NovelToon NovelToon

Ceo Boss First Love

episode 1

Pagi yang cerah menyelimuti kota, udara sejuk menyegarkan, dan kicauan burung menyambut matahari terbit. Cahaya mentari menembus jendela kamar Delia, membangunkan gadis cantik dan pintar itu dari tidur lelapnya. Delia adalah seorang gadis sederhana yang tinggal berdua dengan neneknya. Kedua orang tuanya telah tiada; ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil, ibunya berpulang saat melahirkannya, dan kakeknya menyusul karena sakit. Namun, Delia tak pernah larut dalam kesedihan. Ia selalu bersyukur atas kehadiran neneknya yang penuh kasih sayang.

"Kringg... kringg... kringggg..."

Alarm jam berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi. Delia menggeliat, menguap panjang, lalu perlahan membuka matanya yang masih terasa kantuk. Ia meraih ponselnya; jam menunjukkan pukul enam pagi. Tanpa membuang waktu, Delia segera bersiap. Ia mandi, mengenakan pakaian, lalu menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Tak lama kemudian, hidangan sederhana nan lezat siap tersaji.

"Nenek! Sarapan sudah siap, mari makan!" panggil Delia.

"Iya, iyaa, tunggu Nenek segera datang," sahut sang nenek sambil berjalan mendekati meja makan, lalu duduk di hadapan Delia.

"Nenek, apakah kaki Nenek masih terasa sakit?" tanya Delia penuh perhatian.

Sang nenek tersenyum. "Nenek sudah tidak apa-apa, Nak, hanya masih ada rasa sakit sedikit."

"Bagaimana jika Nenek istirahat saja di rumah hari ini? Biar aku yang mengurus toko bunga," usul Delia khawatir.

"Tidak, cucuku. Nenek sudah tidak apa-apa. Justru kalau nenek diam saja, rasanya malah sakit," jawab sang nenek, berusaha meyakinkan.

"Baiklah, Nek," Delia akhirnya mengalah.

"Ya sudah, ayo cepat habiskan sarapannya. Kita segera buka toko bunga," ajak sang nenek.

Setelah sarapan, Delia dan neneknya berjalan kaki menuju toko bunga mereka yang berada di seberang jalan, tak jauh dari rumah. Sesampainya di sana, mereka segera membuka toko. Sang nenek mulai merangkai bunga dengan telaten, sementara Delia sibuk menyirami tanaman. Tak lama kemudian, pelanggan pertama mereka tiba.

"Kringg... nggg... nggg..."

Suara bel pintu berdering nyaring. Delia segera menyambut pelanggan dengan ramah. "Selamat pagi dan selamat datang! Silakan, Nyonya, mau pilih bunga yang mana?"

Pelanggan itu menunjuk sebuah rangkaian bunga. "Saya ingin membeli satu rangkaian bunga yang ini."

"Baik, ini silakan, Nyonya," jawab Delia sambil menyerahkan bunga pesanan. Pelanggan itu menerima bunganya tanpa banyak bicara dan langsung pergi meninggalkan toko.

Di Dunia Lain: CEO Tampan dan Dingin

Di sebuah rumah mewah yang megah, tinggal Tuan Muda Luis Etrama Vincent. Ia adalah seorang Bos Besar di perusahaan CEO Group, sekaligus Bos Mafia paling berkuasa dan ditakuti. Vincent adalah putra pertama dari pasangan Lu Jingmi dan Lu Mei, yang merupakan keluarga terpandang dengan marga Lu.

Di kamarnya, Vincent sedang bersiap-siap, mengikat dasi. Tiba-tiba ponselnya bergetar di atas meja.

"Drrrtttt... Drrttt... Drrttt..."

Panggilan masuk dari Raizel, teman masa kecil sekaligus rekan kerja dan sahabat baik Vincent. "Vin, kau datang ke kantor sekarang," ucap Raizel dari seberang telepon.

Tanpa berkata apa-apa, Vincent langsung mematikan telepon. Ia tak peduli, dan berniat segera berangkat ke kantor. Namun, saat menuruni tangga, ibunya memanggil dari lantai bawah.

"Vincent! Mari sarapan bersama!" ajak sang ibu.

"Hmmm..." Vincent menghela napas, menatap keluarganya di ruang makan.

"Ayolah, Ibu ingin sekali sarapan bersamamu. Mumpung Ibu dan Ayahmu ada di sini. Lihat, Ayahmu sudah menunggumu," bujuk ibunya.

"Baiklah," jawab Vincent, lalu berjalan menuju meja makan dan duduk di sebelahnya. Suasana di ruang makan terasa hening.

"Vincent," panggil ayahnya, memecah keheningan.

"Iya, Ayah, ada apa?" jawab Vincent.

"Sampai kapan kamu tidak mau menikah?" tanya ayahnya.

Ayah Vincent khawatir. Putranya yang fokus pada diri sendiri dan pekerjaan, seolah tak tertarik pada wanita di usianya yang sudah waktunya menikah, membuat ayahnya berpikir negatif bahwa Vincent tidak menyukai wanita.

"Ayah... Ayolah, jangan merusak mood-ku pagi ini," ucap Vincent kesal.

"Ayah hanya ingin tahu, sampai kapan kamu tidak menikah? Ayah belum mendengar kamu memiliki pasangan. Ayah dan Ibumu ingin sekali memiliki seorang menantu dan cucu," jawab ayahnya.

"Ayah, sudahlah. Jangan memaksa Vincent untuk menikah dulu. Mungkin Vincent memang belum menemukan wanita yang tepat," timpal ibunya dengan nada lembut, mencoba menenangkan Vincent.

Vincent yang sedang menikmati sarapannya, berhenti berbicara. Ia langsung bangkit dan meninggalkan ruang makan.

"Hmm... Apakah Ayah salah berkata seperti itu pada Vincent? Padahal Ayah hanya mengkhawatirkannya," gumam ayahnya, menghela napas panjang, menatap kepergian Vincent.

Vincent pun pergi meninggalkan ruang makan dan segera berangkat ke kantor. Di dalam mobil, ia banyak melamun, memikirkan perkataan ayahnya. Asistennya, Xi, yang sekaligus tangan kanan Vincent, melirik tuannya dari kaca spion. "Sepertinya mood Tuan sedang buruk hari ini," gumam Xi dalam hati.

Dua dunia yang sangat berbeda, Delia dan Vincent, tanpa disadari telah memulai hari mereka. Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?

episode 2

CEO Boss First Love - Episode 2: Ketegangan di Kantor dan Kekhawatiran Delia

Sesampainya di kantor, Vincent langsung disambut para karyawannya dan asisten pribadinya.

"Selamat pagi, Tuan," ucap semua karyawan sambil membungkukkan badan.

Vincent tidak membalas sapaan mereka. Dengan wajah datar dan aura dingin yang menyelimutinya—meskipun ekspresi itu sama sekali tak mengurangi ketampanannya—Vincent melenggang pergi.

"Ting!"

Pintu lift terbuka. Vincent dan asistennya masuk ke dalam lift, menuju ruang kerja Vincent. Setibanya di lantai yang dituju, pintu lift kembali terbuka. Vincent melangkah cepat menuju ruang kantornya, langsung masuk dan duduk di kursinya.

"Tok... tok... tok..."

Suara ketukan di pintu terdengar. Asisten Vincent segera membukakan pintu. Raizel pun masuk untuk menemui Vincent.

"Silakan, Tuan," ucap asisten Vincent sambil mempersilakan masuk. Tanpa berkata apa-apa, Raizel melangkah masuk.

"Vin, apa kau akan datang ke acara pesta ulang tahun walikota itu?" tanya Raizel.

"Sepertinya kau sudah tahu jawabanku," jawab Vincent datar.

"Yah, seperti biasa, kau akan menjawab tidak," ucap Raizel sambil menghela napas. "Baiklah, aku akan datang sendiri kali ini, karena Marvel dan Thomas juga tidak ada," tambahnya dengan ekspresi lesu.

"Hmm... seharusnya kau sudah tahu bahwa aku tidak akan menghadiri acara-acara seperti itu," ucap Vincent, sibuk dengan laptopnya.

"Hei, apa kau tidak ingin bersenang-senang sesekali? Di sana akan banyak wanita cantik," bujuk Raizel.

"Aku tidak tertarik," jawab Vincent ketus.

"Hhhmm... kau itu kenapa susah sekali? Apa kau tidak tertarik pada wanita?" tanya Raizel, setengah bercanda.

"Apa kau sudah bosan hidup?" sahut Vincent, suaranya tajam.

"Hee... eyyy, ayolah kawan, aku hanya ingin mengajakmu untuk bersenang-senang," balas Raizel santai.

"Apa kau masih ingin mengoceh di tempatku?" Vincent bertanya, wajahnya berubah dingin. Asisten Xi, yang melihat ekspresi tuannya kesal, langsung menyuruh Raizel pergi.

"Ekhmm... Tuan Raizel, sepertinya Tuan Vincent hari ini sedang sangat sibuk, jadi mohon untuk tidak mengganggunya..." ucap Asisten Xi.

"Baiklah, aku pergi dulu. Masih ada urusan yang harus kuselesaikan," kata Raizel sambil berjalan meninggalkan ruangan Vincent.

"Tuan, sekarang waktunya rapat. Semua Dewan sudah datang dan menunggu Tuan di ruang rapat," ucap asistennya menghadap Vincent. Tanpa berkata apa-apa, Vincent pun bergegas menuju ruang rapat.

Tak terasa, hari sudah menjelang sore. Delia yang sedang memotong tangkai bunga dan merapikan bunga-bunganya, tiba-tiba kedatangan seorang pelanggan lelaki tua.

"Kringggg... ngggg... nggg!"

Suara lonceng berdering nyaring.

"Selamat datang, Tuan, ada yang bisa saya bantu?" sapa Delia dengan ramah.

"Tolong Nona, buatkan aku satu buket bunga Aster, karena aku ingin memberikannya kepada cucuku yang sedang terbaring di rumah sakit," kata kakek tua itu dengan suara sedih.

"Baiklah, Tuan, akan saya buatkan," ucap Delia. Tak lama kemudian, buket bunga Aster yang indah telah siap.

"Tuan, silakan bunganya sudah jadi. Semoga cucu Anda suka dengan bunga ini," ucap Delia ramah.

"Terima kasih, Nona, bunganya sangat indah! Pasti cucuku akan suka," jawab kakek itu.

"Sama-sama, Tuan. Semoga cucumu lekas sembuh," balas Delia.

Kakek itu pun berjalan pergi meninggalkan toko bunga. Nenek Delia yang sedang menanam bunga, melihat ke arah Delia yang sedang duduk melamun dan segera menghampirinya.

"Ada apa, cucuku? Kenapa kau melamun begitu?" ucap nenek, membuat Delia terkejut.

"Akhh... Nenek, aku sedang tidak apa-apa," ucap Delia.

"Hmm... coba tebak cucu Nenek sedang memikirkan siapa?" goda nenek sambil tersenyum.

"Tidak, Nek, aku hanya merasa sedikit sedih saja," jawab Delia sambil memandang wajah nenek.

"Coba katakan pada Nenek, apa yang sudah terjadi hingga membuatmu sedih," ucap nenek sambil mengelus rambut Delia.

"Tadi ada pelanggan yang memesan bunga Aster. Dia ingin memberikannya kepada cucunya, dan kakek itu terlihat sangat sedih," kata Delia sambil memeluk neneknya.

"Lalu apa yang membuatmu sedih?" jawab nenek sambil mengelus kepala Delia.

"Nenek, aku hanya punya Nenek satu-satunya yang aku punya. Nenek jangan sakit, ya, Nek. Nenek harus sehat. Jika Nenek sakit, aku akan sangat sedih," jawab Delia sambil meneteskan air mata.

"Hmm... apa yang kamu bicarakan, cucuku? Nenekmu ini kuat, Nenek tidak akan sakit semudah itu," jawab nenek untuk menghibur Delia sambil mengelap air mata Delia yang sudah membasahi pipinya.

"Iyahh, Nenek, aku akan terus menjagamu, dan akan terus melindungimu!" jawab Delia dengan semangat.

"Nah, itu baru cucuku! Ayo kita pulang," ucap nenek kepada Delia, mengajak pulang karena hari sudah semakin sore dan waktunya untuk menutup toko.

"Ayooo... kita pulang! Aku akan membuatkan makanan kesukaan Nenek, dan malam ini kita akan makan bersama!" dengan semangat Delia menjawab.

Mereka pun merapikan toko dan segera menutupnya, lalu bergegas pulang. Sesampainya di rumah, Delia mencuci tangannya dan mulai memotong sayuran. Namun, nenek yang melihatnya langsung menghampiri Delia.

"Mari, biar Nenek bantu kamu memasak," ucap nenek sambil mencuci tangan.

"Nenek, sebaiknya Nenek mandi dulu saja, dan biar aku yang menyiapkan makanannya," ucap Delia.

"Tidak... tidakk, Nenek lebih baik membantumu memasak," jawab nenek.

"Nenek... sebaiknya Nenek pergi mandi dan beristirahat. Jika nanti makanan sudah siap, aku akan memanggil Nenek," ucap Delia kepada neneknya agar neneknya mau mendengarkan apa kata Delia.

"Hmm... baiklah, Nenek akan pergi mandi," jawab nenek.

"Oke, baiklahh! Aku akan memasak makanan dengan penuh cinta ini untuk nenekku tersayang!" ucap Delia dengan semangat dan disertai dengan senyuman.

Dan Delia mulai memasak. Setelah beberapa lama kemudian, masakan sudah matang dan siap dihidangkan. Delia pun segera memanggil neneknya.

"Nenekkk! Makan malam sudah siapp!" ucap Delia memanggil nenek untuk makan malam bersama. Tetapi neneknya tidak menjawab panggilan Delia.

"Nek... Nenekk... ayo makan malam sudah siap!" ucap Delia lagi, memanggil neneknya.

Neneknya yang sedang di kamar sedang meminum obat karena ia habis muntah darah. Neneknya tidak ingin Delia tahu kalau ia sedang sakit, jadi ia cepat-cepat menyimpan obat-obatannya dan segera menghampiri Delia.

"Iyaaa, iyaaaa... Nenek datang," jawab nenek sambil menghampiri. Nenek pun duduk di kursi.

"Nenek, bagaimana, apakah enak?" ucap Delia.

"Emmm... Sangat enak," jawab nenek.

"Baguslah kalau Nenek suka, aku akan membuatkannya lagi," jawab Delia.

Suasana di ruang makan itu dipenuhi dengan canda tawa. Nenek yang sedang memandang Delia dengan penuh bahagia karena melihat cucunya tertawa dan tersenyum.

"Delia, maafkan Nenek jika Nenek menyembunyikan penyakit Nenek darimu, karena Nenek tidak mau membuatmu sedih," gumam nenek dalam hati.

Lalu mereka menyantap makan malam sambil berbincang riang. Setelah habis makan malam, Delia membantu nenek mencuci piring.

"Nenek, biarkan aku membantumu," ucap Delia sambil membawa piring-piring kotor.

"Tidak usah, ini hanya sedikit. Seharusnya kamu segera mandi saja," jawab nenek yang sedang mencuci piring.

"Nenek, jika aku membantumu, maka cepat selesai, kan?" jawab Delia kepada neneknya.

"Baiklahh," ucap nenek. Tak lama kemudian, setelah itu nenek bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Kemudian Delia bergegas untuk mandi dan tidur malam.

Akankah Delia mengetahui kondisi kesehatan neneknya? Dan bagaimana Vincent akan menghadapi tuntutan dari keluarganya dan dunia bisnisnya?

episode 3

CEO Boss First Love - Episode 3: Kecelakaan yang Tak Terduga

Pagi yang cerah, Vincent sudah berada di ruang kantornya. Ia duduk melamun, namun suara getaran ponsel di meja mengejutkan lamunannya.

"Drttt... rtt... rrtttt... rrttt..."

Itu panggilan masuk dari Raizel. Vincent segera mengangkatnya.

"Vin, bisakah kau datang sekarang ke Bukit Bintang?" ucap Raizel. (Bukit Bintang adalah bar tempat mereka biasa berkumpul).

"Iya, ada apa? Apa ada hal yang menarik bagiku?" jawab Vincent.

"Yah, kawan kita Thomas dan Marvel baru saja tiba di sini. Kita harus merayakan kedatangan mereka," jawab Raizel santai.

"Baiklah, aku akan segera ke sana," ucap Vincent. Merasa jenuh dan bingung, ia memutuskan untuk datang. Ia mematikan telepon dan langsung bergegas menuju parkiran mobil.

Namun, saat Vincent hendak menuju parkiran, asisten pribadinya menghentikan langkahnya.

"Maaf, Tuan, hari ini Anda ada rapat. Tuan mau ke mana?" ucap asistennya.

"Bisakah kau mengurusnya dan menggantikannya untukku?" jawab Vincent.

"Tapi, Tuan, rapat kali ini akan membahas tentang proyek yang akan dibangun," ucap asisten pribadinya.

"Tidak, aku tidak bisa menghadiri rapat itu, dan kau tolong urus itu," jawab Vincent dengan wajah dinginnya.

"Tapi, Tuan..." ucap asistennya.

"Jika kau masih seperti itu, kau bisa memilih untuk keluar atau kupecat," jawab Vincent dengan wajah datar yang dipenuhi aura dingin. Ia langsung pergi berjalan menuju tempat parkir.

"Ba... ba... baiklah, Tuan, akan saya laksanakan," jawab asistennya dengan suara gagap serta wajah pucat dan ketakutan.

"Huffttt... aku tidak boleh membuat Tuan marah. Kali ini aku selamat," gumam asistennya dalam hati, lalu ia pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Namun, siapa sangka, ketika parkiran mobil itu sepi, ada dua orang tak dikenal mendekati mobil Vincent. Mereka tampak ingin mencelakai Vincent, ya, ternyata mereka sedang memutus kabel rem mobil. Tanpa sepengetahuan Vincent, kedua orang itu langsung pergi. Setibanya di parkiran, Vincent yang tidak tahu hal itu langsung masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan melaju mengendarai mobilnya.

Dengan kecepatan tinggi ia mengendarai mobilnya. Sesaat tiba di tengah perjalanan, ia mengalami kejadian tak terduga.

Pertemuan Tak Terduga

Suasana pagi hari di kediaman Delia. Setelah selesai sarapan, nenek duduk di teras sambil merajut, dan Delia hendak berbelanja ke pasar.

"Nenek... aku belanja dulu, ya? Nenek tidak apa-apa, kan?" ucap Delia kepada nenek.

"Iya, iya, hati-hati cucuku," jawab nenek sambil melambaikan tangan.

Delia pun langsung menaiki sepedanya dan pergi. Dengan santai Delia mengayuh sepedanya. Tak lama kemudian, Delia tiba di pasar. Ia membeli beberapa sayuran dan buah-buahan. Setelah selesai berbelanja, ia bergegas untuk pulang ke rumah.

Namun, tak disangka-sangka, saat di tengah perjalanan pulang, Delia mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Ya, Delia hampir tertabrak oleh mobil dari arah yang berlawanan.

Dari jarak jauh, Delia melihat mobil itu seperti hilang kendali dan melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara Vincent yang berada di dalam mobil, bingung saat menginjak rem, karena rem tersebut tidak berfungsi. Mobil itu tetap melaju dengan cepat, dan hampir menabrak wanita yang sedang bersepeda, yaitu Delia.

"Sial! Kenapa remku blong?!" ucap Vincent dengan rasa panik, berusaha mencoba untuk menghentikan mobilnya.

"Apa yang terjadi pada mobil itu?" ucap Delia dalam hati, dan ia berusaha untuk menghindarinya.

Pada saat itu, Delia berhasil menghindari mobil tersebut meskipun ia harus terjatuh dari sepeda hingga belanjaannya berserakan di jalan. Sementara Vincent, ia berhasil menghentikan mobilnya meskipun harus menabrakkannya ke pohon hingga ia terluka dan pingsan di tempat.

"Aahhh... aauuuu..." ucap Delia karena ia terluka dan menahan rasa sakit.

Lalu Delia melihat ke arah mobil yang sedikit hancur karena menabrak pohon. Delia mencoba untuk berdiri dan menghampiri mobil tersebut.

"Auu... auuu... sakit sekali kakiku!" ucap Delia yang menahan rasa sakit, tetapi ia memaksakan diri untuk berjalan.

Dalam hati Delia bertanya-tanya, siapa yang berada di dalam mobil itu. Ketika Delia melihat ke dalam mobil melalui jendela, ia terkejut karena Delia melihat seorang pria yang sudah pingsan dan terluka di bagian kepalanya. Karena jalanan yang dilaluinya sepi, jarang sekali orang lewat, dan Delia lupa tidak membawa teleponnya. Jadi saat itu Delia ingin menyelamatkan dan mencoba mengeluarkan pria tersebut. Karena Delia tidak bisa sendirian, Delia meminta tolong kepada orang yang lewat di jalan, dan kebetulan ada orang yang lewat jalan itu, jadi Delia tidak usah menunggu lama untuk mencari bantuan.

Lalu Delia meminta tolong kepada orang itu untuk mengantarkan Vincent yang terluka ke rumah Delia. Setibanya di rumah Delia, nenek yang sedang di halaman rumahnya melihat Delia yang terluka. Ia pun bergegas menghampiri Delia dan membawanya masuk ke rumah. Vincent yang masih pingsan dibawa ke kamar untuk diobati.

"Apa yang terjadi padamu, Delia?" ucap nenek dengan nada khawatir.

"Aku tidak apa-apa, Nek. Oh ya, Nek, aku akan memanggil dokter sebentar," ucap Delia dengan rasa panik.

Tak lama kemudian, dokter pun tiba dan mengobati Vincent yang masih belum sadar. Sementara Delia mengobati kaki dan lututnya yang terluka. Tidak lama kemudian, dokter datang dan segera memeriksa Vincent.

"Bagaimana keadaan dia, Dok?" ucap Delia menanyakan keadaan Vincent.

"Tenang saja, lukanya tidak parah. Dia butuh istirahat sebentar, dan sebentar lagi dia akan segera sadar," ucap dokter.

"Baiklah, terima kasih, Dok," ucap Delia dengan lega.

"Iya, kalau begitu saya pamit untuk pulang," ucap dokter untuk berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman rumah Delia.

Nenek dan Delia pun menemani Vincent yang masih belum sadar.

"Delia, coba ceritakan pada Nenek, sebenarnya apa yang terjadi padamu, dan siapa pria itu?" ucap nenek dengan rasa khawatir.

"Aku tidak apa-apa, Nek, hanya saja tadi aku terjatuh dari sepeda saat menghindari mobil orang itu. Dan sejujurnya aku tidak tahu pria itu. Yang aku tahu pria itu mengendarai mobil dengan cepat dan seperti kehilangan keseimbangan. Lalu aku berhasil menghindari mobil itu, tapi orang itu menabrak pohon, dan aku melihat pria itu sudah terluka dan tidak sadarkan diri, jadi aku ingin menolongnya," ucap Delia kepada neneknya yang sedang menjelaskan kejadian yang baru saja ia alami.

Neneknya yang mendengarkan cerita Delia tentang kejadian tersebut, langsung memeluk Delia.

"Delia, jangan membuat Nenek takut lagi, ya?" ucap nenek sambil mengusap kepala Delia.

"Iya, Nenek, maaf, ya, untuk hari ini aku sudah membuat Nenek khawatir," ucap Delia kepada nenek sambil memeluk neneknya.

"Iya... iya... sudah, yang penting kamu selamat," jawab neneknya sambil memeluk Delia.

Dan tidak lama kemudian, Vincent pun sadar. Perlahan-lahan ia membuka matanya.

Bagaimana reaksi Vincent saat menyadari ia berada di rumah Delia? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah pertemuan tak terduga ini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!