ALEX POV
Setelah Sarah menolak pernyataan cinta ku pada saat malam dimana Aku menyatakan perasaan ku padanya membuat ku menenangkan diri selama beberapa hari di restoran milik ku tanpa kembali ke rumah. Sakit hati...tentu saja. Ternyata Dia mencintai yang lain. Tapi Aku tidak bisa memaksanya untuk membalas perasaan ku. Setiap orang berhak untuk memilih siapa yang akan dicintainya. Setidaknya Aku sudah mengutarakan perasaan ku yang sudah ku pendam selama ini. Aku berharap Dia bahagia dengan pria pilihannya. Aku menyukainya saat masih di bangku SMA, tapi waktu itu Aku tidak berani mengutarakan perasaan ku. Saat itu Aku berjanji pada diriku akan mengatakannya setelah kami lulus. Namun hal itu tidak terjadi karena setelah lulus kami tidak bertemu lagi. Aku tidak tahu kemana Dia pergi. Setelah lulus, Aku melanjutkan pendidikan ku di negara lain, perasaan itu mulai hilang. Namun saat kami bertemu kembali setelah sekian lama, perasaan itu muncul kembali. Waktu itu Aku melihatnya baru saja keluar dari gerbang sekolah bersama dua anak kecil memakai seragam sekolah. Beberapa kali Aku mencoba untuk mengajaknya keluar untuk sekedar berbincang-bincang.
Aku akui jika sebelumnya Aku memang pernah pacaran dengan beberapa wanita, namun semuanya tidak berjalan lama. Paling lama biasanya 1 tahun. Aku belum menemukan persinggahan hati ku yang tepat.
Pagi ini Aku ingin melihat melihat kinerja pegawai-pegawai ku. Sebenarnya Aku jarang melakukannya. Karena biasanya Aku menugaskan seseorang untuk mengawasinya dan melaporkannya padaku. Namun untuk membuang kesedihan dalam hatiku, ditambah lagi Aku sudah bosan karena tidak keluar selama 3 hari ini. Untuk makan, Aku bisa memasaknya sendiri. Di ruang kerja ku semuanya sudah lengkap, mulai dari kamar mandi, dapur, ruang tidur dan juga ruang baca. Aku melangkahkan kaki ku keluar dari ruang kerjaku menuju dapur. Terlihat beberapa orang sedang menyantap dan menikmati makanan pesanan mereka. Saat Aku sudah sampai di dapur Aku melihat salah satu pegawai ku sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita berpenampilan glamour dan sexy sementara yang lainnya sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Aku mengamati mereka cukup lama, sesekali wanita itu tertawa terbahak-bahak dan ternyata pembicaraan mereka belum juga selesai. Aku ingin menegur pegawai ku itu, karena tidak disiplin. Seharusnya jika Ia ingin bertemu dengan seseorang itu harus di luar jam kerja. Tapi entah kenapa rasanya malas sekali marah-marah di pagi ini. Aku pun mengurungkan niat ku lalu kembali ke ruang kerja ku.
Satu minggu sudah sejak Aku di tolak, hati ku sudah kembali lagi seperti dulu. Aku sudah mengikhlaskan orang yang ku cintai bersama pria lain. Aku juga sudah kembali ke apartemen ku satu hari yang lalu. Saat ini Aku sedang bersiap-siap menuju restoran milik ku. Restoran ku cukup terkenal di kota ini, tiap harinya selalu dipenuhi oleh pengunjung. Sebenarnya orang tua ku selalu memaksaku untuk menggantikannya di perusahaan miliknya, hanya saja Aku masih ingin fokus pada restoran hasil kerja keras ku selama ini.
Setelah sampai di restoran milik ku, Aku memarkirkan mobil ku terlebih dahulu kemudian melangkahkan kaki ku masuk ke dalam. Aku menyuruh salah satu pegawai ku untuk mengantarkan makanan ke ruang kerja ku.
Sesampainya di ruang kerja ku, ponsel ku berdering. Aku merogoh kantong celana ku dan mengambil ponsel ku.
"Halo mom..ada apa?" tanya ku.
"Mom mengirimkan beberapa foto anak perempuan teman mommy pada mu, kamu bisa melihatnya siapa tahu kamu menyukai salah satu dari mereka".
"Apa mommy tidak bosan tiap minggu selalu mengirimkan foto-foto wanita padaku. Toh pada akhirnya tidak ada yang ku suka. Aku bisa mencarinya sendiri mom" jawab ku.
"Ya kapan? dari dulu kamu tidak pernah mengenalkan wanita mu pada mommy" ujar mommy ku. Meskipun Aku pernah beberapa kali pacaran, Aku tidak pernah mengenalkannya pada orang tua ku bahkan membawanya ke rumah ku.
"Nanti mom..ada waktunya. Aku tutup dulu, Aku sedang sibuk. Bye mom" ujar ku mematikan ponsel ku. Aku tidak ingin mendengar celoteh mommy ku.
"tok..tok..tok.."
"Permisi Pak..saya mau mengantarkan makanan" ujar salah satu pegawai ku.
"Taruh saja di sana" kata ku menunjuk meja disudut ruangan ku.
"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap pegawai itu lalu pergi.
AUTHOR POV
Siang harinya Alex mengamati restorannya, bagaimana pelayanan dari pegawainya. Ada sekitar 100 orang pegawai di restoran Alex mulai dari pramusaji, koki, cleaning servis, tukang parkir, kasir, satpam dan yang lainnya.
Pandangannya tertuju pada wanita yang memakai baju seorang koki sedang duduk di salah satu meja bersama seorang wanita.
"Apa kamu tidak tahu kalau ini masih jam kerja? bagaimana bisa kamu membiarkan yang lainnya bekerja sementara kamu duduk santai disini" ujar Alex dingin dengan raut wajah marah.
"Pa..pak Alex..." ujar pegawai terbata. "Maafkan saya Pak, saya berjanji tidak akan mengulanginya" ucap pegawai tersebut. Ia mengira bosnya tidak akan datang hari ini.
"Ini kedua kalinya saya melihat kamu tidak disiplin, beberapa hari yang lalu saya juga melihat kamu membawa wanita ini ke dapur. Kamu tahu kan kalau saya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin. Apa kamu ingin saya pecat seperti pegawai-pegawai sebelumnya" ujar Alex melirik sekilas wanita yang bersama pegawainya.
"Saya akan membayar jam kerja Emily yang saya ambil. Katakan saja berapa yang anda inginkan" ujar Selena sombong mengeluarkan dompetnya. Membuat Alex menatap tajam ke arah Selena.
"Saya tidak butuh uang anda, ini bukan perkara uang nona, tapi ini tentang kedisiplinan yang tidak bisa dibeli dengan uang" ujar Alex dingin membuat Selena menatapnya. Tatapan mereka bertemu untuk sesaat membuat Selena tak karuan saat melihat tatapan tajam dari Alex. Namun berbeda dengan Alex, Ia terpana melihat wajah Selena. Alex kemudian mengalihkan pandangannya pada Emily.
"Ikut keruangan saya" ujar Alex, lalu pergi meninggalkan mereka.
"Selena, maafkan Aku. Aku tidak bisa mendengarkan cerita mu saat ini. Aku harus keruangan bos ku, Aku harus minta maaf padanya, kalau tidak Aku akan di pecat" ujar Emily.
"Kenapa kamu tidak keluar saja dari restoran ini, masih banyak restoran diluar sana yang membutuhkan mu" ucap Selena.
"Aku tidak bisa, disini gaji ku lebih tinggi dibandingkan restoran yang lain. Kamu tahu kan kalau Aku harus membantu keluarga ku untuk melunasi hutang-hutang mereka" ujar Emily lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan Alex.
Selena melirik jam tangannya, hari ini Ia ada janji untuk melakukan pemotretan. Ia langsung pergi meninggalkan restoran tersebut dan mengirimkan pesan pada Emily.
AUTHOR POV
"tok..tok..tok.." terdengar suara pintu diketuk
"Masuk" ujar Alex dingin. Emily lalu berjalan menuju meja Alex dengan rasa takut.
"Silahkan duduk" lanjut Alex.
"Apa alasan yang bisa kamu berikan agar saya tidak memecat kamu" ujar Alex membuat Emily menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan Alex.
"Se..sebenarnya sa..saya.."
"Drrrt...drrtt.." ponsel Alex bergetar membuat perkataan Emily terhenti.
"Saya angkat telepon dulu" ujar Alex. Dia kemudian mengangkat ponselnya.
"Ya mom..ada apa?" tanya Alex.
"Hari ini mommy ada kegiatan, tolong jemput adik mu ke sekolahnya ya" ujar Sofia ibu Alex.
"Baik mom, Aku akan menjemput Elena dari sekolahnya" ucap Alex. Elena merupakan adik Alex yang sekarang menginjak usia 10 tahun. Usia mereka terpaut 16 tahun. Saat itu Alex masih berada dibangku SMU saat adiknya itu lahir. Ibunya mengandung adiknya di usia 39 tahun. Setelah kelahiran Alex, Sofia susah mengandung. Mereka sudah mencoba beberapa cara berharap agar Ia bisa mengandung. Namun sayang usaha mereka tidak berhasil, hingga Sofia dan suaminya memutuskan untuk berhenti berharap memiliki anak lagi. Mengingat usia Sofia sudah hampir kepala empat. Kabar bahagia datang saat Sofia dinyatakan hamil, akan tetapi kehamilannya di usia 39 tahun beresiko tinggi seperti rentan keguguran, bayi lahir prematur, resiko kehamilan ektopik . Namun Sofia berusaha keras agar bayinya tetap lahir.
Setelah mematikan ponselnya, Alex kemudian melirik ke arah Emily yang sedang duduk dengan wajah takut.
"Kali ini saya memaafkan kamu, lain kali kalau kamu melakukannya lagi saya akan langsung memecat mu" ujar Alex lalu mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja. Ia kemudian beranjak dari ruangan itu untuk menjemput adik kesayangannya meninggalkan Emily yang kembali bernafas lega karena Ia tidak jadi dipecat oleh Alex. Emily langsung mengambil ponselnya dan mengabari Selena.
Setelah sampai di sekolah adiknya, Alex turun dari dalam mobil ferrarinya dan berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu adiknya di sana.
"Elena...Elena.." panggil Alex sembari melambaikan tangannya. Elena yang melihat itu langsung menghampiri Alex.
"Kenapa kakak yang menjemput ku?" tanya Elena melepaskan tas dari punggungnya lalu memberikannya pada Alex.
"Bawain dong kak" perintah Elena. Ia selalu saja manja jika sudah bersama Alex. Apalagi mereka tidak setiap saat bisa bertemu karena Alex tinggal di apartemen miliknya.
"Dasar adik nakal, selalu saja sesuka hati mu memerintah ku ya" ujar Alex mencubit gemas hidung adiknya.
"Untung kakak baik" lanjut Alex.
"Makanya itu Elena suka menyuruh kakak. hahahaha.." ujar Elena tertawa. Keduanya pun berjalan menuju mobil Alex.
"Dimana mommy?" tanya Elena.
"Mommy sedang ada kegiatan, jadi tidak bisa menjemput mu" ujar Alex membuka pintu mobil untuk Elena.
"Silahkan princess Elena" ucap Alex.
"Terima kasih pangeran Alex" ujar Elena lalu keduanya tertawa.
*Beberapa minggu kemudian.
Dalam akhir-akhir ini Alex sibuk mengurus perusahaan keluarganya karena ayahnya sedang pergi mengunjungi paman dan bibinya di Italia. Bahkan malam ini Ia yang akan menggantikan ayahnya menghadiri undangan salah satu kolega bisnis ayahnya dalam rangka perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Saat ini Alex sedang bersiap-siap untuk pergi. Ia tampak sempurna dengan tuxedo hitam miliknya. Tak lupa Ia juga memakai jam tangan mahal miliknya. Setelah merasa rapi Alex menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Ia kemudian masuk ke dalam lift pribadinya menuju parkiran apartemen
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!