NovelToon NovelToon

Ajari Aku Cinta

Mimpi Buruk

Happy Reading

"Cepat kau tanda tangani surat ini karena aku akan segera menikah dengan kekasih ku." Seorang pria melempar surat cerai di depan wanita lemah yang berlutut di depannya.

"Aku mohon mas. Demi anakmu. Jangan kau tinggalkan kami." Wanita itu memohon sampai bersujud dibawah kaki pria itu .

"Demi anak kau bilang?? Cih... Itu pasti hanya akal-akal mu saja kan agar kita tidak bercerai, kan?"

Wanita itu menangis, menggelengkan kepalanya. Dia hanya ingin mempertahankan rumah tangga nya demi anaknya.

"Tekadku sudah bulat untuk berpisah dengan mu. Jika bersama mu hidup ku sama sekali tidak ada perubahan. Aku ingin kaya dan hidup enak makanya aku akan menikah dengan kekasihku. Sekarang cepat kau tanda tangani surat cerai ini atau aku akan menyiksa anak kesayangan mu itu." hardik pria itu

"Jangan mas , aku mohon!! Baiklah aku akan menandatangani nya." dengan berat hati wanita itu menandatangani surat itu.

Setelah mendapat kan apa yang ia inginkan, pria itu pergi dengan kekasih nya meninggal kan wanita yang terus memanggil namanya.

Di sisi lain seorang gadis kecil yang sedari tadi bersembunyi menyaksikan pertengkaran mereka, memberanikan diri mendekati wanita itu.

"I-ibu!!" panggilnya terbata karena merasa takut dengan apa yang ia lihat.

"Chaca! Maaf kan ibu sayang. Maaf." Wanita itu memeluk Chaca yang ketakutan.

"Chaca takut Bu. hiks hiks hu."

Wanita itu menghapus air matanya dan menatap Putri semata wayangnya.

"Dengar kan Ibu!! Chaca sayang kan sama ibu??" tanya wanita itu yang dijawab anggukan oleh Chaca kecil.

"Berjanjilah kalau Chaca akan baik-baik saja." setelah mengatakan hal itu tiba-tiba wanita itu memegang dadanya yang terasa sesak. Wanita itu kesakitan dan tak sadar kan diri.

"Ibu!!!Ibu!!!" panggil Chaca kecil

"Ibu kenapa?? Bangun bu!!! Jangan tinggalkan Chaca Bu. Chaca takut."

"Ibu!!!Ibu!!"

...----------------...

"IBU!!!" teriak Chaca. Dia terjaga dari tidurnya dengan nafas yang memburu dan keringat mengalir dari pelipisnya.

Chaca mengusap kasar wajah nya dan menghela nafas panjang. "Mimpi itu lagi." gumamnya.

Dia melirik jam weker yang ada di atas nakas yang menunjukkan pukul 5 pagi. Chaca segera turun dari tempat tidur dan mulai aktivitas untuk mandi.

Dia tidak ingin berlama-lama termenung karena mimpi buruk itu karena ada hal yang lebih penting yaitu pergi ke sekolah.

Ya, ini adalah hari pertama dia masuk Sekolah Menengah Atas. Dan Dia tidak mau terlambat. Untuk itu dia segera bergegas mandi baru setelahnya ia membuat sarapan untuk dirinya sendiri.

Di rumah sederhana itu Chaca memang tinggal sendiri. Selain Ingin belajar hidup mandiri, dia juga sedang berusaha untuk berdamai dengan masa lalu nya.

Seperti yang dikatakan kakak sepupu nya bahwa dia harus mencoba membuka hati untuk mengenal Cinta. Bukan cinta kepada keluarga. Tapi cinta yang lain. Cinta sahabat dan cinta untuk lawan jenis tentu nya.

Bukan tanpa alasan kenapa dia harus melakukan itu. Karena dia mempunyai trauma di masa kecil. Untuk itu, dia lebih berhati-hati dalam memilih teman. Dia tidak suka dengan orang yang bermuka dua. Untuk itu dia tidak menggunakan marga kakek nya saat ini karena ingin mencari orang yang tulus pada nya seperti saran kakaknya

Selesai sarapan, Chaca bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dia memakai atribut yang telah ditentukan oleh pihak sekolah untuk mengikuti MOS tiga hari kedepan.

Dia memakai topi dari bola plastik yang di belah jadi dua, rambut di kepang dua dengan pita warna warni, ikat pinggang dari tali rafia berwarna merah dan tidak lupa kertas bertuliskan nama yang dipakai di leher nya.

Siswa-siswi baru wajib mengikuti MOS dan harus membawa bekal yang juga sudah ditentukan juga. Seperti nasi bumbu dan air minum banci .

Entah lah apa maksud nya karena banyak sekali nasi berbumbu itu. Seperti nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning dll. Kalau air minum banci Chaca sudah bisa menebak nya itu pasti Aquwaria.

Chaca berjalan kaki menuju sekolah nya karena memang jaraknya dekat dengan rumah nya. Hanya butuh tiga puluh menit untuk sampai di sekolah barunya.

Dan disini lah Chaca sekarang berada. Dia berdiri di depan pintu gerbang SMA Tunas Bangsa. SMA favorit di kota nya. Dan SMA ini juga adalah sekolah milik kakeknya.

Chacha menghirup udara dan menghembuskan kan nya perlahan. Dia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya seolah memberi semangat pada dirinya sendiri. "Kamu pasti bisa Cha. Semangat!!!" ucap nya sebelum memasuki area sekolah barunya.

Hari Pertama MOS (Perkenalan)

Chaca mulai masuk ke area sekolah. Sudah banyak siswa baru yang sudah standby disana. Chaca melihat-lihat gedung sekolah yang terlihat mewah dengan halaman yang sangat luas. Sebenarnya Chaca pernah kesini waktu kecil, tapi dulu dia tidak terlalu memperhatikan Sekolah elite itu.

"Wah ... Bagus banget sekolahan nya. Gedung nya berlantai tiga dan halaman nya luas banget." Chaca berdecak kagum dan terus mengedarkan pandangannya sampai-sampai tidak memperhatikan jalan dan akhirnya menabrak seseorang.

Brukh

"Akh .. baju gue." rengek perempuan yang ada didepannya.

"Maaf kak, Chaca gak sengaja." Chaca membungkuk kan badannya meminta maaf karena sudah membuat minuman perempuan di depan nya itu tumpah mengenai seragam nya.

"Maaf-maaf!! Loe gak liat baju gue basah, Hah." bentak perempuan itu.

"Chaca beneran gak sengaja kak ... " Chacha melihat name tag di baju seragam perempuan itu yang tertulis nama Dania disana. "Maaf kak Dania." ucapnya lagi

"Makanya jalan tuh pake mata. Dasar anak baru." Dania mengamati penampilan Chaca dari atas sampai bawah. Dia tersenyum sinis dan berkata, "loe beneran masuk sekolah sini?? Gak salah alamat kan loe???" tanya Dania dengan nada menghina

Chaca melihat penampilan nya sendiri. Apa ada yang salah dengan penampilan nya? Memang apa yang Chaca pakai bukan barang bermerk. Apalagi tadi Dia hanya jalan kaki. Lalu kenapa? Pikir Chaca

"Iihh... Jorok banget sih. Ayo girls kita ke toilet buat cuci tangan. Takut kena kuman gue." ajak Dania yang dijawab anggukan oleh teman-temannya.

"Minggir loe!!" Dania dan kedua temannya mendorong Chaca hingga jatuh ke lantai. Mereka melewati Chaca begitu saja tanpa menghiraukan garis itu yang mengaduh kesakitan.

Chaca melihat kepergian Dania. Dia menghela nafas panjang dan mencoba berdiri sampai ia melihat seseorang mengulurkan tangan di depannya.

Chaca mendongakkan kepalanya.Terlihat perempuan yang memakai seragam SMP, tersenyum menatapnya. "Loe gak papa?" tanya perempuan itu

Chaca menerima uluran tangan itu dan berdiri. "Chaca gak papa." ucapnya. Dia mengucapkan terimakasih sambil membersihkan rok bagian belakangnya. "Makasih ya, emm ... Sivanya." ucapnya saat membaca nama yang tergantung di leher gadis itu.

"Sama-sama Chacha. Panggil saja gue, Siva." ucap Siva yang dijawab anggukan oleh Chaca

"Gak usah di dengerin ucapan kakak tadi. Ini sekolah umum. Siapa aja berhak untuk bersekolah disini." ucap Siva.

Chaca hanya tersenyum dan mengangguk pelan mendengar ucapan Siva. Lagi-lagi dia mengucapkan terima kasih pada nya.

Namun obrolan mereka harus terhenti saat terdengar pengumuman dari kakak OSIS yang meminta anak baru untuk berkumpul di lapangan sekolah.

Chaca dan Sivanya berlari ke lapangan dan mulai berbaris dengan murid lainnya.

Lagi-lagi mereka dibuat kagum saat Kakak-Kakak OSIS masuk ke area lapangan. Tidak hanya bangunan nya yang mewah tapi ternyata siswa siswi nya juga tampan dan cantik..

Sivanya menyenggol lengan Chaca dan berkata, "Cha, liat deh!! Ganteng banget kakak OSIS nya."ucap Sivanya yang begitu antusias.

Chaca memutar bola matanya. "Iya-iya ganteng dan cantik. Moga aja hatinya juga baik." Chaca tidak terlalu menanggapi Sivanya karena dia sama sekali tidak tertarik dengan tampang mereka jika ujung-ujungnya sama seperti yang sudah-sudah.

"Selamat pagi adik-adik!!"sapa kakak OSIS

"Pagi Kak!!"Jawab mereka serempak.

"Gak kedengaran. Selamat pagi adik-adik!!!!"teriak kakak OSIS

"PAGI KAAKKK!!!!"

"Nah gitu dong. Semangat."

"Oke. Kakak ucapkan selamat datang di SMA Tunas Bangsa. Dan perkenalkan nama kakak, Candra Ardy Verdiansyah. Kakak pengurus OSIS sekaligus seksi perlengkapan acara ini. Hari ini adalah hari pertama kita mengadakan MOS. Dan kakak Harap kalian tetap semangat sampai dua hari ke depan ya. Untuk hari ini, di hari pertama MOS, kita akan melakukan perkenalan terlebih dahulu. Kita mulai dari kakak-kakak yang ada di depan sini ya ." seru Candra

"Hai nama kakak, Reva Natasya Anggraini. Kakak bendahara OSIS sekaligus pembina kelompok acara ini. Salam kenal." sapa Reva dengan senyum manisnya.

"Halo ... Nama kakak, Gabriela Avintia Dewi. Panggil aja kak Gaby. Kakak sekertaris OSIS dan pembina kelompok juga. Salam kenal ya." Seru Gaby tak kalah antusias.

"Kalau Nama Kakak, Widiandra Afrizal Pratama. Kalian bisa panggil kak Andra. Kakak pengurus OSIS sekaligus seksi keamanan acara ini. Salam kenal." Ujarnya sambil melambaikan tangan pada adik kelas nya.

"Nah gimana? Udah pada tau kan nama kakak-kakak yang ada di sini." teriak Candra

"Iya Kak." Sahut mereka serempak.

"Sebenarnya masih ada banyak lagi kakak-kakak OSIS dan pembina acara ini. Tapi mereka tidak bisa hadir di sini karena sedang melakukan mempersiapkan untuk acara kita nanti. Mereka sekarang berada di ruang rapat OSIS bersama ketua OSIS sekaligus ketua panitia acara MOS kali ini. Dan untuk wakil ketua OSIS , dia sedang tidak bisa hadir karena ada keperluan." Terang Candra

"Oke, karena acara hari ini adalah perkenalan, hari ini kalian silahkan saling berkenalan dengan teman-teman baru kalian. Setelah ini silahkan masuk kedalam kelas masing-masing. Nanti akan ada kakak pembina OSIS yang masuk ke kelas kalian dan memberikan pengarahan.. Jelas semuanya???!!!"tanya Candra.

"Jelas Kak!!!"

"Oke.. Silahkan kalian ke kelas masing-masing dan tetap semangat."

Semua siswa baru mulai membubarkan diri dan memasuki kelas masing-masing. Di dalam kelas semua mulai mengakrabkan diri. Begitu juga dengan Chaca dan Sivanya.

Walaupun banyak yang menatap rendah dirinya hanya karena seragam yang ia gunakan, tapi Chaca tidak perduli.

Inilah yang dia inginkan, kejujuran. Bukan mereka yang tersenyum manis di depan tapi menusuk di belakang.

Keributan di kelas masih saja berlanjut. Obrolan-obrolan mereka menjadi canda tawa bersama. Tapi tiba-tiba datang kakak OSIS yang membuat semua kembali ke tempat nya masing-masing. Kelas yang tadinya ramai mendadak sunyi.

"Selamat pagi Adik-adik!!" Sapa kak Reva.

"Pagi Kak Reva!!" Seru para siswa murid baru. Tapi tidak ada sahutan dari siswi di kelas itu. Semua menatap kagum pada sosok di depan kelas mereka. Walau terlihat dingin dan tatapan matanya yang tajam. Tapi sosok itu begitu sempurna dan mengagumkan.

Semua siswi terpana kecuali Chaca tentu nya. Dia hanya memutar bola matanya jengah melihat teman-teman nya tak berkedip melihat penampakan di depan kelasnya.

"Wo..wo.wo... Kayaknya kakak tau ini kenapa gadis-gadis disini tiba-tiba pada kesambet." Kekeh Reva membuat mereka tersadar dan tersipu malu.

"Di samping kak Reva ini adalah ketua OSIS sekaligus ketua panitia acara MOS tahun ini. Silahkan perkenalkan diri Kakak."

"Hai.. Nama Kakak, Andhika Putra Ananda Joseph. Kakak ketua OSIS sekaligus ketua panitia acara ini. Salam kenal." sapa Andhika dengan muka datar nya.

Semua siswi mulai gigit jari melihat ekspresi wajah Andhika yang tidak mudah untuk di dekati itu.

"Sudah-sudah. Kak Dhika memang begini. Dia di juluki manusia es di sekolahan ini." canda Reva tapi tidak membuat Andhika tersinggung sama sekali.

"Lahir di kutub Utara ya Kak??" tanya Chaca

Semua mata menatap padanya. Berani nya dia mengejek Andhika. Apa dia tidak tau siapa Ketua OSIS itu? Begitu lah kiranya arti tatapan teman-teman nya.

Bukan nya menjawab, Andhika berjalan mendekati Chaca. Dia membungkuk kan sedikit badannya. "Menarik." ucapnya. Dia mengusap rambut Chaca dan kembali kedepan kelas.

Pemandangan yang langka. Jika yang lain akan berpikir dua kali tapi tidak untuk Chaca. Bagaimana bisa gadis lusuh itu mendapat kan perlakuan manis dari seorang Andhika?

Reva berdehem dan mulai membacakan acara hari ini. "Karena Tema hari ini adalah perkenalan, kami akan mengajak kalian berkeliling di sekolahan ini. Agar kalian tahu apa saja yang ada di dalam sekolahan ini. Jadi langsung saja kita keluar dan kami akan memandu kalian."

Semua mulai keluar. Sivanya terus menatap Chaca. Dia begitu iri pada gadis itu karena mendapat perlakuan manis dari Ketua OSIS .

"Kenapa liatin Chaca kayak gitu?" tanya Chaca. Ia merasa risih dengan tatapan teman baru nya itu

Sivanya menghela nafasnya dan berkata, "Gue iri sama Loe."

Chaca menghentikan langkahnya menatap balik temannya. "Iri kenapa???" tanya Chaca

"Gue tadinya takut loe bakalan dapet masalah karena udah nyinggung kak Dhika. Tapi ternyata loe malah dapet perlakuan manis dari kak Dhika."

"Manis???"

Sivanya mengangguk pelan. "Siapa yang gak tau kak Dhika? Cucu dari pemilik sekolahan ini."

"Ya udah. Nanti Chaca bilang sama kak Dhika kalo Siva juga pengin di usap kepala nya." Setelah mengatakan itu, Chaca kembali berjalan menyusul yang lain.

"Loe serius Cha? Ahh.. Jangan dong Cha. Gue kan malu." Sivanya berlari mengimbangi langkah Chaca.

"Sutttsss diem. Chaca jadi gak konsen ini denger penjelasan kak Reva." sungut Chaca. Sedang si pelaku terkekeh menanggapi nya.

Semua siswa baru berdecak kagum melihat begitu banyak ruangan di sekolahan itu. Ada perpustakaan, ruang teater, music, gym, fitness center, kolam renang, Lapangan basket, futsal dan lapangan sepakbola. Laboratorium, Ruang komputer dan masih banyak lagi.

"Oke semuanya, kita sudah selesai berkeliling. Dan sekarang tugas kalian adalah membuat denah atau bagan sekolahan ini. Jangan lupa tulis nama dan kelas masing-masing ya." seru Reva.

"Iya kak." Sahut siswa siswi baru serempak.

"Setelah selesai langsung kumpul kan pada kakak. Dan kalian boleh istirahat. Dan setelah nya kita akan membahas tentang acara besok pagi."

"Besok kita akan mengadakan Outbond. Dan nanti kita akan membagi kelompok untuk acara outbond besok dan kelompok tenda. Kalian paham?? Ada yang perlu ditanyakan kan???"

"Apa saja yang harus kita bawa untuk acara besok kak.?" Tanya salah satu teman Chaca.

"Untuk itu kita bahas nanti. Kalian siapkan kertas dan pena untuk mencatat nya nanti. Ada lagi yang mau ditanyakan??" tanya Reva.

"Tidak Kak."

"Oke kalau begitu selamat mengerjakan tugas ya Adik-adik." Seru Reva.

.

Pertemuan Pertama

Hari pertama MOS sudah berakhir. Semua murid baru mulai membereskan tas mereka setelah mencatat apa saja yang harus mereka bawa untuk acara outbond besok dan perkemahan di hari terakhir MOS sebagai acara penutupan. Mereka juga sudah membentuk kelompok untuk outbond dan kelompok tenda.

Untuk kelompok outbond, setiap team terdiri dari empat perempuan dan empat laki-laki. Chaca dan Siva menjadi satu team bersama Reina, Alya, Agung, Satria, Aji dan Rizky. Sedangkan untuk kelompok tenda, Chaca dan Sivanya masih tetep satu team dan enam anggota lainnya adalah Indira, Aulia, Monica, Fanesa, Syakila dan Dayana.

Chaca sedikit lega karena kelompok nya bukanlah orang yang sombong. Mereka seperti apa adanya dan tidak membedakan status sama sekali.

Chaca dan yang lainnya keluar dari kelas. Ada yang sedang menunggu jemputan ada juga yang pulang menggunakan kendaraan masing-masing. Tapi tidak sedikit juga mata yang menatap rendah Chaca yang keluar dari pagar sekolah dengan berjalan kaki. Apa lagi dengan penampilannya yang sederhana.

Walau awalnya Chaca terlihat acuh tapi lama-lama dia merasa risih juga. Akhirnya Chaca mengambil jalan pintas yang tidak terlalu ramai untuk pulang. Tapi langkah nya terhenti saat terdengar suara klakson mobil di belakang nya.

DIN .... DIN ...

"Loe kok jalan kaki Cha? Gak dijemput?" tanya Siva

Chaca menggeleng pelan. "Rumah Chaca deket." jawab Chaca

"Mau sekalian gue anter gak??" ucap Siva menawarkan diri. Tapi lagi-lagi Chaca menggeleng kan kepalanya menolak tawaran Siva.

"Ya udah kalo begitu. Gue duluan ya. Sampai ketemu besok." Siva melambaikan tangan nya dan mulai melajukan mobilnya.

Chaca hanya melihat sepintas dan kembali berjalan. Jalan yang di lewati Chaca terasa sepi karena bukan jalan utama. Udaranya juga begitu segar, sehingga Chaca melambatkan langkahnya menikmati udara sore itu.

Dia memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan nya. "Ah... Segar nya." gumam Chaca.

"Apa nya yang segar Cantik??"

Chaca membuka matanya saat mendengar seseorang bicara di depannya. Terlihat tiga orang pria yang berpenampilan urakan menghalanginya jalan Chaca.

"Udara disini sejuk ya. Tapi kakak tau lho tempat yang lebih bagus dari ini." Seru salah satu pria berkulit hitam yang terus menjilati bibirnya

"Kita juga bisa kasih kenikmatan tiada tara lho cantik." lagi-lagi pria urakan berambut kribo menggoda nya.

"Minggir!!!" teriak Chaca

"Duh.. Cantik-cantik kok galak sih. Tapi tambah gemes deh kakak. Pengen gigit rasanya." Pria berkulit hitam mulai memegang tangan Chaca tapi ditepis oleh gadis itu. Sedang pria berambut kribo dan teman nya tak hentinya mencolek dagu Chaca.

Sebenarnya Chaca bisa sedikit ilmu bela diri.Tapi tetep saja mereka bukan tandingan yang sepadan untuk Chaca yang hanya sendiri.

Pria berambut kribo mulai agresif dan mencengkeram lengan Chaca. Chaca refleks menggigit tangan pria itu dan menginjak kaki nya. Sedang dua teman pria itu Chaca hantam menggunakan tas selempang nya.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Chaca bergegas lari berlawanan arah dengan jalan ke rumah nya. Dia terus berlari sambil sesekali menoleh kebelakang.

"Gila!! Cepet banget tuh cewek larinya."

"Kita pencar aja. Kita tangkap di pertigaan." seru pria berkulit hitam. Mereka mengangguk setuju dan mulai berpencar

Sementara Chaca masih terus berlari. Merasa ketiga pria itu tertinggal jauh, Chaca berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya..

"Sial!!! Tau gini tadi Chaca lewat jalan utama aja." Gumam Chaca

"Mau lari kemana cantik??"

Chaca tersentak karena ketiga pria itu tiba-tiba berada di depan nya. Kini mereka mengelilingi Chaca. Namun tidak ada raut ketakutan di wajah gadis itu. Dia hanya sedang mencari cara agar lolos dari ketiga pria urakan itu.

"Lebih baik melakukan perlawanan walau akhirnya kalah dari pada jadi pecundang dan membiarkan mereka melakukan hal yang buruk." Serunya dalam hati.

"Ayo ikut kakak!! Kakak akan bikin kamu mendesah kenikmatan." Ketiga pria itu tertawa sambil terus menggoda Chaca.

"Gue bilang minggir!!!" Chaca mendorong pria berkulit hitam dan mulai memukul perut pria itu. Kedua teman nya pun tak luput dari serangan Chaca. Tapi karena kalah jumlah, akhirnya Chaca bisa dibekuk oleh mereka.

Dua diantaranya memegang tangan Chaca yang terus memberontak, sedang pria satunya mulai mendekati Chaca dan hampir merobek seragam Chaca.

Tapi tiba-tiba bahu pria itu di tarik seseorang hingga terjungkal ke aspal. Orang Itu menghajar pria itu dengan membabi buta hingga tak sadarkan diri. Dia orang lainnya yang melihat temannya babak belur dan pingsan akhirnya memilih melarikan diri.

Chaca mendekati orang itu yang ternyata seorang pemuda yang umurnya kisaran dengan kakak sepupu nya. "Terima kasih kak." Chaca membungkuk sedikit badannya saat mengucapkan terimakasih. Tapi pemuda itu tampak acuh dan melewati Chaca begitu saja.

Chaca menghela nafasnya. Dia mengambil tas selempang nya dan mendekati pemuda yang sudah ada diatas motor sport nya.

"Sekali lagi terimakasih kak." ucap Chaca lagu. Tapi tak ada respon dari orang itu. Hingga akhirnya Chaca memilih pergi meninggalkan pemuda itu. Tapi langkah nya terhenti karena motor sport pemuda itu berhenti di depan nya.

"Naik!!!" perintah pemuda itu.

"Apa???"

"Gue gak suka ulang kata-kata gue." ucapnya dengan wajah yang datar yang mengingatkannya pada seseorang.

Chaca terdiam dan menghela nafas nya. Walau pemuda itu sudah menyelamatkan nya tapi dia harus tetap waspada.

Melihat gadis itu tidak beranjak sama sekali, pemuda itu menarik tangan Chaca untuk duduk di belakang nya. Mau tidak mau Chaca mulai naik dan menjaga jarak dengan pemuda itu.

Pemuda itu men stater motor sport nya dan melaju dengan kecepatan sedang.

" Dimana??" Tanya pria itu. Tapi karena tidak terdengar karena terhalang helm full face nya, Chaca terpaksa menggeser duduknya mendekat

"Apa Kak???" tanya Chaca.

Pemuda itu tersentak kala merasa kan dua benda kenyal yang tidak sengaja menempel di punggung nya.

"Kakak tadi bilang apa ??" tanya Chaca lagi.

"Dimana?" tanya pria itu lagi.

Singkat padat dan gak jelas. Itulah yang Chaca dengar. Tapi Chaca mulai paham apa yang ditanyakan karena dia memang sudah biasa berhadapan dengan manusia seperti pemuda itu.

"Nanti di depan ada gang belok aja. Rumah Chaca satu-satunya yang berwarna ungu." terang Chaca.

Tidak ada lagi obrolan antara keduanya. Hingga mereka sampai di depan rumah berwarna ungu yang Chaca maksud.

Chaca turun dari motor pemuda itu dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Tapi pemuda itu acuh dan langsung menyalakan mesin motornya dan meninggal kan Chaca.

"Huh ... Dasar cowok aneh." Gerutu Chaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!