NovelToon NovelToon

Arunika (Cahaya Matahari Terbit)

Pagi yang Indah

Cahaya Matahari kerap banyak ditunggu banyak orang.  Bahkan tak sedikit orang yang ingin mengabadikan moment terbaik dan terindah hanya untuk sekedar menikmati pemandangannya.

Cahaya Matahari selain memiliki keindahan juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh, tanaman, juga mahluk lainnya. Matahari terbit menjadi simbol awal bagi mereka yang mencintai perjalanan.  Sebuah perjalanan panjang yang akan menuntun kita menuju sebuah tujuan.

Matahari terus berusaha kuat untuk menunjukan eksistensinya, sebagai salahsatu tata surya memancarkan sumber utamanya yang begitu besar ke permukaan bumi.

Begitulah hidup kita harus kuat menjalani sampai mimpi kita terwujud. Kedatangan Matahari tidak selalu mendapat sambutan yang baik dari semesta, adakalanya nya awan hitam menyelimuti, terkadang hujan deras yang menghalangi, bahkan planet lain yang menutupi, namun matahari tetap ikhlas dan tabah memancarkan sinarnya. Karena matahari setia pada tujuannya. 

Kota Tasikmalaya dulu dikenal sebagai Kota Resik artinya kota yang bersih, bahkan beberapa julukan tercetus untuk kota ini, selain dikenal sebagai kota santri karena disetiap wilayahnya terdapat beberapa pesantren, kota ini juga disebut Mutiara dari Timur, dan sederet nama lainnya.

Tasikmalaya juga memiliki beberapa ciri khas daerah seperti kerajinan dari bambu dan juga dikenal makanan khas-nya tutug oncom, cilok, cimol, basreng, seblak dan masih banyak aneka makanan lainnya. Kota ini menyimpan sejarah panjang dalam hidup Ara, dan Ara menyebutnya "Kota Sejuta Kisah" mungkin berlaku juga untuk orang lain yang sama-sama berjuang untuk hidupnya.

Seperti yang lainnya, daerah ini aktivitasnya sangat padat hilir mudik lalu lintas sangat ramai, pedagang kaki lima disepanjang jalan berjajar dengan rapi, berbagai makanan dijajakan dengan harga yang bervariatif dan karena banyak jenisnya tentu membuat pembeli kadang merasa bingung untuk memilih. 

Tidak jauh dari keramaian, seorang gadis cantik bernama Arunika bersama beberapa temannya menyewa sebuah rumah, rumah itu tidak terlalu besar terdapat lima kamar masing masing dihuni oleh satu orang dan dua kamar mandi, kelima penghuninya kuliah di kampus yang sama tetapi beda fakultas.

Meskipun satu kost mereka hanya bertemu ketika malam, karena jadwal kuliahnya yang berbeda.

Pagi ini indah karena semesta menyuguhkan fenomenanya, lukisan pelangi di cakrawala menambah kesempurnaan sinar pagi yang ceria, Ara sapaan akrabnya tertegun sejenak menikmati dan bersyukur atas karunia ini, lalu perlahan membuka jendela kaca kamar dan membiarkan cahaya yang berusaha masuk melalui celah kamar mengggeliat dengan leluasa memberi terang seisi ruangan.

Sorotan cahaya yang tajam membuat nya sedikit menutup wajah seraya membalikan badan dan menikmati hangatnya mentari pagi.

Kemudian dia menyeduh secangkir teh melati dengan sedikit sentuhan rasa manis, lalu dia melirik meja mengambil buku dan pena sahabat setianya dikala ingin menggoreskan apa yang dilihat dan didengar.

Seperti pagi ini, dia ingin berbagi rasa dengan sahabat setia nya tentang betapa pagi ini sangat indah. 

Tak terasa waktu terus berlalu tanpa menunggu, Ara bergegas mandi dan siap untuk berangkat ke kampus, hari ini jadwal kuliahnya hanya satu mata kuliah.

Setelah selesai mandi dan memasukan beberapa peralatan tempur, Ara langsung tancap gas dengan motor matic pemberian orang tuanya. Jarak antara tempat kost ke kampus memang tidak terlalu jauh sekitat sepuluh menit sampai.

"Pagi semua," Ara menyapa teman sekelas yang yang biasa kumpul di koridor kampus sambil bergabung dengan mereka.

"Ra hari ini tidak jadi kuliah, dosen ada urusan lain tapi diberi tugas dan dikumpulkan besok." kata Meli penanggung jawab untuk mata kuliah Wirausaha hari ini.

"Yaa.. padahal sudah buru-buru berangkat tadi," jawab Ara dengan sedikit nada penyesalan.

" Oke jadi gimana kita bagi kelompok ya?" kemudian tanyanya.

"Iya, ini sudah dibuat pembagian kelompoknya, silahkan masing-masing kelompok untuk diskusi." Jawab Meli sambil menyodorkan kertas pembagian kelompok.

Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi, Ara masuk di kelompok lima dengan jumlah anggota enam orang. Hasil diskusinya mereka sepakat untuk menjual makanan yang sedang trend dikalangan anak muda. Lalu mereka berangkat bareng untuk mencari barang yang diperlukan.

Tak terasa waktu telah senja setelah keliling pasar dan pusat belanja, Ara dan yang lain pulang ke tempat masing-masing. Sesampainya di kamar istirahat sejenak dan Ara bergegas mandi.

Malam nya setelah sholat magrib Ara bersiap untuk ke tempat photocopy nya Bang Andi. Awal masuk kuliah banyak tugas kampus yang dikerjakan, sebagai ketua kelas biasanya Ara memberi ide untuk kolektif photocopy, karena sering ke tempat Bang Andi dan dia tau kalau Ara membutuhkan biaya untuk bayar semester.

Bang Andi menawari Ara untuk membantu dia di tempatnya  dan untuk waktunya disesuaikan dengan jadwal kuliah. Hingga semester akhir ini Ara masih membantunya.

Kerjaan di tempat bang Andi hari ini cukup banyak beberapa skripsi yang harus dijilid kemudian orderan tugas mahasiswa lainnya itupun belum selesai semua, tetapi Ara minta ijin untuk pulang lebih dulu karena Subuh nanti dia harus siap belanja ke pasar untuk memenuhi pesanan sayuran emak emak komplek langganannya.

Alarm di kamar terdengar bunyinya sangat nyaring sekali, mata Ara enggan untuk membuka seolah ada setumpuk benda yang mengganjal karena beratnya, namun perlahan Ara buka mata dan bergegas ke kamar mandi, lalu dia memanaskan sebentar motor maticnya, setelah peralatan yang dibawa lengkap langsung tancap gas ke pasar. 

Sekitar pukul enam pagi Ara sudah mulai keliling di komplek yang tidak jauh dari tempat kost, ibu-ibu komplek seperti biasa langsung menyambut Ara dengan riang gembira bak seorang selebriti diatas panggung Ara melambaikan tangan dan berhenti disebuah taman. 

"Ara, pesanan ibu tidak lupa kan Nak?" tanya ibu RT komplek

"Ada bu, semua pesanan nya sudah Ara siapkan." Jawabnya sambil menyerahkan beberapa barang pesanan bu RT.

Tidak sampai lama semua sayuran sudah habis diborong penghuni komplek, lalu Ara pamit karena jam sembilan ada jam kuliah.

Sebenarnya mata kuliahnya tinggal tiga lagi, karena ini adalah akhir semester selebihnya Ara sibuk dengan bimbingan skripsi dan persiapan sidang pertama. 

Setelah selesai mandi kemudian sarapan, tiba tiba ponsel Ara berdering.

"Halo..Mel, ada apa?" tanyanya.

"Ra kata Pak Helmi kita harus buat acara seminar tentang kewirausahaan," kata Meli tanpa basa basi.

"Ya sudah sebentar lagi berangkat, tunggu di tempat biasa ya," jawab Ara lalu menutup telpon nya.

Sampainya di Kampus, terlihat Meli dan beberapa kawan lainnya telah berkumpul, mereka biasa kumpul di koridor kampus karena ruangannya luas, sehingga bebas mau melakukan apapun, tetapi terkadang berkumpul di ruang kemahasiswaan lainnya.

Dari hasil pertemuan itu, teman teman sepakat menunjuk Ara jadi ketua panitia, Ara sempat menolak karena terbentur dengan kegiatan nya yang lain. Tetapi pada akhirnya keputusan teman-teman tidak bisa diubah lagi.

Sepulang dari kampus Ara langsung ketempat bang Andi untuk minta ijin karena beberapa hari kedepan tidak bisa masuk kerja. Dan bersyukurnya bang Andi memahami nya bahkan dia mensuport Ara.

Bersambung..

Pertemuan Pertama

Jadwal seminar telah ditentukan namun hingga saat ini balasan dari nara sumber belum juga kelihatan hilalnya, ini membuat Ara sedikit panik. Karena waktunya tinggal dua hari lagi sementara persiapan semua sudah selesai, para peserta yang mendaftar pun cukup banyak. 

"Kenapa harus dia seh Ra yang jadi nara sumber?" Tanya Meli disela kepanikannya.

"Karena aku fikir dia ini pas dengan tema acara kita Mel, Pak Rey adalah sosok pengusaha muda yang sukses, kharismatik, tampan pokoknya inspiratif banget buat generasi muda seperti kita," jawabnya panjang lebar.

"Tapi ternyata dia gak se-asyik yang ku bayangkan Mel," tambahnya lagi.

Tiba-tiba ponsel Ara berbunyi, sebuah pesan singkat terkirim.

"Selamat siang Arunika, saya asisten nya Pak Rey, beliau siap untuk menjadi nara sumber seminar kampus ya"

Ara tertawa senang dan memeluk Meli, dan Meli pun ikut senang melihat ekspresinya. Orang disekitar melihat heran dengan tingkah laku mereka berdua, tetapi Ara tidak peduli karena kini Ara merasa lega, Rey mau menjadi nara sumber. 

Ara mendapat referensi Rey dari Andi, kebetulan Andi adalah temannya waktu kuliah dulu. Pada awalnya Ara merasa yakin akan dengan mudah mengundang Rey di acara tersebut, karena dia temannya Andi, tetapi tidak semudah itu karena Rey selain dia orang yang super sibuk dia juga tidak gampang untuk menerima tawaran apapun. Ara sudah beberapa kali menghubungi dia untuk meminta waktunya sebentar untuk bisa ngobrol langsung, tapi selalu nihil. Hal itulah yang akhirnya membuatnya lega.

" Mel panitia kita kumpul dulu yukk." Ara mengajak Meli supaya memanggil teman panitia lainnya.

"Siap Bu Ketua." Jawab Meli seraya mengangkat tangannya seperti orang sedang melakukan hormat upacara bendera.

Seperti biasa Panitia seminar berkumpul di koridor kampus, Ara mengecek beberapa persiapan mulai dari persiapan gedung, catering, piagam dan plakat, juga persiapan dokumentasi. 

"Oke.. Semua sudah siap, kita tinggal tunggu 2 hari lagi semoga semuanya lancar ya," sahutnya.

"Yaa.. siap Ketua," jawaban mereka serentak.

"Aah.. Kalian udah kayak pasukan huru hara saja," lanjutnya.

Setelah selesai rapat panitia mereka semua bubar dan kembali ke aktifitas masing masing. Hari ini cukup melelahkan, Ara berencana untuk istirahat dulu di kost. Namun sebelumnya dia mampir ketempat Ibu pemilik Kost untuk membayar sewa kamar.

"Bu ini uang bayar sewanya, maaf Ara telat ya Bu karena baru ada." sambil menyerahkan beberapa lembar uang.

"Tidak apa-apa Nak Ara, yang penting kuliahnya tidak terganggu." jawabnya lembut.

"Terima kasih Bu, Ara pamit ya." kemudian Ara beranjak dari tempat duduk dan berpamitan.

Bersyukur punya Ibu Kost yang baik, setiap bulan Ara memang selalu telat bayar tetapi dia tidak pernah marah, karena jika dilihat secara ekonomi ibu ini memang berkecukupan, Suami nya pensiunan Polisi, sementara anak-anaknya sudah menikah dan bekerja semua, terkadang kalau ada waktu senggang Ara menemaninya mengobrol sambil merawat tanaman bunga kesukaannya. Anak-anaknya setiap bulan selalu memberi uang jajan buatnya, kadang bergiliran ada yang datang berkunjung karena semua anaknya diluar kota.

Sampai di kost Ara langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, dia biarkan tubuhnya berhenti sejenak menikmati kebebasannya. 

Waktu telah menunjukan pukul lima sore, Ara bergegas mandi, dan ganti pakaian. Setiap hari Sabtu dan Minggu dia kerja part time di salahsatu Cafe, ketika itu ada info lowongan kerja disana, Ara mencoba menyerahkan berkas lamaran dan diterima.

Setiap weekend anak muda biasanya banyak yang kumpul nongkrong di cafe itu hanya untuk sekedar ngopi dan ngobrol, salah satu daya tariknya yang membuat mereka asyik berlama-lama adanya wifi gratis dan suasananya yang nyaman selain itu harga menunya pun terjangkau untuk kalangan mahasiswa.

Suasana cafe malam ini sangat ramai, cuaca malam ini seolah mendukung, langit begitu indah bertabur bintang. Terdengar alunan musik salah satu grup band lokal yang biasa tampil di cafe ini, suara vokalisnya merdu beberapa cover lagu dibawakannya sesuai permintaan para pengunjung, mulai dari hits jaman now sampai lagu tembang kenangan. 

"ku bayangkan, bila engkau datang menjadi pejangga hati ku"

 Sebait lagu terdengar lirih, sontak semua pengunjung ikut bernyanyi dan sesekali Ara mengikuti irama musiknya disela kesibukannya melayani pelanggan yang hendak memesan makanan, karyawan lain pun sibuk dengan bagiannya. **

Suasana tempat seminar sudah mulai padat, beberapa peserta sedang antri registrasi di meja panitia. Pak Helmi Dosen mata kuliah Kewirausahaan dan beberapa dosen lain yang mereka undang telah hadir, semua persiapan telah lengkap tinggal menunggu kedatangan Rey sebagai nara sumber acara seminar ini.

Sebuah mobil mewah melaju dengan kencang dan berhenti tepat didepan Ara yang sedari tadi keluar masuk gedung, seorang laki laki dengan tubuhnya yang kurus tinggi sedikit berlari menuju pintu belakang dan perlahan membuka kan pintu mobil, Pria dengan kacamata hitam, tubuhnya yang atletis muncul dengan gagahnya disusul oleh asisten dibelakangnya. Rambutnya yang berbaris rapi dengan sentuhan sedikit minyak rambut,  paduan celana jeans hitam dan kemeja lengan panjang serta sepatu kets putih terlihat santai tapi elegan, menonjolkan karakteristiknya sebagai generasi muda yang luar biasa. Ara terpaku dan sepertinya hatinya meleleh seperti es krim, mahluk Tuhan dari planet mana ini? batinnya bergumam.

"Mbak Ara, saya asistennya Pak Rey, dan ini Pak Rey," Ara sontak kaget ketika asistennya Rey menyodorkan tangannya.

Dengan rasa gugup Ara menyambut uluran tangannya, dan Ara pun mengulurkan tangannya ke Rey. Lalu dia mendampingi mereka masuk dan mempersilakan duduk. 

Selama proses acara berlangsung, Ara tak hentinya melirik ke arah Rey, Tepat sekali pikirnya mengundang dia ke acara ini, Ara lihat beberapa peserta mahasiswi pada tertarik dan mencuri perhatian juga sama Rey. Ara merasa dibakar cemburu seolah tidak rela jika Rey banyak penggemarnya, andaikan jadi kekasihnya Ara pasti akan duduk disampingnya agar semua peserta cewek yang pada genit disini tau kalau hanya akulah pemilik hatinya, tapi akhirnya Ara sadar dari lamunannya oleh bisikan nya Meli.

"Ra, pantesan kamu mau undang Pak Rey, ganteng looh," bisik Meli yang dari tadi memperhatikan Rey juga.

"Aah.. biasa saja," jawabnya mengelak.

"Aduh Ra mata kamu tuh tidak normal ya, orang ganteng begitu tidak terlihat," tukas Meli lagi seolah ingin menyakinkannya.

Sejak awal Ara memang sudah tau Rey secara umum dari media sosial, karena sebelum memutuskan mengundangnya ke acara seminar, Ara mencari beberapa informasi pribadi nya, dan beberapa media memang sering meliput tentang dia sehingga memudahkannya dalam pencarian. Tapi ternyata memang lebih menawan yang aslinya ketimbang yang dia lihat di media.

Setelah selesai acara, para peserta bergilir dan antri untuk berfoto bareng sama Rey, Meli kemudian menarik lengannya untuk ikut foto bersama Rey dan panitia. Kemudian Ara menghampiri Pak Helmi dan juga Dosen lainnya untuk berjabat tangan.

"Selamat ya Ra, acaranya berjalan dengan lancar," kata Pak Helmi

"Terimakasih Pak, ini semua berkat teman-teman dan juga suport dari Bapak," jawabnya.

Rey beserta asistennya pamit pulang, disusul oleh pak Helmi juga dosen lainnya.

Bersambung...

Sebuah Kejutan

Suasana gedung akhirnya sepi yang tersisa tinggal panitia dan pegawai gedung yang sedang merapihkan tempat. Ara selaku ketua panitia mengucapkan terimakasih kepada teman panitia dan sekaligus penutupan. Mereka semua bersorak dan tertawa lega. 

Beberapa mahasiswi tidak hentinya terus bercerita tentang kekagumannya sama Rey, bahkan saling memamerkan photo dirinya, Ara yang tak sengaja mendengar perbincangan mereka hanya diam dan tersenyum.

"Gimana kalau malam ini kita party?" usul Meli.

"Siaappp.!" semua menjawab serentak.

"Oke gimana kalau nanti malam kita kumpul di Cafe tempat ku?" Ara mengusulkan.

"Setuju," mereka jawab serempak lagi. 

" Oke, nanti malam jam tujuh ya," balasnya lagi.

Waktu yang telah disepakati telah tiba. Semua teman Ara sudah berkumpul, malah dia yang telat karena tadi sehabis shalat isya dia sempat ketiduran untungnya pasang alarm, sesampainya di cafe Ara langsung ke tempat parkir motor khusus karyawan, dan langsung masuk kedalam cafe, tiba di pintu masuk.

Tiba tiba Ara dikagetkan party popper yang diarahkan ke padanya, tidak menyangka kedatangannya disambut meriah oleh temannya, sebuah kejutan kue tart berwarna hijau kesukaannya mereka persembahkan untuknya, Ara sampai lupa jika hari ini adalah tepat dengan hari ulang tahunnya.

Alunan musik serta nyanyian selamat ulang tahun mengiringi langkahnya menuju podium tempat dimana grup musik berada, disana Meli sang inisiator berdiri dengan membawa kue. Sontak semua pengunjung berteriak.

"tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga"

Rasa haru dan bahagia berkecamuk dalam dadanya, tanpa terasa air mata nya menetes, Ara seraya memeluk Meli. Bersyukur dia masih berada di sekeliling orang orang yang baik.

"Terimakasih buat teman semua, tanpa kalian, Ara mungkin tidak akan berada dihadapan kalian malam ini," ucapnya dengan penuh haru.

Ara dan Meli kemudian menghampiri meja tempat dimana teman teman yang lainnya berkumpul dan ikut bergabung bersama mereka, mereka tertawa lepas dan saling becanda. Tak terasa waktu sudah kian larut, berangsur salahsatu dari mereka pamit meninggalkan area cafe. 

***

Ara berada di sebuah taman bunga, beraneka bunga sedang mekar dan sangat harum, Ara tidak tahu sedang berada dimana dan tidak tau jalan pulang, tetapi Ara merasa bahagia berada disana meskipun tidak ada tanda bahwa tempat itu berpenghuni.

Tiba tiba seseorang datang menghampirinya bak seorang pangeran naik kuda dan melambaikan tangannya ke arahnya, wajahnya terlihat samar sehingga Ara susah untuk mengenali, Ara mencoba menghampirinya, namun tiba tiba kaki nya tersandung sebuah batu kecil hingga dia terjatuh. Dan Ara terbangun dari mimpi dan ketika sadar dia sudah berada dibawah ranjang.

"Ah.. Cuma mimpi, ini pula aku bisa jadi dibawah gini." Ara menggerutu dalam hati, sambil harus garuk-garuk kepala meskipun tidak gatal, seraya bangkit dan pindah ke atas tempat tidur.

Lagi lagi bunyi telpon mengagetkannya, panggilan dari Salsa teman kerjanya di cafe, Ara heran tidak biasanya Salsa menelpon pagi pagi, disamping itu hari ini bukanlah jadwal nya masuk kerja. Sambil terheran Ara menjawab telpon Salsa.

"Halo Ra," suara Salsa terdengar dari seberang sana.

"Iya, kenapa Salsa?" tanya nya heran.

"Ra hari ini semuanya harus masuk kerja, karena Bos pemilik cafe akan datang," jelas Salsa.

"Tapi hari ini aku ada kuliah Salsa," tukasnya.

"Iya yang penting nanti malam semua harus hadir." kata Salsa lagi.

Setelah Salsa menutup telponnya, Ara bergegas mandi dan sarapan. Lalu berangkat ke Kampus. Pulang dari kampus mampir ke tempat bang Andi dan membantunya menyelesaikan beberapa pekerjaan. 

" Ra gimana acara seminarnya sukses gak kemarin?" tanya Andi sambil menghitung hasil fotocopy.

"Mantap Bang sukses banget, dan sukses bikin para mahasiswi meleleh," canda Ara.

"Berarti kamu juga meleleh donk Ra?" Andi balas becanda juga.

"Kalo Ara sih tidak meleleh tapi menetes aja dikit bang," Jawab Ara sambil tertawa.

"Dia belum nikah loh Ra," lanjut Andi.

"Meskipun dia belum nikah pasti banyak cewe dikeliling nya Bang," jawab Ara.

"Serius Ra, dari sejak kuliah belum pernah tuh terdengar kalo dia punya pacar, bahkan dulu ada cewe yang suka sama dia, tapi dicuekin,"

" Terlalu milih mungkin dia Bang ya?" tanya Ara sedikit penasaran.

"tidak tahu juga Ra," jawab Andi singkat.

Lalu pembicaraan mereka pun terhenti, Ara berusaha untuk meresapi pembicaraan Andi, masa seh Rey belum punya pacar? gumamnya dalam hati. Ah.. masa bodoh kenapa aku harus mikirin dia, pikirnya lagi.***

Malamnya setelah Ara merapikan dirinya, dia langsung berangkat menuju cafe, para pegawai lainnya telah berkumpul dan seperti biasa pengunjung di cafe ini selalu ramai, Ara membantu kawan yang jaga hari ini untuk menerima pesanan.

Disela kesibukannya menerima pesanan pelanggan ketika ada jeda sedikit Ara merapikan nota pelanggan yang nantinya akan diserahkan ke kasir. Ketika Ara sedang fokus dengan kepala sedikit tertunduk melihat tulisan nota, tanpa disadari seseorang menghampirinya.

" Tolong minta Cappucino hangat nya dua." pintanya.

Ara mengangkat kepalanya dan jantungnya tiba tiba berdetak kencang, seseorang yang dia kenal ada dihadapannya Rey. Kenapa dia ada disini? Koq dia bisa tau kalo aku kerja disini?? Ahh belum tentu juga dia mau menemui ku, sejuta pertanyaannya bergejolak dalam pikirannya. 

"Kamu Ara kan?" tanya Rey membuyarkan lamunannya.

"Iya Pak, maaf Pak Rey tadi pesan apa?" jawabnya dengan gugup.

Kemudian Rey mengulangi pesanannya, dan melihat Ara dengan pandangan tajam dan dingin yang membuatnya tambah meriang. Ini adalah tatapan ter-sadis yang pernah Ara lihat dari seorang laki laki, pantesan dia gak punya pacar dingin begitu, masih sempatnya Ara menggerutu dalam hati.

Rey pergi meninggalkan Ara yang masih bergetar dan lemas, dan dia memilih tempat duduk yang berada di pojokan dekat sebuah pot bunga raksasa, tak lama kemudian Indra asistennya menghampirinya dan menemani nya duduk.

Salsa menghampirinya dengan suara berbisik sambil menyenggol kaki  memberi kode.

"Ra kamu kenal sama Pak Rey?" tanya Salsa dengan nada heran.

"Kamu tau tidak kalau dia itu Pemilik Cafe ini?" lanjut Salsa.

"Apa?" Ara sontak kaget.

Beberapa pengunjung mendengar kekagetannya dan melihat heran. Salsa kemudian menendang kakinya dan mengingatkan dia untuk tidak bicara terlalu keras. Belum juga reda rasa gemetarnya kini rasanya dia ingin pingsan, tak terbayang apa yang dia lihat dan didengar malam ini sungguh membuat nya harus terapi jantung.

Setelah pengunjung agak sepi, semua karyawan cafe diminta untuk berkumpul semua. Ara merasa sedikit gugup, pikirnya pasti akan di tegur sama bos ya yaitu Rey atas kinerja nya. Tetapi setelah pertemuan berlangsung tidak ada hal yang serius, kami hanya ngobrol santai dan Rey memperkenalkan dirinya sebagai Pemilik cafe itu. Lega rasanya setelah selesai acara Ara pun kembali ke kost dan istirahat.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!