Ini adalah sekuel kedua, diharapkan membaca sekuel pertama dengan judul The Legends Of Creator Hero.
...****...
Rigel dan Pahlawan lainnya memulai penaklukan mereka melawan malapetaka terakhir yang masih menghembuskan nafas di dunia ini. Monster terkuat yang belum pernah mereka hadapi, sang naga malapetaka sekaligus aib para naga, Acnologia.
Persiapan yang diperlukan sangatlah panjang dan diwajibkan untuk benar-benar matang karena mentah sedikit saja dapat mengantarkan mereka semua menuju dunia selanjutnya, yakni alam kematian. Tidak ada seorangpun yang hidup ingin mengunjungi alam kematian karena sekalinya mereka pergi ke sana tidak akan ada jalan kembali.
Rigel, para Pahlawan, Kandidat Kaisar, eksekutif Region serta tentara Kesatuan Tempur yang akan mewakili umat manusia dalam raid malapetaka terakhir dan membebaskan dunia dari malapetaka.
Harapan dan doa umat manusia terucap ramah, menuju langit dengan harapan akan dikabulkan. Sudah cukup bagi mereka hidup dalam teror malapetaka maupun Ragnarok, berharap semua ini diakhiri secepatnya dan mendapatkan kedamaian, kebebasan yang diimpikan.
Bersama dengan peri, serta naga yang bertekad membalas dendam, dia memimpin perang tanpa bergeming, menatap langsung jurang kematian, menantang dengan gagah berani. Gajah perkasa tidak akan pernah takut dihadapan seekor singa, setiap mahkluk di depan hanya seperti kotoran yang patut diinjak.
Terhadap kejadian ini, perang yang mencapai klimaksnya, kedua tangan yang berbeda satu sama lain terentang seakan-akan merindukan sebuah pelukan. Senyuman kegilaan, menantikan hari di mana permohonan terkabul terpancar dari bibir tipisnya. Rambut putih itu terbelai oleh angin hangat, menyapu daun yang hangus terbakar dan digantikan daun yang tumbuh secara misteri.
"Inilah kekuatan penuh mahkluk yang kau tinggalkan, mahkluk yang kau remehkan, mahkluk yang kau abaikan dan lepaskan! Lidi akan patah bila sendiri namun siapa yang tahu bila ada jutaan darinya!!"
Sendiri tidak akan menghasilkan apapun, sendiri tidak akan melahirkan apapun, sendiri tidak akan menciptakan apapun, sendiri tidak akan mendapatkan apapun, sendiri tidak akan membuat apapun. Gandum bergizi tidak akan pernah tumbuh sendiri, yang bergizi akan tumbuh bersama gandum lainnya.
Begitu pula manusia, yang pintar tidak akan bertarung sendiri, yang pintar akan bertarung bersama, memanfaatkan mereka yang barangkali bisa berguna. Tak masalahkah itu iblis, peri, monster, bahkan Dewa sekalipun.
Tangan yang terentang itu tak kunjung mendapat sebuah pelukan, hanya pelukan udara yang tak tersentuh ataupun terlihat. Seakan kecewa, tangan kanan yang terlilit perban memeluk jantungnya, menikmati ritmenya dalam memompa darah yang membuatnya tetap hidup.
"Ahh~, jantung ini tak lagi dapat menahan diri, memacu semangat terus menerus hingga akan meledak. Janganlah menjadi pengecut, maju dan hadapi kami, hadapi aku, ACNOLOGIA!!"
Atas tantangannya, deklarasi perang secara terang-terangan, seekor naga hitam yang berdiri layaknya manusia, tubuh bak zirah tebal dengan garis biru disertai sayap kelelawar hitam, taring tajam terekspos, bibir melengkung menggila, hati mencermin kejahatan abadi.
Penyebab raid besar-besaran ini, di mana tiga ras bergabung untuk menghapusnya dari dunia ini. Satu dengan tujuan membebaskan rasnya, satu untuk menyelamatkan gadis yang diculik, satu untuk menghapus masa depan kelam disertai penghalang besar sebelum hari akhir.
"Hahaha! Rendah, babi kampung! Jumlah pasukan kecil itu bahkan tidak mencapai setengah pasukanku! Rasa percaya diri itu akan melahirkan kematian bagimu!!"
Terlalu percaya diri akan mendapat kemenangan hanya karena memiliki tentara hitam menjijikan, benar-benar remeh dan menjijikan!
Untuk itulah dirinya membenci manusia, mengutuk manusia, mencela keberadaannya, menghina kehadirannya, mencerca kelahirannya, berharap akan kemusnahannya.
Atas alasan itulah, dirinya—Acnologia membuat tujuan mulia untuk melenyapkan segala kehadiran jelek di dunia ini.
"Bagi naga goblok yang mengurung diri di gua jelek sepertimu tidak akan memahami, betapa mengerikannya mahkluk yang kau anggap jelek keberadaannya. Lantas, kau juga tidak tahu apa yang terjadi ketika neraka dan dunia bersatu!"
Dia tidak akan pernah tahu, hanya Rigel seorang yang tahu. Lantaran dia pernah mengalaminya, merasakannya secara langsung. Neraka yang tidak pantas disebut neraka, tempat penderitaan, kebahagiaan, cinta menjadi satu kesatuan. Lebih pantas bila tempat itu gabungan dunia dan neraka.
"Apa katamu?"
Terprovokasi oleh kata-katanya, Rigel tersenyum tanpa menutupi rasa merendahkannya. Provokasi memang ditujukan kepada naga tolol itu, namun tatapan tertuju kepada pengecut yang menonton dari kejauhan. Pengecut itu jelas menatapnya balik, jelas dirasakan namun tidak ada tanda-tanda pergerakan yang berarti. Alhasil dirinya harus menyelesaikan masalah dengan kadal di depannya.
Tersenyum, tersenyum dan tersenyum. Yang dia lakukan hanyalah tersenyum, serempak dengan Pahlawan lain, jari tengah mereka acungkan. Tidak apa bila kadal itu tidak tahu maksudnya, selama tahu bahwa itu sebuah provokasi lain maka baik saja.
"Bangsatt! Akan kulumatkan kalian semua, PASUKANKU SERANG MAHKLUK RENDAH YANG GOBLOK DAN DUNGU INI!!"
Roaarrrrwwwrrr…
Ratusan, ribuan naga menghiasi langit biru dengan sayap, berniat membanjiri tanah dan udara dengan kesegaran serta aroma manis darah.
Tidak sedikit dari naga campuran yang tidak memiliki sayap, sehingga pertarungan di darat tak terelakkan. Udara tidak lagi perlu dipertanyakan, sudah seperti perang dunia kedua, dimana pesawat berjatuhan. Perbedaannya di sini seekor naga, bukan mesin yang dikendarai.
"Rigel! Aku akan membantu sementara selagi mencari cara menuju pengecut yang menonton dari kejauhan!"
Ratu peri, Sylph, dengan pakaian tempur lengkapnya yang bercahaya hijau berinisiatif menjadi pendukung sementara. Ini kali pertama baginya, melihat Sylph benar-benar serius dalam pertarungan. Demi putri yang bukan dari kandungannya sendiri, dirinya rela melakukan ini, bahkan mengambil langkah sulit bersama Rigel.
Sebelumnya dia mengatakan 'Pengecut yang menonton dari jauh' yang artinya dia menyadari bahwa penculik itu berada di gunung kejauhan, tempat Acnologia menghadang jalannya.
"Tidak akan menjadi hal mudah untuk melewati diriku, loh..."
Perkataan sombongnya itu, tidak seorangpun membantahnya. Lagipula dia yang menyebabkan ras naga dalam kekacauan, membawanya menuju kepunahan, mendekati kehancuran rasnya sendiri.
Kekuatannya itu nyata dan bukanlah sesuatu yang bisa dibantah atau dianggap remeh oleh siapapun, termasuk delapan naga termasuk Red.
"Meskipun setelah sekian lama tidak berjumpa, kau sama sekali tidak menyapaku, ya..."
Terhadap suara yang baru saja muncul, naga yang memimpin Red dan pasukan lainnya menatap dingin Acnologia. Jelas-jelas dia merasa sangat tidak senang karena dirinya diabaikan seakan-akan bukanlah sebuah masalah yang besar.
"Ahh~ naga badai atau begitulah para pasukan pengecut itu katakan. Terhadap sekelompok pecundang yang melarikan diri dari perang, tidak ada sambutan yang perlu kuberikan."
Mereka—naga yang berhadapan sebagai lawannya adalah sekelompok pengecut yang melarikan diri dari perang saat kekalahan mencapai mereka, meninggalkan mereka yang mencintai tanahnya.
Namun kini mereka kembali bersama manusia yang memiliki tujuan sedikit sama dengan mereka, yaitu membunuh dirinya, naga hebat Acnologia!
"Itu menyedihkan, ketika mengingat kau juga lari ketakutan saat serangan terakhir Lord Igor sang Kaisar naga dan menggunakan banyak naga lain sebagai tameng hidup."
Mata dibalas mata, provokasi dibalas dengan provokasi. Nyatanya hal itu sedikit berpengaruh ketika mengungkit sang Kaisar Naga, satu-satunya naga yang bertarung seimbang dengan Acnologia, sekaligus ayah dari naga badai itu sendiri.
Dalam pertempuran terakhir, dirinya menggunakan seluruh kekuatan hingga nyawa untuk melancarkan serangan terkuat yang benar-benar akan membunuh Acnologia dalam satu serangan itu.
"Namun disayangkan pak tua itu gagal, lalu mati konyol. Keberadaan bawahan sangat penting, terutama untuk menghindari serangan sekuat itu, butuh seratus naga untuk menjadi perisai hidupku."
"Mengorbankan jumlah yang tidak sedikit untuk melindungi dirinya sendiri, keparat ini benar-benar bajingan diantara bajingan," Marcel mengutarakan pemikirannya tanpa menyembunyikan rasa jijiknya sedikitpun. "Sebaiknya kita bereskan dia dengan waktu cepat! Berlama-lama hanya memberikan masalah tidak diperlukan!!"
Marcel memandang seseorang di depannya, pria berambut putih yang diam seribu bahasa. Bukan karena takut, melainkan tertarik dengan pembicaraan dua naga yang tengah berlangsung.
Tidak pernah sekalipun dia mendengar bahwa pernah ada sosok naga yang nyaris membunuhnya, maka naga itu pasti yang terkuat pada masanya. Mustahil tidak tertarik terhadap hal seperti itu, karena itu diam dan mengamati percakapan akan bagus selagi mencari tahu cara mengalahkan Acnologia secara pasti.
"Sebagai seorang pewaris Kaisar Naga, aku tidak akan membiarkan kamu hidup lebih lama dari ini. aku akan meneruskan dendam yang dimiliki ayah saya dan membebaskan rekan yang telah lama menderita. Sebagai pewaris, aku tidak akan melepaskanmu!"
Tidak ada lagi yang perlu dibincangkan, tidak ada lagi informasi yang bisa diambil, pembicaraan telah sepenuhnya berhenti dan adu jotos menjadi kejadian selanjutnya yang akan terjadi.
"Hahaha..., menarik. Pengecut yang melarikan diri dari medan perang menyatakan untuk membalas dendam..."
Benar-benar pernyataan yang konyol, seakan dirinya sangatlah kuat sampai-sampai dapat membunuhnya dengan hanya berkedip. Namun bila mengingat sejarah, naga bermulut besar itulah yang meninggal medan perang.
Banyak dari rekannya ditinggalkan namun untungnya mereka jatuh patuh di bawah pemerintahannya yang memberikan dirinya keuntungan.
"Pada kenyataannya hal itu terjadi karena kelemahanmu, kenaifanmu, kesalahanmu, yang membiarkan perang terjadi. Bukan hanya kau, tetapi pak tua itu sama bodohnya, bila mana dia tidak menolak menjadi bawahan diriku..., setidaknya tidak akan ada perang sesama ras."
Yea, perang bisa saja dihindarkan bila mana segala sesuatu tetap berada dalam kendalinya. Jika pemimpin naga pada saat itu memilih untuk menurut kepada Acnologia, maka tidak akan ada perang yang memakan banyak korban jiwa.
Semenjak saat itu, dirinya menyatakan kepada diri sendiri bahwa kebanyakan ras naga juga sama bodohnya dengan mereka kehadiran jelek. Hanya dirinya seorang yang pintar, hanya dirinya seorang yang harus memimpin dunia ini.
"Jika saja kami jatuh ke genggaman tanganmu, lantas apa bedanya dengan peperangan? Kamu memaksa naga murni untuk kawin silang dimana hal itu sangat memuakkan dan tidak dapat diterima. Kau bahkan memaksa semua ras memberikan darah mereka kepada naga kecil hasil perkawinan itu..."
Sedikit gerak namun tahu banyak hal, naga langit nampaknya tidak hanya sekedar diam dan bersembunyi. Fakta bahwa dia mengetahui informasi semacam itu, memunculkan kemungkinan adanya musuh dalam selimut.
Tidak lagi perlu bersusah payah memeriksanya, dirinya sudah tahu siapa saja yang kemungkinan besar menjadi penghianat.
"Hahaha, fakta bahwa aku dapat langsung mengetahuinya... Kau benar-benar buruk dalam berakting, naga langit atau harus aku panggil penghianat?"
Terhadap pertanyaan lembut yang memiliki kemarahan, dengan segera seekor naga beserta fraksinya terbang menjauh, menuju sisi lain dimana sisi umat manusia serta naga pengecut lain berada.
Untuk si penghianat itu sendiri, dia berdiri beriringan dengan naga langit, tunduk hormat dan mengerahkan kebencian kepadanya seutuhnya.
"Jika kau memiliki kemungkinan bahwa aku berkhianat, lantas berkat kenaifanmu yang tidak menyingkirkan diriku hal ini bisa terjadi."
Seakan hal ini menjadi kemenangan kecilnya, sikap naga langit mulai sedikit angkuh dan sombong untuk alasan tidak diketahui. Namun kenyataannya, Acnologia sama sekali tidak perduli terhadapnya.
"Untuk apa aku menghabisimu... Bahkan jika kau memberikannya informasi tentangku tidak akan merubah apapun, habisnya..."
Mendengus senang, mengangkat jari dan meletakkan cakarnya di leher dengan senyuman mengejek di bibirnya, dia berkata...
"Kalian sangatlah lemah."
Kata singkat namun sangat tajam untuk menusuk gendang telinga mereka, benar-benar memancing kemarahan. Bahkan dengan terungkapnya keberadaan penghianat tidak membuatnya memikirkan tempat dirinya akan kalah.
Amatsumi Rigel, beserta Pahlawan lain dan umat manusia hanya diam dan mendengarkan percakapan para naga. Meskipun tangannya mencapai batas untuk tidak memukul keparat itu, dia akan menanti dengan sabar selagi menyiapkan sesuatu.
"Aku juga punya hadiah untuk kalian, kita benar-benar memiliki pemikiran yang sama..."
Salah satu naga biru dengan duri es di punggung berjalan dengan santai mendekati Acnologia. Red dan rekannya terperangah, tidak mempercayai mata mereka sendiri.
"Naga es..., apa maksudmu dengan ini? Kau dipihaknya?!" tanyanya dengan marah, marah dan marah.
"Diriku tidak pernah berada disisi yang sama sejak awal. Bahkan sebelum perang dimulai, saya sudah menyerahkan kesetiaan kepada Kaisar Acnologia seorang."
Meninggalkan itu, dia memberikan hormat dengan menundukkan kepalanya dihadapannya. Terhadap kejadian itu, dipastikan bahwa naga es yang membocorkan informasi penaklukan kepada Acnologia.
Mereka sama-sama meletakkan penghianat dimasing-masing pihak, namun yang membuat Rigel penasaran adalah bagaimana cara mereka mengirimkan pesan.
"Jadi benar, bahwa ada penghianat..." Takumi bergumam lirih, mencengkram tombaknya dengan erat.
"Yea, aku telah menduga bila itu berada disisinya. Tidak mungkin bila manusia, orang-orang yang tahu penaklukan kita akan menjadi penghianat. Kemungkinan yang kumiliki hanya datang kepada rekan-rekan naga kampret itu."
Satu hal yang saat ini sudah dapat dirinya pastikan lagi dan tidak perlu tahan lagi. Karena sudah mengetahui siapa penghianat dan sebagian cerita dimasa lalu, alhasil adu jotos dan perang akan pecah.
"Kalau begitu, langsung saja...—"
Mematahkan jari-jarinya dengan lembut dan begitu berbunyi, sosoknya menghilang dari tempat, langsung muncul di punggung naga es yang menjadi penghianat.
Rigel menghantamkan tinju kanannya dengan sangat kuat kepada naga es dan menciptakan besi yang menghantam leher naga itu dari tanah. Naga itu tidak sempat bereaksi, sampai akhirnya kepalanya hancur tanpa dia ketahui.
"—lenyapkan penghianat dan para keparat ini!"
"Hoah!"
Perintah telah diturunkan, tidak ada waktu bagi mereka untuk terkejut. Pahlawan, kandidat Kaisar Surgawi dan yang lain beberapa saat tidak dapat memproses perintah, berbeda dengan tentara kematian yang langsung menerjang dengan liarnya.
Tentara kematian yang berisikan monster lemah seperti goblin hingga monster kuat seperti naga saling merangkul dan membasmi mereka yang hidup. Tentara milik Acnologia juga tidak hanya naga, tetapi monster lain yang nampaknya produk gagal dari perkawinan silang, alhasil melahirkan monster aneh jenis baru.
Bila harus dilihat dari lain sisi, akan tampak seperti pertarungan monster melawan monster, benar-benar mengerikan.
"Rigel telah bergerak, kita jangan sampai ketinggalan!" Ozaru memimpin pelarian dan memutar tongkat yang perlahan membesar.
Terhadap seruan, seseorang telah memulainya, maka yang lainnya akan mengikutinya. Naga es dengan mudah ditumbangkan tepat di depan matanya, Acnologia berkedut marah dan melancarkan tendangan namun tidak mengenai Rigel.
"Apa kau tengah menari balet? Lemah sekali..."
Memberikan ejekan yang bisa dia pikirkan, dia berputar di udara dan mengirimkan tinju kuat dengan tangan kanan yang diperban itu.
Acnologia tidak bersusah payah, cukup mengambil satu langkah mundur untuk menghindari pukulan Rigel. Terhadap sosok kecil yang menghantam tanah dan membuat lubang akibat pukulannya, perhatiannya teralihkan oleh tamu lain.
Para pengecut—naga yang menentangnya mulai berbondong-bondong datang selagi menghabisi mereka yang berdarah campuran. Beberapa mencoba untuk membujuk naga murni yang sudah dalam kendalinya, namun sebagian berusaha mengalahkannya.
"Naga api, badai dan langit... Nampaknya kalian benar-benar berpikir sanggup mengalahkanku. Lantas, akan kuhancurkan angan-angan yang terlalu tinggi itu!"
Acnologia merentangkan kedua tangan, menghentakkan kakinya keras-keras dan melesat menuju tiga naga di hadapannya, mengabaikan Rigel dan manusia lainnya.
Dia bergerak layaknya manusia, lantaran tubuhnya sendiri sangat berbeda dengan yang lain. Dia memang memiliki wujud naga, namun lebih mirip dengan sebuah robot berbentuk manusia.
Cakar panjang tumbuh, dirinya mengulurkan cakar tajam menuju naga badai yang paling dekat dengannya. Cakarnya merobek udara, tidak mencapai targetnya karena dihindari dengan begitu mudahnya.
Naga badai mengirimkan semburan angin hitam disertai listrik kuat langsung kepadanya, sementara dua lainnya melakukan hal serupa dengan menyemburkan api dan angin tajam.
"Heh, menggelikan."
Dengan santai Acnologia melambaikan tangan, menghapus setiap semburan yang menghampirinya. Tubuhnya yang bermandikan serangan, sama sekali tidak memiliki luka hingga goresan sekecil apapun.
Bila dirinya dapat semudah itu untuk dilukai, maka tidak akan pernah ada kesempatan baginya untuk mengalahkan Kaisar naga di masa lalu. Belum lagi, dirinya yang sekarang sudah sangat berbeda dengan yang dulu, semenjak kedatangan pria itu yang memberikannya kekuatan tambahan sebagai oleh-oleh.
"Akan kuperlihatkan perbedaan kekuatan diantara kita...Hikari!"
Kumpulan cahaya terang berkumpul di tangannya, membentuk bola energi bertegangan tinggi yang siap meledak begitu dilepaskan. Menampilkan taring-taringnya yang putih, tajam serta menjijikan, dia melemparkan bola cahaya di tangannya menuju tiga naga itu yang sama sekali tanpa perlindungan.
Slap!
Seorang manusia melompat, perisai di tangannya bersinar terang dan menahan bola cahaya yang melaju dengan cepat itu. Tubuhnya terhempas akibat laju serangan, namun dirinya berhasil menahannya dan menelan serangan ke dalam perisai lalu mengembalikannya dua kali lebih kuat.
"Full Counter!"
Bloosh!
Bola cahaya kembali di lemparkan, lebih besar dan kuat dari yang dia lemparkan. Acnologia menyilangkan lengannya dan mengambil sikap defensif, merasa cukup jengkel karena harus menerima serangannya sendiri.
Kabut menutupinya akibat ledakan, begitu kabut hitam menghilang, ujung tongkat raksasa menghantam tepat ke pengelihatannya. Dengan refleks cepatnya, dia mencondongkan tubuhnya ke belakang dan menemui tongkat raksasa yang terus memanjang jauh.
Berpikir bahwa tidak ada apa-apanya, dirinya menemukan seorang manusia yang berada pada tongkat besar yang terus memanjang. Dengan tali busurnya yang di tarik kuat-kuat dan mata yang saling menatap, ratusan anak panah ditembakkan langsung ke arahnya.
Doomb!
Kombinasi hebat antara Hazama, Ozaru serta Yuri cukup baik untuk membuat Acnologia jengkel. Mereka menjauh dari Acnologia, Ozaru menarik tongkatnya bersama Yuri dan menyaksikan tempat Acnologia sebelumnya untuk melihat apa yang terjadi.
Dirinya sama sekali tidak berharap serangan remeh seperti itu akan membunuhnya, namun setidaknya boleh berharap akan ada luka kecil yang diterima.
"Huh~, boleh juga, cukup menjengkelkan, yea!!"
Sosok Acnologia yang tertutupi sayapnya yang sangat lebar hingga membungkus seluruh tubuhnya mulai berkedip dan berada tepat di depan mereka dengan cakar yang terulur lebar.
Kecepatannya cukup membuat mereka terbelalak dan terlambat bereaksi namun bukan mereka saja yang berada di medan perang.
"Jangan lupakan kami, kadal dungu!" tombak raksasa dilempar langsung untuk mengincar kepalanya sementara ratusan duri tajam tumbuh di sekitar tiga Pahlawan dengan tujuan melindungi sekaligus menyerang.
Acnologia kembali didorong mundur oleh Rigel dan Takumi yang berdiri tidak jauh di belakang Red dan naga lainnya. Dia menyipitkan matanya dengan ganas sampai tiga naga itu berpencar dan menyerangnya dari tiga arah berbeda.
Salah satunya naga badai yang menerjang langsung ke arahnya, namun yang merepotkan adalah Pahlawan dengan cakar yang berdiri di kepalanya selagi berniat menggunakan skill-nya.
"Haha, tidak kusangka akan ada hari dimana manusia dan naga bertarung untuk tujuan yang sama!" naga langit memusatkan kekuatan pada sayap dan taringnya, melaju dengan cepat dan berniat menggigit sisi kiri Acnologia.
Red juga sama, menyerang dan menggigit Acnologia dari sisi lain. Tentunya bukan hal sulit baginya untuk mengatasinya, Acnologia mencengkram kepala naga langit dan Red menggunakan kedua tangan, namun menyadari senyuman di bibir mereka membuatnya memahami tujuan mereka yaitu menahan kedua tangannya.
Dengan naga badai yang melaju di depannya dengan mulut terbuka lebar, dia berhasil menggigit tepat di leher Acnologia namun tidak cukup kuat untuk memutuskan kepalanya.
Nadia yang sudah bersiap di kepala naga langit, melompat begitu naga yang ditunggangi saling bentrok. Dengan matanya yang mengeluarkan kilatan cahaya dan bilah cakarnya mulai memerah...,
"Rasakan ini..."
Dirinya berputar dan dengan kuat mengayunkannya ke sisi kiri wajah Acnologia hingga berhasil melukai salah satu matanya.
"Tikus kecil yang lancang!"
Acnologia mengaum marah, mencengkram Red dan naga langit lebih kuat selagi tubuhnya perlahan diselimuti bayangan hitam lalu meledak, mengusir mereka yang berada di sekitarnya.
Beruntung bahwa Red, naga langit dan badai berhasil kabur sebelum ledakan terjadi. Nadia sendiri berhasil kabur tepat waktu sebelum ledakan itu bisa melukainya. Namun tidak ada waktu merasa lega, kini Acnologia nampak marah, diselimuti bayangan hitam yang tampak jahat.
Kini Acnologia dipenuhi dengan bayangan hitam gelap nan jahat, seakan memperingati bahwa akan ada pertanda buruk setelah ini. Dapat dengan jelas dirasakan dari niat membunuhnya yang berkobar bak jago merah.
Kandidat Kaisar, eksekutif Region dan bahkan ketua Adventure Asosiasi bergidik ngeri akan kehadiran dan hawa membunuh yang terasa mencekik mereka secara tidak langsung, meskipun mereka cukup jauh dari medan tempur utama.
"Teknik dua : Tebasan!"
Dengan gerakan kilat, Leo berhasil memenggal dua minotaur yang memiliki sayap naga, nampak jelas bahwa dia produk gagal dari perkawinan silang para naga. Dirinya kini hanya sibuk menghadapi para keroco dan yang lainnya, padahal dia benar-benar ingin bergabung di medan perang utama. Namun dirinya tidak akan menjadi bodoh dan membebani para Pahlawan.
"Meski mereka hanya bawahan, cukup merepotkan menghadapi jumlah sebanyak ini."
Cruch!
Garfiel menebas monster lainnya dan saling memunggungi Leo tanpa mengurangi sedikitpun penjagaannya. Dirinya juga merasakan sesuatu tak mengenakan terjadi di medan perang lain, namun tidak berniat mencari tahu karena dia sendiri cukup kerepotan.
"Yea, kuharap aku bisa bergabung ke sana, namun rasanya itu mengerikan. Bahkan Odin dan Gahdevi, serta Ratu peri itu belum memiliki niat membantu para Pahlawan."
Leo memandang nama yang disebut Garfiel, memahami bahwa sekarang belum waktunya bagi mereka ikut campur. Cukupkan kekesalan akan ketidak bergunaanya dengan membunuh pasukan Acnologia sebanyak mungkin.
"Kau masih menyimpan pedang dari kota Darkness itu, kan?"
Pedang yang menjadi tiga hadiah dari kota Darkness saat lalu, artifak kuno yang dikenal dengan God Sword.
"Yea... Ayah belum mencoba mengambilnya dariku. Entah percaya padaku atau mungkin dia benar-benar melupakannya, bahkan tidak membutuhkannya."
Dia sendiri mengagumi kekuatan Rigel, namun pedang bernama God Sword juga tidak kalah dikagumi. Kekuatannya sendiri setara atau bahkan jauh lebih kuat dari Kusanagi yang diberikan Rigel sebagai hadiah.
"Baguslah. Sebaiknya kau menyiapkannya karena pedang itu mampu memberikan kekuatan sihir yang kuat."
"Memangnya kenapa? Kusanagi tidak akan menjadi lemah hingga tidak bisa membelah batu sungai."
Dia berpikir bahwa Garfiel meremehkan ketangkasan Kusanagi dan membuatnya sedikit marah. Dilain sisi Garfiel menggeleng-gelengkan kepalanya dengan canggung.
"Karena yang besar itu mendekati kita. Mungkin lebih baik menjadikannya kelinci percobaan untuk memastikan akankah kita membebani para Pahlawan atau tidak bila bergabung..."
Dia menunjuk sesuatu di depannya, naga besar dengan bebatuan di punggungnya tengah menghampiri mereka dengan ganasnya, bahkan menginjak rekannya sendiri. Melihat itu, keringat dingin membanjiri punggung Leo.
"Jika sebesar itu bukannya Kusanagi yang tidak mampu, tetapi akunya yang tidak mampu menggoresnya..."
"Tidak hanya besar, jelas mahkluk itu unggul dalam pertahanannya. Aku menggunakan cakar untuk melukai lawan, sementara tidak ypakin berhasil atau tidak, ada kau yang menggunakan pedang sihir sekelas Dewa di belakang. Semuanya akan bergantung pada kombinasi serangan kita nanti."
Mereka berdiri berdampingan, menatap naga besar yang menghampiri mereka dengan seksama dan bersiap melontarkan serangan dengan tujuan membunuhnya.
Di tempat lain, pertarungan melawan Acnologia mulai memanas dengan munculnya bayangan hitam disekitar tubuhnya dan aura mengerikan yang terpancarkan.
"Peringatan terakhir untuk kalian tikus got menjijikkan, jadilah budak dan patuhi aku sebagai Dewa..."
Terhadap permintaan tidak masuk akal dan konyol itu, jawabannya tidak lagi perlu dipikirkan, jawabannya langsung muncul begitu pertanyaan diajukan.
"Hah, apa kau bego atau sejenisnya? Aku lebih baik memuja bulu kaki daripada kadal."
Rigel mengatakan sesuatu yang memprovokasi Acnologia lebih jauh, meski tahu bahwa itu akan memperburuk keadaan namun dia tetap melakukannya.
Mengabaikan Acnologia yang hendak menyerang, Rigel beserta Pahlawan lainnya tetap berkumpul selagi menunggu celah untuk menyerang. Mereka tidak tahu apa yang terjadi kepada Acnologia, karena hal itu defensif menjadi pilihan.
"Sepertinya kau tidak terselamatkan... Yami!" bayangan hitam terkumpul di sekitarnya, membuat tubuhnya tertutupi bayangan yang lebih tebal dan menyisakan taring serta kilatan matanya saja.
Dalam sekejap, Acnologia melemparkan duri bayangan menuju para Pahlawan. Hazama mengambil tindakan dan menahan seluruhnya dengan perisai namun terdapat tempat tak terjangkau perisainya.
Aland mengambil langkah, menciptakan palu cahaya besar yang berperan sebagai defensif serta ofensif disaat bersamaan.
Acnologia hanya menyipitkan mata namun tidak ada waktu untuk merasa frustasi. Tiga naga terbang secepat kilat dan menyerangnya dengan cakar tajam mereka.
Meskipun mereka terbilang cepat, bukan berarti dia tidak dapat mengikutinya, justru mengenai kecepatan, dirinya bisa jauh lebih cepat lagi.
"Kalian para pengecut benar-benar menyebalkan!"
Acnologia menangkap sayap naga langit dengan erat dan memutus sayapnya untuk mencegah naga langit terbang. Diantara dua lainnya, saat membahas kecepatan maka naga langit yang terdepan.
Tidak cukup dengan memutuskan satu sayap, dia langsung menginjak kepala naga langit sampai remuk dan membuat jus darah keluar, berhamburan di tanah. Satu tikus telah dibereskan, begitulah pikirannya dan kini dia berniat melanjutkan ke target selanjutnya.
"Asura Punch!"
Tinju mana besar datang dan menghempaskan dirinya jauh-jauh. Dia mencari siapa dan di mana serangan itu berasal dan menemukan Rigel orang yang mengeluarkan serangan seperti itu. Namun sosoknya hanya tampil sesaat, sampai dia berkedip dan serangan lain datang.
"Blade Dance!"
Pahlawan dengan belati berputar disekitar kakinya dengan serangan kuat, namun tidak berhasil membuatnya terluka sedikitpun, hanya goresan kecil pada sisiknya yang tebal berhasil dia buat.
Perhatiannya teralih kepadanya namun teralih kembali ke arah lain tempat Pahlawan lainnya melancarkan serangan.
Tali cambuk yang panjang melilit tubuhnya, berniat menghancurkannya namun menyadari bahwa itu bukan cambuk biasa karena dia tidak bisa menghancurkannya.
"Tikus got sialan!"
"Tornado Sabit!"
"Hujan Kipas!"
Tidak akan mereka memberikan Acnologia waktu untuk marah, bicara juga tidak. Kedatangan mereka kemari adalah untuk membunuhnya, bukan mendengarkan ocehan jeleknya dan membuang tenaga yang tidak diperlukan.
"Menjauh!"
Ozaru yang mengendarai Kinton memperingati dan mengayunkan tongkatnya sekeras mungkin hingga tornado yang ada terbelah karenanya.
Awan kabut menutupi Acnologia namun Ozaru dapat tahu dengan jelas bahwa serangannya ditahan oleh sesuatu sehingga tidak mengenai Acnologia secara langsung.
"Bahkan kombinasi terbaik tidak membuahkan hasil apapun..."
Hampir tidak ada kemajuan sama sekali dari setiap serangan yang sudah mereka lontarkan. Meski semuanya masih ingin melihat seberapa kuat Acnologia dengan kekuatan penuh, mereka tidak lagi dapat melakukan hal semacam itu.
"Menjauhlah dari sana!"
Memandang langit, sesuatu yang besar turun dari langit dengan cepat. Sebagai besar dari mereka akan menganggap dunia kiamat, namun para Pahlawan tahu siapa yang menurunkan— menciptakan meteor yang jatuh ke bumi itu. Hanya satu sosok yang mereka tahu dapat melakukannya.
"Itu Rigel, semuanya menjauh!"
Sesuai pada rencana, Rigel akan menjatuhkan sesuatu yang cukup besar untuk mengubur Britannia sekali serang. Logam raksasa yang jatuh dari langit, meski tidak dalam suhu panas, berat dan daya jatuhnya sanggup meremukkan benda terkeras di dunia ini.
Yang mereka harapkan dari serangan ini bukanlah untuk membunuhnya, tetapi setidaknya menghancurkan sisik tebal Acnologia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!