NovelToon NovelToon

Possesive Boyfriend

Bab Satu

Seorang gadis cantik berkuncir kuda tengah berlari di koridor sekolah. Gadis itu bernama Nathania Keyla Adhitama.

Thania terlambat di hari pertamanya masuk sekolah. Ini semua gara-gara abang-nya yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak setelah menonton film horor.

"Aduh, gue telat!! Moga aja gue nggak dapet hukuman di hari pertama masuk! Bisa kacau nanti kalau gue dapet hukuman di hari pertama!!" gerutu Thania disela-sela langkah kakinya yang berlari.

Sangking paniknya Thania menjadi tidak fokus dan tersandung kakinya sendiri hingga membuatnya jatuh, bukan di lantai, tapi di atas tubuh seseorang.

Pikiran Thania saat ini adalah, kenapa badannya tidak sakit? Padahal kan dia jatuh? Thania tidak tau bahwa dia jatuh di atas tubuh seseorang karena matanya tertutup rapat.

"Aduh...punggung gue sakit, sialan!" umpat orang yang ada di bawah Thania tersebut.

Thania perlahan membuka matanya saat mendengar umpatan orang yang berada di bawahnya. Thania tercengang melihat wajah tampan pemuda di bawahnya. Ia berkedip beberapa kali.

"Minggir, sat! Elu berat!" sentak pemuda itu.

Thania langsung tersadar dan buru-buru bangun dari atas tubuh pemuda itu. Ia merapikan pakaiannya yang agak kusut, lalu mengucapkan maaf pada pemuda jangkung di depannya ini.

"Maaf ya, gue buru-buru jad---"

"Jangan lari-lari lagi! Jalan belum bener aja sok-sok'an lari-lari!" potong pemuda tampan itu dan langsung melenggang pergi meninggalkan Thania yang menganga mendengar ucapan pemuda tersebut.

"Dasar cowok nyebelin!!" maki Thania sambil menghentak kan kakinya kesal.

Bibirnya mengerucut pertanda bahwa dirinya sedang kesal. Tapi tiba-tiba matanya membola saat mengingat sesuatu.

"Astaga! Udah jam setengah delapan!! Mampus!!"

Thania kembali berlari menuju ruang kelas XI MIPA 2. Sampai di depan kelas Thania mengatur nafasnya yang terengah-engah sehabis berlari tadi.

Setelah nafasnya kembali normal Thania mengetuk pintu ruang kelas tersebut.

Tok, tok, tok.

"Assalamualaikum."

Thania menyembulkan sedikit kepalanya. Semua pasang mata memandang ke arahnya, membuat Thania sedikit salah tingkah lantaran dipandang seperti itu oleh mereka semua.

"Waalaikumsalam. Siapa?" tanya sang guru mengajar dengan ramah.

Thania berusaha mengabaikan tatapan para siswa siswi di kelas. Ia memberanikan diri untuk berucap disaat semua orang masih menatapnya.

"Saya Nathania, Bu," kata Thania sambil tersenyum sopan.

"Oh, kamu siswi baru itu ya?" tanya guru itu lagi.

Thania tersenyum dan mengangguk, "iya, Bu."

"Panggil saya Bu Widia ya? Ayo, sini masuk dan kenalkan diri kamu di depan sini," kata Bu Widia tersenyum lembut kepada anak didik barunya.

Thania melangkah secara perlahan masuk ke dalam kelas. Ia tidak mau tersandung kakinya lagi seperti tadi, kan malu kalau harus jatuh di depan calon teman-teman barunya ini.

Thania berhenti dan berdiri di samping Bu Widia. Bibirnya melengkung membentuk senyum yang membuat kaum adam meleleh.

"Hai, namaku Nathania Keyla Adhitama, biasa dipanggil Thania. Aku pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman dengan baik. Salam kenal semuanya."

"Salam kenal, Thania," balas mereka semua serentak.

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya Bu Widia kepada semua muridnya.

Semuanya diam, berarti tidak ada yang ingin ditanyakan lagi.

"Baiklah, Thania kamu boleh duduk di samping Anggita. Gita, angkat tangan kamu."

Siswi yang bernama lengkap Anggita Sari Lesmana itu mengangkat tangannya.

Thania pamit kepada Bu Widia sebelum berjalan menuju ke tempat duduknya.

"Hai, nama gue Anggita Sari Lesmana, panggil aja Gita," kata Gita sambil menyodorkan tangannya pada Thania.

Thania menyambut uluran tangan Gita. "Thania."

Setelah sesi perkenalan singkat tersebut, pelajaran pertama pun dimulai.

Bersambung...

Bab Dua

Di atap sekolah ada tiga pemuda tampan yang duduk dengan santai seraya menghisap sebatang rokok di tangan masing-masing.

Ketiga pemuda itu bernama lengkap Gevano Ananda Zibrano, Rafael Ariesandy Fernando, dan Vino Argantara Saputra. Tiga pemuda tampan yang masuk dalam jejeran sang Most Wanted di sekolah SMA Merdeka.

Siapa yang tak kenal mereka? Kaya? Sampai tujuh turunan pun harta mereka tak akan habis. Tampan? Jangan ditanya, wajah mereka sudah seperti para dewa. Badan tinggi? Berotot? Punya bisep? Punya abs? Semuanya punya! Kurang sempurna apalagi coba?

Kurangnya cuma satu, mereka semua kejam-kejam. Suka bikin rusuh! Biang kerok! Para guru kadang sampai dibuat jengkel oleh tingkah jahil ketiga pemuda itu. Tidak hanya jahil, mereka juga sering kali membuat keributan. Misalnya berkelahi.

Para guru bahkan sudah menyerah menghadapi tingkah ketiganya. Kenapa tidak dikeluarkan saja? Tentu saja alasan utamanya karena mereka punya kekuasaan. Apalagi orang tua Gevano adalah pemilik sekolah SMA Merdeka ini. Selain itu guru-guru juga tidak mau kehilangan ketiga siswa berprestasi seperti mereka.

Walaupun tingkah mereka berandal, tapi mereka itu pintar! Pintar banget malah! Maka dari itu para guru membiarkan saja apa yang mau ketiga siswa itu lakukan. Asalkan mereka tetap mau menerima hukuman yang para guru berikan saat mereka berbuat kenakalan.

"Kantin yuk, laper gue," ucap Vino pada kedua sahabatnya.

"Yuk. Ayo, Gev," ajak Rafael kepada Gevano.

Gevano mematikan putung rokoknya yang tinggal sejari kelingking doang. Setelah itu dia membalas ucapan Vino sama Rafael.

"Yok lah, gue juga laper." Gevano bangkit dan langsung berjalan ke arah pintu rooftop.

"Tungguin nyet!" teriak kedua sahabat Gevano sambil ikut berdiri dan menyusul Gevano.

"Dasar siput!" ejek Gevano tanpa berhenti atau bahkan menoleh.

Vino dan Rafael tidak ambil pusing ucapan Gevano. Mereka sudah sering saling mengejek seperti itu. Jadi tidak perlu terkejut.

Sesampainya di kantin mereka jalan ke tempat biasanya mereka duduk. Tidak ada yang berani duduk di tempat meja kantin pojok. Karena itu adalah tempat trio iblis. Siapa lagi jika bukan Gevano, Vino dan Rafael?

Tapi sepertinya sekarang ada yang berani melanggar peraturan yang dibuat oleh Gevano. Karena di sana ada gadis yang duduk anteng sambil bermain ponsel. Terlihat sangat tenang tanpa rasa takut sedikitpun.

Gevano berjalan cepat ke arah meja itu dan langsung menggebraknya begitu sampai di sana. Seluruh murid di kantin yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing langsung menoleh ke sumber suara gebrakan tadi.

Gadis yang tadi sibuk dengan ponselnya sekarang mendongak menatap Gevano.

Mata Gevano dan gadis itu melotot. Ternyata gadis di depannya ini orang yang menabraknya tadi pagi.

"Ngapain lo duduk di sini?" tanya Gevano dengan nada dinginnya.

Kening gadis itu berkerut dengan alis menukik tajam. Pertanda bahwa gadis itu tak suka mendengar pertanyaan Gevano. "Emang kenapa? Ini kan tempat umum, ya suka-suka gue lah!" jawab gadis itu yang tidak lain adalah Thania.

Para penghuni di kantin itu meneguk salivanya kasar. Gadis itu sepertinya cari mati, begitu pikir mereka semua.

"Lo belum tau siapa gue!"

Thania mengernyitkan keningnya. "Gua tau lo kok. Lo kan cowok ngeselin itu," balasnya.

"Siapa yang lo sebut cowok ngeselin hah?!"

"Ya lo lah. Siapa lagi emang cowok yang ngeselin di sini selain lo!"

"Berani banget ya lo sama gue?! Ini tempat duduk gue!"

"Kenapa gue harus takut?! Lo sama gue sama-sama makan nasi. Emangnya lo makan batu? Enggak kan!"

"Pergi lo dari sini! Ini tempat duduk gue!"

"Heh! Jangan ngaku-ngaku ya! Gue duluan yang duduk di sini! Lagian ini itu tempat umum! Jadi gue berhak dong duduk dimana aja!" ketus Thania.

"Pergi!!" suruh Gevano dengan tatapan menusuk membuat semua orang merinding.

Tapi tidak dengan Thania, gadis itu malah menggeleng.

"Kenapa nggak lo aja yang pergi? Di sini masih banyak yang kosong!" balas Thania.

"Mending lo pergi aja deh kalau enggak mau kena masalah." Itu suara Rafael yang sedari tadi diam menyimak.

Ia tidak tega kalau sampai gadis cantik di depannya ini jadi korban pembulian Gevano. Jiwa playboy-nya langsung keluar melihat wajah bening Thania. Dasar mata keranjang.

Thania mengalihkan pandangannya pada Rafael. "Gak! Mending lo aja yang suruh temen lo pergi dari sini!!" balas Thania keras kepala.

"Lo murid baru?" kali ini Vino yang angkat bicara.

"Ya," balas Thania jutek.

"Udah deh, Gev. Mending sekali ini aja kita ngalah, dia siswi baru," bujuk Vino menoleh kepada Gevano.

"Terus kalau siswi baru kenapa?!" balas Gevano nyolot.

"Dia belum tau peraturan di sini, njir. Jadi lo ngalah aja deh kali ini."

"Gak! Gue nggak peduli! Mau dia siswi baru atau apa kek! Intinya gua nggak suka ya ada orang yang duduk di meja ini selain gua!!!" teriak Gevano.

"Sekarang cepet pergi!! Sebelum gua habis kesabaran!!" perintah Gevano dengan nada mengancam.

"Kalau gue bilang nggak ya nggak! Lo maksa banget sih jadi cowok!" kesal Thania.

"Gue nggak peduli!! Pergi sebelum gue pake cara kekerasan!!" Gevano mendelik sinis menatap Thania yang dibalas dengan hal serupa oleh sang empu.

"Enggak!! Gue nggak mau!!"

Gevano menggeram, lalu pandangan matanya mengarah ke arah dada kiri Thania.

"Nathania Keyla Adhitama," gumam Gevano membaca nametag gadis itu.

Mata Thania melotot dengan kedua tangan yang menutupi bagian depannya.

"Dasar cowok mesum!!!" teriak Thania.

Gevano memandang datar Thania. "Gue nggak mau mesumin cewek kayak lo!" dengus Gevano.

Mata Thania semakin melotot kesal. "Terus tadi apa kalau nggak lihat-lihat, ha?!" marah Thania.

"Gue cuma baca nama yang ada di baju lo, bego!!"

"Lagian gue gak suka sama punya lo yang tepos itu!" lanjut Gevano sinis.

Thania menatap sinis Gevano. "Dasar cowok brengsek!!" umpat Thania.

"Emang bener kan kalau punya lo itu tepos? Oh, atau lo mau gue besarin?" kata Gevano menyeringai.

Plak!

Bersambung...

Bab Tiga

PLAKKK

Thania menampar pipi Gevano. Nafasnya memburu. Dia merasa direndahkan oleh Gevano dihadapan seluruh siswa. Bisa-bisanya pemuda di depannya ini berkata seperti itu dengan entengnya! Memangnya dia pikir Thania serendah itu apa?!

Semua orang di sana terkejut melihat keberanian Thania menampar seorang Gevano Ananda Zibrano yang terkenal bengis dan kejam!

"Lo pikir gue serendahan itu apa!?" ucap Thania dengan nafas memburu.

Gevano hanya menatap penuh amarah Thania. Belum ada yang pernah berani melawannya, bahkan sampai menamparnya seperti ini!! Gadis di depannya ini benar-benar membuatnya naik pitam!

"Halah, nggak usah sok suci deh lo! Gua tebak, lo pasti udah pernah main sama cowok kan?" sinis Gevano sambil mengusap pipinya yang ditampar oleh Thania.

PLAKK

Dua kali Thania menampar Gevano.

"Mulut lo nggak bisa dijaga ya!!! Gue bukan gadis rendahan kayak gitu!!" marah Thania.

Matanya memanas karena menahan tangis. Sungguh hatinya sakit mendengar ucapan merendahkan seperti itu.

Gevano bersiap akan membentak gadis di depannya ini. Tapi gadis itu sudah lebih dulu berlari keluar dari area kantin.

"Gev, gue tau lo marah, tapi jaga ucapan lo dong. Dia pasti ngerasa sakit hati karena ucapan lo itu. Lo juga belum tau kehidupannya, nggak usah lah ngehina harga dirinya sampai kayak gitu," ucap Vino menasehati.

"Vino bener, Gev. Walau pun gue buaya tapi gue nggak pernah ngerendahin cewek kayak gitu. Dia pasti ngerasa harga dirinya diinjek-injek, dia juga pasti malu lo permaluin di depan umum kayak gini," sahut Rafael ikut menasehati dengan bijak.

"Kalian kok jadi belain dia si?!" kesal Gevano.

"Nggak gitu Gev---"

"Dahlah! Males gua sama lo pada!!"

Gevano keluar dari kantin meninggalkan kedua sahabatnya yang menghela nafas pasrah.

Vino dan Rafael saling pandang, seolah mengatakan 'susul atau nggak?'

"Nggak usah deh, Gevan kayaknya butuh waktu sendiri buat renungin kesalahannya. Mending kita makan aja yok!" kata Rafael semangat.

"Iya, ayo dah! Lo yang bayarin ye," balas Vino menyengir.

"Enak aja! Bayar sendiri!" ketus Rafael.

"Pelit amat lo!"

"Bodo amat!"

...***...

Thania berjalan cepat, tidak tau mau ke mana. Yang jelas dia hanya mengikuti langkah kakinya saja. Hingga dia berhenti di atap rooftop. Thania mengatur emosinya agar stabil. Air matanya terus mengalir deras.

'Emang dia tau apa tentang hidup gue?! Dia pikir gue ****** apa!! Hiks, sialan!!' umpat Thania dalam hati.

"Dasar cowok brengsek!! Sialan!! Bajingan!!! Arghh! Dia pikir gue cewek apa'an?! Hiks, bangsat!!" teriak Thania tanpa tau bahwa orang yang tengah ia umpati ada di belakangnya dan mendengar jelas ucapan gadis itu.

Gevano mengikuti Thania kemari. Entahlah kenapa dia tiba-tiba merasa bersalah pada gadis itu.

"Gue hiks bukan cewek murahan hiks!! Licin banget mulutnya hiks! Jadi pengen ngejahit tu mulut!"

Gevano terkekeh dalam hati mendengar gerutuan Thania untuknya. Harusnya ia marah karena Thania berani berbicara seperti itu di belakangnya. Tapi justru ia merasa lucu mendengat gerutuan itu.

Gevano berjalan mendekati Thania yang masih belum sadar akan kehadirannya. Ia berdiri di samping Thania dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celananya.

Thania yang merasa ada orang lain selain dirinya menoleh ke samping kanan dan mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat seorang pemuda berdiri di sampingnya, apalagi pemuda itu yang membuatnya menangis seperti sekarang.

Thania dengan kasar mengusap air matanya, lalu berujar ketus pada Gevano. "Ngapain lo ke sini?! Mau ngerendahin harga diri gue lagi?"

Gevano menghela nafasnya, lalu melirik ke bawah untuk melihat Thania, karena gadis itu lebih pendek darinya.

"Maaf," ucap Gevano nyaris seperti bisikan, tapi Thania masih bisa mendengar ucapan Gevano.

"Gue nggak butuh maaf lo! Lebih baik sekarang lo pergi!" balas Thania mengalihkan pandangannya dari Gevano.

Gevano menghela nafasnya, ia tidak tau caranya meminta maaf karena ini pertama kalinya dia meminta maaf. Gevano sendiri bingung kenapa dia repot-repot meminta maaf pada gadis di depannya ini?

Padahal biasanya walau ia mematahkan tangan atau kaki seseorang Gevano tak pernah sekalipun merasa bersalah apalagi meminta maaf.

"Kenapa lo diem? Pergi aja sana!!"

Perkataan Thania membuatnya kembali tersadar dari acara melamun. Gevano menatap intens Thania membuat Thania risih.

"Nggak usah natap gue! Pergi sana ih!!" kesal Thania.

Gevano tak menggubris perkataan Thania, ia melangkah maju mendekati Thania membuat gadis itu melangkah mundur hingga ia tidak bisa ke mana-mana karena sudah mencapai di ujung pembatas rooftop.

"L- lo mau ngapain si?! Mu- mundur nggak! Ini terlalu deket, sialan!" kata Thania gugup sambil berusaha mendorong dada Gevano yang semakin merapat ke tubuhnya.

Gevano menatap wajah Thania dari dekat. Kalau dilihat dari dekat Thania semakin keliatan cantik. Kulitnya putih, alisnya rapi, bulu matanya lentik, hidung mungil, pipinya sedikit cubby, matanya berwarna coklat terang, dan bibirnya ranumnya yang terlihat begitu manis.

Hanya satu kata yang pas untuk Thania, sempurna. Jantung Gevano rasanya menggila saat menatap hazel milik gadis di depannya ini.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!