Kades Itu Milikku
1. Pemilihan Kades
Amaira
.
.
.
.
Tak ku sangka, umurku kini sudah 17 tahun. Inilah yang membuat ku merasa sedikit kesal. Kalian tau kenapa?
Kini aku berdiri di sebuah tempat yang luas dan panas. Terdapat para pedagang berkeliaran di mana-mana. Aku paling tidak suka masa ini. Aku menarik nafas panjangku. Sambil melihat sekeliling ku yang begitu ramai.
Aku dan keluargaku kini sedang menunggu giliran untuk di panggil. Kalian tau acara apa ini?
Ini adalah hari pemilihan kepala desaku. Desa Harum namanya. Begitu menyebalkan bagiku. Andai aku tidak ikut dalam acara ini, pasti aku sedang bersenang-senang di rumah.
Andai saja ayahku bukan salah satu dari perangkat desa, aku pasti sudah golput. Tetapi demi nama baik ayahku aku harus melakukan yang terbaik.
Amaira
Mama, kapan kita di panggil. Aku ingin pulang...
Mama Yuna
Sabar, sebentar lagi juga di panggil
Amaira
Nanti cara pilihnya gimana mah?
Mama Yuna
Kamu tinggal coblos aja yang padi kalau nggak jagung.
Mama Yuna
Yang jagung itu milik bu Mira sedangkan yang padi itu milik pak Bram.
Amaira
Oohh, kenapa nggak pake partai seperti ******, atau gerinda gitu mah
Mama Yuna
Itu beda lagi. Kalau pergantian presiden pasti kamu nanti paham.
Amaira
(bagaimana mau paham, pelajaran PKN aja di bawah rata-rata) batin
Tak lama, setelah giliran mamaku di panggil, aku pun juga di panggil. Aku memasuki salah satu tempat yang telah di sediakan dan akupun membuka kertas tersebut dan terdapat dua pilihan.
Amaira
(Apa yang harus aku pilih) batin.
Amaira
(Kalau yang perempuan, kayaknya gimana deh, mending yang laki aja deh) batin
Akupun menancapkan paku ke gambar padi, setelahnya aku melipat kertas itu lagi dan keluar. Mama sudah menunggu ku, dan aku pun menghampirinya.
Amaira
Sudah mah, ayo kita pulang. Tapi, dimana papa?
Mama Yuna
Papa akan membantu di sini, jadi kita pulang dulu saja.
Amaira
Baiklah, mamah, jajan dulu yuk
Mama Yuna
Tumben, biasanya kamu paling nggak suka.
Amaira
Pengen aja mah, sekalian jalan-jalan. Walaupun panas tapi kan aku jarang jalan sama mama
Mama Yuna
Iya deh, buat anak mama tercinta, apa si yang nggak
Amaira
Yeeeeee.. Mama bisa aja
Aku menggandeng lengan mama. Sesekali kami mampir ke warung bakso. Setelahnya, kami mampir ke warung aksesoris. Aku paling suka dengan jepit rambut. Ingin sekali rasanya jiwaku untuk membeli aksesoris itu, tetapi di rumah sudah terlalu banyak. Jika aku membelinya pasti mama akan menasihati ku dengan omongan keibuannya
Aku tertuju pada aksesoris berwarna merah muda berbentuk pita dengan motif polkadot. Aku mengambilnya dan memasangkannya di rambut ku. Aku pun mengambil cermin yang tersedia. Begitu cantik dan cocok di rambut ku. Tanpa pikir panjang aku langsung membelinya.
Mama Yuna
Tapi kamu udah punya banyak Mira
Amaira
Cuma satu mah, ayo lah
Mamaku dengan senang hati membelikannya. Aku sangat senang dan langsung memakainya. Setelahnya, kami pun pulang.
Aku ini anak yang sedikit cerewet dan manja. Bagaimana tidak? Aku anak satu-satunya di keluarga ku. Andai saja dulu mama tidak keguguran 2 kali, aku sudah mempunyai dua adik, tapi apa dayaku dengan kehendak-Nya. Aku hanya bisa bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang.
Setelah kami sibuk memilah milah entah itu makanan ataupun barang, kami pun pulang. Rasa lelah menyerangku dan aku pun memilih untuk tidur.
2. Taruhan
Amaira memang namanya, namun orang tua dan teman-temannya memanggilnya Mira.
Amaira terlelap dalam tidurnya, namun karena teman-temannya datang, waktu tidur siangnya akhirnya terganggu.
Mama Yuna
Mira!! Teman kamu datang, bangun... Cuci muka sana.
Amaira
(Kenapa si pada datang di waktu yang tidak tepat) batin.
Dia bangun dengan jengahnya dari tempat tidurnya. Kemudian dia pun keluar. Begitu dia keluar dari kamarnya, teman-temannya langsung mengganggunya.
Gea
Biasa aja kali, kasian Mira habis bangun tidur. Duduk Ra..
Hanya Gea yang paling dewasa di sini. Karena dia teman beda setahun dari mereka.
Mama Yuna sudah menyuguhkan minum untuk mereka. Mereka akhirnya bercengkrama dan berbicara panjang lebar. Mereka sangat berisik, yahh.. Namanya juga perempuan kalau sudah kumpul pasti kaya orang sekampung.
Nindy
Tadi siang kalian milih siapa?
Amaira
Rahasia lah, kalau ngasih tau nggak luberjurdil dan nggak sah jadinya.
Putri
Bener tuh, ngapain lo tanya Ndy. Lo sendiri milih siapa?
Nindy
Gue mah golput.. Hahahaha...
Gea
Udah, lebih baik jujur aja. Lagipula juga kita baru belajar kan. Ujungnya juga nanti ada yang kepilih.
Putri
Emang lo pilih siapa
Gea
Gue yang jagung. Lo sendiri.
Nindy
Untuk Mira dan Putri, pilihan kalian memang sip deh
Putri
Emangnya kenapa? Jangan ngadi-ngadi lo
Nindy
Yang padi katanya ganteng
Putri
Gila, ganteng dari mana? Bagaimana bisa lo tau dia ganteng.
Amaira
Iya memang, kata papa gue juga ganteng. Masih muda lagi
Putri
Taruhan apa? Jangan yang aneh-aneh loh
Putri
Iihh.. Apaan koh, jangan buat penasaran. Atau jangan jangan kalian sengaja ya buat kayak gini
Amaira
Udah jan kelamaan, emangnya apa taruhannya. Kalau aneh-aneh gue nggak ikut
Nindy
Taruhannya adalah dapetin kades itu.
Gea
Kamu kayak nggak tau Nindy aja Put
Amaira
Gue paham. Pasti taruhan buat dapetin hati kades itu kan?
Nindy
Sip.. Amaira memang pinter deh. Nggak heran sering peringkat 1
Putri
Gila banget taruhan lo, gue kaga ikut lah
Gea
Memang kalau kita ikut taruhan, terus yang berhasil deketin dia imbalannya apa?
Nindy
Euummmm..... Yang kalah harus traktir yang menang ke Jepang.
Putri
Gila lo, duit dari mana coba
Gea
Kaga mikir lo, gue kaga ikutan lah.
Amaira hanya terdiam. Dan hanya mendengarkan omongan mereka tentang taruhan yang tidak masuk akal.
Nindy
Masa gitu doang nyerah.
Nindy
Padahal yang menang hanya tinggal nikmatin liburan tanpa bayar
Amaira
Sadar diri saja. Kita nggak good looking, masa iya juga kita deketin kepala desa, reputasinya gimana coba nanti.
Nindy
Tapi awas aja kalau salah satu dari kalian diem-diem deket sama pak Kades, aku jamin kalian nggak akan lolos.
Amaira
Buat apa lagi taruhan seperti itu, mending bahas yang lain daripada bahas hal-hal yang tidak berguna seperti ini.
Mama Yuna
Kalian ada kerjaan atau nggak?
Amaira
Kebetulan nggak mah, ada apa memangnya.
Mama Yuna
Mama mau ke sawah nganterin makanan buat papa sama pak Kades
Mama Yuna
Iya, atau kalian mau ikut sambil jalan-jalan?
Nindy
Mira, ikut yuk, penasaran.
Putri
Ih yuk. Ikut lah sambil jalan-jalan
Gea
Pulang mampir beli mie ayam pak Komang
Mama Yuna
Yang mau ikut ya ayo.
Amaira
Ya sudahlah, kalau aku menolak pasti kalian merengek.
Walaupun terpaksa, Mira tetap menuruti mereka demi pertemanan. Dan mereka pun berjalan menuju ke sawah.
3. Sawah
Di perjalanan, mereka berempat berfoto ria bersama. Amaira terlalu bosan harus terus terhenti di tengah jalan dan akhirnya dia memilih untuk berjalan di belakang ibunya.
Amaira
Mah, bukannya ini sawah papa ya
Mama Yuna
Bukan, ini sawah milik almarhum ayah pak Bram. Dia menitipkan ini ke ayahmu dan meminta untuk menjaga sawah ini sementara waktu. Setelah anaknya kembali baru papa kembalikan ke anaknya.
Amaira
Oohh begitu, kirain sawah papa. Sawah papa di mana mah, papa punya sawah kan
Mama Yuna
Di sebelah sawah pak Bram itu sawah papamu.
Mama Yuna
Mira, kamu bawa ini ke pak Bram, mama akan menaruh ini di gubuk papa sebentar.
Mama Yuna
Ini pupuk, kamu sandingkan buat dia ya
Teman-teman Amaira hanya cekakakan kecil. Amaira menatap mereka tajam dan akhirnya mereka terdiam.
Nindy
Ra, kami ke sana dulu ya, mau photo photo dulu.
Amaira
Yahh. Gea, temenin gue yuk
Nindy
Sendiri aja, bye bye
Amaira
(Dasar temen laknat) batin.
Dia menarik nafas panjang dan berjalan menuju ke gubuk. Dia langsung menaruh tas berisi makanan dan duduk sambil mengibaskan kedua tangannya.
Amaira melihatnya dan matanya mulai berbinar. Dan dia sungguh tak percaya apa yang dia lihat sekarang, sungguh sangat indah. Beruntung dia tak menolak tawaran ibunya.
Amaira
Lu-lumayan pak. Bapak haus kan, sebentar pak
Amaira
Amaira mengambil minum dan menyajikannya, tiba-tiba ayahnya datang setelah mencuri tangannya.
Papa Riko
Amaira? Mama mana?
Amaira
Mama di gubuk kita pah
Papa Riko
Oohh, ya sudah buka saja makanannya, papa mau ambil sesuatu di gubuk papa
Amaira menghela nafas panjang dan kembali menyajikan makanan untuknya.
Amaira
Silahkan pak dimasak. Ini buatan mama saya untuk dimakan bapak sama papa nanti.
Bram(Abraham)
Saya akan menunggu papa kamu saja.
Dari kejauhan, teman-temannya kaget saat melihat Amaira berdua dengan seseorang di gubuk.
Gea
Eh-eh-eh (sambil menepuk bahu Putri)
Nindy
Widih, pinter banget tuh Mira deketin pak Kades.
Putri
Untung kita nggak jadi taruhan, kalau jadi Mira pasti udah seneng-seneng ke Jepang.
Nindy mengambil foto mereka. Amaira yang melihatnya pun geram dan menatap mereka tidak suka.
Amaira
Maaf pak, kalau boleh tau tempat cuci tangan dimana ya?
Bram(Abraham)
Di belakang gubuk juga ada.
Amaira
Baiklah, saya permisi mau cuci tangan dulu pak
Baru saja dia melangkah, tiba-tiba dia terpeleset. Bram yang melihatnya pun memeganginya, namun yang ada dia juga ikut terjatuh dengan mira.
Beruntung di depan gubuk hanya ada rumput kering. Jika ada padinya, pasti sudah rusak oleh mereka.
Amaira menatap Bram cukup lama. Teman-temannya kaget saat melihat temannya terjatuh. Mereka juga mengambil fotonya.
Nindy
Mantap banget tuh si Amaira dah
Nindy
Duh, gue jomblo gimana dong. Itu live streaming woyy
Gea
Jangan ngelak Put, gue aja iri
Di saat itu juga, mama Yuna datang dan menghampiri mereka.
Dengan cepat mereka berdua pun berdiri dan membersihkan kotoran yang menempel di baju mereka.
Mama Yuna
Kenapa bisa jatuh
Mama Yuna
Ceroboh kamu. Pak Bram nggak papa
Bram(Abraham)
Saya nggak papa bu, tapi sepertinya kaki anak ibu terkilir
Amaira
Alhamdulillah nggak kok pak, mama, aku ke belakang dulu mau cuci tangan.
Mama Yuna
Iya, kamu hati-hati, awas terpeleset lagi.
Amaira
(Aahhh.. Gila.. Kenapa itu bisa terjadi ke gue Isshh) batin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!