Tidak ada yang harus di banggakan Mey jadi istrinya Hugo dan juga tidak ada kebahagiaan di dalamnya. Hugo tidak pernah mengenalkannya pada publik dan juga menutup seluruh akses Mey supaya jangan di ketahui oleh banyak orang terutama fansnya.
Mey sudah jengah berada di bawah kungkungan Hugo. Ruangnya terbatas setiap hari dia harus berada dalam rumah tidak boleh kemana- mana padahal Hugo pergi pagi pulang malam kadang tidak pulang selama berminggu- minggu karena sibuk syuting.
Di luar sana Hugo juga sering di gosipkan dekat dengan sejumlah artis papan atas kadang dengan lawan mainnya di sebuah film. Nama playboy melekat pada diri Hugo yang sering gonta- ganti pasangan. Mey sudah muak melihat berita seleb tiap hari di televisi memperlihatkan betapa mesranya Hugo bersama perempuan cantik di luar sana. Sedangkan Mey hanyalah perempuan biasa tidak punya skill istimewa selain membujuk Alfi yang senang menangis. Bayi berusia sepuluh bulan itu memang suka merengek dan minta gendong pada Mey tapi tidak pada Hugo bahkan melihat Hugo saja Alfi akan menangis dan menyuruk di dada Mey.
Hugo memang jarang bersama Alfi ia hanya sesekali pulang itupun hanya untuk menumpang tidur. Selebihnya Hugo akan menghabiskan hari di rumah mamanya dan di apartement miliknya. Pria berusia dua puluh tiga tahun itu menjadikan Mey hanya untuk pelampaiasan setelah hasratnya selesai maka ia akan pergi dan kembali jika ingin.
Kadang Mey rindu saat- saat dirinya sebelum jadi istri Hugo. Ia yang berasal dari pedesaan akan menghabiskan hari di tepi pematang sawah atau mandi bersama di sungai kecil yang mengalir di dekat rumahnya. Di sana ia punya banyak teman bersenda gurau bersama. Setiap hari Minggu ia bersama anak- anak kecil lainnya akan mencari udang di sela bebatuan sungai. Jika musim kemarau tiba ia bersama teman- teman sedesanya akan berkumpul di lapangan main layangan.
Tidak ada yang lebih indah bagi Mey selain hidup di desanya bersama keluarga kedua orang tuanya. Meski kehidupan keluarganya miskin tapi hari- hari Mey selalu hangat oleh kasih sayang.
Seandainya ia tidak bertemu Hugo dan menolong pria itu saat mabuk di tepian sungai mungkin Mey saat ini sudah di sunting pria di desanya dan hidup sederhana di sana. Mey adalah bunga desa yang di rebutkan banyak pria termasuk anak pak kades yang tampan berkuliah di kota. Waktu Mey di boyong ke kelurahan, anak pak kadeslah yang paling membela Mey. Meski semua telah di putuskan oleh masyarakat dan dewan desa, Hugo harus menikahi Mey tapi putra pak kades itu bersikeras untuk tanggung jawab. Akhirnya ia di usir ayahnya dan di seret untuk pulang. Beserta dengan makian tentunya.
Saat itu Hugo bersama teamnya mendatangi desa Mey untuk syuting disana. Malamnya Hugo mabuk- mabukan bersama dua temannya yang lain di tepian sungai dan membuat api unggun disana. Mey yang tidak tau bahwa ada orang yang sedang teler pergi mengambil air paginya. Pagi di desa berbeda dengan pagi di kota. Jika di desa pagi bagi mereka ialah sebelum shubuh sedangkan di kota setelah matahari terbit.
Biasanya perkampungannya aman dari bahaya anak muda makanya ia bebas pergi kesana kemari seorang diri apalagi sungai tidak jauh dari rumahnya tempat yang biasa ia datangi.
Tapi pagi itu adalah pagi yang naas bagi Mey yang merubah alur hidupnya seketika. Ia yang bodoh tidak bisa membedakan mana orang mabuk dan mana orang yant butuh pertolongan. Ia mengira Hugo teler kena sawan. Hugo yang di bawah pengaruh minuman melakukan hal yang memalukan sepanjang serjarah hidup Mey. Harga dirinya sebagai perempuan hilang sudah. Hugo mengambilnya secara paksa bukan itu saja, orang- orang kampung melihat kejadian itu. Mey dan Hugo di seret beramai- ramai. Orang tua Mey dapat malu dan Mey juga dapat aib. Pernikahan impian Mey untuk mengundang artis desa berganti dengan menikahi artis ibukota.
Setelah menikah Hugo langsung memboyong Mey ke ibukota dengan mobil pribadinya. Ia sendiri yang mengemudikan.Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Mey tidak berani menoleh ke sebelahnya dimana Hugo duduk. Ia menjulurkan kepalanya dekat jendela sambil membayangkan hari- harinya bersama pria asing di sisinya. Pria yang bernama Hugo itu memang tampan tapi sayang Mey tidak jatuh cinta padanya. Dalam hidup Mey ia tidak pernah kenal dengan yang namanya artis kecuali artis didesanya yang tidak lain adalah temannya sendiri, sama- sama mandi mencebur ke sungai sore hari. Temannya itulah yang menjadi idola Mey. Setiap ketemu pasti di nyinyirinya dengan pertanyaan dan pujian. Bagaimana tidak, Mey sangat kagum pada temannya itu yang berani menyanyi dan goyang- goyang di atas panggung sedangkan dirinya di suruh menyanyi di depan kelas waktu SD sangat pemalu. Belum selesai nyanyi ia sudah lari ke wc untuk buang air, Perut Mey mulas luar biasa.
Hugo tidak banyak bicara padanya. Sesampai di rumahnya yang sangat mewah itu Hugo langsung di hadiahi tamparan oleh mamanya.
"Untuk apa kamu menikahi perempuan yang tidak jelas asal usulnya? harusnya kamu tidak menikahinya!"
"Terlanjur ma, aku sudah grepe- grepe dia" jawab Hugo datar dan menarik tangan Mey untuk masuk kedalam.
Mamanya mengusap dada, apa mata anaknya bermasalah? dia grepein perempuan kayak gitu? anaknya yang tampan, artis pula tapi malah menikahi gadis ...uihhh menyebutnya saja ia tidak suka apalagi melihatnya. Perempuan itu jadi geli sendiri.
"Jangan pernah kamu bawa perempuan itu masuk kedalam rumahku!" teriak mamanya murka.
Langkah Hugo terhenti, malam itu ia gak jadi membawa Mey masuk kedalam rumahnya dan sampai sekarang ini Mey gak pernah menginjakkan kaki di rumah itu.
Alfi sedang lelap tertidur di ayunan tengah rumah. Pekerjaan rumah juga sudah selesai. Mey melihat keluar masih sangat pagi. Sinar matahari terhalang tembok tinggi pagar rumah, kembang mawar putih memunculkan kelopak yang akan mekar siang nanti. Selain itu tidak ada yang menarik untuk dilihat. Mey, perempuan delapan belas tahun itu berdiri sejenak menghirup udara pagi yang masih basah dan merasakan sejuknya udara di balik daster yang ia kenakan. Hal itu sedikit bisa membuat suasananya sedikit membaik apalagi jika ada semilir yang menyapu rambutnya yang panjang itu.
Mey memang perempuan yang tidak peduli dengan penampilan. Bukan karena apa, tapi baginya ia sangat malu merubah gaya. Ia perempuan desa yang tidak pernah berkenalan dengan pakaian indah dan alat make up. Bagian wajah mungkin natural tapi bagaimana dengan daster yang tidak pernah bertukar gaya. Semua dasternya sama yaitu daster dalam yang ia beli di pasar loak waktu hamil Alfi. Jika Mey keluar malam hari dengan pakain begitu pasti orang- orang pada lari ketakutan mengiranya adalah kuntilanak.
Setelah beberapa menit Mey kembali masuk kedalam rumah dan mengambil remot tivi dan menyanggul rambut panjangnya.
Baru saja televisi itu menyala sudah menampilkan wajah Hugo bersama seorang perempuan dua puluh tahun berambut pendek memakai pakaian yang sangat ketat berwarna merah jambu dan terbuka bagian bahu.
Mey juga memeriksa bahunya, juga terbuka karena leher bajunya yang kelebaran, sama seperti perempuan di televisi itu.
Hugo berada di cafe sedang makan malam bersama Perempuan yang cantik yang bernama Kimy itu. Kimy adalah artis pendatang baru yang sedang naik daun lewat sebuah aplikasi yang sedang trend saat ini.
Hugo menyuapi Kimy dengan mata lekat hingga akhirnya mereka di sorot kamera wartawan seleb.
Mey melihat hal itu sudah menetes air matanya. Hugo tidak pernah melihatnya selekat itu.
'Hugo si cowok play boy kali ini mendekati Kimy artis pendatang baru, mereka romantis sekali ....bikin nitizen iri .....kita lihat apakah Kimy akhir dari pencarian hugo?' seorang wartawan seleb mendekati Hugo dan Kimy dengan pertanyaan menggoda. Kimy tampak malu-malu melihat ke Hugo.
"Sudah berapa lama kalian dekat? boleh dong cerita-cerita agar kita gak penasaran" wartawan perempuan itu bertanya pada Hugo.
"Belum lama sih?' jawab Hugo cool.
"Kalian pacaran?"
"Kita hanya dekat saja, karena aku tidak mau menyakiti hati perempuan lagi" jawab Hugo.
"Woww! apa itu artinya kamu sudah berhenti mencari pasangan yang sempurna?"
"Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini tapi aku harap dialah yang pertama dan yang terakhir" Hugo melihat ke kamera dengan tatapan dalam seolah berkata pada seseorang yang sudah sangat jauh darinya.
Kimy yang berada di depan Hugo menjadi makin salah tingkah wajahnya merah merona. Kimy memeluk Hugo erat.
Mey kesal melihat adegan itu dan segera mematikan televisi lalu ruangan kembali menjadi sunyi. Ia beralih ke ponsel dan lagi-lagi suaminya menjadi trending topick seleb yang sedang hangat di perbincangkan bersama Kimy.
Hatinya sebagai istri sudah tidak karu-karuan , tidak ada lagi rasanya tali jantungnya karena setiap hari mengkonsumsi berita Hugo bersama perempuan lain. Ia tau tidak ada cinta di hati Hugo untuknya. Mereka menikah karena tragedi bukan secara romantis yang pernah di idam-idamkan olehnya.
Pintu rumah terbuka kasar dengan cepat Mey berlari kepintu lalu mendekatkan telunjuk ke bibir "ssst, Alfi sedang tidur! mas jangan buka pintu kayak gitu"
Hugo menyeringai, rambutnya kusut dan pakaiannya tidak tertata rapi bahkan kancing bajunya di kenakan asal. ingin rasanya Mey memulai perang dunia ketiga saat ini juga namun nasehat emak terngiang di telinganya.
'Jadilah istri yang menyenangkan hati suami, saat pulang sambutlah dengan senyuman , karena kita tidak tau apa yang dia hadapi saat mencari nafkah diluar sana'
Segera Mey mengambil tangan Hugo dan membawa ke keningnya "mas mau minum apa?"
Hugo melihat netra Mey tajam, separuh hati pria itu senang mendengar dan melihat tingkah Mey padanya namun separuh lagi sudut hatinya terluka. Perempuan itu pasti melihat apa yang terjadi padanya lewat media. Tapi kenapa Mey masih manis padanya? harusnya Mey marah dan memukulnya. Ia akan senang dengan hal itu. Biar Mey melampiaskan kemarahan padanya. Karena ia sadar tidak cinta di antara mereka.
Ia bersama Mey separuh hati dan perempuan itu hanya melayani sebatas suami bukan karena cinta. Inilah yang membuat Hugo kadang malas untuk pulang, jika ia pulang hasratnya sudak tidak terbendung. Ia tidak tau entah sejak kapan Mey menjadi candu baginya atau mungkin karena perempuan itu tidak pernah menolak.
Perempuan itu memang sangat takut dengan dosa asal rajin mengingatkan.
Namun Hugo belum mengakui kalau ia cinta Mey, ia pulang karena ia adalah suami perempuan itu. Ini memang terdengar egois apalagi sudah ada anak di antara mereka. Tapi itulah kenyataannya cinta itu sangat sulit timbul apalagi masih di bayangi dengan luka masa lalu.
Ia menghargai Mey karena ia adalah Ibu dari anaknya. Anak yang di anggap malapetaka itu selalu membawa rindu makin hari makin menggunung dan sulit untuk dibendung. Di sela jadwalnya yang padat ia menyempatkan diri untuk melihat keduanya. Seperti pagi ini ia baru saja selesai syuting dengan tubuh yang sangat lelah bahkan belum tidur sekejappun dari semalam.
Hugo menolak minuman yang akan dibuatkan Mey dan melewati perempuan itu untuk pergi kekamarnya setiba disana Hugo langsung menjatuhkan diri. Tidak lama terdengar suara tangisan Alfi. Hugo bangkit dan mengambil Alfi dalam ayunan. Putranya itu tak kunjung berhenti menangis sebelum Mey datang membujuknya.
"Dia tidak mau sama mas karena tidak terbiasa" ujar Mey "mungkin itu lebih baik mas jika mas menikah lagi dia tidak akan terbebani"
"Iya, kamu sabar saja gak usah dibilangin"
"Mas boleh menikah lagi tapi bebaskan aku dan Alfi"
Coba saja Mey berkata melarang Hugo untuk dekat perempuan lain bukan malah sebaliknya. Maka dari itu Hugo membalas dengan perkataan nyelekit pula.
"Aku dan Alfi bisa pulang kembali kedesa mas"
Hugo benci kata itu ia tidak akan membiarkan Mey membawa Alfi pergi darinya.
"Pergi saja kalau kamu mau dosa, ingat ya aku gak bakal maafin kamu biar tiap detik malaikat melaknat kamu"
Mey paling ngeri kalau mendengar kata laknat melaknat. Ia akan bergidik seketika.
"Tapi mas juga pacaran"
"Udah di putusin"
"Ntar ngulangin lagi"
"Gak, janji sih"
"Tadi Mey juga liat ada mas di tivi"
Hugo diam itu pasti tentang nya dan Kimy.
"Dianya manis bicaranya juga sangat lembut, coba saja kamu kayak gitu" Hugo sebenarnya menggoda agar Mey menurut dan gak jutek lagi padanya namun hal itu hanya harapannya saja. Perempuan itu malah makin marah dan bilang,
"Gak di senyumin aja udah ada Alfi apalagi Mey senyumin, mas gak ingat waktu di desa?"
Hugo menghabiskan waktu seharian bersama Alfi. Ia sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang menghubungi dan melacak keberadaannya. Ia dan Alfi main air di halaman rumah di temani Mey. Mulanya Alfi menangis memeluk Mey tapi setelah di bujuk anak itu mau bermain hingga lupa dengan Mey.
Mereka main siram-siraman dengan selang air. Bocah berusia sepuluh bulan bertubuh gembul itu tertawa-tawa sesekali ia terjatuh ke rumput tapi tawanya masih melekat di wajahnya. Hugo menggendong Alfi dan menciumi wajah anaknya. Meski putranya hadir karena kesalahan tapi ia tidak menyesali semua itu baginya pertemuannya dengan Mey sudah takdir dan Alfi adalah hal yang termanis dalam takdir itu.
Alfi adalah copyan dirinya sama seperti dirinya sewaktu kecil, tampan dan ngegemesin, itu kata diri Hugo sendiri bukan kata Mey. Mey tidak pernah pernah memuji dirinya apalagi mengatakan Alfi mirip dengannya. Palingan kalau gemes perempuan itu berkata,
"Duh Alfi anak ibu, gemesin bangat anak siapa sih?"
Kadang Hugo mencibir dalam hati udah tau anaknya bersama suaminya yang ganteng itu tapi malah nanya.
Bersama Alfi sederhana memang tapi membuat hati Hugo menghangat.
Kadang Hugo miris sendiri ia juga pengen membawa anaknya ke wisata air atau ke pantai tapi waktulah yang tidak mengizinkan. Semua orang pasti akan mempertanyakan siapa Alfi. Dan Mey masih belum menerima dirinya dalam artian cinta bukan yang lain.
Setelah itu ia dan Alfian mandi bersama di kamar mandi dan menarik Mey untuk ikut berada di bawah selang air. Wajah Mey memerah ia tidak terbiasa mandi bersama Hugo. Destar yang basah mencetak bentuk tubuhnya apalagi bentuk branya juga kelihatan. Hugo senyum-senyum melihat Mey yang sudah sangat malu. Pria itu makin gemes pada istrinya sudah hampir dua tahun menikah dan punya anak tapi masih malu- malu dihadapannya. Kayak belum pernah saja padahal Hugo sudah tau berapa banyak tahi lalat yang ia punya.
"Mas,...Mey,...malu"
"Kenapa malu? kita bisa disini kok sebentar saja"
Hugo berbisik ke telinga Mey membuat wajah perempuan itu menjadi merah. Ia tidak pernah bisa menolak keinginan Hugo. Pria itu mengasih Alfi mainan setelah itu menerjang Mey dengan lenguhan nafas panjang pendek. Dan ia tidak peduli apakah Mey pakai perasaan ataukah tidak yang penting ia ingin.
Mey membiarkan pria itu semaunya dan ia pun menikmati setiap sentuhan Hugo. hanya beberapa saat mereka sama- sama mencapai pelepasan dan mandi bersama.
Kamar mandi di rumah itu biasa tidak ada shower dan bathup seperti kamar mandi Hugo di apartement dan rumah mamanya yang ada hanya selang dan sebuah ember.
Hugo memeluk Mey di bawah guyuran air dengan tatapan mata lekat. Ia merasa nyaman memeluk Mey dan menikmati kulit halusnya.
Jantung Hugo berdetak tidak karuan. Begitu juga dengan Mey yang melihat wajah Hugo dari dekat rasanya sangat damai melihat wajah tampan dengan rambut basah di depannya. Hampir saja ronde kedua terjadi jika saja Alfi tidak merengek. Dengan cepat Mey menghampiri Alfi dan menggendongnya.
"Anak papa kenapa?" Hugo mendekat ke Alfi dan Mey lalu mencuri ciuman pada bibir Mey di depan Alfi.
"Mas Hugo dan Alfi barusan main air aku buatkan teh dan cemilan ya" ujar Mey melepaskan ciuman itu.
"Boleh, Alfi sama aku saja, ...sama papa ya sayang" Hugo menggendong Alfi pelan seraya mencium wajahnya. Hari ini hati Hugo menghangat dengan kebesamaan ini sebelum akhirnya terdengar deru mobil di depan dan pintu rumah di ketuk. Hugo membuka pintu dan wajahnya berubah masam melihat siapa yang datang.
"Menajer kamu kehilangan kamu dari tadi tapi kamu malah di sini bersama perempuan kampungan" suara mamanya terdengar menggelegar. Mey yang sedang membawa tiga gelas teh di baki hampir saja menjatuhkan semua itu kelantai. Mama Hugo memang suka sekali menghina Mey dengan sebutan kampungan entah apa yang salah dengan kampung. Tapi menurut Mey yang aneh itu masyarakat kota yang tidak menghargai orang desa. Karena kota maupun desa mempunyai keunikan dan keistimewaan masing-masing. Mey yang cinta pada desanya sangat suka didesa. Orang-orangnya pada ramah tidak sama seperti orang kota contohnya mama mertuanya. Jika Mey mau ia bisa menyerang balik dan mengatakan orang kota bermulut pedas.
"Mereka keluarga kecil aku ma! jangan mama sembarangan bicara" Hugo mendekap Alfi kepelukannya agar bocah itu tidak mendengar suara omanya.
"Lepaskan saja wanita itu Hugo kamu bisa memilih perempuan mana yang kamu suka, bukan perempuan seperti itu"
"Memangnya aku kayak apa tante?" akhirnya Mey buka suara dengan memanggil mama mertuanya tante karena itulah yang boleh di sematkan oleh Mey pada perempuan itu. Ia tidak mengakui Mey sebagai istrinya Hugo.
"Kamu? memangnya siapa kamu? apa kamu pantas di samping Hugo? apakah kamu tidak pernah becermin?"
"Sering tante, wajah saya tidak apa-apa namun nasib sayalah yang bermasalah, masa depan saya hancur karena dia" Mey menunjuk Hugo yang sedang menggendong Alfi.
"Kamu mulai berani melawanku? dasar perempuan..."
"....Kurang ajar" sambung Mey datar "itukan kata yang selalu tante berikan untuk saya, mau saya diam ataupun bicara saya tetap kurang ajar di mata tante, tapi tidak tahukah oleh tante siapa yang kurang ajar di sini?"
"Hey, kamu dengar wahai anak kampung! Hugo akan menikah dengan Kimy, artis terkenal"
"Aku tau, selamat untuk tante yang akan bermenantukan artis" Mey mengambil Alfi dari tangan Hugo lalu berkata "aku hanya ingin di bebaskan, ceraikan aku agar kamu tidak lagi terbelenggu" Mey mendekap erat Alfi menahan isaknya. Kata itu seharusnya tidak ia ucapkan ingin rasanya ia menampar mulutnya sendiri tapi semuanya sudah terlanjur.
Hugo menarik Mey dengan tatapan marah "apa yang kau bilang?"
"Apa perkataan aku kurang jelas?"
"Sangat jelas, kau ingin aku meninggalkan kamu kan?" Hugo menyeringai tapi dalam hatinya sangat terluka mendengar perkataan Mey. Perempuan itu dengan mudahnya meminta cerai. Apa segitunya harga pernikahan mereka bagi Mey?.
"Hari ini jadwal kamu bersama Kimy pihaknya sudah mengadakan konfresi fans tentang acara pernikahan kalian"
"Iya, aku akan kesana sekarang,...aku akan melamar Kimy" sudut mata Hugo melihat ke Mey tapi ekspresi perempuan itu biasa saja bahkan sangat cuek. Pada akhirnya hati Hugolah yang terluka.
Mamanya tersenyum mendengar perkataan Hugo. Itu berarti sebentar lagi Hugo akan meninggalkan Mey.
Dada Mey menjadi sangat sesak ingin rasanya pendengarannya hilang saja agar ia tidak mendengar tentang Hugo dengan perempuan lain, rasanya sangat sakit. Tapi ia seolah tidak peduli apapun.
"Ini semua demi karir kamu Hugo, demi masa depan kamu, ini impian kamu kan? menjadi artis terkenal dengan nama yang cemerlang, kau akan dihina jika orang mengetahui kamu menyimpan istri macam dia"
Mey sadar dirinya adalah aib bagi keluarga Hugo.
"Terserah kata mereka, dia yang punya mulut"
"Hugo!" perempuan cantik berambut pendek mirip pameran antagonis di film pelakor itu berteriak.
"Aku akan temui Kimy, Mey aku pergi dulu!"
Mey tidak menjawab hatinya sudah terlalu pedih dengan tingkah laku Hugo.
Mey membawa Alfi kedalam kamar dan menumpahkan air matanya disana sambil mendekap anaknya erat. Ia ingin Hugo bersamanya dan Alfi namun ego Mey sangat tidak memungkinkan bilang itu. Mey sadar siapa dirinya di samping Hugo semuanya tidak bisa hanya dengan cinta sepihak saja. Hugo tidak pernah bilang cinta padanya dan juga tidak pernah romantis seperti pada para artis yang dekat dengannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!