🍃 Di sarankan untuk membaca Novel Mr. Arrogant dan Mars untuk Kejora terlebih dahulu, karena cerita ini lanjutan dari ke dua Novel tersebut. Selamat membaca 😘
Di sebuah ruang kerja yang sangat luas dengan interior desain minimalis, terdengar suara ******* yang menggema di seluruh ruangan tertutup tersebut. Tampak seorang wanita cantik dengan rambut yang tergerai panjang, tengah duduk dipangkuan seorang pria dengan pakaian yang sudah berantakan.
"B, cepatlah!" Rose merasakan sensasi panas saat kekasihnya menyentuh tubuhnya.
Boy menyeringai tipis tanpa mempedulikan keinginan wanitanya, ia tidak mau terburu-buru membuat kekasihnya puas dengan permainan mereka.
"Baby do it!" pinta Rose dengan wajah cantiknya yang mulai berkeringat, ia mulai mendesah tidak karuan dan secara diam-diam ingin menyatukan miliknya.
"****!" Umpat Boy, mendorong tubuh Rose dengan kasar.
"Aw...." pekik Rose saat merasakan tubuhnya terjungkal kebawah. "B, kenapa mendorongku?" Rose tidak pernah menyangka jika kekasihnya bisa bersikap kasar seperti itu.
"Kau bertanya kenapa?" sinis Boy sambil berjalan mendekati Rose, lalu mencengkram rahang wanita cantik itu. "Sayang apa kau lupa dengan peraturan yang aku buat? Just fun and no ***!"
Wajah Rose langsung memucat saat menyadari kesalahan yang sudah diperbuatnya, kesalahan besar yang pastinya akan berakibat fatal pada hubungan mereka.
"B, maafkan aku." Rose memegang tangan Boy yang mencengkram erat rahangnya. "Aku.. aku melakukannya karena aku mencintaimu dan ingin memilikimu seutuhnya." Ucap Rose dengan gugup.
"Ck, cinta kau bilang? Apa kau pikir aku ini bodoh! Sampai tidak tahu niatmu yang sesungguhnya." Boy menghempas wajah kekasihnya lalu duduk kembali ke kursi kerjanya.
"B, apa maksudmu? Aku tidak mengerti?" Rose berdiri sambil mengancingkan kemejanya dan merapihkan roknya yang sudah terangkat keatas.
"Cih, kau kira aku tidak tahu? Kalau selama ini kau ingin menjeratku dengan tubuhmu itu agar kau bisa menikah denganku!" Sinis Boy dengan senyum yang mengejek. "Kau hanyalah sebuah bidak catur kecil yang diumpankan padaku, dan aku tidak akan mungkin bisa kau tipu Roselin Atmadja."
Deg
Jantung Roselin berdetak dengan keras, ia tidak pernah menyangka Boy Arbeto mengetahui rencananya atau yang lebih tepat lagi adalah rencana Daddy nya.
"B, aku...."
"Sst ..." Boy menaruh jari telunjuk di atas bibirnya. "Cukup sudah kita bersenang-senang, dan mulai saat ini jangan pernah muncul lagi dihadapanku!" Boy mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menyuruh asisten pribadinya untuk masuk ke dalam ruangannya.
"B, aku mohon jangan mengusirku. Aku benar-benar mencintaimu dan tidak bisa hidup tanpamu." Rose berusaha merayu sambil berjalan mendekati prianya.
Boy hanya diam menatap tajam pada wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama satu minggu ini, waktu yang terbilang cukup lama bagi seorang Boy menjalin hubungan dengan seorang wanita tanpa ada wanita lainnya. Karena biasanya Boy akan menjalin hubungan dengan beberapa wanita sekaligus dalam satu waktu.
"Lia cepat kau usir wanita ini!" perintah Boy pada asisten pribadinya yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Liam tuan, namaku L-I-A-M." Ucap Liam dengan wajah yang kesal, karena lagi-lagi tuan B memanggil namanya dengan sesuka hatinya.
"Iya aku tahu Lia." Ucap Boy dengan acuh.
Liam yang mendengar namanya lagi-lagi di panggil dengan sebutan nama wanita hanya bisa menghela napasnya, karena sudah berpuluh-puluh kali ia mengingatkan tuannya tapi tetap saja dirinya di panggil dengan sebutan Lia.
"Nasib seorang bawahan pasti akan selalu ditindas." Gumam Liam dalam hati.
"Hei kenapa kau diam saja? Cepat bawa wanita itu keluar dari ruangan ku!" perintah Boy.
"Baik tuan." Liam segera menghampiri nona Rose, dan mempersilahkan kekasih tuannya untuk keluar dari ruangan.
"Tidak aku tidak mau!" Rose berusaha untuk duduk kembali dipangkuan kekasihnya. "Aku tidak mau putus darimu sayang, aku janji aku tidak akan melakukan itu lagi." Rose mencium bibir Boy dengan sangat agresif.
"B....!"
Suara teriakan yang sangat keras membuat semua orang yang ada di dalam ruangan terkejut, menatap kearah sosok wanita yang tampak masih sangat cantik di usianya yang hampir mencapai empat puluh enam tahun.
"Mom...." Boy yang terkejut langsung berdiri dari duduknya, hingga membuat Rose jatuh untuk yang kedua kalinya.
"B.. sakit!" Rose mengusap pantatnya yang mencium lantai, dengan wajah yang kesal.
Boy tidak mempedulikan rengekan Rose karena di depan saat ini, sudah berdiri seorang wanita cantik dengan kepulan asap di atas kepalanya. Menandakan wanita yang berstatus ibu kandungnya itu tengah sangat marah.
"Kau ini....!" Luna menjewer telinga putranya dengan keras.
"Aw...! pekik Boy. "Mom lepaskan! Ini sangat sakit." Boy berusaha melepaskan tangan mom Luna dari telinganya.
Namun Luna yang sangat marah karena melihat kelakuan Boy yang sedang berciuman di ruang kerja, justru semakin keras menarik telinga putranya.
Sementara itu Liam yang melihat adegan ibu dan anak itu, sampai tidak bisa menahan rasa tertawanya. Bagaimana Liam tidak tertawa saat melihat seorang Boy Arbeto pria dengan sejuta pesonanya, saat ini tengah ditarik telinganya oleh seorang wanita yang merupakan ibu kandungnya.
Sementara Rose yang berdiri di samping Boy, hanya bisa menatap bingung saat melihat kekasihnya di Jewer oleh wanita yang di panggil Mom oleh Boy.
"Mom lepaskan!" Boy memohon sambil mengerlingkan matanya, mencoba untuk merayu Mom Luna.
Luna menarik dan membuang napasnya secara perlahan, kemudian melepaskan telinga putranya.
"Kenapa kau masih di sini! Keluarlah!" Luna berkata dengan sangat tegas pada wanita yang berdiri di samping putranya.
"A-aku?" Rose menunjuk dirinya sendiri.
"Ya ampun, tentu saja kau! Memangnya siapa lagi?" Luna menatap jengah pada wanita cantik dan sexy yang mengenakan pakaian yang sangat minim tersebut. "Cepat kau keluar dari ruangan putraku!" usir Luna sambil mengibaskan tangannya.
Sebenarnya Luna tidak ingin bersikap kasar pada seseorang apalagi pada seorang wanita, tapi Luna tidak bisa berpura-pura bersikap sopan pada wanita yang bersikap murahan seperti itu.
"Cepat kau bawa dia keluar!" Boy menatap tajam pada Liam yang sejak tadi hanya diam saja.
Liam yang mendapatkan tatapan tajam dari tuan dan Nyonya besarnya, segera mempersilahkan Rose keluar dari ruangan. Rose pun mau tidak mau keluar dari ruangan tersebut, karena tidak ingin calon ibu mertuanya semakin marah kepadanya.
Dan saat ini di ruangan tersebut menyisakan ibu dan anak, yang duduk berhadapan dan saling bertatapan dengan tajam.
"B....!" sentak Luna dengan wajah yang sangat kesal.
"Mom!" sahut Boy dengan santai.
"B....!"
"Mom!"
"Boy Arbeto!" sentak Luna sambil menggebrak meja.
Boy yang terkejut sampai mengelus dadanya dengan perlahan. "Mom ada apa kemari?" Boy mencoba mengalihkan kemarahan Mom Luna.
Luna hanya diam tidak menjawab pertanyaan putranya, ia masih kesal dengan sikap Boy yang selalu seenaknya memperlakukan wanita. Dan sikap Boy yang seperti itu bukan hanya satu dua kali Luna melihatnya, tapi sudah berkali-kali Luna memergoki putranya itu berasik mesum dengan wanita yang berbeda-beda. Bahkan Luna pernah memergoki Boy yang tengah bercumbu dengan seorang wanita dengan kondisi setengah telanjang di apartemen putranya.
"Mom...." Boy memanggil mom Luna yang terlihat diam saja, dengan tatapan mata yang tajam kearah dirinya. "Mom aku tahu aku ini tampan, dan aku ini sangat memukau hingga membuat—"
"B, kau harus secepatnya menikah!" potong Luna dengan tegas.
"What? Menikah?" Boy yang terkejut seketika itu juga tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa kau tertawa?" Luna menatap sengit kearah putranya.
"Karena Mom sangat lucu." Boy masih tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Terima kasih pujiannya." Sahut Luna dengan raut wajah yang datar.
"Mom...." Boy memutar bola matanya malas, karena sindirannya justru dikatakan sebagai pujian.
"Kenapa? Bukankah mom memang lucu dan cantik?" Luna tersenyum jumawa.
"Whatever!" jawab Boy tak peduli.
"Baiklah karena B sudah memuji mom, maka mom akan mencarikan wanita yang cantik dan baik untuk jadi istrimu."
"What?" Boy terkejut dengan mulut yang terbuka dengan sempurna. "B tidak mau menikah! Apalagi dengan wanita yang mom pilih." sahut Boy.
"Kau harus menikah, B! Sudah terlalu banyak maksiat dan masalah yang kau lakukan yang berhubungan dengan wanita! Dan bahkan yang terakhir dan yang paling parah, kau menculik seorang gadis dibawah umur." Luna menggelengkan kepalanya dengan wajah yang kesal.
"Mom aku itu hanya melakukan maksiat kecil-kecilan, karena aku tidak pernah melakukan sex bebas. Kalau di hitung-hitung dosa yang aku lakukan itu hanya lima puluh persen." Boy terkekeh geli.
"Ya ampun B, mana ada dosa lima puluh persen." Luna menepuk bahu putranya dengan gemas.
Sementara Boy masih tertawa sembari mengusap bahunya. "Tentu saja ada Mom! Dan masalah penculikan itu, sudah B katakan berulang kali B tidak menculik gadis gila itu. Tapi Mom dan Dad tidak percaya dan justru memberikan hukuman padaku."
Boy kembali mengingat saat-saat dirinya di hukum menetap di Kuningan, karena sesuatu yang tidak pernah ia lakukan dan itu semua karena gadis gila itu yang mengaku-ngaku diculik olehnya. Dan yang lebih gila lagi gadis itu berani-beraninya menghilang setelah membuat laporan palsu.
"Kau itu jangan mencari-cari alasan, dan sudah mom putuskan akan menjodohkan mu dengan wanita pilihan Mom." ucap Luna dengan tegas.
"No, B tidak mau! Apa kata dunia kalau mereka tahu seorang Boy Arbeto, pria paling tampan di seluruh pelosok negeri dan kaya raya dijodohkan dengan seorang wanita?" ucap Boy dengan sinis.
"Kau tidak perlu mendengarkan apa kata dunia, karena dunia tidak punya mulut untuk berbicara." Sahut Luna asal.
Boy terdiam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia merasa bingung dengan pembicaraan yang mereka lakukan sejak tadi. Boy berpikir apakah dirinya yang terlampau pintar atau ibunya yang kelewat bodoh.
"Malam ini mom tunggu di mansion utama!" Luna beranjak dari duduknya, dan hendak pergi dari ruang kerja putranya. "Kalau kau tidak datang, mom akan mencoret nama mu dari kartu keluarga!" ancam Luna lalu segera pergi dari ruangan tersebut.
Sementara Boy yang masih duduk di ruangan tersebut, hanya menatap punggung Mom nya dengan tawa yang langsung meledak.
"Mencoret namaku dari kartu keluarga? Apa tidak ada ancaman yang lebih mengerikan dari itu!" Boy masih tertawa dengan keras.
"Oh.. tentu saja ada!" Seru Luna.
"Mo-mom." Boy yang sangat terkejut sampai terbatuk-batuk, saat melihat mom Luna berdiri di dekat pintu masuk ruangan dengan senyum yang tipis di bibirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!