya?" tanya Erin, mengalihkan pembicaraan.
Alea yang sedang mengunyah biskuit cepat melegut jus alpukatnya.
"Enggak akan!" sahutnya kemudian dengan cepat.
"Ngaco loe Al, Arya ganteng tau. Jadiin gacoan aja sih." Luzi ikut menimbrung.
"Mata kalian rabun!"
"Mata loe tuh yang minus!"
"Enak aja!"
"Lagian, udah bagus mending pacaran sama Arya. Ini malah musuhan terus."
"Males gue pacaran sama si Arya. Guenya udah jadian sama Sehun." sahut Alea dengan kalem.
Yah, diam-diam gadis itu memang mengidolakan member EXO yang menurutnya paling tampan itu. Oh Se-hun. Evil Maknae yang membuatnya jatuh hati.
"Ngayal aja!" semprot Luzi.
"Hak gue ya, Luz, enggak usah nyela deh!"
"Terserah neng aja lah!"
"Sialan loe!" Alea melempar sepotong biskuit pada Luzi.
"Eh Al, pulang sekolah nanti kita ada rapat OSIS." sahut Erin, mengingatkan.
Alea seketika langsung lemas ditempatnya.
"Males lah gue." sahutnya dengan wajah memelas.
"Al,"
"Loe sih pake acara nyeret gue ke Organisasi begituan. Sialnya gue malah kepilih dan lulus sleksi." rutuknya.
"Artinya loe emang layak Al."
"Iya deh iya. Nanti gue minta Arya buat nungguin gue pas pulang," sahutnya dengan santai.
Kebetulan, rumah Alea dengan Arya memang berhadapan. Sial, 'kan? Saat di segala penjuru dunia, setiap waktu Alea harus berjumpa dengan Arya.
"Dasar loe ya, giliran ada butuhnya aja. Pasti langsung ke Arya!" semprot Luzi sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan Alea hanya tertawa saja.
Tapi percayalah, Arya selalu bisa di pintai tolong. Seperti apa yang sudah Arya katakan, ia tidak pernah bisa menolak keinginan Alea.
Baginya, Alea seperti tuan putri, yang segala keinginannya harus di turuti.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!