Uncle Rei (S1 tamat, ongoing S2)
Suatu Pagi
Terdengar denting sendok yang bertaut dengan piring.
James
[memandang ke arah Luna]
Luna
[memandang ke arah James]
James
Kamu ingat Om Rei? Adik Papa dari Oma Karin di Indonesia?
Luna
[menggelengkan kepala]
James
Om Rei akan tinggal di sini.
James
Papa membutuhkan seorang dokter bedah di rumah sakit dan kebetulan Om Rei adalah seorang dokter bedah.
Luna
Kapan Om Rei datang, Pa?
James
Dia akan menempati kamar di sebelah kamar kamu nanti.
kembali melanjutkan sarapan
James
Kamu mau bareng Papa ke kampusnya?
James
Kalau begitu Papa duluan, ya?
James
[menghampiri Luna dan mencium kening Luna]
James
Bilang sama Lily, jangan ngebut-ngebut.
Luna
Siap Papaku yang ganteng.
Terdengar suara klakson dari arah luar rumah.
Terlihat sebuah mobil kuning sudah terparkir di depan lobi rumah Luna.
Kaca jendela pengemudi terbuka.
Luna
Sudah! [berjalan dengan cepat menghampiri mobil dan masuk]
Lily
[melihat ke arah dalam rumah]
Luna
Woi! Bokap aku itu emang single tapi lagi ga cari istri!
Lily
[mulai menjalankan mobilnya]
Lily
Ya namanya juga usaha. Sekarang ga nyari, siapa tahu nanti nyari, kan?
Luna
Kamu kira aku mau punya nyokap tiri gila kaya kamu?
Luna
Nyokap aku bisa bangun lagi dari kubur tau!
Lily
Anjrit! Serem banget sih kata-kata kamu!
Luna
Eh, Ly. Bokap tadi bilang kalau adiknya bakalan tinggal di sini.
Lily
Hah? Adik bokap lo? Ganteng dong?
Luna
[menoyor kepala Lily]
Lily
Lah salah aku apa? Bokap kamu ganteng, adiknya ya ga beda jauh lah.
Luna
Kan opa aku merit lagi sama orang Indonesia dan waktu itu da punya satu anak kecil.
Luna
Aku sendiri lupa siy, pernah sekali ketemu waktu aku kecil.
Luna
Besok pagi kata bokap.
Lily
Kenalin, ya? Kalau bokap kamu ga mau sama aku, adiknya juga boleh lah.
Lily
Kamu lebih gila. Mau temenan sama orang gila.
Luna
[melihat ke arah luar jendela]
Luna merasa ada sesuatu yang aneh ketika ia mengingat nama Rei.
Luna tidak bisa mengingat wajahnya ataupun pertemuannya dulu dengan Rei dulu.
Luna hanya tahu kalau sebelum Opanya menikah dengan Ibu Rei, mereka sempat bertemu, tetapi ingatan itu begitu kabur hampir tidak ada.
Rei, Sang Gunung Es
Luna bangun dan lupa kalau hari ini Rei akan datang.
Luna keluar dari kamarnya dengan santai, masih memakai piyamanya dengan rambut berantakan seperti biasa.
Luna
[menuruni tangga sambil mengusap-usap matanya]
Luna
[melangkah melewati ruang keluarga]
Langkah Luna terhenti ketika ia menyadari ada seseorang sedang duduk di sofa ruang keluarganya.
Luna menoleh perlahan. Lalu teringat kata-kata ayahnya kemarin pagi.
Luna langsung merapikan rambutnya. Melihat ke arah pria yang sedang duduk dan tampak tidak memedulikan kehadirannya.
Luna
Mumpung dia belum melihatku, sebaiknya aku kembali ke kamar. [dalam hati]
Luna
[melangkah dengan cepat kembali ke atas]
James
Loh, Luna? Kok naik lagi?
Ketika sedang berada di tangga Luna bertemu dengan ayahnya.
James
Om Rei sudah datang. Ada di ruang keluarga.
Luna
Iya, Pa. Luna mandi dulu ya. [mencium James dan langsung berlari ke kamarnya]
James
[menggelengkan kepala]
Luna
[menatap ke arah cermin]
Luna
Astaga! Bisa-bisanya aku keluar kamar dengan penampilan seperti ini!
Luna
Kira-kira om Rei melihatku tidak, ya?
Luna
Aarrgghh!! Memalukan!
Luna pun segera masuk ke dalam kamar mandi.
Luna keluar dari kamarnya dengan keadaan rapi, cantik dan wangi.
Ayahnya dan om Rei ternyata sudah duduk di ruang makan sambil menikmati sarapan pagi mereka.
Luna menghampiri ayahnya dan mencium pipi James.
Luna
[menoleh ke arah Rei] Pagi Om Rei.
Luna
My God! om Rei kok keren banget ya. Aku pikir om-om tua gitu. [dalam hati.]
Rei
[melirik ke arah Luna] Pagi.
Rei
[melanjutkan sarapannya]
James
[tertawa.] Kamu masih saja dingin ke siapa pun Rei.
James
Padahal dulu kalian kan pernah bertemu dan bahkan sempat bermain bersama.
Luna
Kok Luna tidak ingat?
James
Sudah. Yuk kita berangkat, Lun.
James
Rei, kami berangkat, ya.
James
Usahakan asisten rumah tanggaku tidak kabur ketakutan karena ulahmu, ya?
Luna
Om, Luna pergi dulu, ya?
Luna
Ckckck. Berasa di kutub. [dalam hati]
Luna
Pa memang dulu aku sama om Rei akrab, ya?
James
[menoleh] Dulu, waktu keluarga Papa dan keluarga om Rei pertama bertemu, kamu itu selalu menguntiti om Rei.
James
Keluarga om Rei juga kaget karena om Rei itu sangat pendiam. Biasanya anak kecil tidak mau mendekati dia.
Luna
Kok Aku tidak ingat, ya?
James
Mungkin kamu terlalu kecil waktu itu.
James
Tapi kata oma, kamu itu satu-satunya yang bisa membuat om Rei tertawa lepas.
Sekeras apa pun Luna mencoba mengingat, tidak ada bayangan Rei hadir dalam ingatannya.
Luna
Tapi om Rei ternyata ganteng juga ya, Pa
Luna
Dan tidak setua Papa. [tertawa]
James
Hei. Kamu jangan sampe naksir om Rei, ya?
James
Ingat dia itu om kamu loh!
Luna
Iyaaa Papa. Mana mungkin aku bisa naksir gunung es kaya begitu.
Luna
Bisa mati berdiri aku, Pa.
Mereka pun tertawa bersama.
Luna
[mengambil ponsel dan menghubungi Lily]
Lily
Gue itu libur, Luna. Apaan sih pagi-pagi ganggu.
Lily
[langsung bangun dan duduk di tempat tidur]
Lily
Lo pulang jam berapa? Gue jemput.
Luna
Denger ada cowo keren langsung seger ya lo!
Lily
Yah, gimana dong, Lun.
Lily
Aku sudah lelah sendiri.
Lily
Tenang, gue akan memberikan kehangatan yang akan mencairkan hatinya.
Luna lalu berjalan ke arah ruang kelasnya. Di tengah jalan seseorang menarik tangannya.
Luna
Kai! Kamu apa-apan sih! Sakit tahu!
Kai
[terus menarik tangan Luna sampai ke ujung lorong]
Kai
Kamu belum jawab pertanyaanku.
Luna
Sudah kujawab tidak, tapi kamu tidak mau terima.
Kai
Aku akan terus bertanya sampai jawabannya iya
Luna
Jangan ganggu aku, Kai!
Luna
Ada ratusan gadis di kampus ini yang bisa kamu ganggu.
Kai
Karena aku sukanya sama kamu.
Luna
[tertawa] Kamu itu hanya merasa harga dirimu jatuh karena aku gadis pertama yang menolakmu.
Luna
Karena itu kamu langsung terobsesi padaku.
Kai
Aku serius suka sama kamu. Tidak ada hubungannya dengan penolakanmu dulu.
Luna
Sudah Kai. Aku harus masuk ke kelas.
Luna
[menatap ke arah Kai]
Kalau Luna menolak, Kai tidak akan melepaskannya jadi sebaiknya Luna biarkan saja ia mengantar Luna. Kai juga tidak akan berbuat macam-macam. Daripada ia tertahan hanya berdua di lorong sepi ini
Luna
Terserah. [melangkah meninggalkan Kai]
Kai, Si Keras Kepala
Kai
[duduk di sebelah Luna]
Seisi kelas melihat ke arah mereka berdua.
Luna
[melirik ke arah Kai]
Luna
Ngapain sih? [wajah merengut]
Luna
Kurang kerjaan? Mending kerja sosial nambah pahala.
Kai
Ga ah. Enakan di sini. Aku belum perlu pahala.
Kai
Aku harus menjaga kamu. Pagi ini kamu sendirian, kan? Darren dan Lily tidak ada kuliah pagi.
Luna
[menoleh dengan tatapan kaget]
Luna
Kamu memata-mataiku, ya?
Kai
Iya. Yang namanya ngejagain calon pacar ya harus maksimal.
Luna
Siapa yang mau jadi calon pacar kamu!
Kai
Loh, jadinya kamu mau langsung jadi pacarku? [wajah senang]
Kai
Iya. Tergila-gila sama kamu.
Kai
[memangku dagunya dengan tangan sambil memperhatikan Luna]
Luna
Mending kamu keluar gih!
Luna
Aku pengen belajar bukan ngeladenin orang gila kaya kamu.
Kai
Oke. Oke. Aku janji ga akan bicara lagi.
Kai
Tapi kalau liatin kamu ga papa, kan?
Kai
[senyum penuh kemenangan]
Satu jam berlalu. Kuliah Luna pun selesai. Kai masih setia menemani Luna dan menepati janjinya untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Luna
Ga ah. Aku mau tunggu Darren. Siang ini kelas kami bareng.
Kai
Ya sudah. Aku temani sampai Darren datang.
Kai
Ya perlu, lah. Kalau kamu sendirian terus digodai. orang gimana?
Kai
Setan tuh ada di mana-mana.
Luna
Salah satunya ada di sampingku sekarang.
Kai
Aku? Iya aku rajanya setan makanya setan lain ga ada yang berani dekat sama kamu kalau ada aku.
Luna
Cape aku ngomong sama kamu. [mengambil tas dan berjalan meninggalkan Kai]
Kai
Eehh, Luna! Tunggu! [meraih tasnya dan mengejar Luna]
Kai
Luna! Tunggu sih! Cepet banget deh jalannya.
Luna
Apaan sih, Kai. Lepasin!
Kai
Ya makanya kamu jalannya jangan cepet-cepet dong.
Luna menghentikan langkahnya.
Luna
Mau kamu tuh apa, sih?
Kai
Kan kamu tahu aku maunya apa.
Luna
Jawabannya tetep ENGGAK!
Kai
Kalau memutuskan sesuatu tuh ga boleh pas emosi.
Kai
Kamu tenangin diri dulu. Aku traktir makan, terus baru deh kamu jawab.
Darren
Dia sudah bilang engga, Kai.
Kai
[menoleh ke arah suara]
Kai
Yah bodyguardnya keburu dateng.
Darren
Iya aku da dateng jadi kamu boleh pergi.
Kai
Nanti kita ketemu lagi ya, Lun.
Kai
Kalau kangen, WA aku aja ya.
Kai
[melambaikan tangan dan pergi]
Darren
Dia ga macem-macem, kan?
Luna
Cuma tadi dia ikut kuliah pagiku.
Darren
Kayanya ada yang salah sama otaknya deh.
Darren
Ga percaya aja playboy sekelas dia itu masih aja pantang menyerah ngejar kamu.
Darren
Ini sudah tiga bulan, kan?
Darren
Rekor dia tahan pacaran sama satu orang saja cuma dua minggu.
Darren
Biasanya pasti ada selir-selir lainnya.
Darren
Tapi selama mengejar kamu, aku tidak pernah dengar dia punya pacar.
Darren
[mengikuti. berjalan di samping Luna]
Luna
Tidak ada di kampus ini. Belom coba cek di kampus sebelah, kan?
Mereka duduk di salah satu meja yang kosong dan memesan minum.
Darren
Nanti kamu pulang sama aku, kan?
Luna
Iya. Nebeng, ya. Tahu kan papaku?
Darren
Papamu tadi wa aku.
Darren
Iya nanya aku kuliah ga hari ini.
Luna
Haduuuuhh bokap tuh ya!
Darren
Hahaha. Wajar lah, Lun kalau bokap kamu khawatir.
Luna
Tapi aku kan da gede, Ren. Da kuliah.
Luna
Jangan-jangan kalau aku nikah nanti bokap bakalan ikut aku honeymoon!
Tertawa bersama. Membayangkan anehnya kalau Luna berbulan madu dan ayahnya ada di sampingnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!