NovelToon NovelToon

Aksara Rania

permintaan bapak

"hemm.. pagi om?" seorang laki laki menjawab panggilan telfon,

ia bangun dari posisi tidurnya lalu duduk.

"Pulang, bapak mu sakit.." suara omnya itu terdengar dalam.

" Bukannya aku tidak mau om, banyak kegiatan di kantor bulan ini" jawab laki laki berusia 33 tahun itu enggan.

" Aku tidak tau sampai kapan bapakmu bertahan, jadi pulanglah..

bapakmu juga mau menyampaikan sesuatu" suara om nya yang begitu serius.

" baiklah om.. tapi aku tidak bisa libur lama.."

" lama atau tidak yang penting kau pulang" jawab si om lalu mematikan sambungan telfonnya.

Laki laki itu terdiam lama, hatinya gelisah..

ia sebenarnya ingin sering sering mengunjungi bapaknya, tapi karena ribut besar 10 tahun yang lalu hubungannya dengan bapaknya menjadi dingin.

Bapaknya adalah sosok yang luar biasa baginya, ia membesarkan satu putra dengan baik meski tanpa sosok wanita di sampingnya.

Ruangan kelas itu riuh sekali, itu karena jam pulang sekolah tinggal beberapa menit lagi.

" Untuk tugas besok, ibu mau kalian membentuk kelompok belajar, masing masing kelompok terdiri dari 5 anak..

pelajari bab 5 ya, besok akan ada tanya jawab.."

" iya buuuuuuu....!" jawab anak anak serempak.

" ya sudah, besok kita ketemu lagi... silahkan berdoa.." si ibu guru mengambil beberapa buku dan berjalan keluar kelas.

Ia berjalan sedikit buru buru ke arah kantor.

" buru buru sekali?" seorang laki laki berbaju batik bertanya,

" iya,bapak sakit.. " jawab si ibu guru.

" lalu motormu kemana?"

" ban ku bocor tadi pagi, jadi aku naik ojol"

" ya wes, ayo ku antar cepat naik"

" bukannya kau masih ada jam ekstrakulikuler dim?" si bu guru takut merepotkan teman mengajarnya yang sekaligus teman baiknya sejak kuliah itu.

" ya ada, kan anak anak istirahat dulu 30 menit, rumahmu kan nggak begitu jauh naik motor cuma 10 menit, ayo sudah naik!" tegas dimas.

Dimas mengantarnya sampai rumah, namun melihat teras rumah yang ramai dengan mobil dan motor keduanya berpandangan.

" Kok ramai sekali ran?" tanya dimas,

" aku juga nggak tau.." jawab Rania dengan raut resah.

" ayo masuk, sekalian aku lihat bapakmu sebentar.. " ajak dimas turun dari motor dan masuk ke dalam.

Sesampainya di dalam rumah hati Rania yang was was menjadi tenang, karena ia melihat bapaknya masih tertidur baik baik saja.

Ia tidak tau kenapa keluarga bapak semuanya berkumpul di balai belakang, mereka sepertinya berbicara serius.

" Kuambil kan minum sebentar dim,baru kembali ke sekolah.." kata rania menyuruh dimas duduk sebentar setelah melihat bapaknya.

Rania berjalan ke arah dapur, ia membuat segelas teh untuk dimas.

Karena takut dimas terlambat rania buru buru membawa teh itu keluar dari dapur, tapi sesampainya di pintu dapur ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang hingga teh itu tumpah.

" Aduh?!" suara rania spontan setelah teh itu tumpah ke bajunya dan baju org yang ia tabrak.

"maaf maaf??!" rania langsung meminta maaf sambil mendongak ke atas melihat siapa yang di tabrak nya.

Wajahnya kaku seketika,ia segera menundukkan pandangannya dan mundur.

" Maaf mas... " suara rania pelan, ia takut dengan pandangan orang yang berdiri di hadapannya ini.

" ceroboh.." kata laki laki itu sekilas lalu berbalik pergi.

"Astaga.." keluh Rania lirih sambil mengelus dadanya, laki laki itu adalah orang yang ia takuti, entah takut atau segan.. yang jelas ia tidak ingin berinteraksi dengannya.

Dan kemunculannya yang mendadak ini mengagetkan rania.

Dia adalah kakak tiri rania, orang yang selalu di paksa pulang namun tidak mau pulang.

Tentu saja itu karena ia benci setengah mati dengan Rania yang bukan saudara kandungnya ini, pikir Rania.

Yah benar, bapak bukan bapak kandung Rania..

Ibu dan Bapak menikah ketika umur Rania 14 tahun, sesungguhnya Bapak menikahi Ibu bukan karena cinta..

lebih tepatnya Bapak yang sabar dan bijaksana itu mengasihani Rania dan Ibunya.

Rania buru buru membuat teh baru dan segera memberikannya pada Dimas.

" minum Dim.." katanya sambil menaruh segelas teh di meja.

" lho, bajumu kenapa basah semua?" Dimas heran,

" iya, tumpah.. nggak sengaja, buruan minum nanti telat.."

mendengar itu Dimas buru buru meminum teh nya.

"ya sudah, aku kembali ke sekolah dulu.. semoga Bapak cepat sehat ya..?" kata Dimas bangkit dari duduknya

" iya terimakasih Dim.."

" ya wes, aku balik dulu.." Dimas berjalan keluar, menaiki motornya dan berlalu pergi.

Rania segera masuk ke dalam kamarnya, ia mandi karena air teh terasa lengket di kulitnya.

" Mbak.. ?" panggil mbak Yuni yang bertugas mengurus rumah dari balik pintu kamar Rania.

" apa mbak?" jawab Rania membuka pintu.

" mba di panggil Bapak.. semua orang juga sudah menunggu mbak.."

" lho bukannya bapak masih tidur?"

" sudah bangun mbak.."

" ya sudah.. sebentar lagi.." jawab Rania masuk lagi ke dalam kamar untuk menyisir dan mengikat rambutnya.

Rania duduk di samping Bapaknya, sementara om Surya dan tante Irma adik kandung Bapak duduk tak jauh dari Bapak.

" Mana Aksa?" tanya Bapaknya pelan, mendengar itu Surya berjalan keluar dan memanggil Aksara, tak lama Aksara masuk dan duduk di dekat Bapaknya juga.

" Nduk..." panggil Bapaknya

" nggih pak.." jawab Rania lirih,

" Mas mu akhirnya pulang nduk.. Bapak seneng.. " lanjut Bapaknya meraih tangan anak laki lakinya yang duduk tepat di hadapannya.

Aksara tertunduk dalam, sedikit banyak ia merasa bersalah karena meninggalkan Bapaknya selama ini hanya karena ke keegoisan nya.

" Bapak tadi sudah ngobrol duluan dengan Mas mu.. , Mas mu mau mengabulkan keinginan Bapak..

sekarang tinggal kamu nduk.. kamu mau mengabulkan keinginan Bapak?" tanya Bapaknya,

" Bapak pingin apa pak?? Bapak sudah merawat saya dengan baik setelah ibu tidak ada, tidak mungkin saya tidak manut sama Bapak.." jawab Rania dengan mata berkaca kaca.

" Bener nduk manut?" tanya Bapaknya yang sudah mulai lelah bicara itu, wajahnya yang renta terlihat amat pucat.

" nggih pak.. kulo manut..(iya pak.. saya menurut..)" jawab Rania mengangguk.

" Menikah ya nduk.. " suara Bapaknya pelan,

" dalem pak?" tanya Rania kurang jelas, ia takut salah mendengar

" menikahlah.., sama Mas mu.." suara Bapaknya di perjelas.

Suasana tiba tiba hening,

Rania tidak bisa menjawab, ia spontan menatap sosok Aksara yang duduk tak jauh darinya laki laki itu tak berkata apa apa,

namun ia terus tertunduk, ekspresi wajahnya benar benar tidak bisa di lihat.

" menikah pak?? sama.. sama siapa pak..??" tanya Rania sedikit gagap karena shock.

Ia berharap salah mendengar kalimat Bapaknya, atau Bapaknya salah bicara karena disini satu satunya "Mas" adalah Aksara.

Bapak memang sudah sering menyuruh rania menikah karena usia Rania sudah 25 tahun, tapi Rania selalu beralasan ingin merawat Bapak dan belum menemukan laki laki yang tepat.

yah.. itu hanya alasan,

karena yang sesungguhnya Rania tidak punya keinginan untuk menikah sama sekali,

ia mempunyai trauma yang dalam karena sikap ayah kandungnya saat ia kecil.

Ia melihat ibunya sering di pukuli, hingga akhirnya ia dan Ibunya di tinggalkan begitu saja karena ayahnya lebih memilih hidup dengan perempuan lain.

" Menikah lah dengan Mas mu.. Aksara.." suara Bapaknya begitu jelas kali ini.

Spontan Rania lemas,

badannya tiba tiba tidak bertenaga dan keringat dingin mulai muncul di kedua telapak tangannya.

Rania menatap Om dan Tantenya yang sejak tadi diam tak bersuara, mereka memandang Rania bersamaan,

om Surya mengangguk dan tante Irma tersenyum.

"Aduh.. apa ini..?" keluhnya dalam hati, ekspresi Om dan Tantenya itu malah membuatnya tidak merasa baik.

" Tapi pak.. saya dan mas Aksa kan saudara.." jawab Rania memberanikan diri.

"Kalian tidak punya hubungan darah.. dan di agama kita itu di perbolehkan.. " jawab om Surya dengan suara yakin.

" Tapi pak.. kenapa dengan mas Aksara??" tanya Rania dengan suara pelan, mendengar itu aksara menatapnya dan itu membuat Rania semakin gemetar,

Rania spontan menunduk.

" Aksara sudah berjanji akan menjagamu dan menjadi suami yang baik.. percaya sama Bapak ya nduk.. ini permintaan Bapak yang terakhir padamu.. ",

mendengar ucapan bapaknya Rania benar benar tidak bisa berkata apapun,

mulutnya terkatup rapat, ia bersusah payah menahan air mata nya.

" Nduk.. Aksara tidak akan menyakitimu.. dia sudah berjanji.. terimalah ini nduk,

Bapakmu hanya berharap kalian menikah dan saling menjaga.." tante Irma memegang punggung tangan Rania lembut untuk menenangkan nya karena Surya dan Irma bisa melihat dengan jelas ketakutan yang di rasakan Rania sekarang.

" Jangan takut, aku sudah berjanji pada Bapak akan menjagamu" tiba tiba terdengar suara Aksara yang datar namun tegas.

" Mumpung bapak masih ada.. bapak ingin melihat kalian menikah ya nduk.."

Bapaknya itu meraih tangan Rania dan Aksara lalu menyatukannya.

Wajah Aksara mendadak bersemu merah,

namun ia segera membuang muka untuk menyembunyikan itu.

Berbeda dengan Rania yang semakin pucat,

Rania tidak berani menggerakkan tangannya sama sekali.

" berjanjilah pada Bapak.. kalian tidak akan saling menyakiti dan akan saling menjaga..

semarah apapun jangan meninggalkan satu sama lain.." ucap Bapak membuat keduanya tertunduk dalam.

"Bagaimana ini.. bagaimana.." Rania terus mengeluh dalam hati, jika tidak karena Bapaknya ia mungkin sudah berlari keluar dan menangis sekarang.

Rasanya tidak mungkin..

laki laki di hadapannya ini bahkan selalu sinis padanya,

Meskipun awalnya Aksara perhatian sekali dan sikap nya yang hangat membuat Rania nyaman, namun tanpa sebab sikapnya berubah menjadi dingin dan galak.

Lalu sekarang bagaimana bisa tiba tiba akan ada pernikahan diantara mereka.

" Apakah tidak ada laki laki lain di dunia ini hingga aku harus menikah dengan kakak tiriku.. dan yang lebih hebatnya.. dia membenciku..." kata Rania dalam hati.

Andai dia bisa menolak dan pergi,

maka itu akan ia lakukan,

tapi Bapak.. apa yang akan terjadi jika Rania melakukan itu? apa Bapaknya nya akan kecewa dan semakin sakit..

lagi lagi Rania hanya bisa memejamkan kedua matanya untuk menahan ketidak terima an di hatinya.

kawan lama

Pagi ini Rania ijin tidak mengajar, kepalanya sakit dan tubuhnya lemas tak bertenaga.

Ia tidak tau apa itu efek dari pikirannya yang tegang, tadi malam ia hanya bolak balik saja dan tidak bisa memejamkan mata.

" mbak.. kalau Bapak tanya saya, bilang saya ngajar ya, jangan bilang saya nggak enak badan.. " kata Rania pada mbak Yuni si asisten rumah tangga.

" kenapa memangnya mbak?"

" nggak papa, saya takut Bapak khawatir.. nanti siang saya juga baikan kok.. cmn butuh tidur saja.. " jawab Rania sambil memegang kepalanya yang berdenyut.

" nggak makan dulu mbak??"

" nanti saja,saya mau tidur dulu.." jawab Rania lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Dimas menghentikan motornya di depan rumah Rania.

Ia sedikit cemas karena tidak biasanya teman seperjuangannya itu ijin mendadak.

Apalagi chat nya mulai pagi tidak di balas.

" Permisi?!" Dimas sambil mengetuk pintu,

suasana rumah tenang sekali tidak seperti kemarin yang begitu ramai.

Tak lama pintu itu terbuka, seorang laki laki yang bertubuh lebih tinggi dari dimas membukanya.

" Cari siapa?" tanya laki laki itu datar,

ia melihat baju yang di kenakan dimas sekilas.

" maaf, Rani ada?" tanya Dimas sopan,

" bukannya dia sedang mengajar,

mungkin dia belum sampai rumah." jawab Aksara datar,

sikapnya dingin tidak ada manis manis nya sama sekali.

"Tapi Rani tidak di sekolah, hari ini dia ijin kurang sehat kata nya?" jelas Dimas dengan raut bingung.

Aksara diam mendengar itu, ia berfikir sejenak,

" Duduklah.. biar kulihat dulu" persilahkan Aksara, lalu berjalan ke arah kamar Rania.

" Tok tok tok!" Aksara mengetuk pintu,

namun tak ada jawaban, tanpa pikir panjang ia membuka pintu kamar dan masuk.

Ia melihat sosok Rania sedang tertidur,

wajahnya terlihat pucat.

Aksara tak sampai hati menganggu nya,

ia segera berbalik dan menutup pintu kamar,

lalu berjalan kembali ke arah ruang tamu.

" ternyata dia memang dirumah,

tapi maaf dia sedang tidur,

besok saja kembali." kata Aksara pada Dimas.

" oh, ya sudah Mas.. tolong sampaikan kalau Dimas kesini.. saya pamit dulu.." kata Dimas bangkit lalu berjalan keluar.

Aksara tidak menjawab iya atau apalah,

ia hanya diam memperhatikan Dimas dari jauh.

" Mbak Yuni?!" panggil Aksara sedikit keras.

" Dalem Mas?" si mbak Yuni muncul

" Rani sudah makan dan minum obat?"

" sepertinya belum Mas, tidur terus dari tadi pagi.." jawab mbak Yuni.

" buatkan bubur mbak"

" nggih mas," jawab Yuni segera berjalan ke arah dapur.

Aksara berjalan kembali ke arah mobilnya setelah membeli beberapa obat dan cemilan.

"woy sa!! " panggil seseorang dari jauh membuat langkah Aksara terhenti.

" Aksa toh??! " tanya seorang laki laki seumuran Aksara setelah mendekat.

" iya Rob, apa kabar?" jawab Aksara sambil tersenyum.

Laki laki di hadapan Aksara itu langsung memeluknya sambil menepuk punggung Aksara beberapa kali.

" kemana saja kau selama ini? tidak ada kabar apapun?" tanya temannya itu setelah puas memeluk Aksara, laki laki bernama Robi itu adalah teman Aksara mulai kecil,

mereka bersekolah bersama sampai SMA, Robi termasuk orang yang shock ketika Aksara memutuskan untuk tidak kembali ke kampung halamannya ini.

Akhirnya keduanya memutuskan untuk ngobrol di kediaman Robi yang tak jauh dari situ.

Awalnya Aksara menolak tapi melihat ekspresi Robi yang kecewa ia tidak tega.

" monggo di minum.." seorang wanita menaruh secangkir kopi.

" ini istriku, aku ingin memberitahumu saat aku menikah, tapi aku benar benar tidak tau harus mencarimu kemana.."

Aksara memberi senyum sopan terhadap istri Robi.

" saya pamit dulu,mau jemput sekolah.." kata istri Robi,

" oh silahkan.." jawab Aksara masih tersenyum.

" kau sudah punya anak?" tanya Aksara ketika istri Robi sudah pergi.

" alhamdulillah.. usianya sudah 7 tahun.. yang satu baru 3 tahun,

dia sedang dirumah mbah Uti nya.."

"wahh.. aku tertinggal jauh.." kata Aksara sambil tertawa kecil,

" kau belum menikah??" tanya Robi dengan ekspresi kaget,

Aksara menggeleng dan tersenyum.

" Apa yang kau tunggu?" tanya Robi dengan raut sedikit sedih,

" Aku hanya terlalu sibuk.. "jawab Aksara tenang sambil menyeruput kopi nya.

" kau masih tidak bisa membuka diri?" tanya Robi.

" Ahahaha.. wahhh, baru bertemu setelah 10 tahun kau pintar sekali merusak suasana hatiku.. " Aksara tertawa

" bukan begitu.. maafkan aku.." kata Robi dengan raut wajah bersalah.

" kau akan lebih sering melihatku setelah ini.. " kata Aksara kemudian

" baguslah, Bapak mu harus kau jaga.. jangan bertindak tidak realistis lagi.. kita sudah cukup tua.. " kata Robi menyandarkan punggungnya ke bahu kursi.

" kasihan juga adikmu.. dia mengurus Bapakmu sendirian, dia bahkan sampai belum menikah di usia ini..

padahal yang melamar Rani tidak sedikit,

tapi ia selalu menolaknya dengan alasan ingin fokus mengurus Bapak mu dulu.. " ujar Robi membuat Aksara terdiam kembali.

" setelah kau pergi ibunya meninggal 2 tahun kemudian.. " beritahu Robi,

" aku tau.. " jawab Aksara pelan sambil menyalakan rokok.

" Kau merokok sekarang?" tanya Robi heran, karena sejak remaja Aksara tidak mengenal yang namanya rokok.

" iya.. aku merokok sejak pergi dari sini" jawab Aksara pendek.

" Kau masih ingat adikku? Anzar?"

" adikmu yang selalu peringkat satu itu.. kerja dimana dia sekarang?"

" dia menjadi dosen sekarang.. dia sempat mengejar adikmu,

tapi karena banyak di tolak dia menyerah sekarang..

kalau tidak kita bisa jadi besan.. " Robi tertawa,

" iya ya.. " jawab Aksara tersenyum secukupnya.

" Aku ingat.. dulu masih SMA Rani suka bergelayut denganmu,

10 tahun berlalu.. sekarang dia sudah menjadi ibu guru yang cantik..

suruh saja dia menikah.. kau juga harus buru buru menikah, kau mau tunggu 40 tahun dulu?" Robi mengomel.

"Dia akan segera menikah.. aku juga akan segera menikah.. " jawab Aksara tenang,

" yang benar?, syukurlah kalau kalian sudah memiliki calon.. " kata Robi tersenyum cerah.

" kami akan menikah..

karena itu ayahku memaksaku pulang..

sebelum meninggal ia mau melihatku menikahi Rani.." imbuh Aksara dengan suara tenang sambil membuang putung rokoknya.

Robi sedikit terkejut, namun ia tersenyum mengerti setelahnya.

" Kau bahagia?" tanyanya kemudian,

" pertanyaan macam apa itu Rob.." jawab Aksara tertawa kecil sambil melihat ke arah jendela menghindari tatapan Robi yang se akan akan mengerti.

" kau sedang bingung kan dengan perasaanmu.. padahal dulu ini yang kau inginkan,

kenapa sekarang kau bingung setelah Bapakmu mengabulkannya.."

" Kau menekan ku bahkan setelah 10 tahun bertemu.. teman yang sangat pengertian.." gerutu Aksara pelan namun Robi mendengarnya.

" Justru karena aku temanmu, aku mengerti.. aku tidak tau apa yang kau lakukan 10 tahun ini, tapi bagiku kau tetap orang yang sama dengan 10 tahun yang lalu..

kau mana tau saat Rani menangis,

berhari hari hari setelah kau pergi..

dia mencari ku, dia bertanya kenapa kau berubah menjadi jahat dan membencinya..

dia selalu bertanya apakah kau mengabari ku..

dia juga bertanya apa yang harus dia lakukan agar kau kembali pulang dan tidak membencinya.."

Mendengar semua kalimat Robi Aksara terdiam seribu bahasa, ia tidak bisa berkata apapun.

Hatinya di penuhi dengan perasaan yang dia sendiri tidak bisa mengartikannya.

jantung yang mulai rusak

Semua Om dan Tante berkumpul di kamar Bapak, mereka semua sibuk beberapa hari ini mencari hari.

Iya, Bapak adalah keturunan Jawa tulen, Bapak sangat mencintai yang namanya Wayang dan Gamelan.

Bahkan rumah ini mempunya Balai besar yang terletak di sebelah rumah,

Bapak dan teman teman pensiunannya sering berkumpul disana sambil bermain Gamelan setiap malam minggu.

Itu adalah rutinitas Bapak yang pasti sebelum Bapak sakit.

Perhitungan hari seperti Weton dan lainnya sangat penting untuk Bapak, Bapak tidak akan menikahkan Rania dan Aksara begitu saja.

Anehnya, menjelang hari pernikahan Bapak tampak semakin segar, Bapak di penuhi dengan senyuman, Bapak bahkan minta berjemur setiap pagi, dan berjalan jalan sebentar di sekitaran rumah.

Yang paling tidak biasa adalah Bapak meminta tidur dengan Aksara dua hari ini, Aksara menurutinya tanpa berkomentar apapun,

itu karena Aksara pun merasa bersalah karena sudah meninggalkan Bapak cukup lama.

Namun aksara tidak benar benar meninggalkan tanggung jawabnya, ia tetap mengirimi Bapak tiap bulannya, bahkan cemilan cemilan kesukaan Bapak, hanya saja ia menitipkan semuanya pada om Surya.

Rania sedang sibuk di dapur, ia ingin membuat kan pisang goreng hangat untuk di hidangkan, tapi susana berubah kikuk ketika Aksara tiba tiba masuk ke dapur.

Melihat Rania yang bersikap tegang dan takut setiap melihatnya, Aksara jadi kesal.

Menyentuh saja tidak tapi takutnya seperti itu, gerutu Aksara dalam hati.

"aku lupa bilang, pacarmu kemarin kesini" suara Aksara datar sambil membuka lemari es.

" maaf Mas, dia bukan pacarku.." jawab Rani memberanikan diri.

" Wah.. kau pikir aku perduli meski kau bilang tidak?, iya pun tidak masalah bagiku, teruskan saja.. asal tidak di depan mataku dan jangan sampai Bapak tau. Aku tidak bisa memaksakan ke hendak ku karena pernikahan ini pastinya sulit untukmu.

Ku dengar juga banyak yang menginginkanmu, jadi mari kita menikah namun tidak saling menganggu.

Tujuan kita sama, membahagiakan Bapak.

Aku yang lebih banyak berdosa terhadap Bapak jadi aku tidak mungkin menentang keinginan keinginan Bapak untuk sekarang.

Jadi kau sebagai orang asing yang tiba tiba masuk kesini dan menjadi adikku, harus mengerti ketika sikapku padamu menjadi lunak saat kita di hadapan Bapak.

Dan juga.. tenanglah,aku tidak akan memakan mu.

Risih sekali melihatmu selalu ketakutan ketika di dekatku, padahal aku tidak pernah menganggu mu."

Suara Aksara tenang namun tegas, setelah mendapatkan sebotol susu kedelai dari dalam lemari es, ia segera berjalan keluar dari dapur meninggalkan Rani yang diam terpaku.

Rasanya seperti ada gemuruh di dada Rani, bisa bisa nya kakak yang dulu amat di bangga banggakannya itu bersikap seperti itu sekarang.

Bahkan setelah 10 tahun ia masih seperti itu.

Rania masih ingat dengan jelas Aksara pernah menjadi kakak yang manis, yang selalu memperhatikannya.

Tapi entah kenapa suatu hari ia mendadak berubah menjadi dingin dan sinis.

Ia membuat tembok yang tinggi dan berduri sehingga Rania tidak berani untuk mendekat lagi padanya.

Aksara mengendarai mobil dengan tenang sambil melihat google map, setelah berkendara sekitar 1 jam ia menemukan tempat yang di tuju.

Sebuah Resort yang terletak di sebuah perbukitan, pemandangan nya lumayan mencengangkan.

Mungkin di karenakan sudah lama tidak pulang Aksara jadi lupa arah arah jalan.

" Ya ampun?! kenapa lama sekali?!" tante Irma sedikit mengomeli Aksara.

" fotografernya sudah menunggumu, kau ini seperti orang yang di paksa menikah saja?!" tantenya terus mengomel sambil menarik tangan Aksara.

" Memang iyakan" jawab Aksara,

" astaga.. anak ini! cepat ganti bajumu?!"

Mendengar omelan tantenya itu Aksara segera berjalan pergi dan menganti bajunya.

Hari ini calon pengantin akan foto Prewedding, tante Irma yang buru buru menyiapkan nya karena besok Aksara sudah kembali ke tempat kerjanya.

Dan Aksara baru akan kembali lagi sehari sebelum pernikahan.

beberapa menit kemudian Aksara sudah siap dengan setelan jasnya yang berwarna navy.

Aksara mau foto Prewedding asal tidak memakai setelan yang berwarna mencolok, jadi dia hanya memilih warna hitam, navy dan putih.

Semuanya sudah siap, namun Aksara tidak menemukan Rania, matanya spontan mencari, dan pandangan mata itu terhenti di bawah pohon besar di sebelah patung yang menyerupai arca seorang dewi.

Rania yang tampak sudah siap sejak tadi, ia menggunakan kebaya berwarna navy pula.

Potongan kebaya itu memperlihatkan bahu Rani yang mungil.

Deg.. ada yang tidak beres dengan detak jantung Aksara, ia berdetak sedikit lebih cepat melihat betapa cantik dan mungilnya Rania.

" astaga.. mungkin jantungku sedang rusak.." keluh Aksara dalam hati.

" Ayo mulai yuk...?! pengantin nya mana ini??!" suara si Fotografer memanggil.

Aksara dan Rania akhirnya berjalan mendekat.

Rania terus menunduk, ia tidak berani memandang Aksara sama sekali.

" Sekarang coba berpelukan dan saling memandang ya..?" kata si Fotografer pada keduanya, meski kikuk akhirnya keduanya berpelukan juga.

" Dekatkan bibirnya.. 5 senti an lah.. !" pinta si Fotografer.

" Kenapa tidak sekalian menyuruh kami ciuman saja?!" kata Aksara kesal, dengan wajah bersemu merah.

" ya nggak apa kalau mau temanya lebih romantis.. boleh boleh saja kalau mau ciuman.." jawab si Fotografer serius.

" Eh.. gila.. " gerutu Aksara,

" sudah le! jangan rewel?!" tegas tante Irma tak jauh dari situ.

" ah, terserah kalian " gerutu Aksara.

baju kedua dan ketiga lebih bertema Jawa, Aksara memakai Beskap berwarna hitam di lengkapi Blangkon dan Keris, lalu Rania memakai kebaya kutu baru yang berwarna hitam pula, lengkap dengan sanggul besar dan mawar merah yang menghiasi rambut Rania.

Keduanya tampak sungguh luar biasa, mereka berfoto di ruangan Gamelan yang memang sudah di siapkan.

Keduanya tampak begitu serasi di mata orang lain, Aksara yang tinggi dan berwajah maskulin,

sedangkan Rania yang bertubuh mungil dan berwajah kalem.

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, akhirnya semua pemotretan selesai.

" Le, ajak Rani bareng pulang, soalnya tante mau sekalian ke tempat perias pengantinnya." kata tante Irma nya.

" Ah tante ini, aku kan juga ada perlu?" Aksara lagi lagi menggerutu.

" perlu apa, jangan alasan saja! sudah bawa Rani pulang sana!" tegas tantenya.

Aksara diam tak menjawab, ia berjalan ke arah mobil di ikuti Rania di belakangnya.

Aksara memasuki mobil, Rani juga mengikuti naik dan duduk di mobil.

" Aku bukan sopir mu, pindah ke depan." tegas Aksara kesal melihat Rania yang terus terusan ketakutan dan menjaga jarak dengannya tanpa alasan yang jelas.

Rania tidak berkomentar mendengar kata kata Aksara yang ketus itu, ia hanya menghela nafas dalam lalu berpindah ke kursi depan.

Sesuai dengan apa yang di katakan Aksara, ia memang ada keperluan setelah pemotretan.

Ia punya janji dengan kawan seangkatannya,

" Turunlah" kata Aksara setelah sampai di tempat.

" kau belum makan juga kan, ayo sudah turun" nada Aksara datar.

Rania turun mengikuti perintah Aksara, begitu mereka masuk Aksara langsung disambut oleh beberapa teman nya,

" Wah, ini istrimu?" tanya seorang teman Aksara yang dulu akrab sekali sewaktu pendidikan.

"Bukan, dia adikku.." jawab Aksara cepat.

Mendengar itu beberapa temannya berpandangan.

" tadi aku ada acara keluarga, kebetulan dia ikut mobilku, ya sudah sekalian ku ajak" Aksara menjelaskan.

" Oh.. kenalan dulu.." seorang teman Aksara mengajak Rania bersalaman.

Rania yang bingung langsung melirik Aksara.

" Jangan genit, adikku tidak menerima playboy lanjut usia " Aksara menarik tangan temannya itu agar tidak bersalaman dengan Rania.

" Sialan.." celetuk temannya sedikit kecewa.

" ya sudah ayo cepat pesan makanan,aku nggak bisa lama soalnya.. Bapakku kurang sehat.." kata Aksara kemudian membuka buka buku menu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!