NovelToon NovelToon

ANAK BUAH KESAYANGAN

BAB 1

💰

💰

💰

💰

💰

Gerry Putera Tanuwijaya adalah seorang pria tampan berusia 28 tahun. Gerry merupakan seorang pengusaha tapi dalam waktu sekejap perusahaannya berpindah nama menjadi atas nama Om dan Tantenya.

Ruby Caesa Gilbert, seorang wanita cantik nan sexi berusia 25 tahun. Ruby adalah seorang pengusaha yang sangat sukses, tidak ada bedanya dengan Gerry, Kakak dan Ibu tirinya ingin menguasai kekayaan Ruby.

💰

💰

💰

💰

💰

Gerry tidak menyangka kalau hidupnya yang awalnya bergelimang harta, kini berubah drastis. Gerry bisa dibilang saat ini menjadi seorang gelandangan yang tidur dimana pun, tidak punya tempat tinggal dan makan hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.

***

Dua tahun yang lalu...

"Tanda tangani surat ini," bentak Om Darius sembari melempar map ke depan wajah Gerry.

"Surat apa ini?" tanya Gerry dengan mengepalkan tangannya.

"Surat kuasa, mulai saat ini semua perusahaan dan aset yang kamu miliki semuanya menjadi milik Om."

"Apa? jangan bercanda Om, perusahaan dan rumah ini adalah warisan dari Papa Gerry, bagaimana bisa semuanya menjadi berpindah tangan kepada Om, apa yang sudah Om lakukan dengan semua ini? Gerry akan melaporkan Om ke kantor polisi karena sudah berani mengambil yang bukan menjadi hak Om," bentak Gerry.

Om Darius dan Tante Dona tertawa terbahak-bahak sampai-sampai suara tawa mereka menggema di seluruh penjuru rumah mewah itu.

"Apa kamu tidak sadar Gerry, kalau perusahaan kamu sudah di ambang kehancuran? kalau Om tidak membantu kamu dengan keuangan Om, perusahaan kamu sudah bangkrut dari jauh-jauh hari."

"Tapi dalam perjanjian, Gerry akan menganti uang Om dalam waktu satu tahun dan ini baru tujuh bulan masih ada waktu lima bulan lagi untuk Gerry bisa melunasi hutang-hutang Gerry."

"Terlambat Gerry, lama-kelamaan perusahaan itu akan menjadi milik Om karena kamu tidak akan bisa melunasi hutangmu, jadi seharusnya Om yang akan melaporkan kamu ke polisi karena tidak bisa membayar hutangmu kepada Om."

"Gerry menyesal sudah menerima bantuan dari Om, kalau begini akhirnya Gerry lebih baik mencari pinjaman ke Bank, Om memang keterlaluan."

Tante Dona menggeret koper milik Gerry dan memberikannya kepada Gerry.

"Cepat tanda tangan dokumen itu, setelah itu kamu angkat kaki dari rumah ini," seru Tante Dona.

Gerry mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras dan matanya memerah menahan emosi yang bergejolak di dadanya. Dengan dada yang sesak, akhirnya Gerry menandatangani dokumen tersebut.

"Gerry akan kembali dan merebut kembali semua yang menjadi hak Gerry," seru Gerry.

"Silakan kalau kamu bisa."

Gerry segera menggeret kopernya dan memasukannya kedalam mobil miliknya. Gerry tidak tahu kalau kabel rem mobil itu sudah Omnya potong.

"Selamat tinggal anak sialan, semoga kamu bahagia hidup di neraka," seru Om Darius dengan tawanya.

Gerry melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, tujuan terakhirnya sekarang adalah apartemen Chelsea kekasihnya yang sudah dia pacari selama satu tahun terakhir ini.

Sesampainya di apartemen milik Chelsea, Gerry cepat-cepat keluar dan naik ke lantai dua belas. Gerry menekan tombol password kamar milik Chelsea, perlahan Gerry masuk tidak ada pergerakan dan apartemennya terlihat sepi.

Disaat Gerry melangkahkan kakinya menuju kamar Chelsea, Gerry seperti samar-samar mendengar sesuatu dari dalam sana. Gerry tahu kalau itu suara Chelsea, dengan tangan yang gemetar Gerry membuka pintu kamar Chelsea dan betapa terkejutnya Gerry saat melihat Chelsea sedang bercumbu dengan pria lain yang sangat Gerry kenal.

"Chelsea, Roni, apa yang sudah kalian lakukan," teriak Gerry dengan mengepalkan tangannya.

Roni menoleh ke sumber suara, dengan santainya Roni memakai celana pendek dan menghampiri Gerry, sedangkan Chelsea menutup tubuhnya dengan selimut.

"Brengsek, kalian sungguh sangat menjijikan."

Buuuggghhh....

Satu pukulan Gerry layangkan kepada Toni, sehingga Roni tersungkur ke lantai. Chelsea dengn cepat memakai jubah tidurnya dan menolong Roni.

"Apa-apaan kamu Gerry," bentak Chelsea.

"Jadi ini kelakuan kalian di belakang aku? sangat menjijikan."

"Terus sekarang apa maumu? kamu mau kita putus? ok, karena itu yang aku inginkan. Aku sudah tidak butuh lagi kamu, sekarang kamu sudah menjadi gelandangan dan aku sudah tidak sudi lagi punya pacar gelandangan kaya kamu," seru Chelsea.

"Apa? jadi selama ini kamu hanya mrnginginkan hartaku saja?" bentak Gerry.

"Hayolah Gerry, wanita itu tidak hanya butuh cinta tapi uang juga. Buat apa cinta kalau kamu tidak mau membahagiakan Chelsea, saat ini Chelsea hanya butuh aku dan dia sudah tidak membutuhkanmu lagi, iya kan Sayang?" seru Roni.

"Iya, dan aku yakin kamu datang kesini hanya ingin numpang tidur kan di apartemen aku?" cibir Chelsea.

"Kamu lupa Chelsea, kalau apartemen ini aku yang sudah membelikannya untukmu," seru Gerry dengan menahan gemuruh di dalam dadanya.

Roni mengambil segepok uang dari dalam tasnya dan melemparnya ke depan wajah Gerry sehingga uang itu berhamburan kemana-mana.

"Itu uangnya, mulai sekarang aku beli apartemen ini kalau masih kurang kamu bilang saja aku akan memberikannya," seru Roni dengan senyuman mengejek.

Gerry mengepalkan tangannya, sungguh tragis nasib Gerry, seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang saat ini Gerry alami sudah di tipu Omnya dan sekarang pacarnya sendiri mengkhianati dirinya hanya karena saat ini Gerry sudah tidak punya apa-apa.

Gerry pergi meninggalkan apartemen milik Chelsea, dia sudah tidak tahu harus kemana lagi. Gerry melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan emosi yang memuncak. Hingga akhirnya Gerry mulai menyadari kalau mobilnya mengalami rem blong.

"Astaga, ada apa dengan mobil ini," gumam Gerry.

Disaat Gerry dalam posisi panik, Gerry tidak menyadari kalau di depannya ada sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi pula. Gerry tidak bisa mengendalikan mobilnya, dia membanting stir kesebelah kiri dan itu merupakan sebuah jurang.

"Aaaaaaaaaa...."

Mobil Gerry terbang menabrak pembatas jalan dan jatuh berguling-guling ke dalam jurang. Di pertengahan pintu mobil Gerry terbuka dan tubuh Gerry terhempas jauh dari mobilnya dan dalam hitungan menit mobil Gerry meledak dan terbakar.

Duuuuuaaaaaarrrrrrr....

Suara ledakan itu sangat keras, Gerry sudah tidak sadarkan diri wajahnya hancur karena terkena serpihan kaca.

Sementara itu, dipinggiran sungai di bawah jurang itu seorang pria paruh baya yang sedang memancing ikan merasa kaget mendengar bunyi ledakan yang tidak jauh dari tempatnya memancing.

Dengan langkah cepat, pria paruh baya itu mencari sumber suara. Dari kejauhan ia terkejut melihat sebuah mobil terbakar, kemudian ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mungkin pemilik mobil tersebut.

Matanya yang jeli melihat seseorang dengan posisi telungkup dan berada beberapa meter dari posisi mobil yang terbakar itu. Ia berlari melihat keadaan korban, dibaliknya tubuh Gerry yang sudah penuh dengan darah dan kondisi wajah rusak parah.

"Astagfirullah," gumam pria itu.

Kemudian pria tersebut memeriksa denyut nadi Gerry.

"Alhamdulillah, dia masih hidup."

Pria paruh baya itu menggendong tubuh Gerry di atas punggungnya, walaupun ia sudah tua tapi tubuhnya masih tegap dan sehat.

"Ma, buka pintunya," teriak pria itu.

"Iya sebentar Pa."

Ceklek...

"Astagfirullah, siapa ini Pa?" tanya sang istti panik.

"Sudah siapkan dulu kamar buat dia, nanti Papa ceritakan."

Istri si pria baik hati itu menyiapkan kamar untuk Gerry, ada rasa ngeri di hati sang istri karena wajah si korban sangat hancur dan penuh dengan luka dan serpihan kaca yang masih menancap di wajahnya.

"Papa nemu dimana orang itu?"

"Tadi saat Papa mancing di sungai, Papa mendengar ledakan dan setelah Papa cari ternyata sebuah mobil meledak terbakar dan orang ini sudah tergeletak beberapa meter dari mobil itu, sepertinya pemuda ini terpental sungguh beruntung nasib pemuda ini karena masih hidup."

"Tapi bagaimana dengan lukanya?"

"Mama cepat-cepat bereskan barang-barang kita kembali ke Jakarta, orang itu harus segera mendapatkan penanganan apalagi wajahnya yang hancur itu."

"Baik Pa."

Setelah membereskan barang-barangnya, sepasang suami istri itu membawa Gerry ke sebuah rumah sakit terbesar di Jakarta.

"Selamat siang, Dok!!"

"Siang, tolong kamu siapkan ruangan operasi karena hari ini aku harus mengoperasi seorang pasien kecelakaan."

"Baik Dokter."

Dua orang suster itu langsung pergi untuk menyiapkan ruangan operasi mendadak. Ya, ternyata orang yang sudah menolong Gerry adalah Dr. Ahmad, beliau merupakan Doker bedah handal dan kinerjanya sudah tidak di ragukan lagi.

Dr.Ahmad akan membedah plastik wajah Gerry, kebetulan Dr.Ahmad tidak mempunyai anak jadi Dr.Ahmad akan merawat Gerry, itu juga kalau Gerry mau.

Satu bulan sudah Gerry mengalami koma dan dia belum sadar juga. Dr.Ahmad dan istrinya dengan sabar dan telaten setiap hari menunggu dan menjaga Gerry. Hingga suatu saat tangan Gerry mulai bergerak dan itu membuat istri Dr.Ahmad bahagia bukan main.

"Pa, dia sadar Pa," teriak istrinya.

Dr.Ahmad segera menuju ruang rawat Gerry...

"Kamu sudah sadar, Nak?" tanya Dr.Ahmad.

"Ha---us."

Istri Dr.Ahmad yang bernama Aisyah itu mengambilkan minum untuk Gerry dan Dr.Ahmad membantu Gerry bangun.

"Saya ada dimana?" tanya Gerry.

"Kamu sekarang ada di rumah sakit, kamu mengalami koma selama satu bulan dan kamu baru saja sadar," jelas Ibu Aisyah.

Gerry tampak berpikir dan dia mulai ingat kalau waktu itu dia mengalami kecelakaan dan mobilnya masuk jurang.

"Siapa yang membawa aku ke rumah sakit?" tanya Gerry.

"Kami yang membawa kamu ke sini, kebetulan saat mobil kamu masuk jurang, saat itu saya berada di sana sedang memancing di sungai dan mendengar suara dentuman yang sangat keras, saya menemukan kamu Nak beberapa meter dari posisi mobil kamu yang terbakar, wajah kamu hancur karena terkena serpihan kaca dan maaf saya sudah mengoperasi wajah kamu karena demi keselamatan kamu," jelas Dr.Ahmad.

Dr.Ahmad memberikan cermin kepada Gerry dan dengan tangan yang gemetar, Gerry meraih cermin itu dan mengarahkannya ke wajahnya sendiri. Awalnya Gerry memejamkan matanya karena merasa takut, tapi perlahan Gerry membuka matanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah barunya.

Gerry meraba wajah barunya...

"Kenapa wajah aku menjadi seperti ini?"

"Maafkan saya Nak, karena sudah merubah wajah kamu tanpa seizin kamu tapi waktu itu kondisi kamu sangat kritis kalau saya tidak segera operasi wajah kamu, luka itu bisa infeksi dan sangat membahayakan buat nyawa kamu."

Gerry tampak menundukkan kepalanya dengan wajah yang sedih.

"Kamu kenapa Nak? maafkan kelancangan suami saya yang sudah melakukan semua ini," seru Ibu Aisyah.

"Bukan itu Bu yang saya sedihkan, justru saya sangat berterima kasih kepada Pak Dokter yang sudah menolong dan menyelamatkan nyawa saya, tapi---"

"Tapi kenapa, Nak?" tanya Dr.Ahmad.

"Tapi saya harus bayar dengan apa? saya sama sekali tidak punya apa-apa."

Dr.Ahmad menghampiri Gerry dan menepuk pundak pemuda itu.

"Siapa nama kamu, Nak?"

"Gerry, Gerry Putera Tanuwijaya."

"Nak Gerry, kamu tidak perlu membayar apa-apa karena semuanya sudah saya urus, tapi kalau kamu mau berterima kasih kepada saya, maukah kamu tinggal bersama kami? kami tidak mempunyai anak, kalau kamu bersedia maukah kamu menjadi anak angkat kami?" seru Dr.Ahmad.

Gerry sangat terkejut dengan permintaan Dokter paruh baya itu, tapi memang saat ini Gerry butuh tempat tinggal.

"Baiklah Dokter, saya mau."

"Benarkah, Nak?"

"Iya Bu."

"Alhamdulillah."

***

Semenjak itu Gerry tinggal bersama Dr.Ahmad dan istrinya, Gerry sangat beruntung karena masih di beri kesempatan hidup.

Tapi sayang, kebahagiaan Gerry tidak bertahan lama karena di saat Dr.Ahmad dalam perjalanan menuju tempat kerjanya di rumah sakit, Dr.Ahmad mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Sedangkan Bu Aisyah juga menyusul Dr.Ahmad karena beliau terkena serangan jantung mendengar suaminya meninggal.

Mendengar Dr.Ahmad dan istrinya meninggal, keluarga dari kedua belah pihak saling memperebutkan kekayaan milik almarhum, Gerry sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa disana, akhirnya Gerry pergi meninggalkan rumah dan sampai saat ini Gerry menjadi seorang gelandangan.

Gerry tidur dimana saja, bahkan makan pun dia hanya menunggu belas kasihan dari orang lain. Kadang-kadang Gerry bekerja serabutan, apa pun yang bisa dia kerjakan pasti dia lakukan, semata-mata hanya untuk menyambung hidup.

💰

💰

💰

💰

💰

Hallo Reader, ketemu lagi di karya terbaruku jangan lupa dukungannya sebanyak-banyaknya ya🙏🙏

Jangan lupa

like

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

BAB 2

💰

💰

💰

💰

💰

Gerry melangkahkan kakinya tak tentu arah, dia saat ini sedang mencari pekerjaan. Dengan tas yang menempel di punggungnya, Gerry mengacak-ngacak rambutnya frustasi karena dari tadi dia belum mendapatkan pekerjaan. Gerry menendang kaleng minuman yang ada di hadapannya.

Pluuuukkkk....

"Wadaw, siapa nih yang nimpuk gue," teriak seseorang dengan mengusap-ngusap kepalanya.

"Aduh, apes banget gue hari ini," gumam Gerry.

Orang yang terkena timpukkan kaleng itu celingukkan dan melihat ke arah Gerry yang tidak jauh berdiri darinya. Dengan langkah cepat orang itu menghampiri Gerry.

"Pasti lo kan yang nimpuk gue pakai kaleng ini?"

"Maaf Bang, tidak sengaja," seru Gerry dengan menangkupkan tangannya.

"Tidak sengaja-tidak sengaja, lihat nih kepala gue benjol gara-gara lo."

"Iya maaf Bang."

"Bang-bang, sejak kapan gue jadi Abang lo."

Gerry hanya meringis mendengar ocehan pria kriting dihadapannya, sebenarnya Gerry bukannya takut kepada orang itu justru Gerry ingin tertawa karena melihat wajahnya yang konyol dan lucu menurut Gerry.

Orang itu melihat penampilan Gerry dari atas hingga ke bawah.

"Lo mau kemana, muka lo kusut amat kaya cucian belum di setrika?"

"Gue lagi cari kerjaan, Bang."

"Yaelah jangan panggil gue Abang, kayanya umur gue di bawah lo, lo ga lihat apa wajah gue masih awet muda kaya gini. Kenalkan nama gue Raga Prawira tapi gue lebih hits di panggil Kiting jadi panggil gue Kiting saja," ucap Kiting dengan mengulurkan tangannya.

"Nama gue Gerry."

"Gue lihat-lihat badan lo bagus, otot-otot lo juga bagus, lo mau ikut kerja di toko sembako gue? eh maksud gue di toko sembako bos gue, mumpung saat ini lagi membutuhkan karyawan buat jadi kuli panggul."

"Mau..mau, gue mau," sahut Gerry dengan antusias.

"Cakep..ayo gue kenalin sama bos gue."

Gerry dengan semangat mengikuti Kiting masuk ke dalam toko sembako yang sangat besar itu.

"Bos, kenalin ini Gerry dia sedang mencari pekerjaan, lihat badannya Bos gede banget kaya Bina..bina..bina apa ya namanya yang suka olahraga itu?" seru Kiting.

"Binaragawan," sahut Gerry.

"Nah itu, dia bisa jadi kuli angkut beras sama saya bos."

Bos Kiting yang bernama Pak Joko itu, melihat penampilan Gerry dari atas hingga bawah.

"Wah cocok, kamu boleh bekerja disini."

"Terima kasih Pak, terima kasih banyak," sahut Gerry menjabat tangan Pak Joko dengan senangnya.

"Sama-sama, sekarang kamu sudah mulai kerja bersama Kiting."

"Iya Pak."

"Come on bro, lo angkat semua beras itu ke dalam mobil bak itu kita antarkan beras-beras itu ke pelanggan kita."

"Ok."

Gerry menyimpan tasnya dan dengan semangat memanggul beras-beras itu dan memindahkannya ke mobil bak terbuka untuk di antarkan ke pelanggan.

"Ger, lo bisa nyetir mobil?" tanya Kiting.

"Bisa."

"Ok, lo yang bawa mobilnya."

Gerry pun mulai melajukan mobilnya...

"Ting, setahu gue biasanya yang beli beras itu kan langsung ke tokonya, lah ini ngapain pakai di anter segala?" tanya Gerry.

"Lo ga lihat kalau toko beras si bos itu dekat dengan komplek perumahan mewah, lo tahu lah bagaimana sifat para orang kaya maunya tinggal ada di depan mata tanpa harus susah payah dan panas-panasan pergi keluar, tapi itu sangat menguntungkan buat kita para orang kaya itu suka ngasih uang tips, lumayan lah dari satu rumah saja gue bisa dapat goban sampai cepe, lo itu aja kalau gue ngirim ke sepuluh rumah sudah dapat berapa tuh," jelas Kiting.

"Goban? cepe? berapa tuh?" tanya Gerry polos.

"Goban itu lima puluh ribu, kalau cepe seratus ribu."

"Wow, lumayan banget dong Ting."

"Hooh, apalagi kalau kita sedikit gombalin Tante-tante girang itu, bakalan melayang tuh beberapa lembar uang merah ke dalam dompet kita. Lo kayanya bakalan jadi idaman para Tante gatal itu, secara badan sama muka lo kaya artis tampannya melebihi batas."

"Ah lo bisa saja."

"Nah, kita mulai dari rumah ini, ayo kita turun."

Kiting dan Gerry pun turun dari mobilnya...

"Permisi, kami mau mengantar beras," teriak Kiting.

"Eh ada Bang Kiting, silakan masuk Bang," seru wanita yang dandanannya sangat menor.

"Gerry, lo angkat berasnya."

"Siap."

"Ini Bu, berasnya di simpan dimana?" tanya Gerry.

"Wow, kamu siapa? tampan sekali," seru wanita itu dengan mengusap dada Gerry membuat Gerry merinding di buatnya.

"Maaf Bu, berasnya mau di simpan dimana?"

"Jangan panggil Bu dong tampan, panggil saya Tante Anggi saja. Nama kamu siapa?"

"Nama saya Gerry, Tante."

"Ya ampun kamu tampan sekali, ini tips untuk kamu," seru Tante itu dengan bergelayut manja di lengan kekar Gerry.

"Ah iya, terima kasih Tante," sahut Gerry dengan mencoba melepaskan tangan Tante itu.

Gerry segera kabur dan masuk ke dalam mobil, sedangkan Kiting tampak tertawa terbahak-bahak.

"Gila, kalau menghadapi wanita seperti itu bisa-bisa gue jantungan," seru Gerry dengan mengelus dadanya.

"Sabar Ger, itu caranya supaya kita dapat tips banyak. Oh iya ngomong-ngomong lo di kasih berapa sama Tante Anggi?" tanya Kiting.

Gerry menghitung uang yang di kasih Tante Anggi itu.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, gila lima ratus ribu Ting."

"Cakep...kalau begini caranya bisa dapat uang banyak kita."

Gerry dan Kiting mengantar satu persatu beras ke setiap rumah, dan Gerry selalu menjadi bahan godaan Tante-tante centil yang tidak tahu diri itu.

"Akhirnya beras kita sudah habis, let's go kembali ke toko," seru Kiting.

"Siap."

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, saatnya Kiting dan Gerry pulang. Gerry tampak duduk di depan toko beras itu, sedangkan Kiting yang baru saja menyalakan motor jadulnya melihat ke arah Gerry.

"Woy, ngapain lo malah bengong disana? memangnya lo ga mau pulang?" tanya Kiting.

"Mau pulang kemana, gue ga punya tempat tinggal, biarin gue tidur di depan toko sajalah gue sudah biasa tidur di emperan," sahut Gerry.

"Astaga, lo ga punya tempat tinggal? ya sudah lo ikut gue saja ke kontrakan, lo bisa tidur disana sama gue," ajak Kiting.

"Serius Ting?"

"Ya seriuslah, kalau gue ga setius ngapain gue ajak lo, buruan naik sebelum gue berubah pikiran."

Gerry langsung naik ke atas motor jadul milik Kiting, hari ini dia sangat beruntung bertemu dengan Kiting, walaupun tingkahnya konyol tapi dia sangat baik.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di kontrakan Kiting yang sangat sederhana.

"Sorry ya, kontrakannya kecil."

"Tidak apa-apa, justru gue sangat berterima kasih sama lo Ting sudah mau menampung gue di kontrakan lo."

"Tenang saja, lagipula gue juga kesepian disini sendirian kalau ada lo kan gue jadi ada teman ngobrol."

Malam pun tiba...

Kali ini Kiting membeli dua bungkus nasi goreng untuk makan malam mereka.

"Ger, ayo kita makan."

"Iya bentar."

Gerry keluar dari kamar mandi dengan mengusap-ngusap rambutnya yang basah.

"Ah segarnya, gue sudah tiga hari tidak mandi."

"Busyet, pantesan dari tadi gue berasa nyium-nyium bau apaan gitu."

"Hehehe..." Gerry hanya cengengesan.

Mereka pun makan malam bersama...

"Ger, lo cuci sana piring sama gelas kotornya," perintah Kiting.

"Caranya bagaimana?" tanya Gerry dengan polosnya.

"Astaga Gerry, lo itu rakyat jelata sama kaya gue masa cuci piring sama gelas juga ga tahu caranya."

"Sorry, gue belum pernah melakukannya," sahut Gerry menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Memang benar, dari kecil sampai dewasa Gerry belum pernah melakukan hal seperti itu, jangankan cuci piring dan gelas kotor, nginjak dapur pun Gerry belum pernah.

"Ya sudah, sini lihatin gue."

Kiting mengajarkan Gerry untuk mencuci piring dan gelas yang kotor.

"Nah begini caranya."

"Oh gitu ya, nih Ting satu lagi," seru Gerry dengan menyerahkan piring kotor ke arah Kiting dan tanpa sadar akhirnya malah Kiting yang menyelesaikannya.

"Lah, kampret kok malah gue yang nyuci."

"Ok, sekarang gue sudah tahu caranya, besok giliran gue yang cuci.

Gerry duduk bersila di hadapan televisi sembari menyesap kopi yang dibuatkan oleh Kiting. Sedangkan Kiting menyalakan rokoknya, asap mengepul di seluruh ruangan kontrakan kecil itu sehingga membuat Gerry menutup hidungnya dan terbatuk-batuk.

"Uhuk..uhuk..uhuk..Ting, bisa ga lo ngerokoknya diluar bau tahu."

"Hah, lo ga ngerokok?" tanya Kiting tidak percaya.

"Kagak, gue kagak ngerokok. Ngerokok itu ga sehat buat kesehatan kita."

"Yaelah sok sehat lo."

Kiting beranjak dari duduknya dan pindah ke teras kontrakan. Malam semakin larut, Gerry sudah mulai menguap rasa kantuknya sudah menyerang dan matanya pun sudah tidak bisa dibuka lagi.

"Kenapa, lo ngantuk?" tanya Kiting.

"Hooh."

"Ya sudah tidur sana jangan di paksain, nih sarung buat selimut lo."

"Makasih."

Gerry pun langsung merebahkan tubuhnya di depan televisi dan tidak membutuhkan waktu lama, Gerry sudah terlelap menuju alam mimpinya.

"Ya ampun, cepat banget dia tidurnya. Tapi kok ngerasa si Gerry bukan berasal dari keluarga ga punya deh, penampilannya walau pun kaya gelandangan tapi kulitnya mulus banget kaya yang sering melakukan peeawatan.

***

Keesokkan harinya...

Gerry sudah bangun lebih awal, dia mencari sarapan untuknya dan untuk Kiting.

"Ting, bangun Ting sudah siang," seru Gerry dengan mengguncangkan tubuh Kiting.

"Hmmmm...."

Kiting meregangkan tangannya, dia menggeliat dan dengan langkah gontai dia mengambil handuk masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah sarapan, mereka langsung pergi ke toko. Hari ini mereka giliran mengantar beras ke komplek sebelah.

"Ini kan komplek menuju rumah gue," batin Gerry.

"Berhenti di rumah depan Ger, yang pagar hitam itu," tunjuk Kiting.

Deg....

"Itu kan rumah gue," batin Gerry.

Gerry menghentikan mobilnya...

"Ayo turun, ngapain lo malah melamun."

"I--iya."

Dengan ragu-ragu Gerry turun dan mengikuti langkah Kiting.

"Tuan Darius, ini pesanan berasnya."

"Iya tunggu sebentar."

Tangan Gerry dan tubuh Gerry mulai bergetar hebat mendegar suara orang yang merupakan Omnya itu. Pria paruh baya itu keluar dengan sombongnya.

"Tolong simpan beras itu disini," serunya.

"Ger, cepet angkat berasnya."

"Ah iya."

Kiting melihat tangan Gerry begitu sangat bergetar membuat Kiting merasa bingung.

"I--ini Tuan."

Om Darius menatap penuh selidik ke arah Gerry.

"Siapa pemuda ini? kok perasaan aku kenal dengannya, tubuhnya mengingatkanku pada Gerry," batin Om Darius.

Gerry terus saja menundukkan kepalanya, kali ini tangannya mengepal penuh dengan amarah. Gerry langsung masuk ke dalam mobil dan membiarkan Kiting yang mengurusnya.

Selama dalam perjalanan, Gerry tidak bicara sepatah kata pun membuat Kiting merasa bingung.

"Awas kalian, gue bakalan balas semua perlakuan kalian sama gue, kalian dengan enaknya hidup senang sementara gue selama ini hidup susah bahkan untuk makan dan tidur pun gue susah," batin Gerry dan tanpa sadar Gerry memukul stir mobil sehingga membuat Kiting terkejut.

"Aaarrrgggghhh....sialan."

"Astaga naga, busyet lo kenapa teriak-teriak? untung jantung gue sehat, kalau gue punya penyakit jantung, bisa-bisa gue koi'd disini," seru Kiting dengan memegang dadanya.

"Sorry..sorry..Ting, gue lagi kesel."

"Lo lagi kesel sama siapa?"

"Gue..gue..iya juga ya gue kesel sama siapa?" sahut Gerry dengan senyuman mirisnya.

"Dasar saraf lo."

Gerry kembali fokus mengendarai mobilnya, tapi tetap saja hatinya merasa sakit melihat rumah peninggalan orang tuanya sekarang sudah menjadi milik orang lain bahkan mereka tidak berhak memilikinya karena mereka mengambil hak Gerry dengan paksa.

💰

💰

💰

💰

💰

Jangan lupa

like

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Bab 3

💰

💰

💰

💰

💰

Kiting tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan Gerry, dari sepulangnya dari mengantar beras Gerry menjadi pendiam dan sering melamun.

"Widih, lo mau kemana sudah rapi kaya gitu?" tanya Gerry dengan memegang kopi di tangannya.

Sore hari di malam minggu, Kiting saat ini sedang merapikan rambutnya di depan cermin.

"Lo lupa ya kalau ini adalah malam minggu, gue mau jalan-jalan cari cewek-cewek cantik di luaran sana, lo mau ikut?" tanya Kiting.

"Tidak, gue mau rebahan saja di sini."

"Yaelah, lo kaya anak perawan saja rebahan di kamar, buruan mandi kita jalan-jalan menikmati gajihan kita."

"Hmmm...ok deh kalau begitu, gue mandi dulu."

"Nah gitu dong, ngapain lo ngejogrog saja di rumah, jalan-jalan lumayan cuci mata."

"Iya...iya..."

Tidak lama kemudian, Gerry pun sudah siap dengan memakai kaos berwarna hitam dan celana jeans warna coklat, Garry terlihat sangat menawan walaupun cuma memakai baju sederhana. Kiting sampai bengong melihat penampilan Gerry.

"Kenapa lo ngelihatin gue kaya gitu?" tanya Gerry.

"Lo tampan juga ya, walaupun cuma pakai kaos dan celana jeans, gue masih kalah tampan sama lo."

"Jangan bilang lo jatuh cinta sama gue," seru Gerry.

"Idih najis gue, meskipun penampilan gue kaya gini, bujang lapuk, tapi gue masih normal ogah banget gue harus main pedang-pedangan sama lo, cewek masih banyak," sahut Kiting.

Gerry tertawa melihat reaksi Kiting yang seperti itu...

"Ayo buruan, katanya mau ke Mall hari ini gue yang traktir sebagai ucapan terima kasih gue sama lo karena lo sudah nolongin gue," seru Gerry sembari merangkul pundak Kiting.

"Cakep...ini baru sobat gue."

Kedua bujang lapuk itu akhirnya pergi ke Mall dengan menggunakan motor jadul milik Kiting. Mereka tidak malu walaupun Kiting harus parkir bersebelahan dengan motor-motor yang bagus.

"Panjul, lo baik-baik ya disini," seru Kiting dengan mengusap motornya.

"Panjul?" Gerry mengerutkan keningnya.

"Iya, motor ini namanya Panjul."

Gerry menggelengkan kepalanya dan berlalu meninggalkan Kiting.

"Woi Gerry, tungguin gue."

Kiting langsung berlari menyusul Gerry, keduanya berjalan beriringan, banyak mata lapar melihat ke arah Gerry bahkan mereka tidak segan-segan menggoda Gerry secara terang-terangan.

"Gila, cewek zaman sekarang pada pemberani malah balik kita yang di godain bukannya kita yang godain mereka," celetuk Kiting.

"Begitulah, Ting kita makan dulu yuk gue lapar."

"Asiap...."

Mereka pun masuk ke sebuah restoran makanan cepat saji, disaat mereka sedang mesan makanan, mata Gerry menangkap seseorang yang dia kenal.

"Chelsea, ternyata dia masih sama Roni, pasangan yang sangat menjijikan," batin Gerry dengan menyunggingkan senyumannya.

Gerry dan Kiting makan dengan lahapnya, setelah perut mereka terisi penuh, Gerry dan Kiting melanjutkan jalan-jalannya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Balik yuk Ting, sudah malam."

"Ah ga asyik lo, baru saja jam delapan sudah ngajak pulang."

"Gue malas lama-lama di tempat kaya gini, bikin pusing kepala. Kalau lo masih mau di sini ya sudah ga apa-apa, gue pulang duluan," seru Gerry.

"Tunggu Ger, gue juga ikut pulanglah ga asyik jalan-jalan sendiri, tapi lo ya yang bawa motor."

"Iya."

Keduanya pun pulang, kali ini Gerry yang membawa motornya. Tiba-tiba Gerry berhenti mendadak membuat kepala Kiting langsung terbentur helm.

"Aduh, lo bisa bawa motor kagak sih jidat gue benjol nih," gerutu Kiting.

"Ting, lihat deh tuh cewek kayanya dalam bahaya deh," seru Gerry dengan menunjuk ke arah depan.

"Wuidih, keren banget tuh cewek jago berkelahi," sahut Kiting.

"Nona, kami harap Nona Rubby ikut kami jangan sampai kami berbuat kasar kepada Nona," seru salah satu pria berjas itu.

"Tidak, jangan harap gue bakalan ikut dengan kalian," bentak wanita cantik bernama Rubby itu.

"Kalau begitu jangan salahkan kami kalau anda terluka, karena kami sudah berusaha bersikap baik kepada anda."

Keempat pria berjas hitam itu mengeroyok Rubby tapi Rubby tidak menyerah walaupun sebenarnya Rubby sudah kewalahan bahkan tenaganya pun sudah habis tapi Rubby tetap melawan.

"Wah, ga bisa di biarin Ger kasihan tuh cewek," seru Kiting.

Salah satu pria berjas itu berhasil melepaskan topi yang dipakai Rubby sehingga rambut panjangnya langsung tergerai, Gerry dan Kiting sampai melongo melihat kecantikan Rubby.

"Busyet Ger, cantik banget tuh cewek."

Gerry masih bergeming melihat Rubby, Gerry terpesona akan kecantikan Rubby hingga akhirnya Rubby terkena pukulan dan tumbang seketika membuat Gerry tersadar dan berlari menghampiri mereka.

"Woi, banci kalian semua beraninya main keroyokan, sama cewek pula," teriak Gerry.

"Hooh, ganti saja pakaian kalian dengan rok, kalau cuma berani sama seorang cewek," sambung Kiting.

"Siapa kalian jangan ikut campur urusan kita, pergi atau kalian akan tanggung akibatnya," seru salah satu pria berjas itu.

"Sudah jangan banyak ngomong, sini lawan gue," teriak Gerry.

"Ada yang mau jadi pahlawan kesiangan ternyata."

"Woi pakaian saja yang bagus pakai jas ternyata otak kalian pada dongo, ini malam bukan siang jadi kita pahlawan kemalaman bukan pahlawan kesiangan," teriak Kiting.

Pletaaakkk...Gerry memukul kepala Kiting.

"Ngapain sih lo, disaat seperti ini malah ngelawak, ayo serang mereka."

Gerry dan Kiting pun menghampiri keempat pria itu, seketika terjadi perkelahian seru diantara semuanya. Rubby yang melihat ada yang membantunya segera kembali bangkit dan ikut berkelahi bersama Gerry dan Kiting.

Dalam hitungan menit keempat pria berjas itu tumbang ditangan Gerry, jangan di tanya bela diri Gerry sangat mungpuni kalau masalah mengalahkan empat orang itu merupakan urusan kecil.

"Ayo pergi," ajak salah satu pria berjas itu.

Keempat pria berjas itu pun akhirnya pergi mengendarai mobil mereka.

"Terima kasih sudah menolong," seru Tubby.

"Sama-sama, kenalkan neng geulis nama saya Raga Prawira tapi biasa di panggil Kiting," seru Kiting dengan mengulurkan tangannya.

"Rubby."

Lalu Rubby beralih kepada Gerry...

"Gerry."

"Rubby."

Keduanya saling pandang satu sama lain, jantung mereka berdua tiba-tiba berdebar tak karuan.

"Hmmm...lepas kali tangannya," goda Kiting.

Keduanya tersadar dan langsung meleaskn tangan masing-masing, Gerry menggatuk kepalanya yang tidak gatal sedangkan Rubby cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

"Ehhmmm...ngomong-ngomong neng geulis ngapain malam-malam di kejar sama mereka?" tanya Kiting.

"Jangan bilang lo-----"

Ucapan Gerry terpotong dan melihat penampilan Rubby dari atas ke bawah. Malam ini Rubby memang memakai dres di padu padankan dengan jaket levis, memakai sepatu snaker, dan tidak lupa topi.

Refleks Rubby menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Apa? lo pikir gue cewek murahan," bentak Rubby.

"Gue ga bilang lo cewek murahan, tapi dari penampilan lo yang kaya gini, terus di kejar-kejar sama pria berjas, malam-malam pula, mana gue ga curiga coba. Pasti lo kabur kan dan orang-orang itu suruhan mucikari lo," seru Gerry.

Rubby melongo tak percaya dengan ucapan Gerry, orang yang sama sekali tidak dia kenali berani-beraninya menuduh dia yang tidak-tidak, dengan wajah yang kesal, Rubby maju mendekat ke arah Gerry dan jarak mereka sangat dekat membuat Gerry terkejut dan mengerjapkan matanya berulang kali.

"Berarti lo nuduh gue cewek murahan, enak saja lo ngomong nuduh orang sembarangan, memangnya lo ga tahu siapa gue?" bentak Rubby.

Gerry dengan cepat menggelengkan kepalanya, dia merasa takut juga karena ternyata Rubby sangat menyeramkan kalau sedang marah.

"Gue Rubby Caesa Gilbert, seorang pengusaha terkenal masa lo ga tahu?" bentak Rubby.

"Maaf neng geulis, kita itu rakyat jelata mana tahu sama nama pengusaha-pengusaha terkenal disini, maklum kita sibuk cari uang untuk memenuhi kebutuhan kita jadi kita tidak ada waktu untuk melihat televisi," sahut Kiting.

Tapi Gerry tampak berpikir, dia seperti pernah mendengar nama Gilbert tapi dia lupa entah siapa itu.

"Hai, kok lo jadi bentak-bentak gue sih? bukannya ucapin terima kasih karena kita sudah nolongin lo, eh malah marah-marah dasar cewek aneh," cibir Gerry.

"Apa lo bilang? gue cewek aneh? nyebelin banget sih lo jadi orang."

"Ting, pulang malas gue berurusan sama cewek yang tidak tahu terima kasih."

Gerry dan Kiting pun bersiap memakai helm dan hendak meninggalkan Rubby tapi dengan cepat Rubby menghalangi motor mereka dengan berdiri di depan motornya.

"Tunggu..."

"Apa lagi?" bentak Gerry.

"Tolongin gue sekali lagi," sahut Rubby dengan merendahkan suaranya.

"Ogah, minggir sana kita mau pulang," tolak Gerry.

Rubby mulai memperlihatkan wajah yang sedih, wajahnya dibuat sesedih mungkin supaya Gerry berubah pikiran dan menolongnya.

"Huuwwwaaaaaa...." tiba-tiba Rubby menangis sangat kencang sehingga membuat Gerry dan Kiting lagi-lagi terkejut.

"Huwaaaaaa...kalian jahat."

Gerry merasa kesal, akhirnya dia turun lagi dari motor dan langsung membekap mulut Rubby supaya Rubby diam dan berhenti menangis.

"Lo bisa diam ga? kalau ada yang dengar, mereka bisa salah paham dan mengira kita ngapa-ngapain lo," seru Gerry.

Rubby menggigit tangan Gerry sehingga Gerry seketika melepaskannya dan mengibas-ngibaskan tangannya karena sakit.

"Aduh, astaga lo bar-bar juga ya. Dasar cewek gila."

"Makannya please tolongin gue sekali lagi, tanggung kalau nolongin orang itu jangan setengah-tengah harus sampai tuntas," seru Rubby nyengir memperlihatkan barisan giginya yang putih.

"Masyaalloh cantik banget," gumam Kiting.

"Bodo amat," ketus Gerry yang sebenarnya tampak terpesona juga dengan cengiran Rubby yang tampak cantik namun dia pura-pura tidak peduli.

"Ya sudah kalau kalian ga mau nolongin gue, gue bakalan nangis lagi supaya semua orang datang kesini dan mukulin kalian berdua, huuuwaaaaaaa....."

Gerry kembali membekap mulut Rubby..

"Astaga lo resek banget jadi cewek, ok kita bakalan nolongin lo tapi lo berhenti menangis, bisa?" bentak Gerry.

Rubby menganggukkan kepalanya...

"Cepetan lo mau minta tolong apa?" tanya Gerry.

"Antarkan gue ke hotel terdekat."

"Nah kan, lo minta antar ke hotel, lo mau temuin tamu lo ya di hotel," tuduh Gerry.

Pletaaakkkk...Rubby memukul kepala Gerry sehingga Gerry meringis kesakitan.

"Aduh, kenapa lo mukul kepala gue?"

"Biar otak lo bersih ga ngeres, gue mau istirahat disana gue capek baru sampai dari Australia sudah di kejar-kejar orang gila."

"Kenapa lo ga pesan taxi online saja, gampang kan? ngapain minta bantuan sama kita?" ketus Gerry.

Rubby sudah hilang kesabaran dengan tingkah pria di hadapannya ini.

"Lo itu ya ngeselin banget, lama-lama gue cium juga lo," seru Rubby dengan maju selangkah mendekat ke arah Gerry.

Reflek Gerry langsung menutup bibirnya dengan tangannya.

"Gila, lo agresif banget jadi cewek."

Kiting yang dari tadi melihat perdebatan kedua manusia itu merasa pusing dan berdiri di tengah-tengah.

"Sudah stoooooopppp...gue pusing tahu ga lihat kalian berdua, ga bakalan selesai-selesai kalau begini caranya. Begini saja, neng geulis sekarang maunya gimana?" tanya Kiting.

"Gue baru saja menginjakkan kaki di Jakarta, terakhir kesini waktu umur gue sepuluh tahun jadi gue lupa jalannya takut kesasar dan takut di tipu sama orang, jadi gue minta bantuan sama kalian."

"Memangnya lo ga takut sama kita? bagaimana kalau kita juga bohongin lo?" tanya Kiting.

"Enggak, gue percaya sama kalian, gue lihat kalian orang baik, kalian ga mungkin jahatin gue," sahut Rubby.

"Ya sudah sekarang lo tinggal pesan taxi online lewat ponsel lo, biar kita tungguin lo sampai taxinya datang," ketus Gerry.

"Ponsel gue jatuh Bambang saat di kejar-kejar sama orang-orang tadi, kalau gue ada ponsel gue ga bakalan minta tolong sama kalian," kesal Rubby.

"Gue ga bisa pesan taxi, ponsel gue jadul," seru Kiting dengan memperlihatkan ponselnya yang zaman dulu.

"Astaga, ya sudah lo aja yang pesenin gue taxi," seru Rubby ke arah Gerry.

"Gue ga punya ponsel," sahut Gerry.

"Ya Alloh, kalian datang dari zaman mana sih? yang satu ponselnya jadul hanya bisa berfungsi buat nimpuk gukguk, dan yang satu lagi ga punya ponsel."

Rubby hanya bisa pasrah dan mondar-mandir mencari solusi. Tiba-tiba, ketiga manusia yang sedang berpikir itu serentak melihat ke arah panjul sang motor jadul milik Kiting.

"Pakai itu saja," tunjuk Rubby.

"Hah, serius lo mana kuat motor jadul seperti itu narik tiga orang," sahut Gerry.

"Wah, lo ngeremehin tenaga si Panjul? gitu-gitu juga si Panjul kuat, ok lah kita antar lo naik motor gue saja," seru Kiting.

"Ya sudah buruan."

Kali ini Kiting yang membawa motor, Rubby berada di tengah dan Gerry di belakang.

"Kalian sudah siap," teriak Kiting.

"Let's go," sahut Rubby.

Kiting mulai melajukan motornya, benar saja walaupun itu motor jadul tapi tenaganya masih kuat. Gerry tidak bicara sepatah kata pun selama dalam perjalanan, rambut panjang Rubby melambai-lambai ke wajah Gerry, harum rambut Rubby membuat Gerry ingin menciumnya.

Perlahan tapi pasti, Gerry mulai menyunggingkan senyumannya dan tidak lama kemudian mereka pum sampai di parkiran hotel

"Terima kasih ya sudah mau nolongin gue, ini buat kalian," seru Rubby dengan mengeluarkan beberapa lembar uang dari tas selempang yang dibawanya dan memberikannya kepada Kiting.

"Owalah, ini terlalu banyak neng geulis," sahut Kiting tapi sayang Rubby sudah terlanjur masuk ke dalam hotel.

Gerry melihat Rubby masuk ke dalam hotel, ada perasaan tidak rela berpisah dengan Rubby.

"Ger, gimana nih dia ngasih uang banyak banget," seru Kiting.

"Sudahlah ga apa-apa, anggap saja itu rezeki kita malam ini, ayo kita pulang," ajak Gerry.

"Ok lah."

Kiting pun mulai melajukan motornya meninggalkan hotel itu, sedangkan Rubby masih berdiri disana memperhatikan keduanya pergi.

Rubby bisa saja meminta mereka mengantarkannya langsung ke rumah, tapi di dunia ini Rubby harus berhati-hati jangan sampai dia tertipu, tidak boleh ada yang tahu dimana Rubby tinggal karena itu bisa membahayakan nyawanya dan juga Papanya.

💰

💰

💰

💰

💰

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!