Melalui kaca jendela, Cahaya matahari mulai memasuki kamar sepasang suami istri yang ada di lantai dua sebuah rumah mewah.
Pasangan itu masih setia berada di atas kasur bukan karna masih ingin melanjutkan tidurnya, bukan juga karna enggan untuk memulai aktivitas , tapi karna sang istri dari Tuan Enggar Herlambang,meminta sang suami untuk mengelus pinggangnya yang terasa sangat nyeri.
Sedari tadi, tepatnya setelah sholat subuh berjamaah, wanita yang menyandang gelar sebagai Nyonya Herlambang itu mengaduh kesakitan di sekitar pinggangnya karna mengalami kontraksi palsu.
Ya nyonya Tiwi Herlambang tengah mengandung dan usia kandungannya sudah memasuki 9 bulan, hanya tinggal menghitung hari saja menuju tanggal HPL yang ditetapkan oleh Dr. Aninda spesialis kandungan.
" Kita ke Rumah Sakit saja ya sayang?" kata Tuan Enggar dengan wajah cemasnya.
" Tidak perlu mas, ini hanya nyeri biasa ini normal dialami oleh ibu hamil yang usia kandungannya sudah mendekati HPL. " nyonya Tiwi menjelaskan dengan senyuman tipis.
" Tapi sayang...."
Ucapan tuan Enggar terhenti saat istrinya meringis kesakitan.
" Emmm.. huh " keluh nyonya Tiwi seraya mengelus perut buncitnya.
" Ayolah sayang jangan keras kepala sepeti ini, aku takut terjadi apa apa padamu dan calon anak kita " kata Tuan Enggar, masih mengelus pinggang bagian belakang sang istri.
Perkataan tuan Enggar hanya dibalas dengan pelototan mata oleh nyonya Tiwi. jika sudah begini Tuan Enggar sudah tidak berani berkata apapun lagi pada istrinya.
🌻🌻🌻
Setelah pukul 8 pagi akhirnya mereka selesai membersihkan diri lalu bersama-sama turun ke bawah untuk sarapan.
Sepanjang perjalanan turun Tuan Enggar selalu memapah istrinya dan membantunya berjalan menuruni tangga dengan sangat hati hati.
" Mas aku ini hanya hamil bukan sakit, kenapa kamu selalu memapahku seakan aku sedang keseleo " keluh nyonya Tiwi pada suaminya.
Tuan Enggar hanya tersenyum lalu berkata, " Aku ngilu melihatmu berjalan menuruni tangga dengan perut buncitmu ini sayang "
" Terserah kamu saja lah mas " Kata nyonya Tiwi
" Hah tumben sekali istriku ini mau mengalah " Tuan Enggar menggoda istrinya sambil menunjukan senyum mengejek.
Bukan tanpa alasan dia mengatakan itu karena Nyonya Tiwi memang termasuk wanita yang keras kepala juga galak dan sensitif apabila menyangkut keluarga dan orang orang yang dikasihinya, tapi dia juga sangat manja pada suaminya.
" Selamat Pagi Tuan Nyonya " sapa pak Edi kepala pelayan di kediaman Herlambang.
Tuan Enggar hanya membalasnya dengan deheman sementara Nyonya Tiwi hanya tersenyum ramah.
Setelah duduk di kursi masing-masing dengan berbagai macam lauk yang ada di atas meja, mereka berdua sarapan dengan tenang tanpa ada percakapan apapun, hanya suara sendok dan garpu serta piring yang saling beradu.
🌻🌻🌻
Sore harinya di ruang keluarga yang cukup luas di kediaman Herlambang, Nyonya Tiwi sedang duduk bersantai sambil menonton TV ditemani secangkir Teh dan kue lapis buatannya sendiri.
Sedangkan disebuah ruangan kerja yang masih ada di kediaman Herlambang tampak Tuan Enggar yang sedang membicarakan mengenai perusahaannya dengan asistennya, Smith.
" Bagaimana dengan kontrak kerjasama kita dengan perusahaan X ,smith?" tanya tuan Enggar pada asistennya.
" Semua berjalan dengan lancar Tuan, mereka sudah menandatangani kontraknya kemarin." jawab smith.
" Baiklah kalau begitu " jawab Tuan Enggar.
Keduanya kembali terdiam dan serius pada berkas yang mereka pegang masing masing
Tok Tok Tok..
Suara pintu diketuk dari luar
" Masuk " sahut Tuan Enggar dari dalam.
Setelah mendapat izin, Pak Edi pun segera membuka pintu ruangan lalu melangkah masuk ke ruangan kerja majikannya tersebut.
" Ada apa Pak Edi? ". tanya Tuan Enggar.
" Mohon maaf Tuan ini sudah masuk waktu maghrib, Nyonya meminta anda untuk segera ke kamar untuk sholat Maghrib berjama'ah." kata Pak Edi.
Menghaela nafasnya pelan Tuan Enggar pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah pintu sambil berkata pada asistennya. " Kita bicarakan nanti lagi Smith pulanglah dan istirahat.!"
" Baik Tuan, setelah membereskan berkas-berkas ini saya akan pulang" jawab Smith.
Setelah mendengar Jawaban asistennya, Tuan Enggar buru-buru menuju ke kamar, sebelum Nyonya Tiwi memarahinya karena seringkali lupa waktu jika sedang bekerja.
Ceklek
Nyonya Tiwi menoleh saat mendengar Suara pintu dibuka dan bersaman dengan itu muncul Tuan Enggar yang tersenyum ketika melihat sang istri sedang duduk di sofa yang ada di kamar mereka dengan menggunakan mukena sambil memanyunkan bibirnya
Tuan Enggar menghampiri sang istri lalu mengecup sekilas kening istrinya dan berlalu untuk mengambil wudhu.
Setelah sholat Maghrib selesai Nyonya Tiwi dan Tuan Enggar memilih mengobrol di kamar sembari menunggu waktu isya.
" Mas kan aku sudah pernah bilang ingat waktu sholatmu saat sedang bekerja, jika memang selalu lupa maka pakai alarm adzan yang ada di hpmu mas." omel Nyonya Tiwi.
" Maafkan aku sayang " Jawab Tuan Enggar seraya mengelus tangan istrinya.
Pasangan suami-istri itu terus bercerita tentang banyak hal, salah satunya adalah mengenai rencana-rencana yang akan mereka lakukan demi masa depan anak mereka kelak.
🌻🌻🌻
Jam sudah menunjukkan pukul 19.45 , setelah sholat isya berjamaah tadi Nyonya Tiwi langsung mengambil Al Qur'an dan membacanya, itu sudah menjadi kebiasaanya sejak dulu apalagi saat dia dinyatakan positif mengandung dia semakin bersemangat untuk membaca atau mendengarkan tilawah Al-Qur'an karna dia yakin itu akan berdampak baik untuk janin dalam kandungannya.
Sedangkan Tuan Enggar kini sedang sibuk di dapur untuk membuatkan susu ibu hamil untuk istri tercintanya, apapun itu jika menyangkut istri dan juga calon anaknya dia akan melakukannya sendiri.
" Minum dulu susunya setelah itu istirahat " kata tuan Enggar setelah melihat istrinya selesai membaca Al Qur'an.
" Em baiklah " Jawab nyonya Tiwi sambil meletakkan Al Qur'an dan melipat mukenanya.
" Habiskan " kata Tuan Enggar sambil memberikan segelas susu pada istrinya.
Menerima segelas susu dengan tersenyum lalu mendudukkan dirinya di samping suaminya, Nyonya Tiwi pun mulai meminum susunya.
" Terimakasih mas " ucapnya setelah menghabiskan susunya.
" Apapun untukmu dan calon anak kita sayang " jawab Tuan Enggar sambil mengelus perut buncit istrinya.
Setelah itu mereka beristirahat karna keduanya sudah sangat lelah , Nyonya Tiwi yang memang mudah sekali lelah selama mengandung dan Tuan Enggar yang banyak sekali pekerjaan meskipun hanya dia kerjakan di rumah.
~IP
Tepat pukul 2 dini hari Nyonya Tiwi bangun untuk melakukan sholat Tahajud bersama dengan Tuan Enggar, Setelah selesai melakukan sholat Tahajud keduanya kembali untuk melanjutkan tidur mereka sebelum masuk waktu subuh, tanpa membutuhkan waktu lama tuan Enggar sudah kembali terlelap.
Berbeda dengan Tuan Enggar, Nyonya Tiwi justru masih terjaga, sampai akhirnya dia memutuskan untuk membuka Al Qur'an dan membacanya sambil menunggu waktu subuh tiba, namun baru beberapa saat membaca ayat-ayat Al Qur'an dia merasakan mulas dan rasa sakit yang bersamaan pada perut dan pinggangnya, dia pun mengelus pelan perut buncitnya berharap bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya.
" Mas...Mas... huft huft" bisiknya memanggil sang suami.
Tuan Enggar perlahan membuka matanya saat samar samar dia mendengar suara istrinya memanggil. menoleh kearah istrinya sambil masih berusaha mengumpulkan kesadarannya Tuan Enggar tersentak saat melihat istrinya memegangi perutnya sambil merintih.
" Mas...sakitt !" keluh Nyonya Tiwi.
" Astaga sayang,... apa yang terjadi? Mana yang sakit? kenapa duduk dibawah?apa kau tadi terjatuh?" Tuan Enggar bertanya sambil menghampiri sang istri.
" Huft,..huft.. sepertinya aku, huft.. sudah mau melahirkan mas,.. huft,.." jawab Nyonya Tiwi terbata.
" APA! tapi kan kata dokter masih 5 hari lagi sayang? jawab Tuan Enggar terkejut.
" Sakittt..." Rintih Nyonya Tiwi tanpa menjawab perkataan suaminya, dia sudah merasa sangat kesakitan.
" Baiklah ayo kita segera ke Rumah Sakit " kata Tuan Enggar sambil membopong tubuh istrinya, dia sedikit berlari saat keluar kamar.
Saat sampai dilantai bawah dia berteriak memanggil Pak Edi untuk segera mengambilkan tas berisi perlengkapan melahirkan sang istri dan meletakannya di mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit.
Setelah menurunkan istrinya di jok belakang dan duduk di samping istrinya, Tuan Enggar menyuruh sopirnya untuk segera mengantar mereka ke Rumah Sakit.
Mobil mewah itupun mulai meninggalkan halaman depan kediaman Herlambang.
" Huh huft..." Suara Nyonya Tiwi sedang mengatur nafasnya.
" Sabar sayang sebentar lagi kita akan sampai di Rumah sakit. " Kata Tuan Enggar sambil menggenggam tangan istrinya. Jujur saja dia juga panik luar biasa tapi berusaha untuk tenang.Namun Tuan Enggar mulai meringis saat merasakan cengkraman yang cukup kuat ditangannya.
🌻🌻🌻
Tidak membutuhkan waktu lama, Kurang lebih 8 menit kemudian mobil mereka memasuki area Rumah Sakit yang cukup besar di Kota itu, karna memang jarak antara Rumah Sakit dan kediaman Herlambang tidak terlalu jauh.
" Dokter! Suster, tolong istri saya mau melahirkan." Teriak Tuan Enggar memasuki lobi Rumah Sakit sambil membopong istrinya.
"Silahkan baringkan disini Tuan." kata suster yang membawa brankar pasien.
Membaringkan istrinya di brankar pasien dengan hati-hati, lalu Tuan Enggar mengikuti istrinya yang dibawa perawat ke ruang bersalin, dia terus menatap wajah istrinya yang sudah pucat sambil menahan rasa sakit.
Sesampainya di depan Ruang bersalin langkah Tuan Enggar terhenti saat ada perawat yang mencegahnya masuk.
" Maaf Tuan kami harus memeriksa keadaan istri anda terlebih dahulu jadi mohon tunggu diluar. " kata perawat itu sopan.
Tuan Enggar hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban. Tidak lama setelah itu datang dokter kandungan yang biasa menangani Nyonya Tiwi.
" Dokter tolong istri saya dia kesakitan." Kata Tuan Enggar menghentikan dokter yang akan masuk Ruang bersalin.
" Tuan silahkan tenang dulu, saya akan memeriksa keadaan Nyonya Tiwi terlebih dahulu, saya permisi." kata dokter itu sopan. Lalu dokter itu masuk dan memeriksa istri Tuan Enggar.
Sambil menunggu, Tuan Enggar mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan mencari nomor Mama Tini mertuanya untuk memberi kabar bahwa Putrinya saat ini ada di Rumah Sakit.
" Assalamualaikum Ma." kata Tuan Enggar setelah telfonnya tersambung.
" Wa'alaikumsalam.., iya ada apa nak? tumben jam segini telfon, Apa terjadi sesuatu dengan Tiwi?." Tanya Mama mertuanya heran karna sekarang baru menunjukkan pukul 3 pagi.
" Em Enggar ingin memberi tau Mama, Tiwi sekarang di Rumah Sakit Ma tadi perutnya sakit sepertinya akan melahirkan." Kata Tuan Enggar.
" Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya mama mertuanya.
" Masih diperiksa Dokter Ma. " jawabnya
" Baiklah Mama akan membangunkan Papa dulu dan kami akan segera kesana, apakah Mamamu sudah diberitahu?." tanyanya lagi.
" Belum sempat Ma, jadi tolong sekalian Mama kabari mereka ya, sepertinya Dokter sudah selesai memeriksa aku tutup dulu telfonnya ya Ma?." jawab Tuan Enggar setelah melihat pintu Ruang bersalin dibuka dan muncul Dokter Aninda setelahnya.
Setelah memutuskan telfonnya dengan Mama mertuanya, Tuan Enggar bergegas menghampiri Dokter sambil bertanya,
" Bagaimana keadaan istri saya Dok? "
" Tuan apa anda yakin akan membiarkan Nyonya Tiwi melakukan persalinan secara normal? " Tanya sang Dokter sebelum menjawab pertanyaan Tuan Enggar.
" Kenapa Dok? bukankan kita sudah pernah membahas ini sebelumnya dan anda juga sudah tau kalau istri saya ngotot ingin melahirkan secara normal?." kata Tuan Enggar.
" Tapi keadaan Nyonya Tiwi sekarang tidak memungkinkan untuknya melakukan persalinan normal Tuan, saya takut Nyonya Tiwi tidak kuat mengejan karna kondisinya lemah saat ini" jawab sang Dokter.
" Baiklah saya akan bicara dengan Istri saya sebentar Dok." Kata Tuan Enggar.
" Baik, Silahkan ikuti saya Tuan!" kata Dokter.
Mereka bersama memasuki ruang bersalin dimana disana tampak Nyonya Tiwi yang terbaring dengan infus yang sudah menancap di tangannya dan wajahnya terlihat pucat.
" Sayang bagaimana keadaanmu sekarang? apa yang kamu rasakan? apakah masih sakit?" tanya Tuan Enggar sambil mengelus kepala istrinya.
Tersenyum tipis Nyonya Tiwi menjawab pertanyaan suaminya, " Masih sakit mas dan mulas."
" Sayang apa kau yakin masih tetap ingin melahirkan secara normal? aku takut terjadi sesuatu padamu dan calon anak kita." tanya Tuan Enggar memastikan keinginan istri tercintanya.
" Aku tetap ingin melahirkan secara normal mas." jawab Nyonya Tiwi.
" Tapi Nyonya ini sangat beresiko mengingat anda mengandung bayi kembar dan kondisi anda saat ini sangat lemah." kata sang Dokter menjelaskan keadaan pasiennya itu.
" Tidak Dok, saya tetap ingin melahirkan secara normal." jawabnya tegas.
Menghela nafasnya pelan, Dokter lalu mengangguk dan menyuruh suster untuk mempersiapkan peralatan untuk persalinan dan Dokter Aninda sendiri akan memeriksa Nyonya Tiwi sudah pembukaan berapa.
Setelah dirasa sudah waktunya karna pembukaannya sudah sempurna, mereka melakukan persalinan secara normal sesuai dengan yang diinginkan Nyonya Tiwi.
Tuan Enggar masih setia menemani Istrinya yang saat ini sedang berjuang melahirkan anak mereka, bertaruh nyawa untuk buah hati mereka.
Selama proses persalinan Tuan Enggar tidak berhenti berdoa meminta pada yang Maha Kuasa agar istri dan anaknya diberi keselamatan dan kesehatan. Dia ikut merasakan sakit dihatinya saat melihat sang Istri mengejan dengan sekuat tenaga sambil meremas tangannya yang digenggam istrinya.
Dia jadi teringat perkataan istrinya tentang alasan kenapa istrinya itu ngotot menginginkan persalinan normal.
" Mas menjadi seorang ibu adalah anugerah terindah bagi seorang wanita dan aku ingin merasakan apa yang mama Tini Rasakan saat melahirkanku dan lagi rasa sakit itu juga bagian dari anugerah mas , tidak semua wanita bisa merasakan sakit nya melahirkan dan menjadi ibu."
Kata-kata istrinya itu kembali terngiang diingatannya, sampai akhirnya dia tersentak saat mendengar suara tangis bayi yang cukup keras didalam ruangan itu.
~IP
Oooeeekkk...Ooeeek...Oooeeek...Ooeekk...
Suara tangisan bayi terdengar saling bersahutan bersamaan dengan suara Adzan subuh berkumandang ,membuat kelima orang yang kini sedang menunggu di depan ruang bersalin tersenyum lega, kini disana sudah ada Mama Tini dan Papa Hendra orang tua dari nyonya Tiwi, Papa Haris dan Mama Asih orang tua Tuan Enggar, dan juga ada Smith disana. Mereka semua langsung datang ke Rumah Sakit setelah mendapat kabar bahwa putri dan menantu mereka akan melahirkan.Papa Haris dan Mama Asih yang ditelfon oleh besannya dan Smith yang ditelfon oleh Papa Haris.
" Syukurlah bayinya sudah lahir." Kata Mama Tini dengan raut wajah bahagia.
" Iya aku sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Tiwi dan juga cucuku." Kata Mama Asih.
Mereka merasa sangat bahagia apalagi Papa Hendra dan Mama Tini, karna ini merupakan cucu pertama mereka. Sebab Nyonya Tiwi adalah anak pertama mereka, Nyonya Tiwi punya dua adik perempuan yang saat ini masih kuliah dan bekerja.
🌻🌻🌻
Sedangkan di dalam Ruang bersalin tampak dua bayi mungil yang masih menangis sedang dibersihkan oleh suster.
" Silahkan di Adzani terlebih dahulu Tuan." kata suster itu sambil menyerahkan bayi laki-laki karna lahir lebih dulu.
Tuan Enggar pun mendekat sambil mengambil alih bayi laki-laki itu dari gendongan sang suster lalu mengadzani anak pertamanya. Setelah selesai mengadzani bayi pertamanya dia menyerahkan kembali bayinya pada suster yang tadi dan menerima bayi perempuan yang merupakan anak keduanya.
Saat sedang mengadzani tanpa terasa air matanya mengalir dia sangat bahagia karna mendapat dua bayi sekaligus apalagi melihat wajah kedua bayi itu yang sangat mirip dengannya. Setelah selesai di Adzani bayi kembar itupun dibawa keluar untuk dibawa ke Ruangan khusus bayi.
Tuan Enggar yang masih memperhatikan bayinya yang dibawa keluar oleh suster itupun dikejutkan oleh suara Dokter Aninda yang meminta suster lain untuk melakukan transfusi darah pada Istrinya.
Kembali menghampiri Dokter Aninda dengan wajah paniknya Tuan Enggar bertanya sambil melihat wajah pucat istrinya.
" Apa yang terjadi Dok? Bagaimana keadaan istri saya? Apakah semuanya baik baik saja?."
" Saya sudah jelaskan dari awal ini sangat beresiko untuk Nyonya Tiwi Tuan dan ini yang saya takutkan, Nyonya Tiwi kehilangan banyak darah pada saat proses persalinan tadi, sehingga kami harus melakukan transfusi darah untuknya sekarang juga sebelum semuanya terlambat, jadi tolong silahkan anda tunggu diluar Tuan biarkan kami menangani Nyonya Tiwi." Jelasnya Dokter panjang lebar.
Mau tidak mau Tuan Enggar berjalan keluar dengan wajah sedihnya, dia takut terjadi apa-apa pada Istrinya, dia belum siap kehilangan istrinya itu dan lagi sekarang ada kedua anaknya yang sangat membutuhkan ibunya.
Ceklek
Suara pintu terbuka dan menampakkan Tuan Enggar yang terlihat sangat sedih.
" Enggar! bagaimana keadaan tiwi? apakah dia baik baik saja? kami tadi sudah melihat anak kalian mereka sangat lucu." Kata Mama Asih dengan semangat.
" Iya bagaimana keadaan putriku apakah kami sudah..." ucapan Mama Tini terpotong saat mereka melihat seorang suster tergesa gesa masuk sambil membawa kantong darah.
" Ada apa ini Enggar? kenapa suster itu membawa kantong darah masuk kedalam ruang bersalin?." Kini giliran Papa Haris yang bertanya.
" Dokter bilang Tiwi kehabisan banyak darah Pa sehingga mereka harus melakukan transfusi darah untuknya." jawab Tuan Enggar dengan wajah sedihnya.
Raut wajah bahagia mereka kini berganti dengan kesedihan yang nampak jelas diwajah mereka terutama Mama Tini dan Mama Asih mereka menangis dipelukan suami mereka. Sedangkan Smith mendekati Tuan Enggar dan mengajaknya untuk duduk dikursi tunggu.
Setelah beberapa lama Dokter Aninda pun keluar.Tuan Enggar bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Dokter Aninda.
" Bagaimana kondisi istri saya Dok?"
" Apa kami sudah bisa menengok Tiwi?"
"Bagaimana dengan putriku Dok? saya ingin menemuinya."
Suara Tuan Enggar, Mama Asih dan Mama Tini yang bertanya secara bersamaan, menghela nafasnya pelan Dokter Aninda kemudian menjelaskan tentang keadaan Nyonya Tiwi.
" Alhamdulillah keadaan Nyonya Tiwi sekarang sudah lebih baik, Tuan dan Nyonya tidak perlu khawatir, setelah suster memindahkannya ke kamar rawat kalian bisa langsung menemuinya." jelasnya dengan senyuman.
" Ah syukurlah kalau begitu." kata Pak Hendra.
" Baiklah kami mengerti Dok, Terimakasih karna sudah menyelamatkan istri dan kedua anak kami." Kata Tuan Enggar dengan raut wajah bahagianya.
" Sama-sama Tuan..itu sudah menjadi tugas saya, kalau begitu saya permisi." jawab Dokter Aninda.
Setelah Dokter Aninda pergi suster membawa Nyonya Tiwi untuk dipindahkan ke kamar rawat, melihat keadaan putri dan menantunya yang sudah lebih baik meskipun masih sedikit pucat Mama Asih dan Mama Tini saling berpelukan dengan raut wajah lega sekaligus bahagia.
Mereka semua sudah sampai di ruang rawat Nyonya Tiwi.
" Sebaiknya kalian sholat subuh terlebih dahulu sebelum waktunya habis, biarkan aku yang menjaga Tiwi disini." Mama Asih berkata pada Suami, anak, besan, dan juga asisten anaknya itu.
Mereka berlima pun mengangguk setuju, sebelum pergi keluar Tuan Enggar menghampiri istrinya yang masih tertidur mungkin karna kelelahan dan mencium kening istrinya cukup lama sambil mengucapkan Terimakasih, lalu dia pun keluar menyusul yang lain untuk sholat subuh.
Di dalam ruang rawat Mama Asih duduk disamping ranjang pasien sambil mengamati wajah pucat menantunya, diapun mengusap pipi menantunya dengan lembut, merasa ada yang mengusap pipinya, perlahan Nyonya Tiwi membuka matanya dan dia tersenyum ketika melihat ibu mertuanya yang sedang tersenyum padanya.
" Kamu sudah bangun sayang? Apa kamu mau minum?." Kata Mama Asih dengan sayang.
Nyonya Tiwi hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, Mama Asih pun mengambilkan minum dan membantu menantunya itu untuk minum.
Sedangkan diluar ruangan khusus bayi disana ada Papa Haris, Papa Hendra, dan Mama Tini, setelah sholat berjamaah mereka memutuskan untuk melihat cucu kembar mereka melalui kaca. Tuan Enggar sendiri sedang bicara dengan Smith dikoridor yang tidak jauh dari Ruangan itu.
" Smith urusan perusahaan aku serahkan padamu, aku ingin fokus dulu pada istri dan kedua anakku selama masih ada dirumah sakit, karna aku tidak mungkin meninggalkan mereka sendirian." Kata Tuan Enggar sambil menepuk pelan bahu asistennya itu.
" Baiklah Tuan anda tidak perlu khawatir tentang perusahaan, anda bisa fokus dulu pada Nyonya dan juga Putra Putri anda, dan saya ucapkan Selamat Tuan atas kelahiran bayi kembarnya." jawab Smith sambil tersenyum.
" Terimakasih smith." jawab Tuan Enggar sambil mengangguk pelan.
Setelah Smith pergi Tuan Enggar menghampiri Papa dan mertuanya di depan ruangan bayi, sebelumnya dia sudah bertanya pada suster apakah bayinya bisa dibawa ke ruang rawat istrinya segera, dan setelah diperbolehkan Tuan Enggar berniat membawa sendiri Putra Putrinya ke kamar rawat istrinya.
🌻🌻🌻
Ceklek
Suara pintu terbuka dari luar, Tuan Enggar masuk dengan membawa Putra Putrinya digendongannya, tadi saat di ruang bayi Mama mertuanya ingin membantu menggendong salah satu cucunya itu tapi Tuan Enggar mengatakan bahwa dia tidak ingin salah satu anaknya merasa iri jika hanya salah satu dari mereka yang digendongnya.
Menoleh kearah pintu senyum Nyonya Tiwi mengembang saat melihat suaminya mendekat dan menggendong putra putrinya.
" Aduh cucu Oma cantik dan tampan sekali." Kata Mama Asih setelah cucunya itu berada di gendongan Nyonya Tiwi.
" Iya kamu benar sekali Asih." jawab Mama Tini.
Mereka pun bergantian menggendong si kembar, saat si kembar mulai menangis mereka menyerahkannya pada ibunya. Merekapun keluar untuk pergi sarapan ke kantin rumah Sakit dan meninggalkan Tuan Enggar dan istri serta anaknya disana. Setelah semua orang keluar Nyonya Tiwi mulai menyusui Anak-anaknya.
~IP
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!