Disuatu Kerajaan seorang Pangeran kecil yang tampan sedang disiksa oleh saudara saudaranya hanya karena sang Pangeran berlatih pedang di arena latihan, Pangeran kecil itu hanya diam, suaranya telah habis untuk berteriak. sambil menahan rasa sakit akibat cambukan dan pukulan Pangeran itu mengertakkan giginya dan bertekad untuk menjadi lebih kuat agar bisa melawan kakaknya yang selalu menyiksanya.
Pangeran itu bernama Pangeran Chu Tian Pangeran yang terkenal sebagi Pangeran sampah karena tidak memiliki bakat Kultivasi dan karena itulah saudara saudaranya sering menindasnya dan sang Raja tidak pernah tau dan perduli dengan putra ke 3 nya itu, raja sendiri memiliki 3 Putra dan 2 Putri dan Pangeran Tian adalah anak terakhirnya dari sang Permaisuri
"Kakak bisakah kau berhenti "kata Chu Tian dengan dingin sambil menahan sakit ditubuhnya
"hahaha jangan berharap aku berhenti, oh adik kecilku yang malang "jawab Pangeran Chu Fen dengan sinis Pangeran Chu Fen adalah pangeran kedua dikerajaan Chu.
"Aiya kakak lihat lah adikku yang manis ini menjadi sangat mengenaskan hahaha" Putri Chu Kia berkata sambil tertawa melihat Pangeran chu tian disiksa.
"Setelah ini ingatlah jangan pernah mendekati arena latihan kau sangat tidak layakk..!! ingat kau hanyalah sampah yang ada diantara tumpukan berlian ....!" ucap Pangeran Chu Fei sambil terus melayangkan pukulan dan cambukan ditubuh Pangeran Tian.
Selesai menyiksa adiknya Pangeran Chu Fen dan Putri Chu Kia pergi begitu saja tanpa memperdulikan pangeran chu tian yang merintih kesakitan.
"Pangeran apakah kau tidak apa apa" tanya seorang pelayan dengan cemas.
" Tenang lah bibi aku tidak apa apa ,ini sudah biasa bisakah bibi mengantarku ke kediamanku?" tanya Chu Tian dengan senyum lembut meski dibibirnya ada darah yang mengalir.
"Tentu saja pangeran" jawab sang pelayan lalu drngan sigap pelayan itu memapah pangeran ,pelayan itu adalah pelayan pribadi pangeran tian dia hanya memiliki satu pelayan dikediamannya yaitu Su Lai.
Setelah sampai di kediaman yang hampir tak layak huni itu Pangeran tian dibaring kan di atas kasurnya dan pelayan su fei membersihkan dan mengobati luka yang ada dibadan Pangeran, dia merasa iba dengan kehidupan junjungannya itu.
Pangeran Chu Tian memang sering dihina dan di siksa karna selain tidak mempunyai bakat kultivasi pangeran tian juga sangat berbeda dari yang lain rambutnya yang berwarna putih keperak an sering menjadi bahan ejek an, mereka bilang pangeran tian adalah anak pungut karena rambut Raja Chu Kai dan Permaisuri Wen Lia berwarna hitam tetapi Pangeran Chu Tian malah memiliki rambut berwarna putih keperakan.
Saat permaisuri ada dia selalu mengatakn dia bukan anak pungut tapi anugrah dari dewa, namun sekarang Pangeran Chu Tian selalu saja diam jika dihina menurutnya rambut putih juga tidak terlalu buruk, Dia sudah sangat kebal dengan hinaan dan cemomohan orang orang sehingga Pangeran Chu Tian tidak lagi perduli, Dia lebih memilih berlatih ilmu bela diri dan ilmu berpedang.
"Tenang lah Bibi Lai aku baik baik saja" kata pangeran tian dengen tersenyum sambil kadang meringis menahan perih akibat luka cambukan yang sedang diobati, Pelayan Pangeran Chu Tian Itu selalu menangis saat melihat luka luka ditubuh pangeran kecil itu.
"Pangeran suatu saat pasti pangeran dapat membalaskan semua ini" kata bibi Fei dia sudah tidak tahan melihat Pangeran selalu di hina dan di siksa baginya pangeran sudah seperti putranya
Sebenarnya Su Fei adalah sahabat Permaisuri Wen Lia maka dari itu Su Fei selalu berusaha mendukung dan merawat pangeran tian dengan penuh kasih sayang seperti kepada putranya sendiri.
"Entahlah bibi aku akan berusaha untuk menjadi kuat"kata pangeran tian penuh tekad.
Keesokan harinya luka pangeran tian belum sepenuhnya pulih namun sudah lebih baik, namun selalu saja satu luka mulai sembuh luka lain diberikan oleh para saudaranya itu, setelah mandi dan sarapan dan juga tak lupa menganti perban dan obat pada tubuhnya, Chu Tian pergi mendekati sebuah laci dan didalamnya ada sebuah kotak dengan ukiran yang indah
Melihat kotak kayu itu Chu Tian merasa sedih karena itu barang peninggalan ibunya ,ibu Chu Tian meninggal sewaktu pulang dari keluarga ayahnya menuju istana, saat diperjalanan dihadang pembunuh bayaran berbaju serba hitam dengan lambang kelelawar dilengan kanannya.
dalam keadaan itu ibu pangeran tian senantiasa mendekap pangeran Tian yang saat itu berumur 7 tahun, dia lalu memberikan sebuah kotak dan menyuruh pangeran tian membukA nya saat ia berusia 10 tahun, lalu sang permaisuri Wen Lia meyuruh pangeran Tian agar berlari dan bersembunyi dan saat pangeran Tian berlari menjauh dia bersembunyi disebalik pohon dan menyaksikan ibunya dibunuh salah seorang pria berbaju hitam.
Para pembunuh bayaran itu sempat mencari keberadaan Chu Tian namun tidak berhasil menemukannya dimana pun mereka akhirnya menyerah dan kembali ke organisasi mereka untuk melapor..
pangeran tian tidak kuasa membendung air matanya dia terisak disana sambil memeluk kotak yang diberikan ibunya, setelah semua pembunuh bayaran pergi dia menghampiri mayat ibunya sambil terus terisak.
"ibuu hiks,ibu tolong jangan diam saja aku takut...!" kata Chu Tian dengan terisak
" tidakk...!! ibuu aku mohonn jangan pergii An'er masih membutuhkan ibu!!" Chu Tian terus berteriak berharap ibunya kembali hidup.
Chu Tian terus menangis disamping ibunya, dia mengingat setiap kejadian disana dan bertekad untuk membalaskan dendam kematian ibunya.
Hampir seharian dia ada dikawasan terjadinya pembunuhan dengan terus memeluk ibunya, lalu ada beberapa pengawal yang berpatroli dikawasan itu dan mencium bau anyir darah lalu para pengawal menemukan pangeran Tian.
Sesamapainya dikerajaan beberapa hari telah berlalu setelah acara pemakaman Permaisuri, pangeran Tian mencoba membicarakan apa yang terjadi disana hingga ibunya harus meninggal ditempat itu .
namun naas selir agung Wu Mei mengatakan pada Raja bahwa tidak mungkin anak sekecil Chu Tian mengerti akan hal itu dan meminta agar raja Chu Kai menyelidiki kembali dalang dibalik kematian permaisuri Wen Lia
Chu Tian yang merasa terabaikan pun hanya mampu diam, dia hanya memendam perasaan dendamnya seorang diri tanpa ada yang perduli dengan keadaan nya.
sebenarnya setelah kejadian itu pangeran Tian sedikit trauma bagaimana tidak ! anak sekecil itu dihadapkan pembantaian kejam ..!! namun beruntung pelayan Su Fei datang untuk menenangkan pangeran Tian.'
sejak saat itu Raja Chu Kai terus dihasut oleh Selir Agung Wu Mei agar menyalahkan pangeran Tian atas kematian permaisuri Wen Lia sejak saat itulah Raja tidak pernah perduli dengan keadaan pangeran Tian.
setelah terkenang masalalu yang kelam pangeran Tian mencoba membuka kotak kayu yang ada ditangannya, tapi tetap tidak bisa dia bahkan mengunakan pisau untuk membukanya dan tidak disangka pisau itu malah mengenai tangan pangeran Tian dan tanpa sengaja ada darah yang menetes ke kotak kayu itu.
"ah sial tanganku terluka, ehh "kata pangeran Tian sambil menutup mata dia juga terkejut karna kotak kayu itu terbuka dan mengeluarkan sinar yang menyilaukan.
semoga suka☺☺
.
.
.
Setelah sinar yang menyilaukan menghilang, pangeran Tian membuka mata dan dia melihat didalam kotak itu terdapat sebuah buku, gelang, seruling putih dan sepucuk surat. Dia mengamati seruling putih itu sebuah seruling yang sangat indah yang dahulu sebelum menikah dengan raja chu kai permaisuri selalu membawanya kemana pun dia pergi, dan sekarang diberikan pada Pangeran Tian.
lalu dia beralih pada sebuah buku dengan sampul biru bergambar burung Phoenix, buku itu sangat tebal berisi berbagai macam jurus ilmu pengetahuan ilmu pengobatan dan banyak lagi informasi yang ada dibuku itu, saat buku itu dibuka buku itu berubah menjadi butiran cahaya yang sangat banyak dan memasuki kepala Pangeran tian
"arghhh apa ini...!!" teriaknya karna kepala nya terasa sakit
selama 5 menit dia merasakan sakit setelah itu sakitnya mulai reda pangeran Tian pun mulai tenang dengan nafas sedikit memburu.
"bagaimana bisa seluruh isi buku itu masuk ke kepalaku" tanyanya pada dirinya sendiri
"sudahlah aku akan mempelajari jurus jurus yang ada disana siapa tau aku bisa berkultivasi seperti orang lain dan tidak dianggap sampah lagi" guman Pangeran Tian dengan semangat.
setelah itu Pangeran Tian beralih kesebuah gelang berwarna perak dia pun memakainya, dan hal aneh pun terjadi gelang itu menghilang Pangeran Tian binggung dan mencari kesana kemari tiba tiba pergelangan tangan nya terasa perih... dia melihat pergelangan tanganya dan terkejut lagi mendapati ada sebuah tato berbentuk sayap .
Pangeran Tian berfikir mungkin itu gelangnya lalu dia tidak ambil pusing lalu beralih pada surat lalu membacanya dan menyimpannya.
gelang perak milik permaisuri Wen Lia
selesai menyimpan kembali barang barang itu Pengeran Tian mendengar suara orang memanggilnya dengan keras di depan pintu kediamannya.
"pangeran ke 3 Chu Tian cepat keluar dari kediamanmu ini "teriak seorang laki laki paruh baya.
"salam ayahanda Raja .., ada apakah gerangan hingga ayahanda raja sudi ke kediamanku yang lusuh ini "kata Pangeran Tian, entah sejak kapan dia berani kepada sang Raja
Raja Sendiri terkejut mendengar perkataan Putranya namun dia tidak terlalu memikirkan nya.
"Pangeran Tian kau tidak usah merasa tidak tau, kau telah meracuni anak kesayanganku Chu Fei "kata raja Chu Kai dengan marah.
Pangeran Tian menaikkan sebelah alisnya
"bagaimana caraku meracuni kakak Fei jika aku seharian berada di dalam kediaman" tanya Pangeran Tian merasa aneh.
"kau tidak perlu mengelak Pangeran Tian semua bukti mengarah padamu" jawab Raja Chu Kai.
"aku tidak melakukanya" jawab Pangeran Tian dengan santai.
"Pangeran kau sungguh tega melukai anakku apa salahnya hingga kau melakukan ini, hiks " tanya Selir Agung dengan air mata buayanya.
"sudah aku bilang aku tidak melakukannya..!!!" bentak Pangeran Tian.
"pangeran..!! rendahkan suaramu beraninya kau membentak Selir Agung dihadapanku? "teriak marah Raja Chu Kai
Selir Agung tersenyum sinis sambil berpura pura menangis di pelukan Raja
"hiks, hamba tidak apa apa yang mulia mohon yang mulia jangan memarahi Pangeran hamba yang salah mohon ampuni hamba" kata Selir Agung dengan tersedu sedu
"lihat lah Pangeran ibumu ini rela meminta ampunan untukmu dan kau berani membentaknya?" Raja kai semakin marah pada pangeran tian
"cih ,apanya yang membantu"guman pangeran tian tp masih didengar raja chu kai
"pangerann..!!!! akuu akan menghukummu menjalani pengasingan selama tiga tahun dihutan kematian tanpa pengawal tanpa pelayan.
"Aku tidak pernah takut dengan hukumanmu Ayah, aku sudah terbiasa hidup seperti dihutan kematian, disaat orang lain melihat seperti aku hidup di dalam istana mewah, aku bahkan melihat diriku sendiri hidup didalam neraka dengan para binatang menjijikkan" ucap Pangeran Tian.
"Kau sebut aku apa Pangeran, kau beruntung aku mengakuimu sebagai putraku, jika tidak sejak lahir aku sudah membuangmu" teriak Marah Raja Chu Kai.
"Aku tidak pernah melihat kasih sayangmu itu ayah, jadi aku bahkan tidak merasa anda menganggapku sebagai putramu, anda hanya menganggap aku sebagai sampah tak berguna" ucap Chu Tian.
Amarah Raja Chu Kai mulai memuncak, dia lalu memerintahkan pada prajuritnya untuk menangkap pangeran Tian.
Raja chu kai
Setelah memberikan perintah Raja Kai pergi bersama selir agung Wu Mei tanpa memperdulikan Pangeran Chu Tian yang terkejut atas hukuman yang diberikan Ayahnya sendiri, sampai saat ini dia tidak tau kesalahan apa yang dia perbuat hingga ayahnya tega membuangnya begitu jauh dan ditempat yang begitu berbahaya..!
Chu Tian mencoba untuk menerima karna menolak pun tidak ada gunanya dia pergi dengan penuh dendam dan amarah serta kekecewaan pada Ayahnya, orang yang selama ini selalu dia anggap sebagai pelindungnya ternyata adalah orang yang akan mengirimnya dalam bahaya.
Chu Tian bahkan tidak tau mengapa setelah ibunya meninggal ayah yang sangat menyayanginya berubah menjadi tidak perduli, dia hanya mendengar beberapa orang mengatakan bahwa itu terjadi karena dia adalah sampah kerajaan.
keesokan harinya setelah mempersiapkan bekal dan pakaian gantinya Chu Tian pergi melakukan perjalanan ke Hutan kematian.
Dia menaiki kereta yang sangat biasa tidak ada yang mewah dari kereta itu bahkan terlihat hanya seperti kereta para pedagang padahal dia adalah seorang pangeran,
" apakah kerajaan sudah bangkrut" mungkin seperti itu yang mereka fikirkan.
Untuk pergi ke hutan kematian perjalanan menghabiskan waktu 3 hari perjalanan setelah sampai diperbatasan dia pun turun
"pangeran yang tidak bisa berkultivasi sepertimu memang pantas tinggal ditempat ini"kata prajurit dengan kumis dan jengot tebal
"yah kau benar setidakya dia disini tidak disiksa oleh pangeran kedua dan Selir Agung "kata pengawal dengan tahi lalat Dibawah matanya, yang merasa sedikit iba dengan nasib Pangeran Tian
pengawal berkumis tidak menjawab dia hanya mendengus kesal mendengar jawaban kawannya itu.
Chu Tian hanya menanggapinya dengan senyum kecil dan melngkah ke dalam hutan sebelum itu dia berbalik dan berkata "paman terimakasih" ucap Pangeran Tian dengan senyum lembutnya
Chu Tian memang pemuda yang baik meski dihina dicaci maki pun dia hanya diam, Chu Tian juga merupakan pangeran yang sangat tampan dengan rambut putihnya selaras dengan kulit putihnya menambah ketampanannya.
karna itu pula Chu Tian selalu dipukuli oleh Pangeran Fei, Pangeran Fei adalah seorang Pangeran dengan ambisi yang besar dia sangat tidak suka apabila ada seseorang yang melebihi dirinya , karna alasan itulah dia selalu kasar dengan Chu Tian
Dan Selir Agung Wu Mei juga selalu membuat anak anak nya membenci Chu Tian, sebenarnya Selir Agung tidak memiliki dendam pada chu Tian tapi semenjak ibunya meninggal raja kai selalu berusaha memperhatikan Chu Tian
dan pada ahkirnya dia merasa anaknya mulai terabaikan kemudia dia mulai membenci Chu Tian, dia selalu memfitnah Chu Tian di depan Raja dan selalu berusaha menyiksa Chu Tian
para pengawal tidak menjawab dan hanya mendengus seraya melajukan kereta kuda.
Pangeran Tian sampai didalam hutan dia menelusuri hutan yang lebat itu, hutan itu sangat gelap dan sangat rimbun cahaya matahari tidak dapat menembus rimbunnya hutan hingga suasana didalam hutan begitu dingin dan menakutkan.
selama perjalanan Pangeran Tian sering dikejar ataupun harus melawan binatang binatang penghuni hutan dan kali ini dia dikerjar oleh 2 ekor serigala dia berlari sekuat tenaga lalu dia memanjat pohon yang lumayan tinggi.
"hah hah hah, untung saja serigala tidak bisa memanjat" kata pangeran Tian sambil menghirup nafas sebanyak banyaknya dia merasa kejaran serigala itu membuatnya lupa bernafas.
dia lalu bersandar dibatang pohon,sambil mengamati sekitar
"jika terus begini aku akan mati tanpa berbuat apa apa haih" kata pangeran tian sambil menghela nafas berat.
..lalu tidak sengaja dia melihat sebuah gua ditempat yang lebih terbuka dia lalu melompat dari dahan ke dahan agar tidak terjadi serangan hewan disana.
Pangeran Tian memang tidak dapat berkultivasi atau lebih tepatnya dantian dalam dirinya tersumbat namun dia masih bisa belajar ilmu bela diri yang tanpa menggunakan tenaga dalam,dia selallu belajar pada pamannya Wen Sio kakak dari permaisuri Wen Lia
setelah sampai dimulut gua dia merasakan aura dingin dari dalam gua membuat dia sangat penasaran, namun juga takut takut apabila ada hewan buas yang mendiami gua itu lagi pun hari juga sudah mulai gelap Pangeran Tian memutuskan untuk memeriksa gua itu esok hari.
malam itu Pangeran Tian duduk termenung di sebelah api unggun yang dia buat ditepi sungai, sungai itu ia temukan saat dikejar beberapa kera best spirit sebesar kerbau.
Pangeran Tian duduk sambil memandangi langit yang dihiasi bintang bintang.
"seandainya aku bisa berkultivasi dan menjadi pendekar hebat mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini "kata dalam hati Pangeran Tian dia merasa tidak berdaya saat ini.
"...tidak, aku tidak akan mudah menyerah ini hanyalah tantangan kecil ibu pasti akan kecewa disana saat melihat aku lemah seperti ini..!! aku pasti akan menjadi pendekar kuat" kata dalam hati Pangeran Tian membulatkan tekat
malam semakin larut Pangeran Tian masih tidak bisa tertidur dia memikirkan banyak hal dia juga mencoba mempelajari beberapa jurus yang ada diingatanya meski tak sekuat jika memakai tenaga dalam setidaknya dapat dimanfaatkan untuk membela diri saat di serang hewan beast penghuni hutan kematian, itu cukup untuk perlawanan saat ini.
sepanjang malam Pangeran Tian berlatih dan dia tidak tidur sedikitpun.
keesokan harinya...setelah mandi dan memakan bekal yang dia bawa dari kediamannya dia kembali ke goa.
"hah aku akan memasukinya, semoga ada sebuah keberuntungan" kata dalam hati Pangeran Tian
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!