NovelToon NovelToon

HAUQALAH CINTA

Mazna Insyiroh Khoirunnisa

Mohon dukungannya dengan cara follow, vote dan komen

Terimakasih ^_^

🍁Hauqalah Cinta🍁

@cide1587

Dibawah sinar senja yang perlahan meredup kemudian gelap. Saat kapal segera kembali di pelabuhannya. Orang-orang menutup pintu dan jendelanya rapat rapat. Perlahan gelap mulai turun menyelimuti langit. Bumi tak berkata, seraya mengajak Umat manusia untuk bersujud, bersimpuh pada yang maha Kuasa.

iupan angin semakin berhembus, tanah kering yang mulai tergores saat langit mengirim rintik hujan ke bumi. Tiada yang indah memang malam ini, walau begitu Semesta tak boleh begitu saja meninggalkan Tasbih.

Didalam kereta, terlihat seorang Wanita cantik berseri dengan balutan gamis syar'i berwarna hitam, kerudung berwarna senada yang terurai begitu Saja. bersama dengan Jemari lentiknya, gadis itu tidak berhenti bershalawat dengan khidmat. Sesekali ia menatap ke arah jendela yang kian lembab.

Mazna Insyiroh Khoerusnnisa biasa dipanggil Mazna. Alhamdulillah, tahun ini adalah tahun dimana dia telah menyelesaikan S2 nya di Universitas ternama Kota Bandung. Kini dia menjadi dosen di salah satu kampus Islam Negeri. Saat ini, dia sedang dalam perjalanan pulang seorang diri menuju Rumah tercinta.

Tiba-tiba suara ponsel membuyarkan pandangannya.

"Assalamualaikum Aby" Ucapnya dengan segera ia menggeser tombol berwarna hijau.

"Waalaikum salam, jadi pulang nak?"

"Insya Allah Aby.. Mazna sudah turun kereta Argo Parahyangan, ini sudah naik KRL, sebentar lagi sampai" lanjut Mazna.

"Alhamdulillah... Hati hati ya.. "

Dibawah rintik hujan, ia selalu berharap keajaiban akan perjodohan orang tuanya ini dibatalkan. Jika saja ia bisa menolak, mungkin keajaiban tak perlu dinantikan.

Iya. dia adalah seorang putri yang penurut, dia tidak bisa menolak jika Aby dan Umy nya yang meminta.

Mazna, kecantikan yang hakiki. Dia adalah seorang wanita cerdas dan Akhlaknyapun tak bercela. Ikhwan mana yang tak tertarik padanya? Saat ayat suci Alquran ia lantunkan dengan fasih dan merdu. Dan saat menyampaikan siraman rohani pun ia selalu berhasil menyejukkan hati.

Namun, sejak Usia Aliyah Mazna sudah menutup diri menjaga semua yang menjadi impiannya. Hingga perlahan hatinya terlalu percaya takdir. Dan tak pernah berikhtiar untuk mendapatkan apa yang ia harapkan.

Inilah penyebab orang tua Mazna Khawatir, dia seperti tidak menginginkan pernikahan. Di usianya yang sudah menginjak usia 27 thn, belum ada satu nama Ikhwan pun yang keluar dari lisannya.

Disaat peraturan keluarga besar maksimal Menikah wanita adalah 25 tahun, kini Mazna melaluinya begitu saja. Dia tidak ada hati untuk melirik dan menyapa Ikhwan lain, walaupun bukan hanya satu atau dua Ikhwan yang datang melamarnya.

"Mazna... Kamu tak apa apa nak?" Tanya pak Ahmad Syafi'i. Ayahnya, beliau merasa iba dengan sikapnya yang sedikit memaksa tentang menyegerakan pernikahan satu satunya putrinya itu.

"Iya Aby. Tak udah khawatir, Mazna baik baik aja " ucapnya menenangkan.

Diperjalanan, Mazna memejamkan mata, lisannya terus bershalawat dan berdzikir agar hatinya menjadi tenang.

20 menit kemudian,

Tibalah kereta di stasiun Bogor. Dengan hati hati Mazna menurunkan tasnya dari atas. Tapi dengan segala cara Mazna ternyata tidak mampu menurunkan tas karena terlalu berat.

Mazna berbalik ke belakang, ternyata semua orang sudah pergi keluar dan didalam sudah sepi sejak kereta berhenti, setelah itu ia berfikir untuk meminta bantuan petugas stasiun.

Namun, saat Mazna hendak pergi, ada suara bariton yang mengagetkan.

Seorang Pria tampan dengan Jas Abu-abu, seperti pulang dari berkerja.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanya nya dengan sopan

Mazna menoleh ke belakang, sambil tersenyum kecil,

Sesaat, Tatapan mereka bertemu disatu titik .

"Alhamdulillah... Ada orang juga" Batinnya. lalu ia langsung mengalihkan pandangannya ke atas.

"Ini mas Tolong bantu saya turunin tasnya" pinta Mazna

"Dengan senang hati mbak... " Jawabnya pelan sambil tersenyum.

lalu Ikhwan itu membantu Mazna menurunkan sebuah tas besar dengan gagah.

"Alhamdulillah.. terimakasih mas.. " ucap Mazna

"Iya.. sama sama" Jawab Ikhwan itu sambil melihat Mazna yang sedang sibuk merapikan Tasnya .

"Mari mbak.. saya pergi dulu" lanjutnya

"I..iya.. " jawab Mazna, Sembari bangkit dari tempat duduk, dan saat Mazna melirik ke sebelah kanannya ternyata Ikhwan itu sudah tidak terlihat.

"Horor" batinnya.

Di stasiun, Mazna segera berjalan dengan cepat menuju mushola yang berada di taman topi untuk melaksanakan shalat magrib dan menunggu kedatangan Aby nya disana.

Setelah melaksanakan shalat magrib Mazna keluar mushola dan mengabari sopir Aby nya untuk segera menjemput.

"Mang.. Mazna sudah sampai di stasiun. " Ketiknya. Lalu mengirimkannya via SMS.

Sambil menunggu mang Koko, Mazna membuka pesan pesan Wa yang dari tadi berisik. Sembari membuka satu persatu pesan grup Alumni Nurul Ulum. Tiba tiba dia tercengang saat melihat dan tau siapa yang kirim pesan di grup alumni itu.

"Dzikri... " Ucapnya terkejut.

Iya. Dzikri Naqsabandy, cinta pertama Mazna sejak MTs kelas IX. Dia memang belum Move on dari mantanya ini .

Akhirnya, setelah 10 tahun hilang, tanpa kabar, tanpa cerita tanpa jejak. Kini Dzikri telah hadir kembali.

Tanpa ba bi bu dia langsung menyimpan no Dzikri ke kontak telepon nya.

Dzikri dan Mazna hanya beda satu angkatan. Saat Mazna duduk dibangku kelas X, Dzikri sudah duduk dibangku kelas XI. Namun saat Dzikri lulus dari Aliyyah, Dzikri memutuskan untuk menjadi santri salafi satu tahun, lalu ia meninggalkan pesantren saat Mazna masih duduk di kelas XII.

"Astaghfirullah... Dzikri" lagi dan lagi Mazna mengucap nama itu.

Di halaman Wa kontak dzikri, Jarinya greget ingin mengetikan sesuatu.

"Assalamualaikum" ketiknya

Eh tidak.. batinnya. Lalu menghapus lagi

Mengetik lagi, menghapus lagi

Seperti yang kebingungan, ya.. memang seperti itu kenyataannya.

"Bagaimana mungkin aku harus memulai, sedang dia sudah membuangku duluan" pikirnya.

"mungkin akan terlalu memalukan jika aku melakukannya."

"Ayolah.. jangan terlalu memperlihatkan apa yang kamu rasakan Mazna. Kamu perempuan. harus punya harga diri." Kukuh mazna dalam hati

"Nak... "

Suara Aby nya menyadarkan bahwa Mazna harus segera pulang.

"Aby? Kok ikut jemput" tanyanya sambil tersenyum lepas saat mencium punggung tangan Abynya yang sudah tidak muda lagi

Sambil menjinjing tas, Mazna menggandeng tangan Aby nya. Lalu masuk kedalam mobil.

Diperjalanan, ia tak henti hentinya memikirkan. Kemana aja Dzikri selama ini.

Walaupun sebenarnya dia tahu, bahwa Dzikri telah menyelesaikan pendidikan nya di Madinah. Tapi tetap saja itu tidak dari lisan Dzikri langsung.

Apakah harus aku WA.? Batinnya lagi dan lagi.

Raut wajahnya menampakan sekali bahwa dirinya sedang berfikir.

Pak Ahmad, yang memperhatikan putrinya mulai merasa cemas dan mulai berkata

"Aby tau.. kamu pasti belum siap." Ujarnya

" Tenang lah... Setelah acara selesai, kamu akan baik baik saja nak.. " ucap Abynya lagi pelan

"Iya. by? Oh iya by.. Mazna ngerti " jawabnya sambil menggigit bibir, sedikit bingung apa yang abynya coba katakan itu.

***

Sesampainya dirumah, Mazna disambut oleh Umy Khadijah di depan pintu.

"Maznaaaaa" sambut Umynya dengan bahagia

Mazna langsung mengambil tangan Umy dan memeluk nya.

"Maafin Mazna Umy " lirihnya

"Maaf untuk apa sayang"

"Untuk segalanya" jawab Mazna tersenyum sembari menatap wajah sang ibu yang juga sudah tidak muda lagi.

Lalu umy Khadijah mengecup kepala putri satu satunya itu. Dan langsung mengantar Mazna ke kamar.

Dibukalah pintu kamarnya. lalu Mazna terperangah saat menyadari. Ternyata umy sudah menyiapkan gamis indah untuk acara lamaran besok.

"Indah sekali Umy... Terimakasih.. " ucapnya lagi sambil memeluk dan menciumi Umy nya.

"Iya .." Umynya mengannguk pelan sambil tersenyum melihat reaksi Mazna yang walaupun sudah bukan anak kecil lagi tapi sifat manjanya belum juga hilang.

"Yasudah.. kamu segera bersih-bersih. udah itu kita makan, Umy tunggu di meja makan ya. " Pinta Umy.

"Iya Umy..."

Kemudian bu Khodijahpun keluar.

***

"Pas jadi juniorku dulu, Irhab itu anaknya pintar. Dan yang terpenting, dia itu sholeh. Hilman yakin, dia bisa jadi imam yang baik buat Mazna." Cerita Hilman kepada Aby nya saat berada di meja makan.

"Aaamin... Allahumma aaaaaaamiiiiin" ucap pak Ahmad Rifai mengaminkan.

"Aby awalnya kaget kalau ternyata dia pernah seasrama sama kamu, bahkan pernah main juga katanya ke rumah kita. Masya Allah... " Lanjutnya

"Iya by, pernah 2 kali. Masa Aby lupa"

"Iya Aby tau kalau ada temanmu yang main, tapi gak tau kalau ternyata temanmu itu adalah anak kiyai Anshor temen Aby dulu. "

"Subhanallah sekali ya. " Ucap umy Khadijah takjub

Beberapa saat setelah Selesai membersihkan diri, Mazna keluar kamar lalu menuruni anak tangga dan menuju meja makan.

"Ada kakak.. ??" Mazna terkejut saat melihat kakak sulung satu satunya yang sedang duduk di meja makan.

Hilman tersenyum kecil saat sang adik mencium tangannya.

"Gimana kerjanya na? Lancar? " Tanya Hilman.

"Alhamdulillah kak. Lancar " jawab Mazna yang kemudian duduk disamping Hilman.

"Pak dokter gimana? Lancar juga kan? " Canda Mazna.

"Alhamdulillah.." jawab Hilman

"kak Syiffanya kemana? Kok gak ikut? " Tanya Mazna lagi

"Kak Syiffa besok nyusul, katanya hari ini ada haul di pesantren nya. "

"Oh.. gitu " Mazna menganggukkan kepala

Tibalah bi Ida membawa makanan ke meja makan.

"Alhamdulillaah.. terimakasih bi " Ucap Umy Khadijah

Makan malampun berlangsung. Tak ada obrolan saat itu. Suasana hening. Hanya saja yang terdengar adalah suara dentingan sendok dan piring.

Setelah selesai makan malam. Mazna membereskan piring piring kotor dan mengangkatnya kedapur.

Ia berniat untuk mencucikan piring-piring kotor itu sendiri. Namun sesaat sebelum itu, ia dihentikan oleh Bi Ida.

"Non Mazna istirahat saja. Biar bibi yang cuci" suruh bi ida

"Gak papa bi... Mazna saja"

"Non Mazna itu capek, baru pulang loh.. masa harus nyuci piring. Sini bibi yang terusin. " geram bi Ida mengambil spons pencuci piring dari tangan Mazna.

"Yasudah... Terima kasih bi.." ucap Mazna.

Mazna Langsung manaiki tangga dan masuk ke kamar.

"Apa yg harus aku lakukan besok? " pikirnya. Selain butuh waktu untuk mempersiapkan mental

Setidaknya dia juga harus mempelajari apa yang harus dilakukan dan ia katakan saat acara lamaran.

Saat mazna membuka lemari buku dan kitabnya. Dia melihat Bingkai hijau yang terpampang dibelakang jejeran buku yang sengaja ia sembunyikan beberapa tahun yang lalu. Dengan semangat ia menurunkan buku-buku dan menarik bingkai itu. Lalu

dia berusaha membersihkannya dari debu.

"Puuh"

dilihatnya dalam dalam bingkai itu sambil tersenyum.

Bingkai itu berisi tumbuhan paku yang sengaja dikeringkan.

Herbarium namanya.

Lalu ia membalik bingkai tsb, yang ternyata disana tertulis nama seseorang

"Dzikri."

itu adalah satu satunya barang Dzikri yang masih tersimpan. Itupun bukan dari Dzikri langsung. Hanya saja, Mazna dulu sangat dekat dengan guru Biologi nya saat Aliyyah. Lalu ia meminta Bingkai herbarium hasil Dzikri itu untuk disimpannya.

Flashback ON

"Boleh ya bu... "

Bu Diana pun mengangguk pertanda mengizinkan Mazna untuk mengadopsi bingkai.

"Terimakasih ibu.. "

bu Diana kembali mengangguk sambil tersenyum

Flashback OFF

Saat dirinya menyadari bahwa hanya itulah satu satunya kenangan yang Ia miliki dari Dzikri.

Lalu hatinya berdialog.

"Apa ini harus dibuang?"

"Ah.. Sepertinya tidak. kenangan ini terlalu Indah untuk dibuang" Batinnya menatap bingkai itu dengan wajah bahagia. saat tangannya meraba setiap sudut dari bingkai, saat itu pula semua ingatan masalalu itu terurai dengan sendirinya dibenak Mazna.

🌿🌿🌿

Happy reading...

Semoga antum suka ya ^_^

Mawar yang sedang merekah

Mohon dukungannya dengan cara follow, vote dan komen

Terimakasih ^_^

🍁Hauqalah Cinta🍁

@cide1587

Flashback on

Pagi hari di pesantren Nurul Ulum. Ba'da Dzikir selepas shalat subuh berjamaah, para santri kini sedang mengkaji kitab Imriti di mesjid dengan seksama.

Pangersa akang dengan sangat telatennya mengajari para santri secara detail, mulai dari lugah, sampai dengan balaghnya.

Sebelum pengajian selesai, para santri dengan semangat menadzamkan bait perbait dari kitab 'imriti Karya Syekh Syaifudin Yahya.

Setelah menyelesaikan beberapa bait dari nadzam kitab Imriti yang mereka kaji pagi ini, Pangersa akangpun mengucapkan kalimat "Wallahu A'lam bissowab". Dan kalimat itulah yang berhasil menjadi mesin otomatis untuk membangunkan santri yang tidak sengaja tertidur dibangku maupun bersandar sambil menganga.

Kemudian santriyyin dan santriyyatpun berhamburan keluar mesjid untuk segera pulang ke asrama.

Seperti biasa, di pintu masing-masing, Ikhwan maupun Akhwat mereka berdesak desakan mencari sandalnya karena takut tidak kebagian.

Sudah kebiasaan memang, bahkan sudah menjadi tradisi santri itu sendiri. Terkadang mereka memakai sandal saat hendak ke mesjid, namun Tidak saat pulang ke asrama. dan sebaliknya, Saat ke mesjid tidak memakai sendal, tapi saat pulang memakai sandal. Sudah mending sama sekali tidak pakai, ada lagi yang lebih lucu. Kaki kiri memakai caw*l dan sebelah kanannya memakai swall*w. Ya... memang sudah tidak heran karena selalu seperti itu. sudah tidak asing lagi bagi mereka.

Di Pondok Pesantren modern Nurul Ulum selain diajarkan ilmu pengetahuan umum dan Ilmu pengetahuan Agama Para siswa santri juga dilatih agar bisa menjadi pribadi yang mandiri dan dituntut untuk mempunyai sikap leadership minimal untuk dirinya masing-masing. Maka dari itu, selain harus belajar, mereka juga diajarkan bagaimana caranya untuk bisa mandiri, seperti mencuci baju sendiri, memasak dan menjaga kebersihan lingkungan.

Cerita didapur

Saat terdengar riuh kebubaran para santri dari mesjid, Anak-anak patrol Santriyyin maupun Santriyyatpun semakin kesibukan, selain nasi yang belum matang sempurna, mereka juga harus segera mandi dan berangkat ke sekolah seperti siswa santri yang lainnya.

Mereka punya tugas patrol seminggu sekali. Di patrol itu ada beberapa tugas, diantaranya ialah menyapu halaman asrama, membuang sampah, memasak dan membersihkan kamar mandi. Sedangkan anggota patrol terdiri dari anggota perkamar gabungan MTs-MA.

Cerita di Asrama

Satu kamar memiliki 5 Anggota.

Kegiatan santri setelah pulang dari mesjid adalah mengantri di antrian panjang depan pintu kamar mandi.

Saat satu santri sudah masuk asrama menyimpan kitab dan mengambil handuk juga peralatan mandi lainnya, lalu keluar kamar menuju kamar mandi, dan yang lain belum sampai maka yang sembilan akan bilang

"Ba'dakii"

"Ba'dakii"

"Ba'dakii"

Walau akhirnya mereka tetap menunggu didepan pintu bercampur dengan anggota kamar lainnya.

"Terasa kesal memang. Tapi Percayalah.. itu adalah kenangan terindah saat kalian sudah lulus nanti." Ujar Masyitoh, Rois Am putri Ketika mengisi sambutan di Acara Muhadhoroh. .

Setelah selesai mandi. kemudian para santri bersiap-siap berangkat ke sekolah, yang jaraknya kira-kira 100 mtr dari asrama. dan mereka akan sampai kira-kira 5 menit disekolah.

Tepat diatas gerbang sekolah, terbeber luas spanduk ucapan 'selamat datang' bagi siswa santri baru yang satu persatu sudah mulai berdatangan walau belum pas pada tanggal nya.

Mazna Insyiroh Khoerusnnisa tertegun saat melihat teman-teman OSIS nya sudah pergi ke ruang rapat, ia berlari mengejar yang lain.

"Alya... " Dengan lantang Mazna memanggil seorang teman yang bernama Alya Syafira.

Alya menoleh kebelakang lalu ia menunggu nya dengan sabar. Setelah Mazna semakin dekat, Alya pun tak sabar dan lari menghampiri.

"Kenapa terlambat?" Tanya Alya

"Tadi aku nyuci dulu Yaya... lagian aku kan udah seminggu gak nyuci karena seminggu ini kan sibuk mempersiapkan acara Ta'aruf"

"Oh.. iya ya.. aku lupa kamu harus nyuci.. hihi " sahut Alya sambil tertawa kecil.

"Ya kamu enak, tinggal dirumah. Tinggal di asrama lagi napa ya.. " ajak Mazna

"Iya.. inshaa Allah" jawab sahabat nya itu sambil merangkul pundak Mazna.

***

Saat sebuah mobil Toyota Alphard mulai memasuki gerbang pesantren, sinar mentari pagi kian menembus kaca dimana pantulannya membidik seorang laki-laki tampan yang mengenakan jasko putih dengan peci hitam didalamnya. Ia terlihat duduk di jok belakang dengan wajah yang datar ia hanya memandang lurus ke depan.

Seorang ibu didepannya tiba-tiba menohok takjub saat melihat suasana hangat didalam pesantren yang akan putranya pondoki itu.

"Papa ternyata pesantren ini lebih bagus dari ceritanya" ucapnya dengan mata berbinar

"Ooh Disini juga ada MTs nya tooh.. Mama baru tau. " Lanjut Ibu Hilda saat dirinya melihat kerumunan siswa mengenakan rok biru didepan mading.

"Papa dari dulu tau... Tapi saat itu kan Dzikri belum buka Ilham buat nyantren" timpal papanya yang sedang menyetir mobil sambil melihat ke kaca spion. Lalu Dzikripun menghindari rasa kecewa orangtuanya itu dengan tatapan yang ia arahkan ke jendela.

"Harusnya dari dulu mau nak... Sekarang Pesantren seru kok gak ngebosenin seperti apa yang kamu bilang. Liat aja tuh... " Bu khilda menunjuk ke tempat dimana para santri sedang latihan marawis, bela diri, memanah dan basket dari lapangan utama sampai belakang.

Lalu dengan laganya yang Acuk tak acuh, Dzikri menjawab

"Iya mah... Iya.. " ucapnya.

Tiba-tiba

Terlihat seorang bidadari dengan seragam sama seperti yang lain. Wajahnya seakan menyaingi sinar mentari pagi yang cerah. Keberadaanyapun indah bak mawar yang sedang merekah.

Sontak saja matanya melebar saat menyadari keindahan semesta yang ia lihat dari jendela itu. Kemudian hanya dengan satu kedipan mata saja. ia membuat sikap acuh tak acuh nya itu kalah terbengkalai.

"Insha Allah mah.. pah.. Dzikri optimis sampai finish disini." Ujarnya sambil tersenyum, kian bersemangat mengiyakan keinginan kedua orangtuanya.

***

"Yuk.. yang lain sudah pada masuk tuh" lanjut Alya. menunjuk pintu ruang osis yang sudah sepi.

Mereka berdua masuk ke ruang OSIS, lalu mengambil kursi paling depan.

Setelah lama berbincang-bincang tentang persiapan Masa Ta'aruf (MOPD) mereka langsung mengerjakan tugasnya masing-masing.

"OSIS MTs... " Teriak salah satu Ikhwan dengan celana abu-abu didepan pintu.

"Iya ada apa kang?" Jawab Mazna.

Ikhwan itu menjelaskan sesuatu pada Mazna dengan suara pelan. lalu iapun segera kembali ke Gedung MA.

"Ada apa na?" Tanya Alya.

"Kita harus secepatnya kumpul di ruang OSIS MA. katanya ada rapat koordinasi, kasih tau Iqbal" seru Mazna

"Bal.. rapat sama MA" Teriak Alya seraya menggeleng kepala sambil menatap Mazna.

"Kenapa gak kasih tau langsung? udah tau Iqbal bakal dengar sendiri, orang kamu ngomong nya kenceng banget." Batinnya

M. Iqbal Firjatullah. Selaku ketua OSIS MTs yang merupakan mantan Mazna setelah 2 bulan yang lalu. Jadi, wajar saja bila hubungan diantara mereka masih canggung.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Alya. yang sebenarnya ia juga sudah dengar dari Mazna langsung. Kemudian Iqbal menutup layar leptop sambil mengambil Mapnya. Lalu mereka pergi meninggalkan Ruang OSIS.

"Siapa tadi yang jemput kita Na?" Tanya Janah menghampiri Mazna dan Alya penasaran

"Kang Rizal nah... "

"Mana kang Rizalnya sekarang?"

"Mungkin sudah kembali ke habitatnya" Ceteluk Mazna kemudian mereka bertiga tertawa.

Bersama dengan OSIS MTs yang lain. Mazna dan ke empat sahabatnyapun bejalan melewati beberapa lorong dan kelas yang sedang aktif belajar mengajar, sesekali dirinya melambaikan tangan kepada adik kelas yang akrab dengannya.

Setelah samoai di depan pintu, Rizal Ar-Rasyid selaku Ketua OSIS MA, dia mempersilakan duduk kepada para OSIS MTs yang baru saja sampai.

Lalu rapatpun dimulai.

"Mudah mudahan kegiatan kita ini, menjadi jalan dimana bertambahnya ilmu kita, pengalaman kita dan kemampuan kita dalam memanage dan menata diri sendiri agar menjadi lebih baik. Ammin ya lalu ya robbal Aaalamiiin.." ucap Rizal dengan penuh harap.

"Aaaaaaamiiiiin ya Allah" seluruh teman teman OSIS pun mengaminkan.

Setelah rapat selesai, kemudian Rizal menjemput rasa penasarannya.

"Gimana bal.. sudah banyak yang masuk?" Tanya Rizal yang melihat kearah Iqbal.

Namun, Iqbal malah menatap Mazna.

"Lah... Kok malah ngeliat Mazna.. " seru Rizal

"Cieeee .. " lanjutnya

"Bukan gitu kang.. kan karena Mazna yang tahu soal itu" jawab Iqbal terbata-bata.

Wajar saja memang Iqbal mengarahkan matanya kepada Mazna, karena Mazna adalah sekretarisnya.

"Aduh.. lucu sekali kalian ini. " Goda Aidah yang merupakan OSIS MA

Sementara itu Mazna sibuk menyembunyikan Wajah merahnya dibalik berkas berkas.

"Sudah berapa banyak na? " Tanya Rizal

"Sudah masuk 300 kang, " jawab Mazna

"Oh.. begitu ya. Iya gini... jadi, kita kan harus mempersiapkan konsumsi, peralatan dan yang lainnya agar situasi tetap kondusif hari H nanti."

"Lumayan kan 3 hari juga.." lanjut Rizal

"Sebisa mungkin, kita harus koordinasi, jangan ada Miss diantara kita" kata Rizal sambil tersenyum

"Siap kang.. " jawab adik adiknya serentak.

"Oh iya kang.. ada berapa Siswa yang sudah masuk? " Tanya Alya

"MA sih... Masih sedikit, baru dua ratusan laah" jawab Rizal.

"Boleh lihat daftarnya?" Goda Jannah mengedip ngedipkan matanya.

"Aduuh ini anak satu udah mulai deh" kata Aidah menyodorkan map berwarna biru sambil menggeleng kepala.

Lalu dengan sigap janah mengambil daftar peserta Ta'aruf itu dari Aidah. Dan tidak dipungkiri memang, semua Akhwat MTs yang ada disitu langsung berkerumun di kursi Janah.

Tidak mau dilihat temannya yang lain. Kemudian janah lari dari kursi yang didudukinya menuju pintu keluar untuk dapat melihatnya sendirian. Lalu teman temannyapun mengejar, sesekali mereka sedikit  menggelitik punggung janah.

Akhirnya janah kalah ia telah terpapar kegelian. Lalu saat melihat mapnya telah berada ditangan Alya yang berlaga lenggak lenggok menertawakannya. ia berjalan lemah menghampiri Mazna yang masih duduk dikursi 

"Maznaaaa tolong... " Ujarnya sambil berlari

Semua orang yang ada didalampun tertawa karena melihat tingkah Jannah yang lucu itu.

"Suuut jangan berisik, diruang sebelah lagi ada penguman hasil tes disebelah" Aidah menempelkan jari telunjuk dibibirnya.

🌿🌿🌿

Ada Jannah disini? 😁

"Ayolah.. kita sama-sama belajar menjaga"

 Mohon dukungannya dengan cara follow, vote dan komen

Terimakasih ^_^

🍁Hauqalah Cinta🍁

@cide1587

Setelah selesai rapat koordinasi dengan kakak kakak OSIS MA. Iqbal dan rekan Rekan yang lainnya pun segera pergi meninggalkan gedung MA, lalu kembali ke Ruangannya.

"Kotak P3K"

"Kertas karton"

"Snowman"

"Hmmm"

Terlihat Mazna sedang menulis beberapa peralatan yang akan dibutuhkan untuk acara hari H nanti. Ia terkaget ketika surat dari Iqbal yang masih terselip di bukunya itu. Mazna langsung membuangnya ke dalam aq*a gelas yang masih terisi sedikit air.

"Aah.. sudah lah... " Ucap Mazna pelan

Tiba tiba dari luar terdengar suara teman temannya kegirangan.

"Berisik saudara... " Protes Mazna

"Ituloh na.. peserta MA katanya banyak Ikhwan yang ganteng" goda Alya mengedip-ngedipkan matanya.

"Ooh iya... " Jawab Mazna mukan kepalanya.

"Kamu mau lihat acaranya ke aula?" Tanya Alya

"Yuk?? " Ajak nya lagi

"Aku masih belum selesai Yaya... " Kata Mazna

"Nanti saja dulu, kan tinggal Maulana yang belanja.. ya .. ya.. ya .." rengek Alya yang segera menggandeng sahabatnya menuju aula pembukaan MOPD sekaligus perkenalan Peserta dan Panitia Ta'aruf.

Sesampainya di aula, tiba-tiba Rizal memberi sebuah Isyarat kepada Mazna yang masih berada di ambang pintu.

Mazna yang berada di ambang pintu, melihat kebelakang, kepinggir kanan kiri namun tidak ada siapa-siapa. Karena Alya sudah terlebih dulu masuk ruangan.

"Aku? " Mazna sambil menunjuk dirinya sendiri.

Kemudian Rizal mengangguk. Lalu tangannya menunjuk pada keberadaan Sarah yang sedang memandu acara.

"Oooalaaah..  kenapa harus aku" pikirnya sedikit keberatan. lalu iapun segera menghampiri sarah yang berada didepan para peserta Ta'aruf.

"Mau nemenin aku kan?" Tanya Sarah senang

"Kak Aidahnya emang kemana?" Mazna balik bertanya

"Aidah baru saja dipanggil pangersa eteh. nih" jawab sarah sambil memberikan 1 mic nya pada Mazna

Setelah ceremonial penyambutan dengan marawis, Hadrah dan sambutan sambutan, kini tinggal acara perkenalan panitia.

"Alhamduliilah acara telah selesai dilaksanakan, semoga acara ini menjadi wasilah diturunkannya rahmat dan diampuninya segala dosa-dosa kita. Amin ya allah ya robbal Alamiin" ucap Mazna

"Amiin.." Jawab seluruh peserta yang ada diruangan

"Acara selanjutnya adalah acara perkenalan, kepada para panitia dipersilahkan maju ke depan..." Sarah mempersilahkan.

Setelah para panitia berada didepan, Mazna memberikan mic nya kepada Rizal.

"Dari MC dulu dong.." Sergah Rizal. lalu  mau tidak mau Maznapun memberanikan diri untuk maju selangkah dari jajaran panita yang sedang  berdiri didepan.

Sesekali Mazna melihat ke arah peserta Ta'aruf.  Baru kali ini ia merasa gugup. Padahal Mazna sering tampil didepan orang banyak, mulai dari memandu acara atau Pidato dan dakwah saat acara class mitting maupun perayaan hari besar Islam.

"Assalamualaiku warahmatullahi wabarakatuh..."

"Untuk mempererat silaturahim, perkenalan memang perlu dilakukan. seperti pepatah mengatakan, tak kenal, maka ta'aruf" Ucapnya sambil tersenyum

"Well perkenalkan, Nama saya Mazna Insyiroh Khoirunnisa. bisa dipanggil Mazna saja."

"Saya punya motivasi bagus untuk kakak-kakak dan adik-adik semua. mengenai mondok atau nyatren, dan apapun itu Istilahnya. dan perlu hadirin sekalian ketahui, mondok itu bukan sesuatu yang menakutkan,.. atau membosankan. Justru mondok itu sendiri menimbulkan sebuah kebahagiaan. seperti saat kita saling berbagi dengan teman, membantu, dibantu. bukankah itu sebuah kebahagiaan?"

"Di Sekolah berbasis pesantren, selain diasah knowing,acting dan habbit, secara alami kita juga diajarkan menjadi manusia yang bermanfa'at bagi sesama.  bukankah sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya?"

"Baiklah memang... untuk dapat terbiasa mondok itu tidak semudah membalikan telapak tangan. teruslah berusaha bertahan dan berjuang, jangan pernah berputus asa pada rahmat Allah, Jika sekarang gak betah, coba besok, mungkin besok betah? kalau besok gak betah, coba lusa, mungkin lusa betah? kalau lusa belum betah juga, coba minggu depan, cobalah bulan depan, sampai tahun depan dan seterusnya."

"Semangat sampai tamat, Optimis sampai Finis, Fokus sampai lulus!!!"

"Selamat berjuang para mujahid, mujahidah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh" Jawab semua orang yang ada dalam ruangan. 

Tepuk tanganpun bergemuruh riuh menyambut semangat para siswa santri baru.

Setelah selesai perkenalan dan memberikan motivasi untuk siswa santri baru. Kini panitia memberikan satu permainan klasik untuk peserta. 

Saat mengestafetkan sebuah spidol snowm*an, para peserta menyanyikan satu buah lagu kebangsaan. dan panita membuat peraturan yaitu 'siapapun yang pegang spidol saat lagu berhenti, maka ia harus memperkenalkan dirinya didepan'

Lagu berhenti, spidol itu terhenti di salah satu peserta Ikhwan MA. Kemudian ia segera kedepan memperkenalkan diri. 

"Perkenalkan, Nama saya Dzikri Naqsabadii"

"Cita-citanya?" Tanya Rizal

"Cita-cita saya ingin menjadi seperti tiang listrik" Ucapnya Datar

Sontak satu ruangan tertawa saat mendengar pernyataan itu.

Walaupun teman temannya yang lain meneriakinya dari belakang, Dzikri masih terlihat santai saat berada didepan.

"Sebentar, kenapa kamu mau jadi tiang listrik?" Tanya Rizal 

"Bukankah sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya? seperti tiang listik, dengan gagah tanpa lelah ia berdiri setiap hari. tak kenal panas maupun hujan demi menyangga kabel-kabel yang tengah mengalirkan aliran listrik kepada setiap rumah. tentunya lisrik sangat bermanfaat bagi seluruh umat.." Jawab Dzikri singkat

Kemudian semua orang mengangguk-nganggukan kepala sambil tersenyum takjub.

"Oke... kang Dzikri cita-cita yang luar biasa.. silahkan boleh kembali ke jajaran peserta" Rizal mempersilahkan.

"Cieee... Diperhatiin Mulu tuh sama Iqbal" canda Alya menyiku Mazna yang tengah terfokus pada peserta yang bernama Dzikri yang sedang berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Apaan sih... " Ketus Mazna

"Ciee.. " ucap Alya lagi

"Gak lucu" jawab Mazna sambil keluar ruangan.

"Cie.. cie.. cie.. " lanjut Alya menggelitik Mazna.

Saat Alya dan Mazna bergegas meninggalkan pintu ruangan, terdengar suara gitar dan orang yang sedang bernyanyi dari ruangan.

"Na... Mazna.. tunggu" pinta Alya

"Ada apa lagi yaya" tanya Mazna

"Yakin mau pergi? Itu acaranya belum selesai. Ada suara gitar tadi.." Bisiknya

"Really?" tanya Mazna mengerutkan keningnya senang.

"Iya . Aku yakin kok" jawab Alya meyakinkan Sahabatnya yang menyukai music itu.

Kemudian mereka berdua pergi menuju ruangan, tapi sayangnya ternyata sekarang ruangan terlalu penuh, alhasil mereka tidak bisa memaksakan masuk.

Mazna dan Alya hanya bisa melihat dari jendela.

"keren nana.. suaranya bagus, main gitar nya juga lihai.. " bisik Alya

"Iya bagus.. maa ismuhu ya?" Suara Mazna terdengar oleh semua orang yang sedang melihat juga dijendela. Sontak semuanya senyum dan mengolok-olok Mazna.

"Ingat Iqbal Mazna... " Canda Sari pelan yang juga berada diapitan jendela.

"Yaya.. aku ngomong terlalu kenceng ya?" Bisik Mazna Sambil menutup mukanya dengan tangan.

Yaya mengangguk pelan sekali sambil nyengir dan mengekspresikan betapa malu sahabatnya itu. Mereka pelan pelan jongkok ke bawah lalu pergi dari jendela.

Mazna lari ke ruangan kosong lalu merengis ketakutan, tak ingin rasanya jika hal ini akan menjadi perbincangan semua orang seperti soal Iqbal 3 bulan yang lalu. 

"Sabar na... " Tawa Alya.

"Hmmm.. seandainya hal iyu tidak pernah terjadi" Ucapnya kemudian dudukk diatas kursi.

Flashback On

3 bulan yang lalu

Mazna dan Alya sedang mengahafal kitab Yaqulu di kamar asrama.

"Awwaluharruba'i mistlu akroma - wafa'ala... Wafa'ala... " Mazna berhenti terus disitu berkali kali.

Alya. Sebagai sahabat Mazna sejak pertama masuk Boarding school itu penasaran. Kenapa tiba tiba otak cerdas sahabatnya ini macet.

"Gitu sih emang, kalo udah punya pacar tiba tiba kecerdasan kita itu berkurang 70%"

Ucapan Alya itu Mengganggunya. Mazna berhenti mengingat. Kemudian dia bertanya

"Emang siapa yang pacaran?" Tanya Mazna heran

"Bukannya kamu pacaran sama Iqbal ya? Cieee . Akhirnyaaaaaa kamu jatuh cinta juga" goda Alya

"Pacaran? Sama Iqbal? Aku? " Tanya Mazna menunjuk mukanya sendiri

"Yaeelaah.. yang pura pura polos.. " kekeuh Alya

"Beneran ya. Aku gak ngerti maksud kamu apa. " Dengan muka datar

"Serius na?"

Mazna memperlihatkan dua jari Viss nya pada Alya.

"Lah.. lalu?" Tanya Alya sambil menarik tangan Mazna keluar kamar. Menghindari teman teman sekamarnya.

"Kamu serius na?" Tanya Alya lagi meyakinkan

" Kurang serius gimana perkataanku Yaya? Lagian kamu dapet informasi dari siapa?" Tanya Mazna penasaran.

"Ituloh.. aku tadi sebelum masuk kamar denger Rodiah bilang sama zeze. Katanya, jangan suka sama Iqbal lagi, ikbal katanya sudah jadian sama Mazna." Bisik Yaya

"Apa? kok gitu? " Mazna kesal

"Nah.. maka dari itu, kita cari tahu siapa dalang dibalik semua ini. Gitu. " Tegas Alya. yang emang pinter kalau masalah beginian.

Dan ternyata, setelah ditelusuri yang menerima surat dari Iqbal itu adalah Zeze, dan Zeze pulalah yang membalasnya.

Mazna diam. Bingung dirinya harus berbuat apa karena Zeze memang teman dekatnya bersama Alya, Rodiah dan Janah.

"Maafin aku Mazna.. " pinta Zeze

"Kenapa kamu gak bilang dulu?" Tanya Mazna kecewa

"Sebenarnya aku ngepans sama Iqbal sejak pertama kali masuk kesini. Tapi sepertinya Iqbal tidak demikian denganku. Pikirku, tak apa aku tidak memiliki Iqbal, asalkan dia menjadi milik sahabatku. Dengan begitu aku dan Iqbal akan lebih dekat." Tutur zeze menundukan kepala merasa malu dengan Mazna.

Kemudian Mazna menghela nafas panjang.

"Kita kan santri,.. ayolah jangan hiraukan hal-hal yang seperti itu... kita sama-sama belajar menjaga. belajar untuk bisa meredam keinginan yang belum memang belum pantas untuk kita"

"Yasudah.. tidak apa-apa. kita lupakan saja masalah ini ya" Mazna tersenyum pada Zeze yang sepertinya akan segera menangis sesal. Maznapun memeluknya.

🌿🌿🌿

Ada zeze di sini? 😅

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!