NovelToon NovelToon

The Billionaire'S Secret

Awal mula

Semuanya di awali dengan..

Seorang pria dan dua asistennya berada di dalam lift. Tak lama pintu lift terbuka, pria tersebut melangkah keluar di ikuti dua asistennya. Menuruni anak tangga, menganggukkan kepalanya saat berpas pasan dengan karyawan di perusahaan yang ia pimpin.

Rava Alexi Ortama, pemimpin perusahaan agensi terbesar. GN ENTERTAINMENT, yang memiliki 4 anak perusahaan di bawah naungan agensi tersebut. Bergerak dalam dunia model, dan melahirkan banyak artis muda berbakat.

Malam ini, Rava Alexi Ortama akan menghadiri undangan sebuah pesta yang di adakan oleh salah satu rekan bisnisnya.

Wajah yang rupawan bak dewa yunani, hidung yang mancung dan alis tertata rapi, rambutnya yang gondrong di ikat dengan rapi. Selalu menebar senyuman bila bertemu dengan siapa saja, selalu menyapa meski itu dengan bawahannya sekalipun.

Selain wajahnya yang tampan, senyum yang selalu menghiasi bibirnya, kerendahan dan kelembutan sikapnya membuat kaum hawa tergila gila padanya. Namun tak seorangpun wanita yang mampu menyentuh hatinya.

***

Sesampainya di halaman gedung tempat pesta itu di adakan. Rava keluar dari pintu mobil, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang cukup luas. Nampak wanita tengah duduk di kursi, menikmati sajian minuman berkelas. Mereka datang berpasangan, ada yang sendirian.

"Tuan Rava, selamat datang!" sambut seorang pria berambut cepak mengulurkan tangannya. Pria itu bernama Julian Jareda, salah satu pemimpin perusahaan dari agensi lain.

Rava tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, kau sudah mengundangku."

"Suatu kehormatan kau datang ke acara ini." Julian membungkukkan badan sesaat. Lalu mempersilahkan Rava untuk duduk di sofa yang telah di sediakan di temani dua wanita cantik berpakaian yang sangat seksi, hingga buah dadanya terlihat membusung seolah menantang gairah pria yang menatapnya.

"Halo Rava.." sapa wanita bermata coklat.

"Apa kabar Alicia?" balas Rava lalu duduk diantara dua wanita itu.

"Aku sudah lama menunggumu, Rava." Timpal wanita yang berambut panjang, hitam legam di biarkan tergerai indah.

"Halo Joan, apa kabarmu?" tanya Rava melirik sesaat ke arah Joanva.

"Jika ada di dekatmu, semua baik baik saja." Bisik Joanva, manja.

Rava tersenyum sinis, tatapan matanya liar memperhatikan wanita wanita cantik yang ada di dalam ruangan tersebut, alunan musik terdengar sangat syahdu, suasana lampu yang tidak terlalu terang, menambah suasana terasa sangat romantis.

"Kau butuh berapa gadis? tanya Joanva berbisik di telinga Rava.

"Semampu kau bisa menyediakannya." Jawab Rava pelan.

"Okey, kau tidak perlu khawatir. Besok malam, aku antarkan mereka kehadapanmu." Joanva berdiri, lalu melangkahkan kakinya menuju meja lain, mendekati para gadis yang tengah menikmati minuman.

"Joan terlalu membosankan, barangnya mudah rusak." Kata Rava menoleh ke arah Alicia.

"Kau mau yang seperti apa?" tanya Alicia tersenyum di sudut bibirnya, lalu menyecap perlahan minuman yang ada di tangannya.

Rava tersenyum sinis, menatap Alicia cukup lama. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari balik jas nya.

"Kau tahu seleraku yang seperti apa, bukan?" Rava meletakkan uang itu begitu saja di pangkuan Alicia.

"Baiklah, kita lihat nanti." Alicia matanya berbinar menatap lembaran uang dalam bentuk dolar.

"Jangan kau ingkar janji, tanggung sendiri akibatnya." Rava berdiri setelah selesai bicara dengan dua wanita itu. Berjalan menghampiri salah satu wanita yang tengah menghabiskan minumannya.

"Halo sayang." Sapa Rava.

"Hai!" sahut wanita itu senang bukan main di dekati oleh pria yang selama ini di gandrungi para wanita.

"Apa kau mau bersenang senang?" bisik Rava.

Wanita itu mengangguk cepat, lalu bergelayut manja di lengan Rava. Keduanya berjalan bersama keluar dari ruangan meninggalkan pesta yang tengah berlangsung.

Audisi gila

Di ruangan tertutup, berjajar rapi wanita yang berpenampilan modis dan seksi. Semuanya menggunakan gaun berwarna merah, dengan belahan dada terbuka. Rambut di sanggul tertata rapi, bibir merah merona. Mereka bukanlah wanita biasa, tapi wanita dari kalangan biasa sampai kalangan menengah.

Para wanita itu akan di seleksi supaya bisa lolos masuk ke perusahaan yang Rava pimpin. Namun kegemaran Rava, sebelum mereka terpilih. Ia akan bersenang senang, menghambur hamburkan uang hingga puluhan juta bagi wanita yang mau mengikuti keinginannya.

"Selamat malam Nona.." sapa Rava dari arah pintu, di tangannya menggenggam gelas minuman anggur.

Ia tersenyum memperhatikan wanita itu, lalu menepuk bokong salah satu wanita itu hingga berjengkit kaget. Kemudian Rava duduk di sofa, memperhatikan para wanita di depannya.

"Anya, Melani!" panggil Rava.

Dua wanita yang di sebut namanya maju lebih dekat dengan Rava. Lalu membungkukkan badannya sesaat.

"Merangkak!" perintah Rava.

Kedua wanita itu menjatuhkan tubuhnya, lalu merangkak layaknya binatang, lalu Rava memberikan minuman yang ada di tangannya kepada dua wanita itu. Rava tersenyum senang melihat kedua wanita itu terus merangkak kesana kemari, lalu mengendus tangan Rava layaknya binatang.

"Bagus!" puji Rafa tersenyum lebar lalu mengeluarkan uang dan melemparkannya ke udara. Uang tersebut berhamburan ke tubuh dua wanita itu, lalu mereka ambil menggunakan mulutnya.

"Jidan! Cris!" panggil Rava.

Dua pria kekar masuk dari arah pintu, lalu menarik tangan kedua wanita tersebut, di perintahkan untuk tidur telentang di bawah karpet menghadap kamera.

Kemudian kedua pria itu menggagahi dua wanita tersebut di depan Rava dan wanita lainnya. Rava sangat menilmati pemandangan seperti itu, ia semakin bernapsu apabila melihat wanita sangat tergila gila dengan uang, tanpa memperdulikan konsekwensinya.

Begitu juga wanita yang masih berjajar rapi, mereka tahu resikonya untuk menjadi artis besar, harus merelakan kehormatannya. Namun mereka tetap saja mau melakukannya demi harta dan ketenaran.

***

Sementara di luar gedung tersebut, terlihat seorang gadis berjalan dengan lesu menyusuri tepi jalan raya. Gadis itu baru saja di pecat dari pekerjaannya karena sikapnya yang sering teledor dan membuat masalah.

Beby Arselia, gadis berusia 20 tahun yang baru saja di terima bekerja di sebuah restoran di kota tersebut. Harus menerima makina dari pemilik restoran karena telah membuat kekacauan hanya karena tali sepatunya yang tidak di ikat dengan baik, hingga terinjak oleh kakinya sendiri.

"Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan?" gumamnya sedih. "Uangku tidak cukup lagi untuk biaya makan satu minggu."

Gadis itu duduk termenung di bangku halte, memperhatikan mobil yang berseliweran, melaju dengan kecepatan tinggi.

"Gadis cantik, tidak boleh duduk sendirian malam malam."

Beby menoleh ke arah suara, nampak dua pria mabuk berdiri di sampingnya.

"Mau apa kalian?" tanya gadis itu.

"Hahahaha, bagaimana kalau kita bersenang senang Nona!" sahut pria botak, giginya tonggos.

Beby menarik bibirnya, menatap jijik gigi pria tersebut yang berwarna kuning, mungkin sudah satu bulan tidak menyikat giginya.

"Enyah kalian dari hadapanku!" usir Beby kepada dua pria itu.

Namun pria yang giginya tonggos, maju selangkah menarik tangan gadis itu. "Kemarilah sayang, kita bersenang senang!"

Saat pria itu hendak memeluk Beby, kaki kanan Beby di angkat, menendang belahan kaki pria tersebut lalu mrmukul kepalanya hingga tersungkur dan jatuh pingsan.

"Ayo, kau maju sekalian!" tantang Beby. Namun pria itu balik badan dan berlari tunggang langgang seperti habis melihat hantu.

"Dasar pengecut!" umpat gadis itu. "Sebaiknya aku pulang, mungkin ibu sudah menungguku."

Kemudian gadis itu melangkahkan kakinya tanpa menoleh lagi kebelakang.

Ancaman

"Tuan, anda di tunggu Angela." Kata asistennya.

Rava hanya hanya melirik sesaat tanpa menjawab sepatah katapun. Lalu beranjak dari kursi, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan untuk menemui wanita yang bernama Angela.

Sepanjang jalan, Rava menebar senyum manisnya kepada semua bawahannya. Langkahnya terhenti di depan pintu, lalu membenarkan dasinya. Kemudian ia masuk kedalam ruangan dan benar saja, seorang wanita cantik, seksi sudah lama menunggunya.

"Rava!" seru Angela tersenyum, lalu beranjak dari kursinya, berjalan menghampiri Rava.

"Ada apa kau kemari?" tanya Rava dingin.

"Aku punya kabar gembir!" ucapnya antusias. "Aku hamil." Kedua tangannya melingkar di leher Rava.

"Lalu?" tanya Rava, dengan tatapan mata tajam.

"Aku ingin kau menikahiku." Jawab Angela.

Rava tersenyum sinis. "Jangan karena kita sering tidur bersama, lalu kau berpikir kita punya hubungan istimewa?"

"Apa maksudmu?" Angela menarik tangannya. "Bukankah kita selama ini-?"

"Kita melakukannya atas dasar suka sama suka, tanpa paksaan. Kalau kau berpikir, aku akan menikahimu. Bermimpilah." Jawab Rafa menegaskan posisi Angela bukan siapa siapa di mata Rafa.

"Kau, kau tidak mau bertanggung jawab dengan bayi yang kukandung?" tanya Angela, menatap marah ke arah Rava.

"Bermimpilah!" sahut Rava.

"Kalau kau tidak mau bertanggung jawab, aku akan laporkan kau ke polisi. Aku katakan siapa kau sebenarnya kepada awak media!" Ancam Angela.

Tangan Rava terulur mencengkram leher Angela. "Kau pikir, aku tidak tahu semua kelakuan burukumu juga keluargamu?"

"Sakit!" Angela menarik tangan Rava. "Jangan sok tahu!"

"Joe!" panggil Rava kepada asistennya.

Joe yang sedari tadi diam di sudut ruangan berjalan mendekat. Memberikan ponselnya kepada Rava. Kemudian Rava mengambil ponsel milik Joe, memperlihatkan beberapa video perselingkuhan Angela dengan pria lain. Lalu video ayahnya Angela yang menggelapkan uang perusahaan di mana dia bekerja.

Angela terdiam, matanya melotot. Dia tidak menyangka kalau pria di hadapannya lebih dulu tahu kebusukannya dan keluarganya.

"Uang? kau mau uangkan?" tanya Rafa, menoleh ke arah Joe. Memberikan ponselnya, lalu mengambil uang di dalam koper yang sudah Joe siapkan.

"Ambillah!"

Rava melemparkan 5 tumpuk uang di bawah kaki Angela. Harga dirimu, kehormatanmu, hanya seharga 50 juta.

"Ambillah jalang." Ucap Rava pelan, lalu balik badan. Melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. "Bereskan wanita itu, jangan kau bunuh. Buat dia menderita seumur hidupnya.

"Baik Tuan!" sahut Joe

***

Sementara di tempat lain. Beby yang tengah kebingungan mencari pekerjaan. Berkeluh kesah kepada sahabatnya Rina dan Galih.

"Aku sudah tidak punya uang lagi." Kata Beby tertunduk lesu.

"Aku punya ide, bagaimana kalau kau bekerja di perusahaan agensi tempat kubekerja?" usul Rina.

"Tapi, bagaimana kalau aku di pecat lagi?" Beby khawatir di pecat lagi seperti yang sudah sudah karena keteledorannya.

"Makanya, kalau kerja itu fokus!" timpal Galih.

"Tapi, kalian tahu sendiri. Aku pelupa, dan sering sepatuku talinya copot."

"Hahahaha! lagian kau tidak pernah kencang mengikat tali sepatumu." Galih tertawa mengingat kebiasaan buruk Beby yang selalu bermasalah dengan cara mengikat sepatunya sejak masih sekolah dasar dulu.

"Kau malah tertawa!" sungut Beby.

"Begini saja, kau tidak perlu pakai sepatu kalau bekerja. Cukup gunakan sandal, lagipula kau kerja cuma jadi cleaning service sama kaya aku." Timpal Rina.

"Oh iya ya, mana mungkin aku bekerja di kantor. Izajah saja masih ketahan di sekolah karena tidak mampu bayar." Kata Beby sedih.

"Sudahlah, kau jangan sedih. Kalau kau mau, besok pagi aku jemput kau dan siapkan persyaratan yang dibutuhkan." Rina menenangkan sahabatnya.

"Tentu saja aku mau!" sahut Beby.

"Semangat!" seru Galih mengepalkan tangan kanannya.

"Yeeaahh!!" seru Rina dan Beby mengangkat kedua tangannya.

Senyum mengembang terlihat lagi dari bibir mungil Beby.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!