Saat ini Melati sedang berada dikamar pengantinnya. Rasanya tak percaya jika saat ini ia telah menikah dengan seorang pria tampan. Ini pertemuan pertama dengan suaminya.
Ia masih teringat saat di kafe seorang wanita cantik mendatanginya.
Nia nama wanita itu, ia mengaku telah satu bulan ini mengamati Melati sejak pertama ia melihat Melati di kafe ini.
Nia telah tahu semua tentang kehidupan Melati yang harus membayar hutang peninggalan orang tuanya.
Melati mendengarkan cerita Nia yang mengatakan jika ia tak bisa hamil karena rahimnya telah diangkat karena suatu kecelakaan.
Nia menginginkan anak dari darah daging suami yang sangat dicintainya. Suaminya memang tak masalah jika ia tak dapat memberikan keturunan, tapi Nia sadar pasti suaminya itu menginginkan keturunan.
Jino, sang suami sangat mencintai Nia, sehingga ia bisa menerima Nia apa adanya.
Melati akhirnya menerima penawaran Nia, setelah hari itu saat ia pulang, dirumah telah menunggu dua orang pria yang meminta hutang atas nama bapaknya.
Dan jika hutang tak bisa ia lunasi, pria itu akan menjualnya menjadi wanita hiburan.
Melati sadar, ia hanyalah sebagai istri bayaran yang hanya dibutuhkan rahimnya.
Melati membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Setelah mandi ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.
Melati mendengar suara pintu yang dibuka, ia pura pura menutup matanya. Ia mendengar langkah mendekati tempat tidur. Dan seseorang yang duduk ditepi ranjang.
Suara ponsel terdengar dan pria yang saat ini telah resmi menjadi suaminya itu mengangkatnya.
"Sayang, ada apa. Apa aku harus kembali sekarang...."
"Jangan, ini malam pertamamu. Kamu harus menemani istri barumu malam ini. Kamu harus cepat menanamkan benihmu di rahim Melati agar aku segera menjadi seorang ibu"
"Sepertinya kamu nggak sabar ingin menggendong seorang bayi"
"Tentu saja, bayi yang wajahnya mirip denganmu"
"Aku mencintaimu. Kamu tahukan Nia, aku mau melakukan ini semua karena aku yang sangt mencintaimu. Padahal aku tak peduli jika seumur hidup hanya hidup berdua denganmu, tapi karena kamu yang ingin menggendong seorang bayilah makanya aku bersedia menikah lagi"
"Aku juga sangat mencintaimu. Aku ingin memiliki anak yang banyak dari benihmu"
"Aku akan tiap tahun membuat Melati hamil jika kamu menginginkan anak yang banyak dariku. Aku akan mengabulkan apapun itu yang kamu inginkan"
"Sekarang kamu harus langsung membuat bayi buatku..."
"Baiklah sayang....i love you"
"I love you more...."
Melati mendengarkan semua percakapan Jino dan Nia diponselnya. Melati memegang dadanya yang terasa sesak.
Ya Tuhan, apa yang aku lakukan ini salah. Aku menikah hanya karena uang. Dan aku hanya akan dijadikan mesin pencetak anak buat Nia. Dan apa nanti aku akan sanggup menyerahkan semua buah hatiku buat Nia sesuai dengan perjanjian, anak yang aku lahirkan akan dijaga dan dirawat oleh Nia. Aku hanya boleh melihat dan menggendongnya sesekali.
Melati membuka sedikit matanya. Ia melihat Jino masuk ke kamar mandi dan tak lama terdengar suara air. Pasti Jino sedang mandi.
Melati bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidur.
Siap tak siap aku harus siap. Bukankah aku telah menerima uang atas kontrak pernikahan ini. Dan aku juga telah menandatangani perjanjian akan mengandung benih dari Jino. Ini sedikit lebih baik dari pada aku harus menjual diriku menjadi seorang pel*cur. Setidaknya aku dinikahi oleh Jino. Walaupun tak pernah terbayangkan jika aku akan menikah dengan orang tak pernah mencintaiku. Dan aku tahu ia tak akan pernah menganggap aku lebih dari sekedar penanam benihnya. Ia sangat mencintai istrinya. Dan juga Jino mau menikahiku atas permintaan istrinya.
***************
Terima kasih.....
Jino keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi separuh pahanya. Dadanya yang bidang dan perutnya yang rata membuat Melati tak berkedip memandanginya.
Ia menyadari jika suaminya memang pria yang sangat tampan. Begitu serasi bersanding dengan Nia yang sangat cantik.
"Kenapa memandangiku seperti itu. Air liurmu sampai menetes..." ucap Jino dengan senyum yang seolah mengejek
Melati menghapus mulutnya tapi ia tak mendapati ada iler yang mengalir. Jino sang suami telah menipunya.
Buat malu aja, aku kira memang ada ilernya.
Jino naik ke ranjang dan mendekatkan dirinya pada tubuh Melati.
"Jangan pernah terpesona apa lagi sampai jatuh cinta padaku, karena aku tak akan pernah membalasnya. Kamu tahu , aku sangat mencintai Nia dan aku menikahimu juga atas permintaannya. Jadi buang semua rasa kagummu padaku sebelum kau terluka. Kau tak lebih hanya sebagai penampung sperm*ku dan membuahkan benihku dirahimmu...."
"Aku mengerti, aku akan selalu mengingat semua perkataanmu. Bahwa antara kita tak boleh ada cinta. Aku hanyalah istri kontrakmu" ucap Melati berusaha menahan dadanya yang terasa sesak.
Kenapa ini, mengapa dadanya aku terasa nyeri dan sakit mendengar ucapannya. Padahal dari awal aku juga tahu jika tak akan ada cinta di dalam pernikahan kami ini.
"Sekarang bersiaplah menampung benihku, aku ingin kamu segera hamil. Agar aku dapat melihat senyum Nia saat menggendong anakku"
Setelah mengucapkan itu , Jino membuka seluruh kain yang melekat ditubuhnya. Saat ini ia tampak polos.
"Buka seluruh pakaian ditubuhmu. Jangan menunggu aku membukanya. Aku hanya akan melakukan itu pada Nia, istriku"
Melati dengan gugup membuka kain yang melekat di tubuhnya. Baru kali ini tubuhnya akan terlihat polos didepan pria.
Selama ini Melati tak pernah pacaran, dari semenjak lulus sekolah ia harus bekerja untuk membayar hutang yang ditinggalkan ayahnya untuk pengobatan ibunya.
Ibu Melati meninggal enam tahun lalu saat usianya baru memasuki lima belas tahun karena sakit kanker rahim yang dideritanya.
Ayahnya menyusul dua tahun kemudian saat ia berusia tujuh belas tahun dan masih duduk di kelas dua belas. Ia harus sekolah sambil bekerja. Hutang yang ditinggalkan ayahnya membuat ia harus bekerja keras untuk biaya hidup dan membayar angsuran hutang ayahnya.
Tak ada waktu baginya bersenang senang apalagi memikirkan cinta. Banyak pria yang mendekatinya tapi ia tak pernah menanggapi karena baginya waktu adalah uang. Ia hanya menghabiskan waktunya buat bekerja dan bekerja.
Melati sebenarnya wanita yang sangat cantik, tapi kecantikan itu tersembunyi dibalik kesulitan hidup yang ditanggungnya.
Setelah tubuhnya hanya dibalut pakaian dalam ,Melati menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kenapa kamu menutupinya. Aku tak akan tertarik dengan tubuh wanita manapun. Nia telah memiliki segalanya. Tubuh yang bagus dan hati yang baik. Aku akan menggaulimu hanya untuk menanam benihku"
Melati menarik nafasnya mendengar ucapan Jino. Ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
Jino menarik paksa bra Melati dan melemparnya dengan paksa. Ia juga membuka pakaian dalam Melati dan tanpa pemanasan ia melakukan penyatuan tubuh mereka.
Melati yang baru pertama kali melakukan hubungan merasakan sakit yang teramat sangat. Ia menjerit saat Jino mulai memasuki tubuhnya.
Jino tak menghiraukan teriakan kesakitan Melati ,ia melakukan penyatuan tubuh mereka dengan kasar dan tergesa.
Melati merasakan perih di bagian intimnya karena penyatuan yang dilakukan dengan paksaan oleh suaminya.
Setelah membanjiri rahim Melati dengan benihnya, Jino lalu bangun dari atas tubuh Melati. Ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Jino keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan ****** ********. Melati memandangi tubuh suaminya masih dengan kekaguman.
"Aku akan kembali ke rumahku, aku tak mau Nia tidur sendirian.Kamu tak perlu bangun buat menutup pintu, aku punya kunci rumah ini ...." ucap Jino sambil memakai bajunya.
Setelah berpakaian dengan rapi Jino lalu keluar dari kamar. Melati dapat mendengar suara mobil meninggalkan halaman rumah yang saat ini ia tempati, rumah yang dihadiahi Nia saat ia menanda tangani kontrak pernikahan itu.
Tanpa disadari air mata mengalir dipipinya. Melati mengusap air mata yang terus saja mengalir tanpa bisa di bendung.
Kenapa aku harus menangis , bukankah ini yang aku mau. Mereka telah membayar tubuhku dengan mahal. Semua hutang ayahku telah Nia lunasi. Aku harus bisa menerima semua ini. Aku tak boleh cengeng. Aku harus kuat.
Melati mencoba bangun. Bagian intim tubuhnya terasa sangat sakit. Ia meringis saat mencoba berjalan.
Kenapa ia melakukan semuanya seperti ia jijik melihatku, bukankah aku bukan wanita nakal. Aku tahu, mereka telah membayar tubuhku. Tapi setidaknya ia bisa melakukan dengan pelan. Ini pertama bagiku. Aku seperti diperkosa saja.
Melati menangis merasakan sakit yang bukan hanya ditubuhnya tapi hatinya juga.
Ia berjalan perlahan menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya di bawah shower. Ia menangis dan menjerit.
Ayah, ibu ... kenapa kalian tak menjemputku sekalian. Aku ingin ikut, aku lelah.
*****************
Terima kasih....
Sampai di rumah Jino langsung menuju kamar dan melihat Nia yang telah terlelap.
Ia membuka selimut yang menutupi tubuh Nia dan memeluk tubuh istrinya.
Jino mengecup bibir Nia membuat istrinya terbangun dan membuka matanya.
Nia melihat Jino yang tersenyum dan mulai menaiki tubuhnya.
"Kenapa ada di sini. Seharusnya kamu berada di rumah Melati karena ini malam pertamumu bukan. Kalau kamu terus begini, kapan kamu memberi aku bayi," ucap Nia manja sambil melingkarkan tangannya di leher Jino dan mengecup bibirnya.
"Aku sudah menunaikan kewajibanku sebagai suaminya. Aku tak bisa tidur , membayangkan kamu sendirian di rumah...."
"Kamu nih, bukan hanya sekali aku tidur sendiri. Saat kamu di kantor atau harus ke luar kota aku juga sendirian."
"Itu beda sayang. Aku merasa bersalah jika aku tidur dan bermalam dengan wanita lain."
"Aku nggak apa apa , sayang. Itu juga atas permintaanku. Aku tahu kamu suami yang setia dan baik. Kamu tak akan mengkhianati cintaku. Aku tahu hatimu hanya untukku."
"Aku tak akan mencintai wanita lain. Cintaku telah kuserahkan semuanya untukmu.... "
Jino mengecup bibir Nia lagi. Setelah itu turun ke leher dan meninggalkan banyak jejak.
Puas dengan leher Nia, Jino turun ke dada Nia. Ia melecuti seluruh pakaian yang menutup tubuh indah istrinya.
Jino memandangi tubuh istrinya dengan intens. Lalu tersenyum.
"Tubuhmu tetap indah dan menarik walau sudah berapa tahun aku nikmati. Kamu tetap yang terbaik, sayang."
Nia mengecup bibir Jino mendengar pujian dari suaminya.
"Kamu juga tetap sama seperti saat malam pertama kita... kamu juga yang terbaik."
Jino mulai menurunkan kecupannya diperut Nia dan terus turun ke bagian inti tubuhnya.
Ia bermain lama dengan tubuh Nia sebelum menyatukan tubuh mereka. Jino melakukan penyatuan tubuh dengan lembut seolah ia takut Nia merasa kesakitan.
Sangat berbeda ketika ia melakukan penyatuan tubuh dengan Melati.
Jino sebenarnya termasuk pria hipers*ks, itulah salah satu alasan kenapa Nia mengizinkan Jino menikah , selain alasan ingin mendapat keturunan.
Nia mendesah menikmati setiap sentuhan yang dilakuakan Jino. Ia juga dapat mendengar erangan kepuasan dari mulut Jino.
Jino melenguh setelah mendapatkan klimaksnya. Ia mengecup dahi dan bibir Nia setelah melepaskan penyatuan tubuh mereka.
Jino menjatuhkan tubuhnya kesamping Nia dan memeluk punggung terbuka istrinya. Tak lama terdengar suara nafas yang teratur pertanda Jino telah terlelap.
Pagi harinya Melati mencoba kembali berjalan, perih dibagian inti tubuhnya sudah sedikit berkurang. Ia kedapur dan memasak sarapan buat dirinya.
Sementara di rumah kediamannya Nia sedang menyantap sarapan paginya bersama Jino.
Setelah sarapan , Jino mengecup pipi istrinya pamit akan berangkat kerja.
"Jangan lupa mampir ke rumah Melati, bagaimanapun ia juga istrimu. Aku tak mau kamu berbuat tak adil," ucap Nia sambil memeluk Jino
"Ini yang membuat aku makin mencintaimu. Kamu wanita yang baik banget.... " ucap Jino mengecup bibir Nia.
Ia mengendarai mobilnya menuju kantor. Seharian Jino sibuk dengan urusan kantor. Nia mengingatkan Jino agar mampir ke rumah Melati.
Pulang kerja Jino langsung menuju rumah Melati. Ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Jino juga memiliki kunci rumah ini.
Saat ia masuk ke kamar, ia melihat Melati yang hanya menggunakan pakaian dalam sehabis mandi.
Melati ingin mengambil pakaiannya menjadi kaget karena kehadiran Jino. Ia langsung mengambil handuk yang ada di lantai untuk menutupi tubuhnya.
Jino melihatkan senyum smirknya pada Melati dan mendekatinya.
"Kenapa ditutupi. Aku sudah melihatnya kemarin. Tubuhmu tidak ada istimewanya dibandingkan Nia. Ia memiliki tubuh yang jauh lebih indah darimu," bisik Jino dan menggigit telinga Melati
Melati hanya bisa menunduk mendengar ucapan Jino. Dadanya terasa sesak mendengar penghinaan Jino.
Jino menarik handuk yang digunakan Melati dan membuangnya kesembarang tempat.
Ia menarik tangan Melati dan membawanya menuju tempat tidur. Jino mendorong tubuh Melati hingga terlentang di atas kasur.
Jino menatap tubuh Melati dari atas hingga bawah dengan intens.
Sebenarnya ia memiliki tubuh yang juga sangat indah , tapi tertutupi dengan penampilan sederhananya. Tubuhnya tak kalah indah dibandingkan Nia...uuhh...kenapa aku jadi membandingkan Melati dengan Nia. Tentu saja Nia yang terbaik. Wanita ini hanyalah jal*ng yang menjual rahimnya. Tapi ia masih perawan.
Jino menarik paksa bra Melati hingga putus dan melemparnya. Melati tampak ketakutan. Rasa perih kemarin belum hilang, apakah Jino akan melakukan lagi dengan kasar, pikir Melati.
"Bisakah kamu melakukan penyatuan dengan pelan, aku masih terasa perih."
"Apa ada hak bagimu untuk menentukan apa yang harus aku lakukan. Kamu dibayar untuk melayaniku agar di rahim kamu tumbuh benihku. Jangan mengatur bagaimana aku bersikap," ucap Jino dengan wajah yang tampak marah.
"Ya, aku tahu. Aku akan melayani kapanpun kamu mau. Aku cuma ingin kamu melakukan dengan sedikit pelan. Kemarin pertama bagiku."
"Jangan melunjak, kamu tak lebih dari seorang pel*cur, yang menjual diri untuk disetubuhi," ucap Jino marah.
Ia lalu naik ke atas tubuh Melati dan melakukan penyatuan tubuh mereka dengan kasar tanpa pemanasan.
Melati menggigit bibirnya hingga terluka menahan sakit yang ia rasakan. Ia menangis menahan perih dan sakit hatinya.
Jino menatap wajah Melati yang mengeluarkan air mata tapi tak ia pedulikan. Ia tetap melakukannya.
Setelah ia mencapai puncak kenikmatannya ,ia langsung berdiri dan masuk ke kamar mandi tanpa peduli dengan Melati.
Jino memakai bajunya yang ada di lemari. Nia telah menyediakan semuanya.
"Aku ingatkan kamu, jangan pernah menangis saat aku melakukan penyatuan tubuh lagi. Jika kamu tak mau melihat aku berbuat kasar. Aku membayar tubuhmu bukan untuk menangis. Dan ingat aku akan datang setiap sore, jadi persiapkan dirimu selalu. Aku mau kamu bersih dan rapi saat aku datang..."
Setelah mengatakan itu, Jino langsung keluar dari kamar. Tak lama Melati mendengar suara mobil yang berjalan menjauhi rumahnya.
Melati menjerit setelah ia yakin mobil Jino telah menjauh.
"Apa aku tak berhak meminta, aku juga tidak meminta sesuatu yang aneh. Aku hanya ingin kamu sedikit lembut dalam penyatuan. Aku juga manusia walau mungkin aku ini terlihat hina dimatamu. Aku hanya terpaksa melakukan semua ini," teriak Melati sambil menangis
******************
Terima kasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!