Disebuah rumah sakit terbesar di negara yang di duduki para konglomerat di dunia, bernama Spanius Hospital terdapat seorang gadis cantik yang sedang terbaring lemah, gadis itu di tempatkan di ruangan VVIP yang sangat luas, sudah satu minggu gadis itu tidak sadarkan diri akibat melompat dari gedung.
Tiba-tiba dengan perlahan gadis cantik itu membuka matanya, ia mencoba mengerjabkan mata yang susah di buka dan merasakan seluruh tubuhnya sakit "Di mana ini?" batin Xura.
Saat tenggelam dengan pikirannya sendiri, pintu yang tertutup rapat tiba-tiba terbuka, muncul seorang dokter tampan yang juga diikuti seorang pria yang lebih tampan.
Berperawakan tinggi, kulit putih, hidung mancung, mempunyai rahang yang tegas, bibir tipis, rambut coklat, dan berkarisma, mereka berdua berjalan mendekat kearah tempat tidur Xura.
Xura yang baru saja membuka mata belum sepenuhnya sadar, ia mendengar pintu terbuka lalu mengucapkan beberapa kata "Tolong ambilkan air" ucap Xura lemah sambil menoleh kearah pintu, namun dirinya tidak dapat melihat dengan jelas.
Dokter itu melangkah cepat dan langsung mengambilkan air tetapi ketika ingin memberikannya pada Xura, pria yang berada disampingnya justru dengan sigap menghentikan tangan sang dokter.
"Bukankah kau ingin mati?, jadi kau tidak perlu minum," ucap pria itu dengan dingin.
Xura menoleh ke arah sumber suara, dia terpaku sesaat karena terkesima ketika melihat wajah pria itu.
Untuk pertama kali bagi Xura melihat pria yang begitu mendekati sempurna, lalu ia tersadar dan dengan cepat merubah ekspresinya menjadi dingin serta menatap tajam ke arah pria di sampingnya.
"Ada apa dengan pria ini, mengapa dia berkata bahwa aku ingin mati?," batin Xura heran.
Tetapi karena Xura merasa sangat haus, Xura menepis pikirannya dan mencoba merubah tatapan dinginnya menjadi tatapan memohon.
Melihat tatapan memohon dari Xura membuat pria itu sedikit luluh dan merasa kasihan, ia terpaksa memberikan segelas air pada Xura.
"Terimakasih sudah membantuku," ucap Xura kembali dingin
Pria itu terkejut dengan perubahan wajah gadis di depannya "Apakah dia tidak mengagumi ku? sungguh cepat sekali perubahan wajahnya, tapi aku suka itu." batin pria itu sambil tersenyum tipis yang hampir tidak terlihat.
Xura mulai bertanya dengan datar "Aku ada dimana?," sambil melihat kearah pria itu.
Pria itu mengerutkan dahinya "Di rumah sakit." jawab pria itu singkat sambil melipat kedua tangannya.
Mereka berdua mengabaikan keberadaan sang dokter yang berada di tengah-tengah mereka.
Sang dokter yang melihat interaksi mereka terkejut bukan main, bagaimana bisa atasannya mau berbicara dengan gadis yang baru saja terbangun dari koma. Sang dokter sangat mengetahui sifat atasannya itu, dia tidak akan mau berbicara dengan wanita yang baru saja dia temui. tapi sekarang kenyataannya sangat jauh berbeda sehingga pemandangan ini adalah momen yang sangat langka baginya.
Karena merasa di abaikan, sang dokter mencoba membuka suara dengan berdehem "Ekhem, ekhem," sambil melihat kesembarang arah
Mereka berdua langsung menoleh kearah sang dokter "Apa masih ada yang sakit nona?" tanya dokter santai untuk menghilangkan rasa canggungnya.
Xura mengangguk dan berkata jujur "Seluruh tubuhku terasa sangat sakit," jawab Xura datar.
Sang dokter benar-benar ingin tertawa, tapi ia mengingat kalau sekarang bukanlah waktunya untuk bercanda, karena disampingnya ada orang berbahaya "Em ... itu hal yang wajar, karena nona melompat dari gedung yang sangat tinggi serta sudah satu minggu tidak sadarkan diri sehingga membuat tubuh nona menjadi kaku dan sakit," ucap sang dokter memicingkan mata.
Xura yang mendengar itu langsung terkejut "Apaa?!." Xura melotot sempurna kearah dokter, seketika muncul banyak pertanyaan dalam pikirannya.
"Bukankah aku di tembak oleh biadap itu?, kenapa dokter mengatakan aku lompat dari gedung? sebenarnya ada apa ini?." batin Xura langsung menunduk tidak mengerti
Sang dokter mengerutkan dahinya, ia bahkan saling pandang dengan atasannya "Apa kau tidak mengingatnya?," tanya dokter sambil mengangkat tangannya dan menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
Xura mengangkat wajahnya dan menggeleng pelan, ia mencoba mengingat apa yang terjadi dengan dirinya, tiba-tiba terlintas sebuah memori yang sangat menyakitkan bagi Xura, jeritan Xura berhasil membuat pria itu maupun dokter terkejut serta panik dan mencoba menenangkan Xura.
Memorinya terlintas satu persatu bagaikan sebuah film tentang kehidupan masa lalu Xura dan sang pemilik tubuh.
Xura yang tau tubuh siapa yang ia masuki langsung terdiam sesaat setelah ingatan itu habis.
"Aku tidak tau keberadaan mu sekarang, apa kau berada di tubuhku atau kau sudah tiada, tetapi aku berjanji akan membalaskan dendam mu terutama pada keluargamu, kumohon setelah itu jangan marah padaku" batin Xura.
"Tunggu dulu, sepertinya aku melewatkan sesuatu?." batin Xura, ia mengernyitkan dahi dan mendongakkan dagu sambil terus berpikir.
Bersambung ...
Xura yang termenung memikirkan sesuatu, tiba-tiba bertanya dengan polos sambil memiringkan kepala, "Ini tahun berapa?."
Dengan bingung sambil menahan tawa dan mencoba maklum, dokter menjawab, "Tahun 2025."
Xura bernafas lega, dirinya tidak menyangka jiwanya masuk di tahun yang sama dengan dirinya sendiri, "Tapi bagaimana bisa jiwaku memasuki tubuh orang lain?." pikir Xura heran
Xura menggeleng menepis pikirannya "artinya aku bisa membalas dendam kita berdua" batin Xura sedikit bersemangat
Xura menunjukkan ekspresi senyum smirk, seolah tengah menampilkan senyuman penuh dendam dan kebencian.
Ekspresi yang di tunjukkan Xura tidak luput dari pandangan pria itu, hingga pria itu menatap curiga.
Sedangkan sang Dokter justru membuyarkan lamunan Xura, "Apa kau tidak apa-apa?." tanya sang dokter ketika melihat wajah Xura yang tampak terlihat tersenyum.
Xura tersentak lalu mengangguk "Ya, aku tidak apa-apa," ucap Xura yang merubah ekspresinya dengan dingin
"Siapa namamu?," tanya pria itu tanpa basa-basi, ia masih menatap xura dengan intens
" Vix..." ucap Xura yang hampir membuka identitas lamanya, lalu ia mengatur mulutnya dan kembali berpikir.
Pria itu menaikkan alisnya sambil menunggu Xura menjawab pertanyaannya.
"Quirin Zeline," Xura kembali menjawab dingin sambil menatap keluar jendela.
#disini kita sudah memanggilnya sebagai Quirin.
Semenjak di usir oleh ayah kandungnya dari rumah, Quirin enggan menyebutkan nama keluarganya. Alasannya, tentu saja karena dia membenci keluarga itu hingga ia rela membuang nama keluarganya.
Dokter itu langsung mengenalkan dirinya setelah mengetahui nama Quirin.
"Aku Alvey Kavindra direktur rumah sakit ini, kau bisa memanggilku dokter Al dan ini temanku Zephyr Faresta kau bisa memanggilnya Zee," ucap Alvey sambil memperkenalkan dirinya dan juga temannya
Dokter Al dan Zee sudah bersahabat sedari kecil hingga dewasa. Mereka terlihat acuh tak acuh tetapi saling menyayangi satu sama lain.
Al tidak menyebutkan nama panjang Zee karena bisa membuat Zee dalam bahaya.
Alvey Kavindra adalah seorang dokter jenius yang terkenal di daratan eropa dan telah menangani berbagai kasus pasien, ia memiliki watak yang tegas serta terlalu percaya diri akan ketampanannya, jahil namun baik hati dan pastinya suka menolong.
Sedangkan sahabatnya yang bernama lengkap Zephyr Faresta Ophelia itu adalah pria terkaya di dunia yang memiliki banyak cabang perusahaan, selalu menjadi incaran para wanita yang menginginkan harta kekayaannya, tidak terkecuali adik tiri Quirin yang bernama Cassia Aileen Xavier.
Quirin yang masih melihat keluar jendela tidak mendengar, ia melirik sekilas sambil menjawab pendek "Oh"
Quirin menatap kembali keluar jendela sambil memikirkan bagaimana cara agar ia dapat membalaskan dendamnya dan dendam Quirin asli.
Dokter Al lagi-lagi dibuat terkejut, baru kali ini ketampanan Zee tidak mampu mengalihkan pandangan Quirin dari jendela, biasanya dia melihat gadis-gadis menempel atau menatap dengan tatapan memuja pada Zee.
Dokter Al tersenyum smirk sambil berbisik dengan menggoda Zee "Hey kawan, kelihatannya ketampanan mu tidak mampu mengalihkan pandangannya dari jendela itu, atau mungkin karena jendela itu lebih tampan dari wajahmu?."
#Flashback On
"Drrrt, drrrt"
Bunyi ponsel Al yang diatasnya tertera nama Zee, Al dengan cepat mengangkat ponselnya
"Hey, aku ingin kau segera kembali ke inggris secepat mungkin, atau kau akan aku pecat!!." sahut Zee diseberang telepon
"Apa?!, Ayolah kawan, waktuku tidak sesantai itu." ucap Al terkejut sambil memegang dahinya
"Apa kau pikir aku bercanda?," sahut Zee dengan nada dingin
"Baiklah, sifat mu ini tidak berubah setelah bertahun-tahun, aku yakin kau tak mendapatkan pacar sampai sekarang, haha" ujarnya jahil.
"Dalam waktu 13 jam aku harus melihatmu di inggris!." ucap Zee dengan datar
Ttuutt,
Ttuutt
Ttuutt
Seketika sambungan telepon terputus, membuat Al dilanda kecemasan "Apa dia serius?, aku bahkan belum memberikan jawaban, sial!." gumam Al, ia dengan cepat berlari kesana-kemari untuk menyiapkan keperluannya
Al yang saat itu tinggal di singapura dengan kesal mau tidak mau meninggalkan negaranya dan pulang dengan cepat melalui jet pribadi.
Setelah sampai Al sangat terkejut saat melihat pria itu memanggilnya demi seorang gadis, itu sangat langka menurut Al.
#Flasback Off
Al yang ingin mengerjai Zee menoleh kearah zee yang wajahnya berubah sangat masam.
Melihat hal itu, Al tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zee yang terlihat suram.
"Baru kali ini ada gadis yang bisa membuat wajah Zee sangat masam seperti ini, benar-benar gadis yang langka, ini pembalasan untukmu Zee," batin Al tersenyum jahil
Zee yang di tertawai oleh Al menatap dengan tajam, Al melihat Zee menatapnya dengan tajam, langsung terdiam.
Glug
Ia menelan saliva dan langsung menoleh ke arah lain.
Mendengar Al tertawa Quirin tetap terdiam dan masih menatap keluar jendela seakan tidak perduli dengan pria-pria itu.
Begitulah Xura, tidak perduli dengan keadaan sekitar apalagi kepada orang yang tidak di kenal akan terlihat cuek dan dingin.
Zee merubah ekspresinya dengan datar dan bertanya "Apa alasan kau melompat dari sana?."
Suara yang membuyarkan lamunan Quirin, ia pun hanya menjawab dengan malas, "Hanya ingin saja."
"Bagaimana mungkin aku memberitahunya?." batin Quirin bingung.
Al terperanjat kaget setelah mendengar jawaban Quirin dan membelalakkan mata sambil bertanya-tanya "Apa mungkin seseorang ingin mati seperti itu?, hanya ingin saja? bukankah itu keterlaluan?, apa dia tidak memikirkan keluarganya?." batin Al, ia sedikit sangat heran.
"Hanya ingin?." Zee mengernyitkan dahinya sambil menatap Quirin.
"Ya, hanya ingin, apa kau tuli?." Ucap Quirin datar.
"Baiklah, karena kau menjawab begitu artinya kau bisa mengganti apa yang sudah aku keluarkan untukmu." ucap Zee dingin menatap tajam Quirin.
"Ha...??"
Quirin menganga dengan lebar, ia benar-benar sangat terkejut.
Bersambung...
"Ya, kau harus mengganti uangku yang sangat berharga, bahkan aku telah menggunakan uangku untuk menyelamatkan seorang gadis yang hanya ingin bunuh diri tidak tau cara mengucapkan terima kasih." ucap Zee dengan penuh penekanan.
Quirin semakin terkejut mendengar perkataannya, "Kenapa kau berkata begitu?, apa kau pikir aku menginginkan pertolonganmu?, kalau saja ketika itu aku masih sadar, aku pasti menolak mentah-mentah pertolonganmu itu." Quirin menjawab dengan kesal.
Zee menatap tajam gadis yang tengah melawan perkataannya, "Heh... kalau aku tidak menolong mu saat itu juga, pembangunan proyek milikku akan di hentikan dan justru akan digantikan dengan investigasi mu, dan tentu saja itu sangat merepotkan bagiku, jadi aku minta kau harus ganti rugi," jawab Zee tersenyum smirk.
Mendengar hal itu, Quirin semakin terkejut, ia bahkan menunduk sambil berpikir.
"Apa? proyek itu miliknya?, artinya kekayaan pria ini melampaui kekayaan ku sebagai Xura?." tanyanya dalam hati.
Quirin tersadar dan ia pun melihat sekeliling ruangan, ia melihat ruangan itu tampak puas dan rapi serta mempunyai fasilitas yang lengkap.
"Ternyata kekayaannya memang melampaui kekayaan ku dulu, sehingga ia menempati ku di ruangan seluas ini." batin Quirin sambil menghela nafas pelan.
Quirin melirik kearah Zee, ia melihat pria itu tersenyum dengan wajah yang tampan, dan hal itu membuat dirinya terdiam tapi ia sendiri tidak menyadari arti senyum itu.
Setelah terdiam beberapa saat, Quirin mulai mengajukan pertanyaan, "Memangnya berapa kerugian yang harus aku bayar?." tanya Quirin dingin.
"Biaya rumah sakit, dokter, dan proyek yang terhenti beberapa hari totalnya 1 juta pound sterling (GBP)*" jawab Zee datar.
*20 Milyar Indonesia (IDR)
Mata Quirin membuat sempurna, seakan bola mata itu ingin keluar dari tempatnya, "Apa kau gila?, itu sangat banyak." teriak Quirin dengan keras.
"Tenang, aku juga bisa memasukkan biaya lainnya jika kau ingin, bagaimana?." ucap Zee datar, ia tidak memperdulikan ekspresi wajah Quirin.
Quirin menghela nafas mendengar perkataan tambahan yang di lontarkan oleh Zee, "Dokter, tolong berikan aku suntik mati saja, aku tidak sanggup membayarnya." ujar Quirin menatap ke arah dokter dengan wajah memelas.
"Rasanya aku ingin melarikan diri saja." batin Xura kesal
"Kau dilarang mati dan tidak boleh melarikan diri sebelum hutang mu lunas, karena aku akan mengejar mu walaupun kau sampai ke ujung dunia." ucap Zee tersenyum tipis.
Glug
Quirin yang mendengar ancaman itu mulai merasa takut pada Zee.
Bukan apa-apa, kalau Xura berada dalam tubuhnya sendiri, 1 juta pound sterling itu uang yang sedikit, tetapi sekarang keadaannya sangat berbeda, kini dirinya tengah berada di dalam tubuh Quirin yang notabennya tidak memiliki uang sedikitpun.
Sehingga mendengar 1 justa poundsterling hampir membuatnya muntah darah.
Smirk mengerikan terlihat lagi di bibir tipis Zee, "Kau bisa melunasinya tapi dengan syarat...." ucap Zee menjeda perkataannya
Quirin menatap curiga ke arah Zee sambil memikirkan perkataan Zee, ia pun langsung bertanya tanpa menunda waktu, "apa syaratnya?."
"Kau harus bekerja padaku tanpa digaji." jawab Zee santai.
Quirin menaikkan satu alisnya dengan tinggi, "Aku rasa kau perlu memeriksa otakmu selagi kau berada di sini, jika kau tidak menggaji ku, maka aku akan tinggal dimana?, dan aku juga butuh makan, kau kira aku ini kaktus yang bisa bertahan hanya dengan air?." teriak Quirin kesal.
Al yang mendengar ucapan keras Quirin menjadi tertawa terbahak-bahak, Al tidak menyangka orang sedingin Quirin bisa membuat lelucon yang seperti itu.
Mendengar gelak tawa Al, Quirin melirik ke arah dokter itu, "Kenapa kau tertawa?." ucap Quirin dengan tatapan tajam.
Al yang mendengar itu langsung menghentikan tawanya, "Kau tidak sadar akan ucapan mu?, nona benar-benar sangat manis." ucap dokter sambil tertawa kembali.
Quirin yang mendengar itu semakin kesal, "Aku tidak manis, kau mengatakannya karena kau belum mengetahui sepedas apa ucapan ku." ujar Quirin wajah yang sudah memerah.
Zee yang merasa diabaikan menatap tajam ke arah mereka berdua, "Al, apa kau tidak ingin bekerja lagi? " tanya Zee dingin.
Al yang mendengar suara Zee seketika diam membisu lalu tanpa pikir panjang Al membuka suara, "Kalau begitu saya permisi dulu nona, saya tidak akan akan mengganggu kalian lagi, saya akan keluar karena banyak pasien yang menunggu."
"Ya pergilah, kau memang sangat mengganggu." jawab Quirin dan Zee secara serempak.
Al mendengus kesal, lalu ia pergi meninggalkan ruangan yang berisi sepasang manusia yang dingin nan cuek itu.
Di ruangan, tinggal lah Zee dan Quirin, mereka tampak terdiam, lalu Zee mulai membuka suara.
"Kau akan tinggal di mansion ku, bekerjalah denganku, dan kau harus berada di sampingku selama aku menginginkanmu." Zee jawab dengan santai.
Quirin berpikir sangat keras, akan seperti apa hidupnya bila didekat pria yang dingin namun tampan itu.
Tanpa pikir panjang dan malas berpikir lagi, Quirin menyetujui persyaratan Zee, "Baiklah aku menyetujui persyaratan mu." ucap Quirin dengan malas.
Quirin tidak mengetahui syarat yang di ajukan akan mengikatnya dengan Zee seumur hidup, sehingga senyum tipis terbit di wajah tampan nan rupawan milik Zee, tetapi hampir tidak terlihat oleh Quirin.
"Bagus, aku akan membuat kontraknya, kau tunggu saja pengacaraku disini." ucap Zee dingin.
"Ya." ucap Quirin datar.
Setelah mendengar jawaban itu, Zee berdiri dari tempatnya dan berbalik sambil melangkah meninggalkan ruangan.
"Kau istirahatlah, aku akan kembali dalam beberapa jam." ucap Zee tanpa menoleh kebelakang.
"Ya ya ya, kau sangat cerewet, kalau kau ingin pergi ya pergi saja tidak perlu izin denganku, kalau perlu tidak usah kembali, aku muak melihat wajahmu." ucap Quirin kesal.
Zee keluar ruangan dengan senyum mengembang, membuat orang yang tengah berlalu lalang melihatnya dengan terkesima.
Diluar ruangan asisten bernama Axeno Cavia menunggu tuannya keluar.
Axeno Cavia merupakan asisten andalan Zee, mereka berteman sejak kecil bersama dengan Al. Mereka bertiga orang tampan yang di kagumi gadis-gadis, ketampanan Xeno tidak kalah dari kedua temannya itu, tetapi Zee lebih tampan menurut orang-orang disekitarnya, dan sikap Xeno hampir sama dengan Zee.
Lalu melihat pemandangan yang langka "tuan tersenyum? apa dunia terbalik? haruskah aku memotretnya dan memberikan ke tuan besar serta nyonya besar?." batin Xeno.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!