Lima tahun menjalani biduk rumah tangga tidak membuat Kevin semakin sayang kepada istri dan anaknya, ia malah menceraikan istrinya karna di rasa sudah tidak menarik lagi.
Selain badannya yang semakin gendut, rambut yang sengaja di ikat asal, serta wajah yang mulai kusam, dan satu lagi model baju yang di pakai hanya itu-itu saja.
Berbeda sekali dengan teman sekantornya Monica Damenia, ia adalah gadis cantik, berbadan molek, serta selalu berpenampilan menarik. Kevin menyukai wanita tersebut dan anehnya Monica mau menjadi teman selingkuhan Kevin, yang semua orang tau kalau dia sudah mempunyai anak dan istri.
"Vin lo yakin mau cerai sama istri lo yang cantik itu?." Tanya Yuda teman sekantornya.
"Yakinlah bro, Tasya sudah tidak ada cantik-cantiknya lagi di mata gue. Coba deh lo dateng ke rumah, lihat dandanan Tasya yang kecel, kumel, dan pastinya suka sekali memakai daster jeleknya itu. Bosen gue lihatnya." Kevin tak henti-hentinya menjelek-jelekkan istrinya.
"Wah parah lo Vin, masa istri sendiri di katain. Dosa loh, inget karma ntar nyesel baru tau rasa." Yuda mengingatkan agar Kevin tidak keterlaluan ngomong jelek tentang istrinya.
"Ahh, makin ngaco lo kalau ngomong. Balik kerja sono, nanti atasan marahin kita karna deadlinenya belum kelar."
Kevin dan Yuda kembali bekerja, tapi lagi-lagi Monica berusaha menggoda Kevin. Kevin yang mengetahui kalau Monica mondar mandir di depan ruangannya segera menghampirinya.
"Kamu kenapa Mon?." Tanya Kevin sambil menarik lengan Monic supaya dia ikut masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Vin, ibuku minta kita harus cepat-cepat menikah. Karena kalau tidak harta warisannya gak akan jatuh ke tangan gue." Monica panik karna ibunya memaksanya menikah dan sebelum ajalnya menjemputnya.
"Tapi gue masih punya Tasya, gimana?." Kevin mencoba memikirkan sesuatu agar ia mempunyai alasan untuk bisa menceraikan istrinya.
"Bilang aja kalau lo udah gak cinta ma dia." Monic memberi masukan.
"Kamu bener juga ya, ya sudah nanti malam gue bilang sama dia." Kevin tertawa smirk dengan di saksikan oleh selingkuhannya.
Malam menjelang, Kevin pulang sesudah mengantar Monic pulang ke rumahnya. Sebelum itu dia juga sudah makan malam bersama, ia tidak mau memakan makanan yang di buat istrinya. Bagi Kevin, Tasya sudah tidak ada menarik-menariknya di matanya. Mata batinnya sudah tertutup oleh kecantikan wanita lain yang bukan muhrimnya.
Kevin membuka pintu rumahnya perlahan, ia begitu marah karena keadaan rumah yang berantakan serta penampilan istrinya yang di rasa kurang menarik. Ya lagi-lagi Tasya memakai baju dasternya yang mulai kucel, terdapat sobekan di sana-sini.
"Tas lama-lama kamu makin gak mengurus penampilan kamu ya?." Kevin melemparkan jasnya tepat di muka Tasya.
"Maaf Bang, aku gak sempat jaga penampilan si kembar rewel sekali akhir-akhir ini." Tasya mencoba memberi pengertian kepada suaminya.
"Alasan kamu, makin lama aku makin gak ngerti sama kamu!." Suara Kevin membumbung tinggi, sampai si bungsu terjaga dari tidurnya dan mulai menangis.
"Bang, aku gak alasan. Tapi coba kamu di rumah sehari saja dan jadi aku yang tiap hari harus menjaga si kembar, lalu mengurus rumah dan mengurus kamu." Tasya tak kalah tinggi berkata, ia marah karena setiap hari suaminya itu selalu protes dengan keadaannya.
"Sudahlah mending kita cerai, agar kita tidak saling menyakiti."
"Apa Bang, cerai??." Tasya membelalakkan matanya lalu menangis dalam diam, sambil terus menenangkan anaknya dalam dekapannya.
"Ya, aku sudah tidak mencintaimu lagi, lagi pula aku sudah mempunyai calon ibu baru untuk kedua anakku."
"Jadi kau ingin menikah lagi lalu menceraikanku terlebih dahulu Bang?, bagus sekali kelakuanmu."
"Besok aku urus suratnya, dan jangan temui anak-anak kita lagi. Karna mulai besok Monic yang akan mengasuh si kembar." Setelah mengutarakan kekesalannya, Kevin sengaja datang ke rumah Monic. Ia ingin menghindari pertengkaran antara dirinya dan istrinya.
Sungguh pilu hati Tasya, ia mencium kedua belahan jiwanya. Bahkan tetesan air matanya jatuh begitu saja tanpa bisa ia bendung.
Ia menyesali keadaannya, kenapa bisa suami yang ia cintai bisa berpindah ke lain hati. Apa salahku? apa juga dosaku di masa lalu yang tidak bisa Tuhan maafkan, sehingga ia di beri hukuman yang kejam dari-Nya.
Malam semakin larut tapi raung kesedihan tidak bisa di hapuskan, air matanya terus menetes. Seakan tau kepedihan dan kegalauan hatinya, bahkan si kembar kembali merengek saat Tasya mencoba tegar. Ia tak tega kalau harus berpisah dengan belahan jiwanya, bagaimana nasib kedua anaknya kalau mereka di asuh oleh ibu tirinya.
...🌷🌷🌷🌷🌷...
Malam telah berubah menjadi pagi, Tasya terbangun karena suara adzan berkumandang. Matanya bengkak karena semalaman menangis, ia bangun untuk menyiapkan makanan untuk suaminya. Tapi saat ia mengecek kamarnya suaminya tidak berada di sana, ia semakin yakin kalau suaminya itu memang benar-benar akan menceraikannya.
Sebelum anak-anaknya bangun ia mulai mengerjakan pekerjaan rumah, tak lupa memasak sarapan untuk suaminya. Setelah itu ia bersiap untuk pergi ke rumah mamanya, ia ingin mencurahkan perasaannya kepada mamanya.
Tasya adalah anak tunggal di keluarganya, papanya baru saja meninggal beberapa tahun yang lalu. Papanya sakit karena memikirkan nasib anaknya, menurut papanya Kevin bukanlah suami yang baik untuknya. Tapi tasya tetep kekeh untuk menikah bersama Kevin, akibat keegoisannya membuat papa yang sangat ia cintai meninggal dunia.
Tasya tiba di rumah mamanya dengan mendorong troli si kembar, asisten rumah tangga mamanya yang mengetahui kedatangan Tasya langsung membantunya untuk masuk ke dalam rumah mamanya.
"Nonya ada Nona Tasya datang." Bi Ani berteriak memanggil majikannya.
Mama Rita segera berlari mendengar teriakan asistennya, ia menghampiri Tasya yang baru saja tiba.
"Mama," sapa Tasya mencium telapak tangan mamanya.
"Kamu sehat Nak?." Tanya Rita sambil meperhatikan penampilan Tasya.
"Loh Tas kamu kenapa, mana suamimu kenapa datang sendiri. Lalu kenapa mata kamu sembab begini, apa yang terjadi ayo ceritakan sama Mama?." Rita mengajak anaknya untuk duduk dan tak lupa agar Bi Ani membawa si kembar pergi ke kamar Tasya.
"Ma, maafkan Tasya. Ternyata benar apa kata papa dulu, kalau ternyata Kevin bukanlah lelaki yang baik untuk Tasya dan anak-anak." Tasya duduk di bawah kaki mamanya sambil menangis.
"Maksut kamu apa Nak, apa Kevin menyakiti kalian?." Rita membawa Tasya dalam pekukannya.
"Kevin mengancam akan menceraikanku, dia bilang aku jelek dan penampilanku kucel Ma. Dan dia sudah punya wanita lain untuk segera ia nikahi secepatnya." Mendengar penuturan Tasya, hati Rita merasa terkoyak. Kepercayaan yang ia taruh agar bisa menjaga anaknya ternoda dengan pengakuan Tasya.
"Jangan sedih Nak, jadikan perceraian ini ladang pahal bagimu. Rubah penampilanmu agar suamimu merasa menyesal karena sudah menceraikan istri sebaik kamu." Tasya mendengar nasehat Mamanya dengan sungguh-sungguh ia bertekat akan merubah penampilannya setelah bercerai nanti.
"Baiklah Ma, trimakasih nasehatnya." Setelah menceritakan semua keluh kesahnya, membuat hati Tasya merasa jauh lebih baik. Memang benar kata orang, punya orang tua di rumah lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Mereka bisa menasehati kita di kala kita sedang di rundung masalah.
🌴
🌴
🌴
🌴
🌴
**Assalamualaikum, ini novel ketiga yang aku bikin.
Semoga kalian semua suka, jangan lupa tinggalin jejaknya selalu ya.
Follow juga FBku Lintang Author
Trimakasih, Wassalam...
Salam sayang untuk pembaca setiaku.💗💗💗**
Dan benar saja, sehari tak bertemu dengan suaminya membuatnya sedikit ketakutan. Tasya terlihat mondar-mandir di depan pintu, nampak sebuah mobil sedan hitam masuk ke dalam pekarangan rumahnya.
'Mobil siapa ya, kenapa masuk ke pekarangan rumahku?.' gumamnya dalam hati.
Tasya segera membuka pintunya karena penasaran siapa yang datang, hampir larut malam. Tasya begitu terkejut saat yang baru turun dari mobil sedan mewah itu ternyata suaminya.
"Loh Abang rupanya, mobil siapa ini Bang?." Tanya Tasya sambil menghampiri suaminya.
"Jangan dekat-dekat mobil ini, mobil ini mahal nanti kegores dengan kulit tanganmu yang kasar itu." Kevin beralih ke pintu sebelah untuk membukakan pintu untuk Monica.
Tasya memperhatikan gerak-gerik suaminya, sambil menahan tangisnya.
Monica turun dengan terus menggandeng tangan Kevin, dan berjalan dengan begitu angkuhnya.
"Jadi ini rumah kamu Mas?." Tanya Monic sambil terus memandangi keadaan rumah Kevin yang sangat sederhana.
"Iya, ini juga warisan dari keluarga si Tasya kok Mon." Kevin mengajak Monica masuk ke dalam rumahnya sambil terus menggandeng tangannya, ia sama sekali tidak memperhatikan keadaan istrinya yang begitu terluka.
"Owh ini ternyata istri kamu?, pantesan Kevin ninggalin kamu ternyata kamu terlalu sederhana ya. Gak level dan gak pantes dengan Kevin yang seorang Manager di tempat kami bekerja."
"Siapa wanita ini Bang?."
"Ini adalah Monica calon istriku, sebaiknya cepat tanda tangani surat cerai ini. Karena malam ini juga aku akan pergi dari rumah ini." Kevin menyodorkan sebuah amplop coklat lengkap dengan sebuah pulpennya.
Tangis Tasya sudah tak terbendung lagi, ia sudah mengantisipasi tentang kejadian ini. Ia harus ikhlas dan tabah, ia memang tidak memperjuangkan pernikahannya karna ia tau Kevin bukanlah lelaki yang baik baginya dan anak-anaknya.
Kemarin lusa Yuda teman kantor Kevin sengaja datang ke rumah Tasya, ia menceritakan tentang kejelekan Kevin selama di kantor. Ia juga menceritakan Kevin yang suka menjelek-jelekkan dirinya serta suka membandingkan dirinya dengan wanita yang bernama Monica.
Tasya segera menandatangani surat itu tanpa berkomentar apa pun, tentu saja itu membuat Kevin dan Monica bahagia.
"Ternyata permintaan cerai kamu cepat sekali di setujui istrimu Mas?."
"Bagus dong, jadi aku gak capek-capek memaksa dia untuk menandatangani surat ini."
"Berbahagialah Bang, suatu saat kamu akan menyesali perbuatanmu yang sudah menceraikanku saat ini."
"Oiya Mas, aku gak mau ya kalau aku harus merawat anak kamu." ujar Monica dengan angkuhnya.
"Tenang saja Mbak, saya juga tidak sudi kalau anak-anak saya harus di asuh orang yang tidak punya moral seperti kalian." Tasya yang sudah cukup muak dengan Kevin dan Monic akhirnya mengusir mereka berdua, ia tidak mau lagi berurusan dengan lelaki yang suka selingkuh dan tega meninggalkan istrinya demi wanita lain yang jauh lebih cantik darinya.
Monica yang tersinggung dengan ucapan Tasya berusaha untuk menamparnya, tapi hal itu masih bisa di tangkis oleh Tasya.
"Jauhkan tangan anda, dari tubuh saya. Tubuh ini najis di sentuh oleh kalian berdua, cepat pergi dari sini, saya sudah tidak membutuhkan kalian di sini." Tasya mendorong kedua tubuh mereka, dan segera mengunci rapat pintu rumahnya.
Tangis Tasya pecah, ia masih tidak percaya suaminya benar-benar menceraikannya di pernikahan yang baru seumur jagung.
Sambil menangis ia mengingat sesuatu yang ia simpan bertahun-tahun, ia mencari barang tersebut dan berharap barang itu tidak di ketemukan oleh suaminya.
Dan benar saja barang itu masih ada di tempat yang sangat rahasia, beruntung sekali ia adalah perempuan yang sangat sederhana. Bahkan dari hasil jualan online yang tidak di ketahui suaminya itu ia sisihkan untuk di tabung.
Di bukanya tas itu lalu merogoh barang yang ada di dalamnya, ia mengeluarkan beberapa uang ratusan dan lima puluhan. Lalu ada beberapa perhiasan sebagian adalah perhiasannya dulu sewaktu masih muda.
Iya menyimpan semua perhiasan itu ke dalam kantong kecil untuk di jualnya esok hari, ia mencoba tegar demi kedua anaknya dan mulai mengemas semua baju dan barang berharga miliknya. Ia ingin pergi ke luar kota untuk menata hidupnya bersama orang yang ia sayangi, siapa lagi kalau bukan mamanya.
...🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱...
Pagi menjelang ketika hari masih agak gelap, bahkan di luar sana masih turun embun yang begitu tebal. Maklum ia hidup di sebuah kampung, dan suaminya hanya Meneger di sebuah kantor swasta yang besar di daerah sana.
Keinginannya untuk meninggalkan kota sudah bulat, sesudah bersiap ia memesan taxi on line untuk pergi ke rumah mamanya. Dengan gerak cepat ia sudah menjual semua perhiasannya saat di perjalan ke rumah mama.
Sesampainya di rumah, ia meminta mamanya untuk segera mengemas pakaiannya dan ikut serta dengannya pergi ke luar kota. Bahkan asisten rumah tangganya saja tidak di beri tahu mereka akan pergi ke mana.
Mamanya hanya bisa mengikuti kemauan anaknya, agar ia bisa pergi jauh meninggalkan mantan suaminya dan agar tidak di ganggu lagi oleh mereka.
Setelah siap dengan persiapannya mereka berangkat ke Jogja, di sana Tasya menyewa sebuah rumah kecil untuk tempat tinggal sementara. Perjalanan yang cukup melelahkan membuat kedua anaknya sedikit rewel.
Bertepatan dengan sampainya Tasya di Jogja, saat itu juga Kevin datang ke rumahnya. Ia berniat untuk mengambil anaknya untuk di asuhnya bersama Monica. Tapi sayang orang yang di carinya sudah tidak ada di rumah, bahkan ada seseorang tetangga yang menyampaikan kalau rumah itu sedang dalam pantauan bank dan akan segera di sita karena sebuah hutang.
Tentu saja itu membuat Kevin bingung, ia merasa bahwa istrinya dalam keadaan biasa-biasa saja. Bahkan masalah uang sekalipun, ia tidak pernah meminta kepada suaminya. Lalu untuk apa uang itu?
"Bagaimana Mas, apakah Tasya ada di dalam?." Tanya Monic saat baru turun dari mobilnya.
"Tasya gak ada di rumah, kata tetangga Tasya mempunyai banyak hutang dan pergi entah kemana."
"Mungkin dia pergi ke rumah orang tuanya Mas." Ujar Monic kembali.
"Ya mungkin saja, bagaimana kalau kita sekarang ke sana." Kevin menggandeng tangan Monica dan bersiap pergi dari rumah Tasya.
"Maaf Mas Kevin, wanita ini siapa ya. Kok saya gak pernah liat?." tanya wanita tersebut.
"Saya calon istri barunya!." Jawabnya dengan sinis.
"Wah Mas, kamu tega sekali ya. Pantesan Mbak Tasya pergi dari rumah, dasar lelaki mata kranjang gak kasian apa sama anak istri. Padahal Mbak Tasya itu orangnya baik, walaupun punya dua anak kecil tapi dia pintar cari uang."
"Maksut kamu apa, Tasya kerja?." Tanya Kevin penasaran.
"Bahkan suaminya saja gak tau, Mbak Tasya itu jualan on line kue dan masakan. Semua masakannya enak-enak lo Mas."
Mendengar itu Kevin merasa dirinya bodoh, kenapa menikah selama lima tahun ini ia tidak tau kalau istrinya suka jualan on line. Sesibuk itukah dirinya sampai tidak tau keadaan istri dan anaknya.
Tasya memasuki rumah kontrakannya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dinding putih bersih dengan beberapa lukisan pemandangan yang begitu cantik, ia meletakkan beberapa koper di ruang tamu. Sambil menggendong tubuh Alexi yang tertidur di dalam pangkuannya tadi.
Sambil masih menggendong putri bungsunya, ia masuk ke ruang tengah. Di sana terdapat telivisi dan sebuah sofa yang menghadap lurus ke sebuah balkon, taman mini dengan sebuah kolam berisi ikan-ikan cantik berwarna-warni.
Langkahnya kembali berayun ke area dapur, semua perabot rumah tangga lengkap dengan kompor tanamnya. Ia membuka kulkas dua pintu yang berada di dekat ia berdiri, isinya kosong tanpa ada satu makanan di sana.
"Tasya, di tidurkan di mana anak-anak?," tanya mamanya yang kerepotan menggendong si kakak Alexa.
"Sebentar Ma," Tasya langsung menghampiri mamanya di ruang tamu.
Tasya masuk di kamar yang dekat dengan taman mininya, kamar bernuansa modern dengan cat berwarna biru muda. Tasya meletakkan tubuh kecil itu di atas kasur, di susul oleh mamanya yang juga menidurkan Alexa.
"Kamar ini bagus untuk anak-anak Tas, udaranya seger dekat taman dan kolam ikan. Kalau mereka bangun pasti suka deh."
"Iya Ma kebetulan sekali ya, kita dapat kontrakan rumah seperti ini."
"Oiya bagaimana caranya kamu bisa secepat ini, mendapatkan rumah sewa sebagus dan selengkap ini?."
"Kebetulan ini rumah sahabatku Rica Ma, rumah ini di sewakan karna dia ikut suaminya pindah ke Jakarta. Dan kemarin aku dapat kuncinya langsung dari dia, kebetulan kemarin kami ketemuan."
"Kamu beruntung ada sahabat yang mau membantu kita Nak, dari rumah ini kamu harus bisa berubah dan bekerja lebih baik lagi untuk menafkahi kedua anak kamu. Mama akan bantu kamu mengurus anak-anak."
"Trimakasih Ma, Mama selalu ada buatku." Tasya dan Mamanya saling berpelukan dan saling menguatkan satu sama lain.
...••••••••••••••••••••••...
Sementara itu Kevin dan Monica sudah berada di depan rumah mama mertuanya, ia sedang memperhatikan keadaan rumah itu dari dalam mobil yang ia tumpangi.
"Kamu sedang apa Mas, kenapa gak langsung masuk aja sih?!." gerutu Monic yang menganggap Kevin begitu lelet dalam melakukan sesuatu.
"Kenapa rumah mama sepi begitu ya, biasanya mama suka berada di teras membaca buku atau merapikan tanamannya." Akhirnya Kevin turun dari mobil karena merasa ada yang aneh dengan rumah itu.
Kevin mengetuk pintu itu berkali-kali bahkan ia sengaja mengelilingi rumah itu, siapa tau asisten rumah tangganya tidak mendengar suara ketukan pintu di depan. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda orang yang berada di dalam sana.
"Ada Mas?." Tanya Monic yang ikut turun dari mobilnya.
"Gak ada orang Mon, kapan mereka semua pergi dan pergi kemana?. Apa aku harus lapor polisi saja ya,karena Tasya sudah membawa pergi anak-anakku." Kevin meraih ponsel di kantong sakunya.
"Apa yang kamu lakukan, biarkan saja istrimu membawa anaknya. Toh aku juga gak mau urus anak-anakmu itu, biarkan dia sama ibunya." Monica merebut ponsel Kevin dan menyembunyikannya di belakang tubunya, agar tidak bisa di ambil olehnya.
Kevin begitu saja menurut semua ucapan Monica, baginya ucapan Monic kali ini ada benarnya. Karena anaknya masih balita dan masih butuh ibunya, untuk kelangsungan pertumbuhan dan kesehatannya.
Dengan perasaan kecewa Kevin dan Monic akhirnya pergi dari tersebut, dan pergi ke rumah Monic untuk merencakan sebuah pernikahan luar biasa mereka.
Alexa terbangun saat mendengar gemercik air di sebarang kamarnya, ia menangis minta di bawa ke arah sumber suara.
Tasya yang tidak berada di rumah karna pergi berbelanja tidak tahu kalau anaknya memanggil-manggil dirinya, Bahkan mamanya juga sedang tertidur karena kelelahan baru saja menempuh perjalanan jauh.
Alexa yang sudah bisa berjalan, akhirnya menjatuhkan dirinya dari ranjang.
Brukkkk....
Suara itu begitu nyaring, membuat Rita berlari ke dalam kamar si kembar.
"Sayang kamu jatuh?," Rita langsung membawanya dalam gendongan, tapi bukannya menangis Alexa malah tertawa terbahak-bahak.
"Loh kok malah ketawain Oma sih?."
"Oma, Tatak datuh. Bukk!!." Ujarnya sambil terbata-bata.
"Oh, Kakak terjatuh?. Aduh Kakak pinter banget mau bangun sendiri rupanya." Rita mencubit pipi gembul cucunya yang lucu.
Tak lama Tasya datang dengan kedua tangan penuh dengan belanjaan, sang mama berusaha membantu Tasya meletakkan barang belanjaan Tasya di dapur.
"Kakak sudah bangun Nak?." Tasya mengambil Alexa dalam gendongan mamanya.
"Iya Tas, mungkin dia lapar. Mama akan siapkan makanan untuk si kembar dan makan malam ya."
"Iya Ma."
"Kakak laper Nak, mau minum susu?." Tasya menyodorkan botol susu kepada anaknya.
Mata Alexa berbinar karena melihat, tanaman hijau serta terdengar gemercik air yang begitu menyejukkan suasana rumah.
Ia turun dari gendongan mamanya dan berlari ke arah sumber suara.
"Jangan lari-lari Nak, nanti jatuh."
"Aaaaa..... ada ikan, ada ikan." Alexa menjerit riang sambil mengobok-ngobok air yang berada di dalam kolam.
"Jangan di pegang airnya nanti Lexa jatuh." Bagaikan anak dewasa yang mengerti ucapan orang dewasa, Lexa begitu menurut apa perkataan mamanya.
Kini giliran adek yang bangun, Lexi tak kalah pintar dari kakaknya. Ia bangun tidur sambil memanggil-manggil nama mamanya.
"Mama...."
Tasya berlari menghampiri anaknya, dan menaruhnya duduk di kursi taman begitu juga dengan Lexa.
Mereka berempat saling berpelukan dan bercanda, sambil menikmati makanan yang baru saja selesai mamanya buat.
Masih sambil menikmati secangkir teh, Tasya dan mamanya bercakap-cakap. Tasya berencana akan kembali melanjutkan kuliahnya yang dulu pernah terhenti, selain itu dia juga akan mencari sebuah pekerjaan yang bisa di sambi dengan kuliah.
Ia berniat akan merubah penampilannya, dengan diet ketat, selalu berdandan dan menghilangkan kebiasaan suka memakai daster di segala tempat. Bahkan ia akan mencari pekerjaan yang jauh lebih bagus dari pekerjaan mantan suaminya dulu. Ia ingin menunjukkan kalau dia bisa menjadi singel Mom yang sukses, cantik, serta kuat menjalani kehidupannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!