NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Segitiga

Mendapat Pekerjaan

Dilihatnya langit-langit kamar kontrakannya yang mulai berjamur karena rembasan air hujan. Bibirnya tersenyum tipis sambil menghela nafasnya dalam-dalam. Rasa jenuh menyerang nya, karena sudah lebih dari dua Minggu ia menganggur. Bukan karena ia malas bekerja, tetapi karena atasannya telah memecatnya. Pekerjaan yang sangat ia sukai, tetapi dengan sekejap ia kehilangan pekerjaannya, hanya karena berselisih dengan atasannya.

Namanya Bella Indriyani (24), gadis manis yang memiliki warna kulit eksotis. Walaupun dia tidak terlihat seperti gadis kota yang putih-putih, tetapi Bella memiliki daya tarik tersendiri. Dia gadis pemberani, mandiri dan tidak mudah putus asa. Tetapi, ada sifat buruk di dirinya, yaitu egois dan materialistis. Sering sekali ia memanfaatkan laki-laki playboy untuk ia mintai uang. Bukan berarti dia murahan, karena diusia yang ke 24 tahun, ia masih bisa menjaga kehormatannya.

Awalnya ia bekerja di sebuah bengkel mobil ternama di ibu kota. Walaupun dia seorang wanita, tetapi dia sangat ahli dalam memperbaiki mesin mobil. Tetapi, karena sifatnya yang sukar diatur dan tidak mau mendengar masukan, hal itu sering membuatnya bertengkar dengan atasannya, hingga akhirnya ia dipecat. Memang menyesal itu datangnya belakangan dan saat ini dia baru merasa menyesal, karena tidak mendengarkan masukan dari atasannya.

"Sayang, ngelamunin apa sih!" tiba-tiba seorang gadis seumurannya masuk kedalam kamarnya tanpa permisi.

"Ah kamu, ngagetin saja!" protesnya dengan lesu.

"Jangan lesu gitu dong, ayo semangat! Ada kabar gembira buat kamu loh!" kata gadis itu yang ikut tiduran di samping Bella.

Gadis itu bernama Belinda (24). Sahabat terbaik yang pernah Bella miliki. Persahabatan mereka sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun sejak Bella putus dengan sang kekasih. Mereka berdua bertemu di sebuah minimarket. Saat itu Linda hendak membayar, tetapi dompetnya ketinggalan di rumah. Dari situlah persahabatan mereka berdua dimulai.

"Berita gembira apa?" tanya Bella mendekatkan tubuhnya kearah Linda.

"Kamu diterima kerja di kantor tempat kerjaku!" jawab Linda memeluk Bella dengan antusias.

"Kamu yakin Lin? Kamu sedang tidak becanda 'kan?" Bella meyakinkan perkataan Linda.

"Memangnya aku terlihat sedang becanda? Tapi, nanti tugasmu antar jemput Pak Bos dan mengatur jadwalnya," ujar Linda sedikit kecewa, karena dia paham dengan bosnya yang dingin.

"Tidak apa-apa! Yang penting aku dapat kerja dan bisa membiayai kuliah adikku!" sahut Bella memeluk Linda dengan erat.

Mereka berdua berteriak bersama dan saling berpelukan, meluapkan rasa senang mereka atas diterimanya Bella bekerja. Untuk merayakannya, Linda pun memesan makanan yang disukai Bella melalui aplikasi Online. Sedekat itulah persahabatan mereka berdua. Ketika Bella dalam kesusahan, Linda lah yang akan membantunya dan begitupun sebaliknya. Sungguh, persahabatan mereka berdua membuat iri banyak orang.

***

Keesokan harinya,

Pagi itu Linda menemani Bella datang ke apartemen pak bos. Karena, sebelum mulai bekerja, pak bos ingin melihat Bella. Dengan menggunakan jasa taksi online, mereka berdua pergi menuju ke salah satu apartemen mewah di ibukota. Dengan riasan tipis, Bella terlihat sangat manis dan menarik. Linda pun terpesona dengan kemanisan wajah Bella yang eksotis.

Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai di apartemen mewah itu. Sesampainya mereka sampai di depan apartemen, lalu mereka turun dari taksi. Sesaat setelah turun dari taksi, tiba-tiba Bella merasa gugup dan jantungnya berdebar. Perasaannya mulai tak tenang dan gelisah menyergapnya.

"Jangan gugup sayang, rilex! Walaupun sikapnya Pak Bos agak dingin, tetapi sebenarnya dia baik kok!" kata Linda menenangkan kegugupan Bella.

"Tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku gugup kaya gini," sahut Bella mengelus dadanya.

"Sudah-sudah, ayo masuk kedalam!" ajak Linda menarik tangan Bella masuk ke Lobby apartemen.

Disaat mereka hendak masuk, seorang satpam menyambutnya dan menghentikan langkah mereka berdua. Karena penghuni apartemen itu kebanyakan orang penting, tentu saja tidak sembarang orang bisa masuk kesana. Penjaga pintu mengecek barang-barang bawaan mereka berdua dan menanyakan tujuan mereka berdua datang ke apartemen tersebut. Dengan detail, Linda menjelaskan kepada satpam penjaga.

Kemudian, satpam penjaga mengantar mereka berdua ke resepsionis. Dan benar saja, Linda dan Bella terdaftar di buku tamu yang akan berkunjung. Atas izin resepsionis, salah satu satpam mengantarkan mereka berdua ke apartemen yang mereka tuju. Mereka berdua terheran-heran dengan kemewahan di sana. Karena memang itu kali pertama mereka berdua melihat apartemen semewah itu.

"Ribet amat peraturannya!" gerutu Bella berbisik ke telinga Linda.

"Namanya juga apartemen mewah, keamanan paling utama," sahut Linda tersenyum geli melihat tingkah Bella.

"Tapi ini mah gak normal, mau masuk kedalam lift saja harus punya kartu," Bella melihat dirinya dari pantulan kaca lift.

"Sudahlah, jangan berisik! Apapun kalau bersangkutan dengan orang kaya, gak bisa dinalar!" tutur Linda memberi kode agar Bella tidak berbicara lagi.

Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di lantai atas dan pintu lift pun terbuka. Pak satpam mengantar mereka berdua sampai di depan pintu dan membantu memencetkan bel pintu. Seorang pemuda tampan membukakan pintu untuk mereka dan pak satpam berpamitan untuk pergi. Melihat pemuda tampan itu, mata Bella terbelalak dan terkejut. Mungkin karena laki-laki itu sangat tampan, sehingga reaksi Bella terlalu berlebihan. Pemuda itu adalah calon atasannya Bella.

Pak bos mempersilahkan Linda dan Bella duduk. Mata Bella tak berhenti memandangi laki-laki itu, antara percaya dan tidak percaya kalau pemuda itu akan menjadi bosnya. Baru saja mereka duduk, tiba-tiba seorang gadis cantik keluar dari kamar dengan pakaian yang super seksi. Lalu, gadis cantik itu memeluk calon bos-nya dari belakang. Merasa malu, Bella dan Linda pun langsung mengalihkan pandangannya, pura-pura tidak melihat.

"Sayang, mereka siapa?" tanya gadis itu dengan manja memeluk mesra dari belakang.

"Dia nanti yang akan kerja jadi asistenku!" jawab laki-laki itu sambil mengelus lengan gadis cantik tersebut.

Tanpa rasa malu, mereka berdua memamerkan kemesraan dihadapan Bella dan Linda. Sehingga membuat Bella risih dan tersenyum kecut kearah dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

"Jadi kamu yang akan bekerja sebagai asistenku?" tanya laki-laki itu dengan ekspresi angkuhnya sambil menunjuk kearah Bella.

"Oh iya Pak, ini teman saya Bella yang akan bekerja dengan Bapak," jawab Linda memperkenalkan Bella kepadanya.

Sebenarnya saat itu Bella ingin sekali keluar dari sana dan tidak ingin bekerja dengan bos tampan tersebut. Entah atas dasar apa, tiba-tiba Bella tidak ingin bekerja di sana setelah melihat calon atasannya. Tetapi, karena Bella tidak enak hati dengan Linda, karena Linda sudah berusaha mencarikan pekerjaan untuknya, sehingga Bella pun terpaksa tetap menerima pekerjaan itu.

"Kalau kamu bersedia bekerja denganku, kamu baca surat kontrak itu dan segera tandatangan sekarang juga!" pinta laki-laki itu sambil menunjuk surat kontrak kerja.

"Tapi, tapi aku....." Bella ingin bicara tapi dihentikan Linda.

"Lihat ini nominal gaji mu! Tidak perlu dibaca, langsung ditandatangani saja!" suruh Linda menyodorkan bolpoin ke tangan Bella.

Tanpa membaca lebih lanjut, Bella pun terpaksa menandatangani surat perjanjian kontrak kerja itu. Perasaannya benar-benar tidak enak dan gelisah disaat menandatangani perjanjian kerja tersebut.

Bersambung....

Mantan Pacar

Sebenarnya, calon bos-nya itu adalah mantan pacar Bella tiga tahun yang lalu. Namanya Aksa Prayoga (28), Laki-laki tampan yang memiliki segudang pesona. Hingga banyak wanita-wanita cantik yang mengidolakannya. Tak hanya tampan parasnya, tetapi ia juga memiliki postur tubuh tinggi dan menawan. Warna kulitnya putih dan tubuh yang atletis. Selain itu, dia juga termasuk laki-laki yang beruntung dalam materi.

Empat tahun yang lalu, Aksa masih menjadi laki-laki yang kurang dalam segi materi dan itulah alasan Bella memutuskan hubungannya dengan Aksa. Bella lebih memilih laki-laki yang mapan dan sanggup membelikan apa saja yang ia butuhkan. Tetapi dengan kesuksesan yang didapat Aksa saat ini, Bella hampir tak percaya.

"Dengan menandatangani surat kontrak ini, itu artinya kamu bersedia untuk tinggal disini!" kata Aska tersenyum sinis.

"Hah! Memangnya ada poin yang mengatakan demikian?" tanya Bella dengan ragu.

"Baca poin nomer 20, disitu kamu menyatakan bahwa kamu bersedia tinggal denganku!" jawab Aska dengan tampang dinginnya.

Bella dan Linda segera membuka lembaran ke-dua surat perjanjian itu untuk memastikan apa yang dikatakan Aksa. Dan benar saja, bahwa calon Asisten harus tinggal dengannya. Tentu saja Bella memprotes dan menolak untuk tinggal dengan Aksa. Tetapi penolakan itu segera Aksa patahkan dengan poin berikutnya, yang isinya 'jika Asisten tidak mematuhi poin-poin di atas, Asisten harus mengganti rugi materi dengan nominal ratusan juta'. Dengan isi itu, Bella tak bisa membantah.

Dengan kesal Bella mulai menyalahkan Linda yang melarangnya untuk membacanya lebih dulu. Tetapi, menyalahkan sahabatnya bukan hal baik, karena Bella tidak ingin persahabatan mereka rusak gara-gara masalah itu. Karena sudah terlanjur menandatangani kontrak tersebut, Bella pun hanya bisa pasrah dan berharap Aksa tidak ingat dengan kesalahannya yang ia lakukan dulu.

"Sayang, kenapa dia harus tinggal disini?" tanya kekasihnya dengan heran.

"Karena, dia harus membersihkan apartemen dan juga menyiapkan makanan buat aku!" jawab Aska yang saat itu masih berdiri melipat tangannya.

"Berarti pekerjaan dia rangkap banyak dong?" tanya sang kekasih dengan mengerutkan keningnya.

"Wajar pekerjaan dia banyak, kan gaji dia bisa lima kali lipat gaji sopir. Yasudah, cepetan sana mandi dan pulang!" sahut Aska menyuruh sang kekasih untuk mandi.

Wanita cantik itu adalah Alexia Sander (24). Gadis cantik yang terlihat seperti seorang model. Dia adalah kekasih Aksa, anak dari pengusaha tambang batubara. Usia hubungan mereka baru berjalan tiga bulan. Bisa dilihat dari ekspresi Xia, kalau dia sangat mencintai Aksa. Kulitnya putih bersih, rambutnya panjang dan tinggi badannya sesuai dengan tinggi badan Aska. Mereka berdua tampak serasi, cantik dan tampan.

Aska tak berhenti melirik sinis kearah Bella, hingga membuat Bella merasa tak nyaman. Bella khawatir, kalau Aksa menyimpan dendam kepadanya. Sejauh ini, Linda tidak tahu menahu soal hubungan Bella dan Aska dimasa lalu, sehingga Linda tidak paham dengan perasaan Bella saat itu.

Tak lama kemudian, Xia pun sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Lalu Aksa meminta Bella untuk segera mengantarkan sang kekasih pulang. Tetapi Bella menolak, karena belum siap bekerja pada hari itu juga. Linda segera memberitahukan kepada Bella, kalau surat kontrak kerjanya efektif dari tanggal hari itu. Lagi-lagi Bella merasa terjebak dalam situasi itu. Dia mulai merasa, kalau apa yang terjadi saat itu tidaklah suatu kebetulan.

"Linda biar disini, kamu antar Xia dan ambil barang-barang mu yang kamu butuhkan!" suruh Aksa duduk di sofa sambil melipat tangannya.

"Baiklah!" sahut Bella yang tidak memiliki pilihan lain.

"Sayang, aku pulang dulu ya! Nanti aku telepon kamu kalau sudah sampai rumah," kata Xia berpamitan sambil mencium bibir Aksa di depan Linda dan Bella.

"Hmmmm...." respon Aska sambil mengelap bibirnya.

Entah kenapa Bella merasa kesal melihat Aksa dicium mesra bibirnya oleh Xia. Sementara dirinya saja belum pernah mencium bibir Aska. Jangankan bibirnya, pipinya saja Bella belum pernah. Memang Bella belum bisa melupakan Aksa, karena dia adalah cinta pertamanya. Dan mungkin memang dirinya masih menyimpan perasaan suka terhadap Aska, sehingga ia merasa sedikit kesal melihat Aksa bermesraan dengan kekasihnya. Apalagi Xia sangat cantik dan kaya raya, Bella merasa dirinya tidak ada apa-apanya.

Bella pun bergegas mengantar Xia pulang. Xia sama sekali tidak khawatir jika asistennya Aksa seorang wanita. Karena Xia merasa kalau dirinya lah yang paling cantik dan tidak mungkin kalau Aksa akan berpaling hati ke wanita lain. Apalagi Xia merasa Bella bukan tipenya Aksa, jadi Xia sama sekali tidak peduli siapapun yang akan menjadi asistennya Aksa. Baginya, yang penting Aksa perhatian sama dia dan hal itu sudah cukup baginya.

"Setelah antar aku, kamu ambil barang-barang mu dan balik ke apartemen!" suruh Xia sebelum keluar dari mobil.

"Baik Mbak!" sahut Bella melajukan mobil yang ia kendarai.

Sebelum balik ke apartemen pak bos, Bella lebih dulu pulang ke kontrakannya untuk mengambil barang-barang yang ia perlukan. Khawatir Linda menunggunya lama, Bella pun segera pergi setelah mengemasi barang-barangnya. Beruntung, jarak dari kontrakannya ke apartemennya Aksa tidak terlalu jauh. Bella hanya membawa baju yang ia perlukan saja, karena setiap seminggu sekali dia mendapat jatah libur dan akan kembali ke kontrakannya jika membutuhkan sesuatu.

Dengan kecepatan sedang, Bella segera meluncur ke apartemennya Aksa. Ia masih tidak percaya, kalau dia akan dipertemukan dengan Aksa dalam keadaan terburuknya. Sambil menyetir, Bella mencubit pipinya untuk meyakinkan, jika dirinya sedang tidak bermimpi. Bella pun menjerit kesakitan, atas cubitan yang ia lakukan sendiri.

Bella memencet bell pintu, sesaat setelah sampai di depan apartemen. Aksa membukakan pintu untuknya dan menarik tangan Bella masuk kedalam. Dengan kasar Aksa mendorong tubuh Bella ke tembok, Bella pun memberontak dan memperingati Aksa untuk tidak bersikap seperti itu. Karena ada Linda yang sedang duduk di sofa, sehingga Bella tidak berani berteriak. Beruntung saat itu Linda tidak melihat apa yang dilakukan Aksa terhadapnya.

"Bella sudah datang, kamu boleh pulang. Hari ini kan hari libur mu, istirahat saja di rumah, karena besok kita sudah mulai proyek baru," suruh Aksa kepada Linda dengan sopan.

"Baiklab, saya pamit pulang dulu ya Pak! Sampai bertemu besok di kantor, Pak!" pamit Linda beranjak dari duduknya.

Linda juga berpamitan kepada Bella dan memeluknya dengan erat. Sebelum pulang, Linda menasehati Bella agar bekerja dengan rajin dan tidak membangkang. Lalu Linda pergi keluar dari apartemen. Sesaat setelah Linda pergi, Aksa berjalan menghampiri Bella dan mendongakkan dagu Bella dengan jari telunjuknya. Bella memejamkan matanya, sedangkan Aksa tersenyum sinis menghempaskan dagu Bella dengan kasar.

"Aku pikir kamu sudah mendapatkan suami yang kaya raya. Tetapi melihat kondisimu, kenapa aku jadi malu sendiri!" kata Aksa tertawa terbahak-bahak meledek Bella.

"Apakah laki-laki yang kamu rayu tidak memberikan apa yang kamu mau, sehingga kamu memohon-mohon untuk bekerja denganku?" imbuh Aksa yang masih tertawa keras menertawai Bella.

Sementara Bella tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Rasa bersalah, malu dan kesal menyatu jadi satu. Tetapi Bella berusaha untuk tidak terprovokasi atas ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan Aksa kepadanya.

Bersambung...

Harga Diri

Merasa dirinya bersalah, Bella pun hanya terdiam dan menundukkan kepalanya ketika Aksa berulang kali menghinanya. Di dasar lubuk hati kecilnya, ia merasa menyesal dan bersalah atas sikapnya yang dulu keterlaluan terhadap Aksa. Tetapi, semua sudah berlalu, Bella berharap Aksa bisa melupakan kesalahannya dan memaafkannya. Tetapi, Aksa terang-terangan mengibarkan bendera untuk balas dendam kepada Bella.

"Aku lapar, sekarang kamu masak buat aku!" suruh Aksa dengan nada kasar.

"Tapi, tapi aku belum bisa masak," sahut Bella menggigit bibir bawahnya.

"Aku tidak peduli, kamu bisa masak atau tidak! Di dalam kulkas ada ayam, cepetan masak ayam kecap!" perintahnya dengan nada kesal.

"Iya, iya! Aku coba masak," tukas Bella berjalan ke arah dapur.

Bella membuka kulkas dan mengeluarkan ayam. Lalu ia mencuci bersih ayam tersebut. Karena Bella sama sekali tidak bisa masak, Bella pun membuka YouTube dan menonton Vidio tutorial memasak ayam kecap. Dia mengikuti semua panduan dari Vidio yang ia tonton. Dengan telaten, ia mulai menyiapkan semua bumbu dan menghaluskannya. Bibirnya tersenyum lebar, karena dia baru sadar, kalau masak itu tidak terlalu susah asal ada niat untuk bisa.

Setelah bumbu siap, Bella memanaskan wajan dengan minyak. Sementara Aksa duduk di sofa sambil curi-curi pandang kearah Bella dengan tatapan tajam. Mungkin benar dugaan Bella, kalau Aksa benar-benar marah padanya. Padahal masalah itu sudah berlalu kurang lebih tiga tahun yang lalu, tetapi Aksa masih belum bisa melupakan kesalahan Bella.

"Arrrrrrgghhhhh!" teriak Bella menjatuhkan sesuatu.

"Bella, kamu kenapa?" Aksa beranjak dari duduknya dan berlari menghampiri Bella.

"Tanganku kepotong!" teriak Bella dengan ekspresi menangis tanpa air mata sambil memperlihatkan jarinya yang kepotong kearah Aksa.

"Kenapa kamu masih teledor!" gumam Aksa sambil meraih tangan Bella.

Dengan hati-hati, Aksa memasukkan jari Bella yang kepotong kedalam mulutnya, agar darahnya berhenti mengalir. Bella terdiam sambil menatap Aksa dengan senyum tipisnya, entah apa yang ada dibenaknya saat itu, yang jelas Bella sangat senang mendapat perhatian dari Aksa. Setelah darahnya berhenti, Aksa kemudian berkumur di wastafel pencuci piring, lalu Aksa menyuruh Bella duduk di sofa, sementara dia mengambil kotak obat untuk mengobati luka Bella.

Kemudian Aksa duduk di samping Bella dan membersihkan luka Bella dengan alkohol. Rasa perih membuat Bella meringis, tetapi hal itu tidak menghentikan Aksa untuk mengobati lukanya. Setelah selesai mengobati dan memberi perban, Aksa menatap wajah Bella dengan tatapan dingin, tatapan yang sulit untuk diartikan. Hal itu membuat Bella hanya bisa menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam itu.

"Kenapa dari dulu kamu tidak pernah berubah, ceroboh seperti anak kecil?" Aksa dengan lirih menurunkan kepalanya agar bisa melihat wajah Bella.

"Ya, inilah aku! Wajar saja aku ceroboh, karena memang aku tidak bisa memasak!" jawab Bella mengangkat kepalanya berbalik menatap Aksa.

"Iya juga sih, wanita sepertimu bisa apa! Keahlian mu kan hanya merayu para laki-laki," sahut Aksa tersenyum sinis menyunggingkan bibirnya.

"Sudahlah, lama-lama melihat mukamu jadi mual! Sana istirahat saja, lagipula aku tidak sudi makan masakan orang sepertimu. Oh ya, kamar kamu di samping dapur, tidur saja di sana!" imbuh Aksa beranjak dari duduknya sambil menggeliat.

Aksa berjalan masuk kedalam kamarnya, sementara Bella masih duduk di sofa. Tidak ada yang bisa ia katakan, Bella hanya bisa menghela nafas panjangnya dan menahan emosianya agar tidak terpancing. Tak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya, rasanya sakit ketika mendengar Aksa mengatakan kepadanya, bahwa dirinya pandai dalam merayu laki-laki. Salahnya sendiri, karena dia sudah bermain hati. Mungkin saat itu adalah balasan yang pantas untuknya.

Bella berdiri sambil menyeka air matanya, lalu ia mengambil tas yang berisi barang-barangnya. Tak memiliki rasa semangat, Bella berjalan masuk kedalam kamarnya dan mulai memasukkan baju-bajunya kedalam lemari. Walaupun kamarnya tidak terlalu luas, setidaknya kamar itu jauh lebih bersih dan nyaman dari kontrakannya. Sepertinya memang kamar itu adalah kamar untuk asisten rumah tangga.

Karena merasa panas, Bella pun melepas baju yang ia kenakan. Lalu ia menyalakan kipas dan merebahkan badannya di atas ranjang yang hanya cukup di tiduri satu orang. Lambat laun, matanya mulai sayup-sayup dan tertidur pulas dengan hanya mengenakan atasan super ketat dan celana pendek. Disaat Bella sudah tertidur pulas, tiba-tiba Aksa membuka pintu kamarnya dan melihat Bella yang masih tidur.

"Siapa yang nyuruh kamu tidur!" teriak Aksa hingga membangunkan Bella yang sedang tertidur.

"Ah, ada apa!" Bella turun dari ranjang kebingungan.

"Kenapa dapur masih berantakan? Cepat bersihkan dapur dan kamu baru boleh beristirahat!" suruh Aksa dengan nada tinggi.

"Bukannya kamu sendiri yang menyuruh aku tidur! Nanti beresinnya, aku masih ngantuk. Aku mau tidur dulu!" tolak Bella yang tidak peduli dengan statusnya sebagai asisten.

Sifat asli Bella mulai keluar, dia tidak mau di ganggu disaat ia sedang tidur dan dia tidak peduli dengan status Aksa yang saat itu sebagai atasannya. Dengan acuh, Bella mulai merebahkan badannya kembali di ranjang, tanpa memperdulikan keberadaan Aksa. Melihat Bella tidak mempedulikannya, Aksa pun masuk kedalam kamar dan menarik tangan Bella agar ia bangun.

Bella menepis tangan Aksa dan meringkuk tidur dengan memeluk guling. Baru sadar, kalau Bella saat itu hanya memakai pakaian yang super pendek, Aksa pun menutup tubuh Bella dengan selimut. Tiba-tiba mata Aksa tertuju ke arah meja yang ada di kamar tersebut. Ia berjalan menghampiri meja itu dan mengambil buku album foto dari atas meja. Satu per satu Aksa mulai membuka album tersebut. Bibirnya tersenyum lebar, karena ia melihat foto-foto Bella waktu dia masih kecil.

Disaat Aksa sedang serius melihat-lihat foto album tersebut, tahu-tahu Bella menyerobot album itu dari belakang. Bella memprotes kelakuan Aksa yang tanpa izin menyentuh barang-barangnya. Dengan kesal, Bella memasukkan album fotonya kedalam lemari pakaiannya.

"Kenapa kamu menyentuh barang ku?" protes bela tidak suka.

"Aku berhak menyentuh semua barang yang ada di dalam sini, termasuk menyentuhmu!" jawab Aksa mendekati Bella sampai mepet ke tembok.

"Eh, menjauh dariku!" pekik Bella mendorong tubuh Aksa yang semakin mendekatinya.

"Bukankah kamu berpakaian seperti ini, karena kamu ingin menggodaku?" Aksa mendorong tubuh Bella hingga ia terjatuh diatas ranjang.

Bella berteriak sekencang-kencangnya, karena saat itu posisi Aksa berada di atas tubuhnya dan kedua tangannya dikunci oleh tangan Aksa, hingga membuatnya tidak bisa bergerak. Lalu Aksa mendekatkan wajahnya ke wajah Bella, karena terlaludekat, Bella pun memejamkan matanya. Bella mengira kalau Aksa akan mencium bibirnya, tetapi setelah beberapa detik ia memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar Aksa tertawa renyah dan melepaskan cengkeramannya.

"Kamu pikir aku akan mencium mu?" Aksa tertawa terbahak-bahak berdiri di depan Bella.

"Siapa yang mau mencium bibir wanita murahan sepertimu? Entah sudah berapa orang yang telah mencicipi bibirmu, hingga tubuhmu!" tuduh Aksa sambil melipat tangannya dan tertawa merendahkan Bella.

"Jaga mulutmu, Aksa! Apapun masalalu ku, tetapi aku masih bisa menjaga kehormatan ku!" elak Bella dari tuduhan Aksa.

"Kehormatan? Kehormatan seperti apa yang kamu maksud?" ledek Aksa yang masih merendahkan harga diri Bella.

Bella merasa percuma saja menjelaskan kepada Aksa. Toh dia sudah tahu tujuan Aksa, untuk membalaskan dendamnya atas rasa sakit yang dulu ia pernah torehkan di hati Aksa. Lalu Bella memakai bajunya dan keluar dari kamar untuk membersihkan dapur.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!