“ Marcell, tunggu!! “ Pria bertubuh tegap itu pun kembali memalingkan wajahnya ke belakang. Menatap tajam pada sang kakak yang berusaha mencegah nya.
“ Kau memang gila, Marco. Aku tidak mau.”
“ jadi kamu tidak mau membantuku, Cell? Jangan harap aku akan membiayai kuliah S2 mu lagi.” Ancam pria yang mengaku kakaknya itu.
Marcell terdiam. Ia benar-benar bingung dengan jalan pikiran kakaknya itu. Ia pun akhirnya menjatuhkan tubuhnya yang lemas keatas sofa ruang tengah.
“ Kau mau kan melakukannya? “ Kini nada kakaknya setengah memelas. Dan membuat Marcell mengusap kasar wajahnya lalu menarik rambut gondrong nya ke belakang.
“ Dulu kau pergi dari rumah dan diam-diam menikah dengan wanita itu. Lalu sekarang kau pulang ke rumah ini dan meminta ku menikahi istrimu? benar-benar tidak waras.” ucap Marcel menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sekarang Aleeya bukan istriku, tapi mantan istri. Aku ingin menikah kembali dengannya. Jadi ku mohon kau mau kan jadi suami kontrak nya? sebelumnya kami ada masalah, aku talak dia. Lalu kami rujuk lagi. Tapi ternyata rumahtangga ku dengannya kembali diuji, hingga aku hilaf dan kembali menalaknya. Aku benar-benar bodoh, terlalu mudah mengucap kata cerai. waktu itu aku sangat emosi hingga terucap cerai ke tiga kalinya. Jadi Aleeya tidak halal lagi bagiku, kecuali ia harus menikah dulu dengan orang lain. Maka Aleeya akan kembali halal jika ku nikahi.” ungkap Marco dengan raut muka penuh penyesalan.
“Seandainya mami dan papi masih ada, mereka akan sedih melihat kelakuan gila mu itu, Co. Karena jujur saja, Sejak mengenal perempuan brengsek itu kau berubah total, bahkan aku merasa tidak mengenalmu lagi.” kata Marcel seraya melipat kedua tangan di perutnya.
"Stop bilang dia perempuan brengsek! Ayolah, kau hanya cukup bilang iya susah amat sih. hanya untuk status saja, cell. setelah itu kau bisa menceraikannya lagi."
"Kalau hanya untuk status kenapa harus aku? kau bisa bayar pria lain diluar sana yang mau diajak kawin kontrak dengan wanita mu itu kan?" ucap Marcell menatap tajam sang kakak yang sedari tadi terus memaksanya.
"Aku tidak mau Aleeya disentuh pria mana pun" jawab Marco.
"Apa bedanya dengan ku?" sahut Marcel tersenyum miring.
"Bedanya kau adikku. Aku rela kau menyentuh Aleeya untuk sementara" ujar Marco.
"Dasar gila!!"
Marcell mendorong tubuh Marco yang duduk disebelahnya. lalu ia beranjak pergi meninggalkan sang kakak yang masih sibuk bangkit dari posisinya akibat dorongan keras dari sang adik.
" Cell, mau kemana kau? kita belum selesai bicara" teriak Marco, namun Marcell tak menggubris nya. Ia berlalu menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah, dan tak lama kemudian suara mesin mobilnya pun menderu. Marcell pun meluncur membelah jalanan dimalam hari tanpa tujuan yang jelas.
***
Aleeya masih berada dikantor menunggu Marco yang sudah dua Minggu ini mulai sering menjemputnya.
"Aleeya" suara Marco yang berdiri didepan pintu ruangannya yang tengah terbuka itu membuat Aleeya sedikit terkejut.
"Marco? sejak kapan kau berdiri disitu? ayo masuk!" perintah Aleeya seraya tersenyum manis pada mantan suaminya itu.
"Apa pekerjaan mu belum selesai? ini sudah jam delapan malam lho" Ucap Marco lalu menjatuhkan tubuhnya dikursi yang berhadapan dengan meja kerja Aleeya.
"Iya nih nanggung, Co. Berkas ini harus selesai secepatnya, karena besok pagi akan dipresentasikan didepan klien" sahut Aleeya seraya jemari tangannya menekan-nekan tombol alfabet dipapan keyboard komputer dengan lihainya.
"Ooh" Marco membulatkan mulutnya. dan Aleeya pun hanya tersenyum lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Lea," lirih Marco pelan.
"Ya, ada apa, Co?" sahut Aleeya tanpa mengindahkan pandangan pada layar laptop dihadapannya.
"Andai waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan menjatuhkan talak tiga padamu. Aku benar-benar bodoh, tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya," ucap Marco menjambak rambutnya penuh frustasi. dan membuat Aleeya sesaat menghentikan gerakan jari-jari tangan lentiknya.
Aleeya sejenak menghentikan jemarinya dari papan keyboard laptop tersebut, lalu menatap Marco yang duduk dihadapannya, "Untuk apa kamu menyesali yang sudah terjadi? sudahlah, Marco. Mungkin kita berjodoh hanya sampai waktu itu saja" ucap Aleeya terdengar pasrah.
"Tidak Aleeya, aku mau kita menikah lagi. kau juga masih mencintai ku kan?" Marco langsung meraih tangan Aleeya lalu menatap mata wanita yang telah membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya itu.
"Segimana pun kamu pernah nyakitin aku berkali-kali, Aku heran kenapa aku masih sayang sama kamu. Bodoh memang kedengarannya," ujar Aleeya mengumpat dirinya sendiri.
Sepertinya cinta yang begitu dalam menutup semua kesalahan yang pernah Marco lakukan padanya. Aleeya beranggapan pengorbanan lelaki itu selama bersamanya dulu jauh lebih berkesan dibandingkan dengan sikap Marco yang kasar padanya. Cinta benar-benar gila.
"Aku tau aku salah besar terhadap kamu. Aku percaya begitu saja sama video murahan itu. Aku khilaf, cemburu sudah membutakan mata dan hati untuk nggak percaya penjelasan kamu waktu itu," kata Marco lirih.
"Ya, aku paham itu. Aku sudah memaafkan mu," ucap Aleeya meraih tangan Marco diatas meja.
Marco tersenyum, lalu menciumi kedua punggung tangan Aleeya penuh damba. "Ayo, kita bersama lagi," ajaknya.
"How?" lirih Aleeya. Ia memang belum paham betul dengan aturan agama yang dianutnya. Tapi yang ia tau jika suaminya sudah menalaknya untuk yang ke tiga kali, maka dirinya sudah tidak halal lagi untuk bisa kembali rujuk.
"Menikahlah dengan adikku, Aleeya."
"Apa?" Aleeya membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Dia tidak percaya atas apa yang barusan didengarnya.
Akhirnya Marco menjelaskan rencananya itu pada Aleeya. Aleeya pun terkejut dan tidak menyangka kalau Marco senekad itu mau melakukannya agar mereka bisa menikah kembali. Darimana Marco memiliki ide segila ini?
Aleeya terdiam, jujur saja perempuan itu tidak setuju dengan jalan pikiran Marco. Tapi di sisi lain hatinya tak bisa dipungkiri bahwa dirinya masih mencintai lelaki itu.
.
.
.
.
"Aku tidak mau!!" Sahut Aleeya setelah mendengar rencana Marco padanya.
"Please, Lea. aku mencintaimu, aku hanya ingin kita bisa bersama lagi. membangun rumah tangga yang lebih baik dan memiliki anak yang banyak bersamamu hingga kita menua nanti." ujar Marco klise.
"Tapi aku nggak mau menikah dengan orang lain, Marco. aku nggak mau berhubungan dengan orang lain selain kamu. Sumpah demi apapun, aku nggak akan Sudi."
Air mata Aleeya lolos begitu saja dari kedua matanya. ia begitu sangat mencintai Marco, pria yang hanya satu bulan pernah menjadi suaminya itu.
Marco sesaat memeluk tubuh Aleeya, lalu mengusap air mata mantan istrinya itu dengan kedua ibu jarinya.
"Dia bukan orang lain, Lea. tapi dia adikku. dia akan menjadi suami kontrakmu selama tiga bulan. atau kalau bisa satu Minggu saja, setelah itu adikku akan menceraikan mu. kau setuju kan?" bujuk Marco agar Aleeya setuju.
Aleeya terdiam, ia hanya menatap ragu pada Marco. Ide Marco memang gila dan konyol. Namun hanya itu mungkin cara satu-satunya agar mereka bisa kembali. Dengan pernikahan kontrak? tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak Aleeya sama sekali.
"Adikku pria yang baik. Dia tidak akan macam-macam denganmu. Aku janji semua akan baik-baik saja." ucap Marco berusaha meyakinkan Aleeya yang jelas terlihat masih bingung dan enggan menerimanya.
"Aku tidak mengenal dia, Marco. Bertemu sekali pun aku tidak pernah. aku nggak mau, aku sangat takut," lirih Aleeya.
"Adikku bernama Marcello. kami berdua hanya selisih umur dua tahun saja. jadi usianya masih diatasmu satu satu. dia belum bekerja, karena ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 nya terlebih dulu sebelum ikut andil mengurus perusahaan peninggalan papi." tutur Marco.
Aleeya hanya terdiam. ia masih bingung dengan semuanya. Sejujurnya Aleeya masih sangat mencintai Marco. Seandainya waktu itu Marco bisa sedikit menahan emosinya didepan pengadilan agama, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mereka tidak akan bercerai dengan talak tiga didepan para saksi semuanya.
"Kamu setuju kan? hanya itu jalan satu-satunya agar kita bisa bersama lagi," bujuk Marco lagi.
"Aku benar-benar bingung. Sebetulnya nggak perlu kau lakukan ini, Co. Bukannya perceraian waktu itu udah kesepakatan bersama kan? lagipula apa kau rela adikmu menyentuhku?" tanya Aleeya menatap tajam pada pria yang kini dihadapannya.
Marco menghela nafasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Aleeya.
"Tadinya aku tidak rela. Tapi aku semakin tidak rela lagi kalau kamu sampai menikah dengan pria lainnya selain Marcell. Aku hanya ingin bersamamu pada akhirnya, Lea" ucapnya terdengar berat.
Aleeya terdiam. ia berjalan mendekati jendela ruangannya. Menyibak tirai yang menyuguhkan pemandangan kota dimalam hari. Aleeya nampak galau seraya melipat tangan didadanya. Haruskah ia menerima tawaran itu sebagai solusi?
"Baik, jika memang adikmu mau melakukannya untuk kita." ucap Aleeya pada akhirnya. Aleeya memejamkan kedua matanya sejenak, hingga buliran air matanya pun ikut tersapu disana. Cinta sudah membutakan dirinya. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa dirinya akan menikah lagi dengan seseorang yang tidak ia kenal. Meski itu perkawinan kontrak, tapi tetap saja akan sah secara hukum dan agama.
Marco akhirnya tersenyum lega mendengar keputusan Aleeya. ia sudah tidak sabar ingin melancarkan rencananya itu. Marco hanya ingin Aleeya kembali bersamanya, menjadi miliknya untuk selamanya.
***
Marcell dengan asik menyantap sarapan paginya dimeja makan sendirian, sebelum Marco turun dari kamarnya dan membuat Marcell tiba-tiba menjadi tidak berselera.
"Aku sudah bicara dengan Aleeya. ia telah menyetujui untuk kau nikahi beberapa saat. jadi Minggu depan kau harus menikahinya. aku yang akan mengurus segala sesuatunya." ucap Marco yang sukses membuat Marcell menjadi geram.
"Hey, kau pikir kamu siapa bisa mengatur hidupku seperti itu? aku tidak mau." Bentak Marcell menggebrak meja makan dan membuat benda diatasnya ikut bergetar.
"Dengar Marcell, disini aku yang pegang kendali semuanya. termasuk fasilitas dan keuanganmu dari peninggalan papi dan mami. jika kau tidak mau, siap-siap saja kau akan jadi gembel dijalanan." Ancam Marco. namun hatinya mengingkari, ia tidak mungkin tega mengusir adik kesayangannya itu ke jalanan.
"Kau ini benar-benar brengsek ya. bisanya hanya mengancam saja. Kenapa kau tidak bunuh aku saja, biar hidupku tenang tanpa harus melihat kebodohan dan keserakahan mu itu." umpat Marcell kecewa.
Marco langsung mendekatinya lalu menepuk bahu adiknya tersebut.
"Aku tidak mungkin membunuhmu, Marcell. kalau kau mati siapa yang akan membantuku untuk menikah kontrak dengan Aleeya."
ucapnya tersenyum miring.
"Sialaan!" Marcell mendengus. "tapi ini masalah pernikahan. upacara sakral itu bukan untuk dijadikan permainan, Co. harusnya kau paham masalah itu."
"Ya aku tau, Cell. tapi please... ini yang terakhir kalinya aku meminta tolong padamu. setelah itu aku janji, aku tidak akan mengusik hidupmu lagi. aku mohon, Marcell !" tutur Marko merendahkan nada bicaranya dan membuat sang adik jadi tidak tega melihatnya.
"Oke, tapi bagaimana dengan Sabrina?" tiba-tiba kata-kata itu terlontar dari bibir Marcell.
"Oh, gadis itu. Seingatku kekasihmu yang bernama Noviana Sabrina masih menyelesaikan kuliahnya di Paris kan? dia tidak akan tau tentang ini. Ayolah Cell, ini tidak akan lama. sebelum Sabrina kembali, kau sudah menceraikan Aleeya." ujar Marco menyeringai konyol.
"Tapi tetap saja aku mengkhianatinya. dia kekasihku, orang yang sangat berarti untukku selain kau, brengsek." Marcell sungguh jengah dengan posisinya yang serba salah ini. Tapi meski begitu, ia tidak bisa membenci ataupun menolak perintah sang kakak.
"Aku tau, Cell. tapi tolong bantu aku sekali ini saja. Ayolah...." Pinta Marco.
"Terserah kau sajalah, aku cape dengernya. Kau urus saja semuanya." Marcell pun langsung beranjak pergi meninggalkan Marco yang masih berada dimeja makan. Marco melebarkan senyumannya setelah mendengar ucapan marcell yang terakhir barusan.
"Akhirnya--- thanks Marcell. kau memang adik kesayanganku yang bisa diandalkan." Gumam Marco seraya menarik sudut bibirnya keatas membentuk sebuah senyuman.
.
.
.
.
Apa kalian suka dengan ceritanya ?
kalau suka tolong like, komen, vote ya 😁
nanti insyaallah tiap hari aku update deh 🤗 mohon maaf kalau ceritanya kurang berkenan.
Hari itu pun tiba, dimana Marco sudah mempersiapkan segalanya untuk pernikahan adik dengan mantan istrinya itu.
POV Aleeya.
Aku duduk didepan cermin. sudah mengenakan kebaya putih dengan sedikit Payet yang membuatku nampak sangat anggun. menatap wajahku yang telah dipoles tipis oleh perias pengantin, dengan tatanan rambut yang telah di sanggul menggantung, hingga aku terlihat lebih cantik dari biasanya. Ya, namun tidak dengan hatiku.
Hatiku tidak secerah wajahku. Sejujurnya aku takut, aku belum ikhlas bila harus menikah lagi dengan seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya.
Ya Tuhan, semoga pengorbanan ku ini tidak sia-sia. Cintaku begitu dalam untuk Marco. buatlah kami bersatu lagi, ikatkan lah kekuatan cinta kami meski harus dengan jalan seperti ini dulu.
"Kamu sudah siap Aleeya? penghulunya sudah datang." Tiba-tiba Marco yang entah sejak kapan sudah berada di hadapanku.
"Marco, aku sangat takut."
Marco tidak menjawab kata-kata ku. ia hanya memegang kedua pundakku lalu mengecup kening ku sekilas.
"Apa sebaiknya kita batalkan rencana ini saja? aku masih ragu." Aku berharap Marco mengiyakan lalu membawaku pergi sejauh mungkin.
"Tidak Lea. Semua akan baik-baik saja. Aku sudah atur semuanya. Aku janji akan selalu ada dekat kamu. Kita akan tinggal satu atap nanti," katanya seraya mengusap lembut pipiku.
Ah, aku kecewa, tapi sedikit merasa sedikit lega mendengar kata-kata Marco barusan. Setidaknya aku dan Marco akan tinggal bersama meski status kami bukan siapa-siapa lagi.
'Bersabarlah, Lea. Ayo bersabarlah...' Kata-kata itulah yang kini terucap dari hatiku untuk menyemangati langkah hidupku.
"Ayo Lea, orang tuamu juga sudah datang dari New York. mereka ingin memberikan kejutan untukmu."
Sungguh aku terkejut mendengarnya. Ini berita yang sangat menggembirakan untukku. setidaknya ada sedikit senyuman yang bisa aku lepaskan dipernikahan kamuflase ini.
"Benarkah mama dan papaku kesini, Marco?"
"Iya, Lea. Aku juga tidak menyangka kalau mereka akan tiba tadi pagi. aku memang menghubungi mereka dan memberi tahukan bahwa kamu akan menikah dengan adikku. Tapi mereka belum tau rencana kita. sebaiknya mama dan papamu jangan tau dulu soal ini."
Aku hanya bisa mengangguk diam. rasanya begitu menyedihkan nasibku ini. Tahun lalu saat aku menikah dengan Marco, kedua orangtua ku tidak bisa hadir. Wali nikahku terpaksa diwakilkan oleh om Danu, adiknya papa.
Tapi kini dipernikahan kedua ku yang bisa dibilang hanya pura-pura ini, mereka malah datang memberiku restu. Mereka meluangkan waktunya untukku. Sungguh ironis.
POV Aleeya end.
***
Marcell sudah duduk dikursi ijab qobul yang telah disediakan. Begitu pula dengan penghulu, dua saksi dan ayah dari pempelai wanita yang kini duduk berhadapan langsung dengannya.
'Benar-benar gila. Masa depanku hancur ditangan kakakku sendiri. brengsek kau, Marco!' umpat Marcell dalam hatinya.
Tak lama kemudian sang mempelai wanita pun datang dituntun oleh periasnya dan diikuti oleh Marco dari kejauhan dibelakangnya.
Marcell terlihat membuang mukanya saat Aleeya mulai duduk perlahan disamping dirinya. Rasanya Marcell enggan sekali melihat calon istrinya itu.
Prosesi ijab Qabul pun akan dimulai. Marcell menarik nafasnya dalam-dalam sebelum berjabat tangan dengan sang wali nikah.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Aleeya Fredrick binti Richard Fredrick dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana saksi? sah?"
"Sah."
"Saah."
Kini Marcell dan Aleeya pun telah sah menjadi suami istri. tidak ada pesta disana, hanya makan-makan keluarga terdekat. apalagi di pihak keluarga Marcell hanya ada Marco saja yang bisa menyaksikan pernikahan itu, karena sanak saudaranya hampir semua menetap diluar negeri.
"Aleeya sayang, Mama dan Papa nggak bisa lama-lama di Jakarta. Minggu depan kami harus kembali. Jadi mama harap selama seminggu ini kau dan suamimu tinggallah bersama kami. Mama dan papa hanya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin bersamamu," ucap sang mama yang membuat Aleeya jadi serba salah. Begitu juga dengan Marco yang berada tidak jauh dari Aleeya dan Marcell.
"Marcell, kau mau kan selama seminggu ini tinggal dirumah kami? setelah kami kembali ke New York, kalian bebas mau tinggal dimana saja. Tapi untuk seminggu ini mama mohon tinggallah bersama kami." pinta Lucy, Mamanya Aleeya.
Mendengar hal itu sesaat Marcell melirik ke arah Marco, dan Marco pun memberikan isyarat anggukan kepala.
"Oke, tidak masalah. Kami akan tinggal bersama kalian." ucap Marcell mengiyakan.
Kedua orangtuanya Aleeya pun akhirnya bisa tersenyum lega. sang mama langsung memeluk Aleeya dengan sangat erat.
"Selamat ya, Nak. semoga dipernikahanmu kali ini akan mendapat banyak kebahagiaan. Mama tidak menyangka kamu akan secepat ini menikah lagi. Tapi tidak apa-apa, mama dan papa sudah senang melihatmu bahagia," ujar sang mama seraya mengelus lembut kepala Aleeya.
'Kalian salah. pernikahan ku kali ini karena terpaksa. kebahagiaan ku yang sebenarnya hanya bersama Marco,' lirih Aleeya dalam hati.
***
"Cell, kau harus ingat batasan-batasan mu selama kau tinggal dirumah orangtua Aleeya !" Bisik Marco saat mengantar adiknya itu masuk kedalam mobil yang didalamnya sudah ada Aleeya dan kedua orangtuanya menunggu Marcell.
"Batasan apa maksudmu? wanitamu itu sudah jadi milikku, jadi aku bebas melakukan apa saja padanya." Balas Marcell merasa jengah lalu tersenyum miring pada sang kakak yang tengah melotot dihadapannya itu.
"Sialann!!" umpat Marco.
"Udahlah, kau tenang saja. Aleeya mu itu bukan tipe ku. aku tidak akan pernah bernafsu padanya. Dan maaf, aku tidak suka barang bekas," Kata Marcell seraya menonjok pelan bahu Marco.
'Jaga omongan mu Marcell! dia bilang Aleeya ku barang bekas? kurang ajar,' umpat Marco dalam hati saat Marcell beranjak masuk kedalam mobil yang ia kemudikan sendiri.
Aleeya yang duduk didepan samping Marcell itu pun menatap Marco yang masih berdiri didepan rumah. tatapannya menyiratkan kesedihan.
Marco berusaha menyembunyikan kesedihan yang sama-sama tengah ia rasakan juga. Marco berusaha tersenyum pada Aleeya. senyuman getir saat menyaksikan kepergian Aleeya yang dibawa pergi Marcel bersama kedua orangtuanya.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!