Suasana Pagi yang cerah, secerah raut wajah Dinda yg hendak memulai aktifitasnya.
"Buk..." panggil Dinda lembut kepada Ibu.
"Dinda berangkat dulu ya buk..." pamit Dinda
Ibu menoleh, "knp buru - buru sekali Din..? inikan masih terlalu pagi?" tanya Ibu lembut.
"Kamu gak mau sarapan dulu?" lanjut Ibu.
"Gak usah dech buk, ntar telat! belum lagi jalanan pasti macet banget buk.., ntar malah diomelin sama atasan." ucap Dinda seraya menghampiri Ibu dimeja makan.
"Ya udah kalo gitu, sarapannya dibawa aja ya..?" kata Ibu sambil menyiapkan bekal.
"Iya Buk..." jawab Dinda pelan.
Setelah Ibu selesai menyiapkan bekal untuk Dinda, Ibu menghampiri Dinda.
"Ini Din bekalnya, makannya nanti kalo kamu sudah sampai di kantor." ucap Ibu sambil meletakkan rantang makanan diatasi meja makan.
Dinda tersenyum lebar mendengar ucapan Ibu...
"Ya iyalah buk..., makannya pasti kalo sudah sampai, gimana caranya...klo makan dijalan...?hehe..." ucap Dinda menggoda ibu sembari tertawa kecil.
Ibu mengerutkan dahi, "kamu ini...,dasar nakal." ucap Ibu sedikit jengkel, namun ibu sangat menyayangi Dinda.
Ibu mencubit pelan lengan Dinda, cubitan sayang.
Namun membuat Dinda sedikit kaget, "aauuu, sakit buk..." pekik Dinda pelan terdengar tak begitu keras, merasa sakit karena cubitan ibu, padahal itu hanya sakit sedikit.
"Ibu gak sayang ya? sama anak sendiri?" tanya Dinda manja.
Ibu tersenyum, sembari berkata " makanya.., jangan suka ledekin orang tua, kualat kamu.." jawab Ibu sambil merangkul pundak Dinda.
Dinda tersenyum manja, sambil menatap wajah ibu begitu lekat dan berkata " maafin Dinda ya buk.. Dinda sayang banget sama Ibuk..cup" ucap Dinda seraya mengecup lembut pipi Ibu.
Ibu tersenyum sambil menatap Dinda sembari berkata " ibu juga sayang kamu Din..cup" jawab ibu sembari membalas kecupan Dinda.
Ibu memberi kecupan lembut di pucuk kepala Dinda, diakhiri dengan senyum yang mengembang.
"Sudah sana berangkat, tadi katanya takut telat?" ucap ibu menyudahi sembari melepas pelukannya.
"Iya buk..., Dinda pamit! cup" saut Dinda sambil mengecup pucuk tangan ibu.
"Iya...hati - hati dijalan sayang.." kata Ibu sambil mengantar Dinda ke teras rumah.
"Iya buk..." Dinda menjawab sambil berlalu keluar rumah.
Ibu memandang kepergian Dinda, yang berlalu dengan mengendarai motor maticnya.
Dinda adalah anak pasangan suami istri dari Bapak Rahmat dan Ibu Nurhalimah.
Ayah Dinda sudah sejak lama meninggal dunia, sedangkan Ibunya juga sekarang tidak dalam keadaan baik - baik saja.
Ibu Dinda sering sekali sakit - sakitan dan harus rutin menjalani pengobatan.
Sesampainya Dinda dihalaman kantor, dia segera memarkirkan motornya diarea parkir.
Terlihat suasana kantor yang sudah sangat ramai.
Dinda berjalan menuju lobi utama, semua mata tertuju kepada sosok Dinda.
Namun saat Dinda hendak melangkahkan kakinya, tiba - tiba langkahnya terhenti, saat terdengar suara yang memanggil namanya dengan cukup keras.
"Dindaaaaa...Diiiinnn!" Dinda menoleh kearah sumber suara.
Ane (rekan kerja Dinda) menghampiri Dinda dengan senyum sumringah, menampakkan deretan giginya yang rapi.
"Kenapa harus teriak - teriak? heboh banget?" tanya Dinda sedikit kesal.
"Gua tu kalau liat loe.. bawaannya seneeenggg banget." ucap Ane senang seraya tersenyum sumringah.
"Bukan cuma gua aja yang seneng..." lanjut Ane.
Dinda mengerutkan dahi, tanda tak mengerti.
"Tuch lihat, cowok-cowok semuanya pada seneng sama kehadiran loe." ucap Ane sambil menunjuk ke arah para lelaki yang sedang tersenyum menatap kearah Dinda.
Dinda menoleh dan langsung menutup mulut Ane dengan satu tangannya, sembari menarik tangan Ane untuk masuk keruang kerja mereka.
Sesampainya diruang kerja, Dinda dan Ane langsung menghampiri meja kerja mereka.
Dinda langsung mengambil kursi dan mendudukkan bokongnya, sementara Ane masih berdiri disisi meja kerjanya sambil melanjutkan obrolannya.
Dinda mengeluarkan rantang makanan yang dibawanya, seraya mengendes - enduskan hidung mancungnya menghirup aroma masakan sang Ibu.
"Eemmm, enaknya.." ucap Dinda.
Ane melihat kearah Dinda sambil melirik ke isi rantang yang berada di atas meja Dinda.
"Waaahh.. kayaknya enak tuch!" kata Ane.
Dinda menoleh dan menatap Ane sembari bertanya, " kenapa? loe mau?" tanya Dinda.
"Emang boleh..? Ane balik bertanya.
Dinda tersenyum melihat sahabatnya yang sudah tak sabar ingin mencicipi.
"Ya udah, yuk kita makan sama - sama!" kata Dinda sambil menyodorkan rantang makanannya kearah Ane.
Mereka berdua akhirnya sama - sama menyantap makanan yang dibawa oleh Dinda.
Ditempat lain, ada Mario yang sejak tadi sudah berada di ruangannya.
Dia terlihat sangat sibuk memeriksa laptop dan dokumen-dokumen penting lainnya, ditemani oleh Yudha( asisten pribadinya ).
Mario dan Yudha sudah lama bekerja dalam 1 ruangan, Yudha sudah sangat mengenal dan paham dengan Mario yang terkadang susah ditebak apa lagi kalau soal perempuan.
Saat keduanya sedang sibuk dengan laptop masing-masing, tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
Tok tok tok
Pintu diketuk, Mario dan Yudha menoleh bersamaan kearah pintu.
Yudha segera beranjak dari duduknya, dan berjalan hendak membuka pintu.
Bersambung epd 02
Ceklek
Yudha membuka pintu, terlihat seorang pria berwajah tampan masuk dengan senyum sumringah.
Tanpa berbasa basi lagi, pria tersebut berjalan menghampiri Mario.
Mario menatap pria tersebut dengan tatapan yang penuh tanda tanya, sambil mengerutkan dahinya.
Pria tersebut adalah ALDO PRAYUDHA (rekan kerja sekaligus sahabat Mario) yang biasa dipanggil Aldo.
"Ada apa?" tanya Mario heran.
Belum sempat Aldo menjawab, ia kembali bertanya.
"Do, bagaimana dengan proyek kita di Bandung? tidak ada masalah kan?" tanya Mario serius.
Aldo menggeser kursi yang ada didepan meja kerja Mario, sembari mendudukkan bokongnya.
Aldo tersenyum lebar, "loe gk liat..? gue sekarang lagi bahagia." jawab Aldo sambil menatap sahabatnya.
"Kalo proyek kita gak lancar, gak mungkinlah.. gua sekarang ada disini!" ucap Aldo santai.
Mario tersenyum, sembari berkata "good.." ucap Mario singkat sembari mengacungkan jempol kepada Aldo.
"Jadi, kapan rencana loe balik lagi ke Bandung?" lanjutnya Mario.
"Secepatnya.."jawab Aldo singkat.
Aldo menghela nafas panjang, sambil menatap lekat raut wajah Mario dan berkata "Yo, gua kesini mau nagih janji." lanjutnya.
Mario menatap, sambil mengerutkan kedua alis tebalnya, tanda tak mengerti.
"Sesuai dengan perjanjian kita, loe masih inget kan?" kata Aldo sembari bertanya.
"Apa?" tanya Mario singkat, masih tak mengerti.
Lagi - lagi Aldo menghela, sambil melanjutkan obrolan.
"Kalo gua berhasil, loe bakalan bersedia buat gua kenalin ke Jessica.!" ucapnya.
"Jangan bilang kalau loe gak mau Yo..!" lanjutnya.
"Iisshhh, malas gua!" Mario mendesis seraya menjawab dengan terpaksa, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke layar laptop.
Aldo mengusap wajahnya dengan sebelah telapak tangannya, sembari berkata "aaach, loe tu aneh banget sich Yo..?" tanya Aldo dengan raut wajah kesal.
"Dikasi Amanda, loe nolak. Dikasi Jessica, sama aja! mau loe tu apa sich Yo..?" lanjutnya masih dengan raut wajah kesal.
Mario tetap diam tak menghiraukan.
"Apa jangan-jangan loe_" ucap Aldo terhenti, sembari melirik ke arah Yudha (asisten Mario).
Mendengar perkataan Aldo, seketika Mario mengalihkan pandangannya dan menatap tajam kearah Aldo.
Mario mengerutkan kedua alis tebalnya, "jangan - jangan apa maksud loe? hah?" tanya Mario sambil mengangkat sedikit dagu dan kedua alis tebalnya.
Aldo tersenyum licik, sembari berkata " jangan - jangan loe suka sama si Yudha, aaahahahaaa.." jawab Aldo menggoda seraya tertawa lebar.
Sontak membuat bola mata Mario dan sang asisten membulat.
"Bren*sek.." ucap Mario kesal sambil melempar pulpen kearah Aldo.
Yudha sang asisten yang mendengarnya pun ikut kesal, sembari berkata "astaga Tuan..,kenapa harus saya...? "tanya Yudha merasa tak mengerti.
"Asal Tuan tau saja, saya ini normal. Saya tidak tertarik dengan sesama jenis." ucap Yudha dengan nada sedikit tinggi.
"Saya lebih tertarik dengan wanita cantik, dari pada Tuan Mario.." lanjutnya sambil mengacungkan dagunya ke arah Mario.
Mario menatap Yudha sinis, "ciihh" Mario berdecih merasa jijik dengan ucapan Yudha.
"Apa maksudmu? memangnya kau pikir aku tertarik padamu.. hah?" tanya Mario semakin kesal.
Yudha menunduk, sembari berkata "maafkan saya Tuan, saya hanya menjawab perkataan dari Tuan Aldo saja." ucap Yudha melemah.
"Ach sudahlah." ucap Mario singkat.
Mario dan Yudha menatap Aldo dengan raut wajah kesal.
Sementara Aldo yang melihatnya, hanya tertawa dan terus saja tertawa lebar. "Hahahahaha.."
Lalu Yudha pun beranjak dari duduknya, dan pergi keluar ruangan meninggalkan Mario dan Aldo.
"Aachh, lama - lama aku bisa gila menghadapi ke dua orang aneh ini." gumam Yudha dalam hati.
Yudha berjalan menuju ruangan official. Setelah sampai, ia lalu meminta salah satu OB untuk membuatkan secangkir kopi.
Tak lama kemudian, Yudha kembali keruangan dengan membawa secangkir kopi untuk Tuan Aldo.
"Silahkan diminum Tuan.." ucap Yudha mempersilahkan sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja.
"Oh, ok terimakasih Yud." ucap Aldo sembari melempar senyum kearah Yudha.
Sementara Yudha hanya membalas dengan sedikit senyum menyungging.
Setelah itu mereka melanjutkan obrolan.
Ditempat lain, ada bu Sandra (Manager/atasan Dinda) sedang berjalan menghampiri meja kerja Dinda.
"Dinda.." sapa bu Sandra lembut.
Dinda yang sedang sibuk dengan laptopnya, seketika menoleh kearah sumbar suara suara.
"Bu Sandra..." ucap Dinda.
Dinda tersenyum manis sambil berkata, "iya bu.. ada yang bisa saya bantu?" tanya Dinda lembut.
"Saya mau minta tolong sama kamu, tolong kamu ke ruangan pak Mario ya.. serahkan berkas ini kepadanya." pinta bu Sandra lembut sembari menyerahkan setumpuk kertas kepada Dinda.
Dinda mengambil kertas itu dari tangan bu Sandra, seraya berkata "Baik bu..." jawab Dinda dengan sedikit anggukkan kepala.
Tanpa berlama - lama, Dinda segera beranjak dari duduknya.
"Ssuutt" Ane yang mendengar obrolan tadi mendesut memberi kode.
Seketika Dinda menoleh kearah Ane.
"Titip salam buat CEO tampan ya.. hehe" ucap Ane menggoda sembari tertawa kecil.
Dinda yang mendengar hanya melotot seraya mengerutkan dahinya, dan menggeleng-geleng kan kepala tanpa menjawab sepatah katapun.
Ia berlalu meninggalkan Ane, berjalan keluar ruangan menuju ruang CEO.
Dinda adalah karyawan baru di perusahaan milik Mario, dia bekerja baru hampir dua bulan.
Dinda termasuk karyawan yang cerdas, dia memiliki potensi kinerja yang baik untuk perusahaan.
Sehingga seringkali dia mendapatkan pujian dari bu Sandra selaku atasannya.
Dinda tak hanya cerdas, dia juga memiliki wajah yang sangat cantik.
Tubuhnya yang ****,putih,mulus, membuat para karyawan wanita terkadang merasa iri dan dengki kepadanya.
Tetapi lain halnya dengan karyawan pria, mereka sangat terpesona akan kecantikan Dinda.
Senyum manis dan pandangan mata Dinda, membuat pria - pria itu kagum dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang sengaja terang-terangan menggoda Dinda.
Dinda selalu tersenyum ramah kepada siapa saja, namun Dinda hanya menanggapi dengan tanggapan yang biasa. Tentunya hanya sebatas teman atau rekan kerja saja.
Sebagai anak satu-satunya dan tulang punggung keluarga, Dinda dituntut untuk bertanggung jawab terhadap ibunya (orang tua tunggal) untuk menjaga dan membahagiakan sang Ibunda.
Dia terus berjalan menyusuri koridor, dia terlihat sangat cantik dengan memakai setelan kantor berwarna merah, menambah kesan lebih cerah pada kulit putih mulus Dinda.
Ditambah dengan paduan sepatu heels berwarna hitam, terkesan **** di kaki jenjangnya.
Rambutnya yang panjang selalu tergerai, alis tebal tertata rapi, bulu mata yg lentik, dan hidungnya yang mancung serta bibirnya yang **** menampakkan bahwa Dinda adalah sosok yang sempurna dimata para lelaki.
Sedangkan Mario, Aldo dan Yudha.. mereka hanya mengetahui jika ada karyawan baru dikantornya, tetapi mereka belum pernah sekalipun melihat atau bertemu langsung dengan Adinda.
Saat pertama kali Dinda masuk untuk melakukan interview, Mario saat itu sedang tidak berada ditempat.
Saat itu dia sedang berada diluar negeri untuk urusan pekerjaan yang tidak bisa diwakilkan.
Maka untuk urusan interview, Mario mewakilkannya kepada Ibu Sandra.
Sesampainya Adinda diruang Mario, Dinda merasa gugup, tangannya seketika menjadi dingin.
Baru pertama kalinya dia masuk dan bertemu langsung dengan sang CEO yang terkenal dengan julukan pria tampan berhati dingin.
Dinda berusaha bersikap tenang, berkali - kali dia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan.
Sebelum mengetuk pintu, Dinda mendengar suara gelak tawa yang berasal dari dalam ruangan.
Dinda merasa ragu, tapi kemudian ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar, seketika Mario, Aldo dan Yudha terdiam.
Mereka menghentikan tawa dan candaan sembari mengalihkan pandangan mereka kearah pintu.
Yudha segera beranjak dari duduknya, kemudian berjalan menghampiri arah suara.
Ceklek
Yudha membuka pintu.
Saat pintu terbuka, Yudha terpukau melihat sosok yang berada dibalik pintu.
Yudha terdiam tak bergerak, tubuhnya seakan mematung.
Hanya memandang dengan tanpa bersuara, namun batin Yudha berkata "Ya Tuhan, sempurna." gumam Yudha dalam hati.
Mario dan Aldo tampak heran melihat tingkah Yudha yang hanya berdiri mematung didepan pintu, tanpa mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Bersambung epd 03
"Ekhem," Dinda menyadarkan Yudha yang berdiri terdiam menatapnya.
Dinda tersenyum, sembari berkata "permisi pak.." ucap Dinda sambil membungkukkan sedikit kepala dan tubuhnya.
Seketika Yudha tersadar dan berucap "eh maaf nona.. silahkan masuk." jawab Yudha sembari mengarahkan tangannya memberi aba - aba untuk masuk.
Tanpa berbasa-basi lagi, Dinda segera masuk.
Tap tap tap
Langka Dinda terhenti saat sudah berada diruang Mario, pandangan matanya tertuju kepada kedua pria tampan yang sedang menatapnya.
Dinda tersenyum tipis, sembari berkata.. "selamat pagi pak.. maaf mengganggu!" Sapa Dinda lembut.
"Saya Adinda Larasati pak, karyawan baru dari divisi 3." Ucapnya memperkenalkan diri.
Mario dan Aldo terdiam tanpa menjawab sepatah katapun, pandangan keduanya terus menatap tajam kearah Dinda dari ujung kaki hingga kepala.
Keduanya tersenyum manis, "can..tik." Gumamnya Mario dalam hati.
Begitu juga dengan Aldo, "Ya Tuhan..., betapa bodohnya pemimpinku ini, bisa-bisanya dia sendiri tidak tau kalau ada bidadari cantik dikantornya sendiri.." gumamnya dalam hati.
Yudha sang asisten yang sejak tadi berdiri dibelakang Dinda, berjalan menghampiri Mario.
"Maaf Tuan! jangan terlalu lama memandang Tuan, nanti anda bisa jatuh hati.hihi.." ucap Yudha menggoda seraya tertawa kecil, bermaksud untuk menyadarkan Mario dan Aldo dari alam bawah sadar.
Tentu saja dengan seketika mereka sadar dan menoleh.
"Aaiissh, kau ini..." ucap Mario.
Dinda menundukkan wajahnya, rona merah terpancar menahan malu.
Mario kembali menatap Dinda sembari berkata, "silahkan, apa yang bisa ku bantu?" tanya Mario lembut.
Dengan seketika Dinda mengangkat wajahnya, "saya kemari diminta oleh bu Sandra pak, beliau meminta saya untuk menyerahkan berkas ini kepada bapak." ucap Dinda sambil menyerahkan setumpuk kertas kepada Mario.
Mario segera mengambil tumpukan kertas itu dari tangan Dinda, "baik terimakasih, akan ku koreksi dulu." ucap Mario sembari tersenyum kearah Dinda.
"Nanti kalau sudah selesai, kamu bisa kembali lagi untuk mengambilnya." lanjut Mario.
"Baik pak!" jawab Dinda singkat.
"Ada lagi? Mario kembali bertanya.
"Emm...tidak ada pak, hanya itu saja." Jawab Dinda.
"Kalau begitu saya permisi dulu pak.." lanjut Dinda meminta izin untuk kembali ke ruangannya.
"Iya silahkan!" Jawab Mario.
Dengan segera Dinda meninggalkan ruangan Mario.
Setelah berada diluar, Dinda memegangi dadanya, "Huuuhhh, menegangkan." Dinda menghela nafas panjang seraya berucap singkat.
Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya, menuju ruangannya.
******
Sementara ditempat lain, ada Aldo yang menatap raut wajah Mario sembari berkata "Alaaahh, terlalu banyak alasan, bilang saja kalau ingin menemuinya lagi." ucap Aldo sembari menyunggingkan senyum licik.
Sedangkan Mario, hanya menanggapi dengan tatapan tajam, sambil mengerutkan kedua alisnya.
"Sudahlah.. jangan terlalu berbasa-basi, gua udah tau jawabannya." lanjutnya Aldo.
"Memangnya apa yang loe tau.. hah?" tanya Mario sambil mengangkat sedikit dagunya dan kedua alisnya bersamaan.
Aldo mencibir lalu berkata, "tanya pada diri loe sendiri." ucap Aldo datar.
"Maksud loe?" Mario balik bertanya.
Aldo tersenyum licik, "sepertinya loe menyukainya, apa tebakanku benar? hem?"
Mario terdiam tak menjawab.
"Hahahaha.." Aldo tertawa lebar. "akhirnya.. loe juga suka sama yang namanya perempuan." lanjutnya.
Mario masih terdiam menatap sinis ke arah Aldo "bagaimana dia bisa tau?" gumamnya dalam hati.
Lalu Aldo melanjutkan kembali ucapannya, "gua bisa tau dari tatapan loe tadi."
Bola mata Mario seketika membulat, tentu saja dia tidak menyangka Aldo bisa menebak isi hatinya.
Mario semakin bingung, "huuufff" lalu menghembuskan nafas kasar.
"Jangan sok tau.. memangnya loe tau apa sama perasaan gua..? hah?" ucap Mario berusaha mengelak.
"Hahahaha..." mendengar ucapan Mario, Aldo tertawa lebar.
"Mario... Mario, jangan terlalu munafik jadi manusia.." ucap Aldo dengan nada kasar.
"Dari tatapan loe itu.. gua udah tau, loe suka sama Adinda." lanjutnya, merasa benar.
Mario semakin kesal mendengar ucapan sahabatnya itu, berkali-kali dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Dengan senyum yang menyungging, Aldo beranjak meninggalkan Mario.
"Mau kemana loe?" tanya Mario menghentikan langkah Aldo.
"Balik keruangan gua.. malas gua ngomong sama manusia munafik kaya loe." Jawab Aldo sembari melanjutkan langkahnya.
"Baru ingat kerjaan loe sekarang? bre***sek" Ucap Mario kesal sembari melempar pulpen kearah Aldo.
Mendengar kekesalan Mario, membuat Aldo semakin tertawa lepas.
Yudha yang juga berada di ruangan itu, tertawa kecil sambil menggeleng-geleng kan kepala, melihat tingkah kedua sahabat itu.
Bersambung epd 04
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!