NovelToon NovelToon

Eneng Oh Eneng

Terong Burik

"Neng loe kerumah bu romlah ya antar cucian"

"Asyiap mak"

Eneng bergegas masuk dan mengambil cucian milik tetangga desanya. Eneng mengerjakan apapun yang penting halal. Dia hanya hidup bertiga dengan emak dan adiknya surti. Walaupun hidup sederhana yang penting tak punya utang. Itu moto eneng.

"Neng loe mau kemana"

Teriakan mak ijah saat dia melewati kebun kelapa.

"Kerumah bu romlah mak"

"Balik nanti mampir sini ya"

"Wokey mak. Eneng otewe dulu mak. Bye bye"

Eneng sudah berlalu mengayuh sepeda tua peninggalan dari mendiang ayahnya. Sedangkan mak ijah masih mencerna omongan eneng.

"Otewe. Paan tuh ya"

"Oh maksud si eneng ote-ote kaliya. Tau gitu gue titip tadi"

Mak ijah meneruskan pekerjaannya sambil ngedumel karena lupa tidak memintang membelikan ote-ote.

Eneng sudah sampai dirumah bu romlah. Dia memarkirkan sepeda kesayangannya yang diberinama jacky. Sambil menenteng tas berisi pakaian bersih, Eneng mengetuk pintu rumah bu romlah.

"Assalamualaikum bu romlah. Eneng comming" (baca sesuai huruf ya)

Tak ada sautan dari bu romlah dari dalam rumah. Eneng mencoba berjalan kearah samping rumah bu romlah. Hingga sesuatu terdengar dari dalam sana.

"Aa uh kencengan dikit aa. Ahhh"

"Uhhh neng ini uda mentok ahhhh"

Eneng menempelkan telinganya didepan jendela. Saking penasarannya dengan suara aneh itu.

"Suara apaan sih itu. Apanya yabg dikencengin"

Dari dalam kembali terdengar suara yang mendesis desis. Membuat jiwa kepo eneng semakin menjadi.

"Aaaaa ish ish mantapp"

"Enennggg pinggang aa encok ini"

"Ayolah bangggg eneng belummm keluar ini"

"Ayo barengannn ajahhhhh"

Jiwa kepo miss eneng sudah sampai diubun-ubun. Dia mencoba mencari cara untuk mengintip kedalam ruangan itu.

"Ah untung ada kursi disini. Aman gak ya. Aman aman"

Eneng mulai menaiki kursi itu. Dia menaiki secara perlaham takut si empunya rumah memergokinya. Setelah sampai tujuan eneng langsung melongokkan kepalanya ke celah diatas jendela. Sesuatu mengejutkan eneng hingga membuatnya jatuh dan si empunya rumah meneriakinya dari dalam rumah.

"Oh my gosh terong burik"

Dubrak

"Woy siapa ituuuu"

Eneng sudah melejit berlari ke depan. Dan menyeret sepedanya pergi menjauh dari sana. Bu romlah dan suaminya membuka jendela memastikan siapa yang diluar sana.

"Siapa aa"

"Gak ada siapa-siapa tuh neng"

"Alah palingan kucing tetangga aa"

"Iya bener kamu neng"

"Lanjut yuk aa"

"Gak sanggup neng. Nyerah aa neng"

Kembali pada eneng yang sedang melarikan diri tanpa arah. Dia ternyata sudah sampai diwarung kopi pinggir jalan besar.

"Hosh hosh..astoge noge itu tadi gue gak salah lihat kan"

"Bener-bener gede. Tapi kok burik gitu"

Eneng yang masih bermonolog sendiri disamping warung kopi dikageti sahabatnya anak si pemilik warung.

Dorrr

"Eh terrong terong. Ish ais ngagetin aja. Ntar kalau jantung eneng copot gimana coba"

"Gampang tuh jantung pisang nganggur banyak tinggal diganti"

"Sa ae loe is. Is bagi air dong haus gue"

"Loe habis dikejar apaan sih neng ngos ngosan gitu"

"Terong burik"

"Hah terong burik. Maksud loe apa neng"

"Air dulu mana ais. Kering kerontang ini"

"Iya bentar"

Ais masuk mengambilkan air minum untuk sahabatnya itu. Dan kembali mendekati eneng.

"Nih minum"

"Thanks"

Eneng langsung menegak habis minumannya. Dan mulai bisa mengatur naafasnya.

"Sekarang loe cerita ke gue. Tadi loe ligat apaan"

"Sesuatu yang wow pokoknya"

"Iya apaan neng"

Eneng menceritakan kronologi kejadiannya kepada ais sahabatnya. Detail-sedetailnya bahkan dia bercerita dari perjalanan awal berangkat kerumah. Ais dengan setia mendengarkan tanpa mencoba menyelanya.

"Gila loe neng. Mata loe bintitan ntar ngintipin orang"

"Iya apa. Masa biaa kayak gitu"

"Beneran. Tuh si japri kemarin dia ngitipin emaknya mandi pagi harinya matanya bintitan gede banget"

"Wah gawat dong. Menghilangkan pesona gue ntar. Loe ada solusi gak ais"

"Gue gak tau. Tapi ntar coba loe tanya si japri kemarin sembuh dikasih apaan"

"Oh iya ya loe beneran. Ya uda gue kerumah si japri dulu sekarang"

"Heh gak usah bentar lagi juga orangnya lewat ngangon bebek"

"Ya uda gue tunggu disini dulu"

Tak lama japri lewat dengan menggiring bebek mereka ke area persawahan yang sudah dipanen. Eneng dan Ais langsung memanggil japri.

"Pri japri"

"Apa eneng"

"Sini bentar dong"

"Ya bentar. Gue giring bebek dulu"

Japri menggiring bebeknya masuk kedalam sawah tersebut. Selesai dengan pekerjaannya, Japri mendekat ke arah warung ais.

"Da apa. Loe kangen gue neng"

"Ish gak lah ngapain kangen sama loe"

"Kirain gitu loe uda ada rasa sama gue"

"Rasa ingin muntah melihat wajahmu yang eksotis"

"Hahaha loe neng mujinya tinggi banget"

"Serah loe deh. Jap gue mau tanya"

"Apa"

"Kata ais loe bintitan kemarin"

"Ah ais buka rahasia aja"

"Eleh bukan rahasia kali. Banyak yang lihat"

"Terus kenapa kalau gue bintitan"

"Loe obatin pake apa jap kok uda sembuh tanpa bekas gitu"

"Oh itu mah gampang. Loe cari masalah awal loe bisa bintitan. Nah itu obatnya"

"Maksud loe gimana. Gue gak paham"

"Dasar oon. Nih gue jelasin tapi sekali aja ya. Denger baik-baik"

"Iya"

Ais dan eneng diam mendengarkan setiap perkataan japri tanpa berkedip hanya bernafas dan melongo.

"Kan gue bintitan karena gue ngitipin emak gue mandi. Gue penasaran aja kayak apa wujud gunung himalaya emak gue. Yang kata bapak gue itu wow. Biar hilang penasaran gue, ya uda gue intipin aja. Eh paginya bintitan mata gue"

Japri diam dan mengambil air minum karena haus. Sedangkan dua pendengar setianya masih tak bergerak.

"Terus gue baca tuh artikel di mbah gulgul. Katanya dalam menyelesaikan masalah kita harus mencari akar masalahnya dan solusinya juga dari sana. Ya uda karena masalah gue ngintipin emak gue jadi gue bilang ke emak aja kalau gue mau lihat himalaya. Sama emak langsung dikasih lihat sembuh mata gue"

"Oo gitu. Jadi gue harus kembali ke akar masalah gue"

"Iya. Emang loe ngintipi apaan kok takut bintitan"

"Terong burik dirumah bu romlah"

"Oalah cuma terong toh. Loe bilang aja je bu romlah mau lihat tuh terong burik langsung biar gak bintitan"

"Oh gitu ya. Ya udah gue kerumah bu romlah sekarang. Ini juga bajunya malah kebawa gue lagi"

"Eneng semangat demi mata loe"

"Iya ais doain gue"

"Iya selalu"

"Semoga berhasil ya neng"

"Makasih pri"

Eneng kembali mengayuh sepedanya menuju rumay bu romlah. Sedangkan japri yang penasaran sama cerita awal eneng, dia menanyakan kepada ais.

"Is emang ceritanya gimana kok eneng takut bintitan"

Ais menceritakan seperti apa cerita eneng tadi. Japri langsung menggebrak meja karena menyadari sesuatu.

"Guoblok. Gue yakin eneng bakalan dikuliti bu romlah"

"Lah emang kenapa jap"

"Maksud solusi gue tadi, emak gue beliin gue gambar gunung himalaya bukan gunung himalaya emak gue yang gue lihat gue"

"Loe yang bego jap ngasi solusi setengah-setengah. Kasian nasib eneng jap"

"Gue gak ikutan pokoknya"

Sedangkan dirumah bu romlah, eneng bingung cara mengatakan keinginannya. Apalagi suami bu romlah juga berada disana masih menggunakan sarung.

"Mau ngomong apa sih neng. Ham hem terus dari tadi"

"Itu bu. Eneng mau terong"

"Terong. Saya gak punya terong eneng"

"Bukan terong ibu"

"La terus punya siapa neng. Ngomong yang jelas"

Eneng mencoba menarik nafasnya dalam dalam dan mengatakan maksudnya kepada bu romlah secara cepat.

"Eneng mau lihat terong burik punya pak somad. Tadi eneng gak sengaja ngitip. Eneng takut bintitan"

Bu romlah dan pak somad yang mendengar itu sama sama kaget mendengar perkataan eneng.

"Apaaaa"

"Maafin eneng bu pak"

Bu romlah yang gemas dengan tingkah absurd eneng langsung menjitak anak itu.

"Dasar bocah nakaal. Loe bilang senjata laki gue terong burik. Dasar bocah konslet"

"Aduh bu jangan dijitakin dong. Otak eneng limited edition ini"

"Dasar bocah tengikkkk"

Pak somad yang melihat itu tertawa terpingkal-pingkal hingga tanpa sadar sarungnya kembali melorot.

"Haaaa terong burik loyo"

_______

Nih othor balik dengan membawa markoneng. Bosen othor sama cerita anak kaya melulu... hahahaha

Tetap bahagia...

Jangan lupa jempol

Happy reading

Kendil Jennar

Semenjak kejadian terong burik, ene'ng tidak mau lagi kerumah bu romlah. Walaupun bu romlah sudah memaafkan. Namun eneng takut khilaf kalau lihat pak somad pake sarung.

Hari ini eneng akan kerja di pasar. Dia diminta membantu mak ijah jualan hasil kebonnya. Mak ijah hidup sebatang kara. Dan eneng selalu membantunya.

"Neng sudah siap kan"

"Sudah mak. Emak bisa gak duduk diatas daunnya"

"Bisa neng. Loe hati-hati bawa si jecky. Jangan sampe emak jatuh lagi kayak waktu itu"

"Tenang mak. eneng yang jenius punya solusinya. Emak naik dulu sekarang"

"Okeh"

Mak ijah yang memiliki tubuh ramping langsung naik diatas boncengan seped eneng yang sudah dipenuhi daun-daunan hasil kebun. Nenek sudah duduk diatas daun dengan tenang. Eneng langsung mengeluarkan gulungan rapiah berwarna merah.

"Neng loe bawa si rapiahmat buat apaan"

"Buat ngiket emaklah biar gak jatuh"

"Gimana caranya emak loe iket. Loe iket kebadan loe gitu neng"

"Gak mak. Kalau kebadan eneng takutnya, emak jatuh saat eneng berdiri atau turun"

"Terus loe iket dimana neng"

"Mak tenang aja. Duduk diam ateng ya"

Eneng mulai mengikat simpul tali pada besi penyangga sepeda dan memutarkan tali keatas melewati badan emak ijah. Terus eneng ulang hingga memutari tubuh emak. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Bukan hanya mengikat emak ijah, daun-daunnan mak ijah pun juga aman.

"Nah kan beres. Gimana mak"

"Pinter kamu emang neng. Kalau gini emak gak akan jatuh. Dah yuk keburu siang"

"Jeckyyy lets go"

Eneng mengayuh sepedanya dengan semangat. Setiap orang yang dia temui melihat kearah mak ijah dan eneng keheranan. Bagi yang mengenal eneng pasti tau maksud eneng mengikat mak ikah dibelakang. Sedangkan yang tak kenal akan menganggap eneng menyiksa mak ijah.

Tiba dipasar, eneng menurunkan dagangannya dan juga mak ijah. Mak ijah sudah memiliki lapak dipasar tersebut. Jadi tak perlu mencari lapak lagi. Para pedagang juga sudah mengenal eneng dan mak ijah.

"Neng loe terik sono. Biar rame"

"Asyiapp"

Eneng mengambil ubi kayu ditangannya dan berteriak. Dengan gayanya sendiri. Sedangkan mak ijah pergi mencari makanan.

"Ayo ibu semua. Dibeli-dibeli singkongnya. Gede panjang mantab rasanya. Ayo dibelli-dibeli. Singkongnya yahut ibu-ibu. terong aja kalah"

"Pisang pun ada ibu-ibu. Pisang tanpa pestisida tanpa pengembang. Dia ngembang sendiri. Alami pokoknya. Mantap abiss"

"Yang butuh daun muda. Eneng punya banyak. Daripada daun tua pastinya alot. Daun mudanya gress ini coy masih segel"

Tak lama dagangan eneng habis. Mak ijah hanya duduk menonton sambil minum kopi hitam. Mak ijah juga merokok dengan tembakau yang dilintingnya sendiri.

"Mak uda beres ayo pulang gak"

"Bentar rokok emak belum habis"

"Ya dikunyah mak biar cepat habis"

"Ish kamu neng. Gak nikmat kalau ngrokok itu buru-buru. Perlu penghayatan"

"Kalau cuma dihisap tok gak seru mak"

"La terus"

"Pake gaya eneng makin mantab mak. Diputar, dijilat,dihisepin"

Neng memperagakan dengan gayanya. Bukan hanya emak ijah yang tersedak rokoknya sendiri, bahkan bapak-bapak yang sedang minum kopi ikut tersedak.

"Aduh mak jangan nabsu gitu dong. Masak langsung telan semua"

"Diem loe bocah sableng. Ayo pulang aja sebelum semua orang ikut sableng"

Eneng berjalan dibelakang mengikuti mak ijah. Eneng selalu digoda sama para pedagang pria. Memang beberapa diantaranya sudah mengutarakan niat melamar eneng, namun eneng selalu menolaknya.

"Neng loe gak pengen gitu kawin"

"Pengenlah mak. Tapi mau kawin sama siapa. Nikah aja belum"

"Ya maksud emak nikah neng"

"Siapa yang mau sama eneng mak"

"Banyak tuh dipasar tinggal loe pilih"

"Ck. Mak eneng mau cari yang bukan orang kampung sini. Biar eneng bisa perbaikan keturunan"

"Nah loe mau nikahnya sama orang kayak apa"

"Yang penting terongnya gak burik"

"Dasar bocah sontoloyo"

Eneng mengayuh sepedanya kembali kekampungnya. Dijalan eneng mengoceh menceritakan berbagai hal.

"Emak ijah marah sama eneng. Kok diam saja sih Mak"

"Eh tau gak mak kemarin ada berita piral. Katanya mang kosim nikah lagi loh mak. Padahal bininya uda sepuluh. Ruar binasa kan mak. Emang emak gak pengen gitu nikah. Bair ada temannya"

Masih tak ada jawaban dari belakang punggung eneng. Eneng kembali memanggil si emak. Hingga seseorang menyadarkannya.

"Emak ijah jangan ngambek dong. Ntar eneng panggilin odong-odong deh. Mak bisa naik bebas. Ya mak ya"

"Neng loe sarap ya. Ngomong sendiri dari tadi"

"Heh. Eneng sama mak ijah kok teh mila"

"Mana emakmya gak ada noh"

Eneng baru menengok kebelakang. Dan menyadari bahwa si penumpang tak ada ditempatnya.

"Hah emak, kemanakah dirimu. Mak"

"Cepet cari neng. Ntar diculik loh"

"Iya teh"

Eneng kembali mengayuh sepedanya menyusuri jalan yang sudah dilewatinya.

"Pantes kok ringan banget. Gue pikir emak gak ada dosanya jadi ringan. Seringan kapas"

Eneng terus mengayuh sepedanya dengan tergesa. Apalagi jaraknya kembali ketempat semula bukanlah jarak yang dekat.

"Duh mak jatuh dimana sih mak"

"Mak ijah dimanakah dirimu. Kok bisa jatuh sih mak"

Eneng melihat kekanan dan kekiri berharap menemukan si emak disana. Sudah setengah perjalanan eneng mencari namun belum menemukan hasil juga.

"Apa jangan-jangan emak diculik ya"

"Iya ini emak beneran diculik kayaknya. Kalau dipilem-pilem ntar penculiknya minya tebusan"

"Wah gue harus lapor pak rete ini"

Eneng sudah akan berbalik kembali ke kampung. Namun niatnya diurungkan karena mendengar perkataan beberapa orang yang melintas.

"Duh kasian ya tuh nenek. Kok bisa gitu kelurganya tega dibuang gitu aja"

"Iya durhaka bener tuh keluarganya"

"Dibuang. Siapa yang dibuang. Masa sih mak ijah kan gak dibuang. Dia glangsaran aja gak ada yang nemu"

Eneng akan kembali mengayuh sepedanya. Kembali terdiam saat ada orang melintas lagi.

"Itu nenek aneh ditolongin gak mau. Malah asyik ngrokok"

"Iya katanya nungguin orang yang bertanggung jawab datang"

"Korban tabrak lari kali ya"

"Bisa jadi"

"Fix mak ijah ini mah"

Eneng langsung mengayuh sepedanya kearah orang yang sedang berkerumun. Eneng turun dari sepeda dan berlari. Lokasi mak ijah jatuh diparit sawah. Eneng lupa jika sedang membonceng mak ijah. Biasanya jika dijalan turunan dia akan memelankan laju sepedanya. Namun karena lupa, eneng mengayuh dengan cepat dan tepat didekat sawah eneng menabrak batu cukup besar. Eneng bisa menguasai laju sepedanya namun tak tau jika mak ijah terjatuh dan masuk kedalam parit.

Eneng mengintip dari sela para warga yang menonton emak ijah. Banyak yang mencoba menolong mak ijah. Namun mak ijah selalu menjawab, tak mau disentuh siapapun. Eneng diam-diam maju kedepan. Pemandangan wow nampak disana. Kemben mak ijah melorot separoh dan dia masih didalam parit sawah. Walaulun sudah berumur, mak ijah tetap masih perawan ting-ting cuy.

Mak ijah yang melihat eneng melongo langsung berteriak lantang.

"Dasar bocah soak. Kenapa loe jatuhin emak disini. Dasar kampret loe neng"

"Wah kendil jennar nyemplung got"

______

Ayo geng gesrek...merapatlah..daripada mikirin copid gak kelar-kelar mending kita heppy heppy bareng markoneng

Happy reading

Mister Kempit

"Neng loe mau ikut gak"

"Kemana is"

"Nonton layar lebar"

"Dimana"

"Lapangan deket empang"

"Boleh boleh. Sekarang"

"Besok lebaran kuda"

"O ya uda kalau masih lama mah ais"

"Sekarang onengggg. Buruan. Pilem babang minho"

"Hue ngomong dong dari tadi"

Eneng langsung berlari keluar dan mendekati ais. Mereka pergi menggunakan sepeda menuju lapangan. Didesa ini masih sering menayangkan layar lebar kalau jaman baheula mah layar tancep. Tapi berhubung eneng agak limited, dia selalu menanyakan. Layarnya ditancepin dimana kok layar tancep.

Daripada pusing mikirin jawaban mending ganti nama aja. Jadilah layar lebar. Selebar badan ais yang bahenol.

"Kok uda rame aja sih is"

"Iyalah ini pilem baru yang dibawa sama teh geulis"

"Emang teh geulis uda pulang kampung is"

"Kemarin pulang sama calon suaminya"

"Ganteng gak ganteng gak"

"Beuh gak cuma ganteng is. Produk improt dia"

"Bule is"

"Hoo. Matanya biru. Cakep bener"

"Berarti dia turunan darah biru dong is"

"Lah kok bisa gitu neng"

"Lah kata loe matanya biru, darahnyapun pasti biru"

"Oh bener-bener omongan loe. Jangan-jangan"

Eneng dan ais sama-sama memberi jawaban rasa penasaran ais tadi"

"Terong biru. Hahaha"

"Pasti itu is kan import"

Mereka berdua mencari tempat duduk. Si japri yang melihat dua sahabatnya bingung mencari tempat, langsung memanggilnya.

"Eneng. Ais sini"

"Eh si japri tuh"

Mereka mendekat kearah japri. Dan duduk disampingnya. Japri menyodorkan dua gelas minuman teh panas buat eneng.

"Nih tadi gue bawa termos. Biar gak dingin"

"Ah si japri mah the best punya"

"Oh jelas. Japri gitu loh"

Mereka fokus menonton layar lebar dari negeri gingseng yang berjudul Boys Over Flowers. Dan babang minho sebagai pemeran utama.

film itu sengaja ditayangkan malam hari agar anak dibawah umur tidak ikut menonton. Mereka heboh saat ada adegan ciuman.

"Aa minho eneng mau dikis kis"

"Ye dianya yang ogah ma loe neng"

"Sirik aja loe jap"

Film tidak diputar full. Hanya beberapa episode saja. Geulis sengaja melakukan itu agar mereka tidak sampai malam sekali pulangnya.

"Malam ini cukup ya. Besok kita sambung lagi"

"Yah neng geulis mah suka gitu. Digantung. Sakit tau neng"

"Uda malam gak baik anak perawan pulang kemalaman neng"

"Neng kenalin calon suaminya dong"

"Ogah ntar loe ngiler"

"Ayolah teh. Jangan bikin eneng gak bisa tidur karena kepikiran. Mau tengah malam eneng ngetuk jendela kamar teteh"

"Ya udah gue kenalin. Tapi jangan asal peluk"

"Asyiap"

Geulis masuk kedalam untuk memanggil calon suaminya. Ais dan Eneng setia menanti didepan pintu. Tak lama terdengar suara langkah kaki.

"Neng. Ais"

Mereka langsung menengok. Eneng terkena vertigo dadakan. Ais pun sama. Mereka bahkan masih menganga mulutnya melihat mahakarya paling sempurna itu.

"Is itu beneran manusia kan"

"Bukan neng dewa zeus temannya spongebob neng"

"Ais, neng kok melongo katanya mau kenalan"

Ais dan Eneng saling berbisik. Mereka masih bingung bagaimana cara berbicara dengan bule.

"Is bahasa inggrisnya kenalin nama gue eneng, apa"

"Bentar. Oh ya gue ingat. Ho ar yu mister a yem eneng"

"Oke oke"

Eneng maju kedepan dengan percaya diri dan mengulurkan tangannya.

"Go ar yu mister a yem eneng"

Eneng tersenyum bangga. Geulis dan sang bule terkikik memdengar perkataan eneng. Eneng kembali bertanya kepada euis.

"Is. Bahasa inggris nama kamu siapa"

"Sek bentar. Wat yur nem mister"

"Oh. Oke"

Eneng kembali menatap kearah bule tadi dan kembali bertanya.

"Wat yur nem mister"

"Sugeng dalu asma kulo david. Kulo asal e saking brebes mbakyu"

( Selamat malam nama saya david. Saya berasal dari brebes mbk)

Gubrak

Eneng dan ais langsunh pingsan mendengar bule itu berbahasa jawa medog. David dan geulis langsung teriak melihat dua sejoli itu pingsan.

"Ais. Eneng kalian kenapa"

David yang ikut panik. Langsung mengambil minyak angin untuk menyadarkan eneng dan ais. Tak lama eneng sadar.

"Wes sadar akhir e dek koncomu iku"

(Sudah sadar akhirnya dek temanmu itu)

"Inggih kangmas"

(Iya mas)

Eneng yang masih belum menerima keadaan, berusaha untuk tersadar dan membangunkan ais.

"Is bangun. Ayo pulang ntar bapak loe nyariin"

Ais langsung berdiri dan berjalan beriringan sambil ngedumel karena dikecewakan oleh penampilan. Geulis yang melihat pasangan gaje itu pergi meneriakinya.

"Woy pulang gak pamitan dulu apa"

"Uwes to dek paling selak ngantuk bocah e iku"

(Sudah dek paling keburu ngantuk anak itu)

"Kok ra pamit kui lo kangmas"

(Kok gak pamit itu loh kangmas)

"La rep kepriwe to dek. Jarne wae. Ayo mlebu. Bediding nengkene dek"

(La mau gimana lagi to dek. Biarkan saja. Ayi masuk. Dingin banget disini dek)

Pasangan itu masuk kedalam. Sedangkan ais dan eneng yang masih sempat mendengar perkataan pasangan itu bergidik geli.

"Is besok-besok jangan percaya kopernya aja kalau kenalan sama orang. Bisa-bisa dapat makhluk pelanet kayak si depit tadi"

"Bener neng. Gayanya produk improt eh dalemnya ternyata lokal"

"Ambyarrr"

Pagi hari eneng biasa mencuci dibelakang rumah. Sambil mencuci, eneng konser ria.

*Aku punya teman ah ah

Teman sepermainan ah ah

Dimana ada dia selalu ada aku

Dia amat manis ah ah

Dan juga baik hati ah ah

Dia selalu ada waktu untuk membantuku

Ah ah. Ah ah*

"Eneng lo nyuci apa makan sambel"

"Nyuci emak. Kenapa emangnya"

"Suara loe gangguin bebek tidur. Ah ah melulu. Emang judul lagunya apa neng"

"Ah ah mak"

"Emang ada lagu judulnya ah ah neng"

"Lah adalah mak. Nyatanya eneng nyanyiin"

"Coba gimana lagunya. Emak pengen denger"

Sambil menyikat pakaian eneng bergumam dengan nada dasar d.

Hmmmm ah ah

Hmmmm ah ah

"Stop stop geli emak dengar loe ah ah melulu neng"

"Lah kenapa mak. Suara eneng kan sekseh"

"Jigong loe bau sampah neng"

"Hehehe eneng belum gosok gigi mak"

"Ih jorok"

"Ye kayak dianya sendiri kagak jorok yak"

Emak sudah berdiri ingin meninggalkan eneng. Saat emak berdiri, geulis sedang berjalan-jalan dengan calon suaminya itu. Emak yang melihat makhluk langka, langsung kambuh penyakit ganjennya.

"Ahhh arnol swesseger"

"Apaan mak"

"Itu neng ada arnol swesseger kesini. Ah emak mau poto biar bisa dipajang di efbe"

"Ce ileh kayak tau apa iti efbe mak. Biasanya juga bergaul ma cabe aja"

Eneng masih fokus dengan dunia pergombalannya. Hingga suara emak menyadarkan dirinya dari dunia ke gelapan berpindah ke dunia kesuraman.

"Aa arnol. Eneng icah mau poto boleh"

Si bule cuma senyum dan manggut-manggut. Geulis yang mendengar emak eneng ganti nama ingin protes tapi tidak punya nyali. Sedangkan eneng sambil nyuci langsung protes.

"Yaelah mak nama ponijah aja ganti icah. Gak sekalian cicak didinding"

"Aa arnol gak usah dengerin kaleng biskuit ngoceh"

"Buju buneng gue dibilang kaleng biskuit. Dasar emak durhaka"

"Gak ada dalam sejarah sebutan emak durhaka. Adanya anak durhaka eneng"

Mendengar seseorang yang dia kenal suaranya. Eneng langsung menengok dan salah menyebut nama tunangan geulis.

"Ahh mister kempit"

_______

Dah ah eneng kencan dulu ma babang minho.. jangan marah ya. Bye bye muah

Tetap bahagia

jangan lupa jempol

Happy reading

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!