NovelToon NovelToon

Mikhayla

Part_1

Hari ini. Hari yang paling membahagiakan buat Mikhayla Arezky. Gadis manis periang, Mahasiswi jurusan Akutansi Perbankan yang baru semester dua. Mika, panggilannya sedang menyiapkan barang-barang yang bakal dia bawa ke Bali. Mika menang undian kirim sepuluh bungkus bekas sabun colek Ekonomis gratis liburan ke Bali selama dua hari.

"Lu beruntung banget Mik, udah gratis nginep di hotel tiket bolak balik juga gratis. Coba kalo gue lagi gak bokek, pasti ikut nemenin lu," keluh Celi sahabat Mika yang juga tinggal bareng kamar kosan.

"Hmm ... padahal seru ya, kalo bisa berangkat bareng," kata Mika sambil memasukan barang-barang ke Ransel.

"Padahal, kan gue ikut kirim ke sabun colek Ekonomis. Bahkan lebih banyak dari lu eh, malah lu yang dapet," ucap Celi sedih.

"Sabar gaes belum rejeki," ujar Mika sambil menepuk bahu Celi.

"Lu kudu seneng-seneng di sana. Lupain kuliah, lupain kerjaan part-time dan lupain Fariz yang cuma PHP-in lu," ucap Celi sambil memeluk Mika.

Mika emang lagi patah hati, Fariz cowo yang deket sama dia diem-diem malah pacaran sama Sarah. Padahal Mika udah ngarep banget sama Fariz. Fariz yang ganteng, baik dan kalem.

"Makasih ya, Cel, lu emang sahabat gue yang paling baik." Mika membalas pelukan Celi.

Pagi-pagi sekali Mika langsung ke Bandara karena akan melakukan penerbangan yang paling awal. Beruntung walaupun pertama naik Pesawat semua lancar-lancar saja.

Mika sampai di Bali. Dari bandara Mika segera menaiki Taksi menuju hotel.

"Permisi, Mbak mau tanya reservasi atas nama sabun colek Ekonomis," ucap Mika yang bertanya pada resepsionis hotel.

"Sebentar, ya, saya cek dulu," ucap Resepsionis sambil mengecek laptopnya.

"Atas nama sabun colek Ekonomis. Silahkan ke kamar 312 di lantai 3. Ini kuncinya," ucap Resepsionis sambil memberikan kuncinya. Mika segera menuju ke kamarnya.

"Wahhhh ... keren banget view nya coba kalo pas honey moon pasti bakal sweet banget nih," gumam Mika sambil menikmati pemandangan lewat jendela.

Mika berjalan-jalan di sekitar pantai, menikmati indah suasana senja. Duduk di tepi pantai sambil memandang orang-orang yang terlihat gembira datang dengan pasangan atau keluarga.

"Ah, ngerasa alone gue di sini, padahal tempatnya rame dan indah. Mika lu kudu senyum, bahagia lupain semua yang bikin hati lu engap," hibur Mika ke dirinya sendiri.

Mika kembali ke kamar hotel saat sudah lewat tengah malam. Dia masuk ke dalam kamar, dan mendapati kamar dalam keadaan gelap, Mika duduk di meja tampak sebotol minuman yang sudah tinggal separo dan sebuah gelas. Tanpa pikir panjang Mika yang haus langsung meminumnya. Satu tegukan terasa aneh dan asing rasanya, namun Mika kembali meminumnya Sampai habis.

"Kok gue jadi pusing gini ya," gumam Mika sambil menuju ranjang.

Esok harinya ....

Mika mencoba membuka matanya, kepalanya masih terasa pusing. Badanya juga sakit semua, ada rasa ngilu di bagian sensitifnya. Saat akan bangun, Mika merasa ada yang aneh. Mendadak kasur yang dia tiduri menjadi keras dan mengeluarkan dengkuran halus.

"Aaaaaaa ... aaaaaaa ... aaaaaaa," teriak Mika yang membuat laki-laki itu terlonjak.

"Lu siapa? Ngapain di sini?" tanya Mika.

"Lu yang siapa, ini kamar gue," balas laki-laki itu.

"Gak usah ngaku-ngaku deh! Lu juga mesum gak pake baju kaya gitu," ujar Mika.

"Heh lu pikir, lu gak telan****" tunjuk laki-laki itu ke arah Mika.

Sontak Mika langsung melihat dirinya. Kaget, benar juga yang laki-laki itu bilang. Mika langsung menutupi tubuhnya pake selimut.

"Lu abis ngapain gue semalem," triak Mika.

"Lu yang abis ngapain gue!" triak laki-laki itu balik.

"Heh ... dimana-mana cowo yang perk*** cewe," ketus Mika.

"Tapi gue bukan tipe cowo kaya gitu, dan gak ada bukti gue lakuin itu ke lu," ujar laki-laki itu.

Namun kemudian mereka melihat bercak darah di sprei warna putih tanda kalo Mika abis buka segel. Mika langsung menangis histeris.

"Udah dong berhenti jangan nangis, gue gak tau kalo semalem udah bikin lu kaya gini. Semalem gue cuma minum wine yang ada di botol itu, terus gue tiduran dan gue mimpi tiba-tiba ada Selena Gomes tidur di deket gue. Ya udah gue sikat aja," ucap cowo itu yang udah pake baju. Mencoba menenangkan Mika yang terus menangis.

"Huuuu ... huuuu gue juga semalem minum yang ada di botol itu, terus gue pusing. Ngimpi ada Bang Lee Min Ho ngajakin gue bobo bareng. Ternyata itu lu. Huuuuu ... huuu." Mika masih terus menangis.

"Berarti kita melakukan ini gak sengaja dan gak sadar. Aneh aja kok lu bisa di kamar gue. Nama gue Azka," ucap cowo itu yang namanya Azka

"Gue Mika. Gue menang sabun colek Ekonomis dan dapet kamar di sini," ucap Mika yang udah mulai tenang.

"Sama dong, gue juga. Tapi kok bisa si dapet nya satu kamar. Gak beres ini, gue coba hubungi pihak sabun colek dulu," ucap Azka sambil meraih HP-nya.

Sementara Mika langsung pergi ke kamar mandi. Menangis dan menyesal karena telah minum barang haram itu, hingga dia melakukan dosa besar walaupun gak sengaja. Udah lebih dari sejam Mika betah berlama-lama berendam. Sampai akhirnya terdengar ketukan dari luar.

"Mik, lu gak apa-apa 'kan?" teriak Azka kuwatir.

"Gak papa," jawab Mika.

"Keluar yuk makan, gue udah pesenin nih. Sekalian kita bahas gimana nyelesein masalah ini," ucap Azka.

"Yaaa ...." teriak Mika dari dalam.

Terdengar langkah kaki menjauh dari pintu. Mika segera membersihkan diri dan keluar setelah memakai bajunya.

"Makan Mik," ucap Azka sambil menaruh piring berisi makanan di depan Mika.

"Makasih," ucap Mika lemes.

"Gue ngerti lu kepukul banget. Sumpah ini juga sama buat gue, gue minta maaf walaupun gue gak tau siapa yang salah," ucap Azka sambil menghela nafas.

"Tapi kalo lu nyuruh gue buat bertanggung jawab. Jujur, gue gak bisa gue punya pacar, sekali lagi gue minta maaf," ucap Azka menyesal.

Mika menangis tanpa suara. Mau nyalahin Azka juga gak mungkin, ini semua kesalahan bersama.

"Tadi gue udah telepon pihak Ekonomis, mereka bilang ini tiket bulan madu buat pasangan. Dan entah gimana ceritanya tiket yang harusnya buat couple malah mereka kasih buat kita. Mereka cuma bisa minta maaf," ucap Azka lagi.

Mika semakin menangis, bahunya bergetar. Keperawanannya hilang dalam semalam gitu aja. Azka menghpiri Mika dan menepuk bahunya.

"Oke gue mau lupain ini semua, gue gak bakalan inget kita di sini pernah bareng. Gue gak bakal minta tanggung jawab sama lu, gue juga minta maaf atas kejadian ini," ucap Mika sambil menghapus air matanya.

Azka tersenyum dan memeluk Mika, namun Mika menepis.

"Sorry," ucap Azka.

"Gue yang minta maaf, gue cuma gak nyaman," ucap Mika.

"Oke, sekarang kita temenan ya," ucap Azka sambil mengajak salaman. Mika membalasnya.

Mika dan Azka duduk di tepi pantai. Gak nyangka aja baru semalem Mika di sini, sendiri sekarang udah ada Azka. Cowo penghancur masa depan Mika.

"Umur lu berapa?" tanya Azka.

"Gue sembilan belas, kalo lu?"

"Gue hampir tiga puluh," jawab Azka.

"Udah sih, gak usah bilang hampir-hampir bilang aja tiga puluh. Gak mau banget di bilang tua," ledek Mika.

"Hehe, iya deh. Lu kerja apa kuliah?"

"Gue kuliah, tapi nyambi kerja part-time gitu di restoran. Lumayan lah buat nambahin bikin tugas," kata Mika.

"Keren, gak ngandelin ortu doank," puji Azka.

"Ya gitu deh, gue punya Ade cowo dia SMK, dia juga butuh biaya. Makanya gue bantu-bantu dikit, kalo lu sendiri ngapain?" tanya Mika.

"Gue cuma punya sebuah Cafe," jawab Azka.

"Wuidiiiih, pengusaha muda. Tajir dong?"

"Nggak lah, cuma biasa doank gitu-gitu aja," ucap Azka merendah. HP Azka tiba-tiba bunyi ada nama Sheryl di layarnya.

"Tinggal bentar ya, Mik, cewe gue telepon," ucap Azka sambil pergi meninggalkan Mika.

Mika memandang lautan, hatinya hancur. Harga diri dan kehormatan yang selama ini Mika jaga hancur begitu saja karena sebuah kecelakaan. Bagaimana nanti kalo orang yang bakal jadi suami Mika tau kalo dia udah gak perawan? Apakah mungkin akan ada yang menerimanya apa adanya? Air mata Mika kembali menetes sungguh ini sangat berat.

Bersambung.

Part_2

#Mikhayla

Part_2

Mikha dan Azka kembali ke Jakarta, mereka sudah sampai di bandara.

"Mik, makasih, ya, udah ngertiin gue. Sama jadi temen gue di sana," ucap Azka sebelum berpisah.

"Iya sama-sama," balas Mikha.

"Maaf, ya, buat semua yang terjadi," lirih Azka.

"Iya, gue tau ini sama beratnya buat lu," ucap Mikha

"Ini alamat cafe gue, maen-maen ke sana kalo lu ada waktu, atau kalo lu bosen ama kerjaan lu yang sekarang, pindah ke tempat gue juga boleh," ucap Azka sambil menyerahkan kartu nama.

"Oke, thanks Azka," ujar Mikha sambil menerima kartu nama itu.

"Hey, anak kecil sopan, ya, lu panggil gue nama doang, panggil abang oke Adek kecil!" titah Azka sambil tersenyum.

"Iya, Abang Azka," balas Mikha sambil tersenyum pula.

"Anak pintar," ucap Azka sambil mengacak rambut Mikha gemas.

"Ah, Abang jadi kusut, deh, rambut Mikha," keluh Mikha manyun.

"Iya maaf, ya, udah abang pergi dulu, ya, Dek, bye ...," ucap Azka sambil pergi meninggalkan Mikha.

Mikha menatap punggung Azka yang semakin menjauh, ada rasa berat hati berpisah dengannya, tentu saja karena satu malam di Bali itu. Mikha memasukan kartu nama milik Azka ke dalam tasnya.

Dua bulan setelah kejadian di Bali, Mikha kembali mencoba menata hidupnya. Walaupun berat dan masih teringat semua yang terjadi. Namun, Mikha memendamnya sendiri. Termasuk dari Celi, Mikha merahasiakan hal ini baik-baik.

Mikha juga tak sedikit pun ingin ke cafe milik Azka. Pokoknya Mikha ingin buang dan hapus semua hal tentang Azka.

Seperti biasa, hari ini Mikha bekerja di restoran. Kebetulan jadwalnya kerja bareng Celi.

"Mik, anterin pesenan ini ke meja tiga, ya!" titah Celi.

Mikha hendak mengambil nampan isi pesanan, tetapi tiba-tiba berubah menjadi gelap. Mikha jatuh pingsan. Semua makanan yang tak sengaja l tersenggol itu tumpah. Celi dan yang lainnya panik langsung membawa ke rumah sakit.

Mikha membuka matanya, ada Celi yang sedang menangis di sampingnya.

"Lu kenapa, Cel, gue masih idup," lirih Mika.

"Lu ngomong sama gue, Mik, siapa yang ngelakuin ini sama lu," ucap Celi sambil terus menangis.

"Maksud lu apa?"

Belum Celi menjawab, bu Tia--ibunya Mikha datang bersama Raka adiknya.

"Mik, kamu jawab siapa yang nglakuin ini?" tanya bu Tia sambil mencengkeram ke dua bahu Mikha.

"Sakit Bu, apaan, sih, Bu," ucap Mika yang masih tak mengerti dengan apa yang Celi dan bu Tia tanyakan.

"Kamu hamil Mikha! Apa kamu nggak tau!" ucap bu Tia dengan suara yang bergetar menahan tangis

"Apaaaa ... gue hamil?! Nggak mungkin, gue nggak mungkin hamil. Cel, ini bohong 'kan! Gue nggak mungkin hamil!" teriak Mikha histeris sambil memukuli perutnya.

Raka mencoba menahan kakaknya yang menyakiti dirinya sendiri. Celi memanggil dokter, sementara bu Tia menangis di samping ranjang. Karena shock, Mikha pingsan kembali.

"Bu, sepertinya anak Ibu tidak menyadari dia dalam kondisi hamil, sehingga dia merasa sangat terpukul. Saya harap Ibu pelan-pelan kasih pengertian agar dia tidak stres," ucap dokter setelah memeriksa Mikha.

Bu Tia hanya menangis, tak menjawab ucapan dokter. Dia tak percaya Mikha yang lugu bisa melakukan hal seperti itu.

"Bu, yang sabar, ya, Celi tau banget Mikha nggak pernah ngelakuin hal-hal aneh. Kemana-mana selalu bareng Celi. Kecuali ...."

"Kecuali apa?" tanya bu Tia dan Raka bersamaan.

"Kecuali saat Mikha dua hari pergi ke Bali," jawab Celi mantap.

"Bener, Bu, pasti pas di Bali itu," ucap Raka setuju.

"Kalo denger kata dokter, emang usia kandungan Mikha sama kaya pas dia abis ke Bali, dua bulan. Ya Alloh Mikha, apa yang terjadi, Nak," ucap Bu Tia sambil menangis.

"Ibu yang sabar, kita bakalan cari jalan yang terbaik. Sekarang Kak Mikha butuh dukungan dari kita," ucap Raka menenangkan. Ya, walaupun Raka masih SMK tetapi dia sangat dewasa, karena setelah kematian ayahnya, dia anak laki-laki yang bertanggung jawab menjaga bu Tia dan Mikha.

Mikha mulai sadar dan dia mulai mengingat tentang apa yang terjadi.

"Jadi gue hamil," lirih Mikha sambil menangis.

"Ceritain sama ibu, Nak, kenapa semua ini bisa terjadi?" kata bu Tia sambil memeluk Mikha.

Mikha menceritakan semua kejadian yang di Bali, Celi melongo nggak percaya gara-gara sabun colek sahabatnya bisa hamil. Raka mengusap pundak Mikha menguatkan kakanya yang bercerita sambil menangis.

"Berarti, kamu nggak tau di mana Azka tinggal?" tanya bu Tia setelah Mikha menyelesaikan ceritanya. Mikha hanya menggeleng. Semua yang ada di situ langsung mengembuskan napas kasar.

"Tunggu, ransel iya tas ransel yang gue pake buat ke Bali. Di situ ada alamat cafe milik Azka, sebelum pisah di bandara Azka ngasih ke gue," ucap Mikha tiba-tiba.

"Lu taro di mana? Biar gue ambilin," ucap Celi yang memang satu kamar kos bersama Mikha.

"Gue taro di lemari paling bawah," kata Mikha.

"Ya udah gue cabut ya ambil ransel lu, mudah-mudahan masih ada, masa depan lu itu," ucap Celi.

"Biar gue anter, Kak," pinta Raka.

Raka dan Celi bergegas menuju kosan buat ngambil Ransel.

"Mik, kamu yang sabar, ya, apapun yang terjadi bayi yang kamu kandung itu nggak salah, bahkan denger cerita kamu ibu juga tau kamu nggak salah. Ibu harap kamu kuat, ya, jangan menyakiti diri kamu sendiri atau bayi kamu," ucap Bu Tia menasehati Mikha.

"Mikha bingung, Bu, Azka bilang dia udah punya cewe. Kalo dalam dua bulan ini dia udah nikah. Mikha kudu gimana?" sesal Mikha sambil menangis.

"Kamu berdoa sama Allah, mohon ampun atas salah dan khilaf. Percaya, semua ini terjadi juga karena takdir Allohy. Kamu yang sabar, yang kuat." Bu Tia memeluk Mikha erat. Mikha makin nangis sesenggukan.

Setelah sejam Celi kembali ke rumah sakit bersama Raka dan tas ransel milik Mikha.

"Ini tas lu, coba lu cari mudah-mudahan ada," ujar Celi sambil menyerahkan tas ransel pada Mikha.

Mikha mencari dan mengorek tasnya. Panik, kartu nama itu nggak ada. Sampai akhirnya kertas itu nyempil di lubang kecil tas yang sobek.

"Alhamdullillah ada," pekik Mika.

"Ya, udah Mik, ibu sama Raka langsung ke sana," kata bu Tia.

"Gak usah, Bu, biar Mikha aja," tolak Mika.

"Kamu yakin?" ujar bu Tia.

"Yakin, Bu, nanti setelah ke luar dari rumah sakit Mikha bakal langsung ke sana di temenin sama Celi," balas Mika

Mikha bakalan nemuin Azka sendiri, gimana juga masalah ini bermula karena mereka. Mikha bakal lihat apakah Azka akan tanggung jawab atau mengelak dari bayi ini.

Bersambung.

Part_3

Dua hari Mikha di rawat di rumah sakit, akhirnya dibolehkan pulang. Hari ini, Mikha sudah berdiri di depan sebuah cafe bernama 'We O We Cafe' milik Azka.

"Lu yakin, Mik?" tanya Celi mastiin.

"Yakin! Demi anak gue," ucap Mikha mantap sambil mengusap perutnya.

Mikha dan Celi masuk ke dalam cafe, tak lama pelayan datang menghampiri meja Celi dan Mikha.

"Mau pesen apa, Mba?" sapa pelayan ramah.

"Mba, boleh nanya, Azka ada nggak, ya?" tanya Mika.

"Oh, pak Azka sedang keluar bersama ibu Sheryl," jawab pelayan masih ramah.

Mikha tau Sheryl adalah nama pacar Azka. Mikha menghela napas kasar.

"Pesen makanan dulu kali, ya, Mik, sambil nunggu," pinta Celi. Miyka hanya mengangguk. Celi memesan beberapa makanan dan minuman.

Tiga jam Mikha dan Celi nunggu Azka, tetapi Azka masih belum menunjukkan batang hidungnya. Mika udah tak sabar.

"Kita pulang aja apa gimana?" tanya Mikha.

"Yakin lu? Bentar lagi tanggung setengah jam lagi, ya," ujar Celi.

Setengah jam waktu tambahan yang Mikha luangkan, untuk menunggu Azka. Sepertinya sia-sia. Azka tak kunjung datang.

"Udah, ah, balik aja, yuk!" ajak Mikha putus asa.

Namun, saat Mikha balik badan hendak pulang, dia melihat Azka masuk ke cafe sendiri tanpa Sheryl. Tanpa menunggu lama Mikha langsung menghampiri Azka.

"Abang ...!" panggil Mikha.

"Hey, lu di sini, Dek? Sejak kapan?" tanya Azka yang kaget ada Mikha di sana.

"Dari jam sebelas, Bang."

"Wah, lama juga, ya? Apa ada yang penting?" tanya Azka.

"Penting banget," jawab Mika.

"Ya udah, ke ruangan Abang, yuk. Abang kangen sama kamu, Dek, di tungguin malah baru ke sini," ucap Azka ramah sambil mengajak Mikha dan Celi ke ruangannya.

Celi mencolek Mikha.

"Ganteng, Mik," ucap Celi yang di balas sikutan oleh Mikha. Jiwa keganjenanya tetep mode on walaupun dalam suasana genting.

"Duduk, Dek!" titah Azka. Sebenernya Mika risih di panggil 'Dek'sama Azka, tetapi bodo amatlah yang penting bayi ini.

"Bang, ada yang Mikha mau sampein," kata Mikha serius setelah duduk.

''Apa? Lu butuh kerjaan?" tanya Azka.

Mikha menggeleng.

"Terus?"

"Mikha hamil, Bang?" ucap Mika setelah menarik napas panjang. Celi menggenggam tangan Mikha menguatkan.

Azka langsung menutup mulutnya. Matanya melotot, Azka menggeleng tak percaya.

"Lu yang bener, Dek, bukanya itu gak sengaja? Itu juga cuma sekali, gimana mungkin langsung jadi," ujar Azka tak percaya. Azka frustasi dengan kasar menarik-narik rambutnya.

"Serius, Bang, Mikha nggak bohong. Mikha juga nggak nyangka. Kalo semua ini bakal terjadi," lirih Mikha.

"Terus gue harus gimana? Lu 'kan tau, Dek, gue punya cewe," ucap Azka bimbang.

"Gue ngerti tapi gimana sama bayi ini. Ini anak Abang juga,'' Mika terisak.

Azka bingung.

"Gimana kalo ...."

Ucapan Azka di potong Celi.

"Jangan nyuruh Mikha gugurin kandungan, ya! Gue laporin polisi lu!" ancam Celi.

"Gue belum bisa ngasih keputusan ini. Ini mendadak banget," ucap Azka.

"Lu mau lari dari tanggung jawab dan ngebiarin Mikha menderita sendiri, gimana juga ini anak lu brengsek!" triak Celi kalap.

"Apaaaa? Anak!" ucap seorang nenek dari arah pintu.

"Oma," lirih Azka yang langsung pucet.

"Azka! Ceritakan semua yang terjadi, siapa mereka?" tanya Oma.

Azka menceritakan kejadian yang di Bali dan kenapa semua bisa kaya gini.

"Mikha, Oma akan segera mengajak papi dan mami Azka untuk ke rumah kamu. Kamu tenang aja Azka pasti bakal bertanggung jawab," ucap Oma.

"Oma nggak bisa gitu, bagaimana dengan Sheryl," tolak Azka.

"No! Kamu sama Sheryl udah terlalu lama pacaran dan nggak kunjung nikah, dan sekarang ada yang lebih penting di selamatkan dari cinta buta kamu dan Sheryl yaitu cicit oma, oma selalu bilang Sheryl nggak baik buat kamu!" tegas oma Diana.

"Tapi, Azka nggak bisa, Azka gak cinta sama Mikha. Semua itu juga nggak bakal terjadi kalo Mikha nggak ceroboh," tuding Azka.

Mikha yang geram menapar pipi Azka.

"Tega lu, ya. Lu pikir gue bakal ke sini nemuin lu kalo bukan karena gue hamil, gue setengah mati buat lupain semua. Keperawanan gue ilang dalam satu malem bukan karena ingin gue. Lu pikir gue gak ancur, mencoba menerima, pasrah buat semuanya dan ngertiin lu buat lupain dan anggap gak ada yang terjadi. Brengsek lu ya!" geram Mikha sambil menangis.

"Sabar Mikha, oma yang bakal urus semua. Kamu pulang dulu, ya, istirahat. Jagain cicit oma," ucap Oma menenangkan.

"Oma bener, Mik, kita pulang aja dulu. Biar Oma nasehatin Ferguso," kata Celi setuju.

Mikha dan Celi meninggalkan Azka. Sebelumnya Oma meminta nomor HP dan alamat Mikha.

"Oma, Azka nggak bisa nikah sama Mikha. Azka nggak cinta sama dia," ujar Azka sambil menunduk.

"Dia lagi mengandung anak kamu, coba kamu pikir kalo anak kamu udah gede dan tau punya bapak pengecut kaya kamu dia bakalan kaya gimana. Azka Oma yakin Mikha nggak bohong. Itu pasti anak kamu!" Oma menasehati Azka.

"Bisa aja 'kan dia hamil anak pacarnya. Terus bilangnya anak Azka."

"Bukanya kamu yang buka segel dia? Kamu tau 'kan dia terjaga dan baik-baik. Jangan asal nuduh orang lain tanpa bukti. Oma berani tes DNA yakin seratus persen itu anak kamu. Inget, ya, Azka ada anak gadis orang yang kamu hancurin masa depannya. Dan oma nggak bakal diem aja liat cucu oma jadi pengecut," ucap oma mantap.

Azka masih menunduk, dia bingung apa yang harus dia lakukan.

"Kalo kamu masih nggak mau tanggung jawab. Oma bakal tarik semua fasilitas kamu. Dan tentu saja oma bakal deportasi kamu ke pedalaman rumah eyang kamu," ancam oma Diana nggak maen-maen.

Eyang, atau orang tua mami Niar, memang tinggal di tempat yang sangat jauh dari kota, mereka biasa hidup dengan sederhana. Bertani dan berkebun adalah kehidupannya. Anak jaman now model Azka nggak bakalan kuat hidup seperti itu.

"Oma, nggak ngancem juga kali," gerutu Azka.

"Makanya nikahin Mikha. Atau kamu mau jadi gembel dan semua jatah warisan kamu oma kasih sama anak kamu dan Mikha," ancem oma lebih sadis sambil meninggalkan Azka.

Azka memijat pelipisnya, pusing apa yang harus dia lakukan. Di sisi lain dia nggak mungkin ninggalin Sheryl tetapi, dia juga nggak mungkin ngebiarin Mikha menderita sendiri. Mikha nggak bakal mau disuap pakai uang, jelas dia pengen tanggung jawab dari Azka sebagai ayah bayinya. Hati kecilnya juga yakin kalo Mikha mengandung anaknya. Arya masuk ke ruangan Azka, bingung melihat Azka yang kusut.

"Kenapa, Bro, kusut banget," tanya Arya membuyarkan lamunan Azka.

"Pusing gue Mikha hamil, gue kudu tanggung jawab. Tapi, gimana dengan Sheryl, gue nggak mungkin ninggalin dia," ucap Azka.

"Mikha? Siapa dia? Lu diem-diem selingkuh di belakang Sheryl, nyampe hamil lagi, wah parah lu," ujar Arya nggak percaya sahabatnya ternyata seperti itu.

"Sialan lu, gue bukan playboy kaya lu. Gue setia, ini sebuah kecelakaan pas gue di Bali. Gara-gara sabun colek sialan," ketus Azka.

"Maksudnya gimana Bro?"

Azka menceritakan semua kejadian yang di Bali.

"Wah ... gimana rasanya ngedapetin perawan, Bro?'' ledek Arya.

"Brisik lu, gue beneran pusing ini. Cariin gue solusi," sungut Azka.

"Menurut gue gak adil kalo lu, lari dari tanggung jawab. Gimana juga lu yakin itu anak lu, jangan sampai lu nyesel akhirnya. Mikha juga pasti terluka atas kejadian ini, dia lebih pusing, sakit, bingung dan putus asa dari lu. Gue harap lu dewasa dalam mengambil keputusan. Mikha dan anak lu, atau Sheryl dan cinta buta lu. Jujur gue dukung Mikha," kata Arya panjang lebar.

"Semudah itu padahal lu belum pernah ketemu orangnya."

"Dengan dia ngilang dari lu, gak ngusik lu selama dua bulan ini setelah kejadian itu, buat gue yakin dia gadis yang baik. Kalo gue jadi Mikha gue peres duit lu sampai miskin, secara lu udah ngambil keperawanan gue," ujar Arya sambil tertawa ngeledek.

Azka ngangguk-ngangguk.

"Ini juga jawaban dari doa orang-orang yang sayang lu, Bro, mereka pengen lu putus dari Sheryl dan Tuhan kirim Mikha dan sepaket lagi sama anak lu," ujar Arya.

"Apaan sih, Sheryl itu gak seburuk yang kalian pikir, dia baik," bela Azka.

"Terserah lu dah, gue cabut, ya. Gue harap lu bakal tetep tanggung jawab. Gue nggak mau punya temen pengecut."

Setelah ke pergian Arya. Azka jadi berpikir haruskah dia tanggung jawab dan meninggalkan Sheryl.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!