Aku meninggalkan semua kenangan burukku saat ku menjejakkan kaki di Kota ini.
Sedih, tentu saja, banyak teman dekat disana. Ada persahabatan yang kini telah terpisah oleh jarak, meskipun ada banyak media yang akan menyatukan kami, tapi tetap saja, kami terpisah jarak dan tak mungkin selalu bertemu.
Ada tangis dan saling menguatkan saat perpisahan dengan Reina dan Maria, meski nanti kami berjanji akan bertemu di Jogja saat liburan tapi tetap haru terasa.
Dengan Sella, Martha dan teman-teman yang lain pun sama. Meski mereka masih menduga kepindahanku karena masalahku dengan Chris dan sudah ku jelaskan, salah paham masih ada.
Sedangkan Chris, sebenarnya aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaanku, tapi aku bertahan dan mencoba untuk menjelaskan bukan karena dia seutuhnya, tapi keadaanlah yang mendukungku untuk maju. Maju untuk karirku dan maju untuk kehidupanku. Dia sebenarnya ingin mengalah untuk pindah, akan tetapi aku mencegahnya karena sekalipun dia pindah aku tetap akan pergi karena ini bagian dari pekerjaan.
Apa aku menangis? Iya, aku memang menangis, tapi bukan didepan Chris lagi, hanya di kamar, karena aku harus meninggalkan semua kenangan yang berkesan yang membuat hidupku berwarna, ada merah, pink, biru dan kelabu. Meninggalkan senyum, tawa, sedih dan tangis. Sebentar, namun berkesan, itulah pengalamanku selama tinggal disini.
Malam perpisahan? Aku tak sempat, karena banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan.
Dan akhirnya, kota yang akhir-akhir ini sering ku kunjungi dalam perjalanan bisnisku sebagai sekretaris.
Mulai hari ini, kota ini akan memberi lembaran baru pada diriku. Aku datang dengan menanggalkan jabatan sebagai sekretaris direksi dan berganti dengan mengemban tugas sebagai Kepala Administrasi dan Arsip.
Aku tidak tahu apakah ada jabatan seperti itu di luar sana. Namun karena semua sangat mendadak aku harus mengemban tugas ini.
Aku akan membawahi setiap hal yang berhubungan administratif sesuai dengan titel jabatanku juga membawahi pengarsipan di segala lini divisi yang terbentuk.
Semua ini terjadi karena Bos ku yang berlaku sebagai Direktur Utama dan Pemegang Saham harus selalu berada di kota lain karena beliau membawahi sebuah perusahaan yang lumayan besar dengan cabang yang ada di beberapa kota.
Selain itu aku akan menghandle segala pengarsipan karena selama masa persiapan, perencanaan, dan pengerjaan aku berada disana sehingga aku sudah banyak tahu bagaimana akan berkembang untuk perusahaan Travel dan Hotel.
Barang-barangku sudah aku packing dan sudah aku titipkan pada Martha dan Maria. Jadi saat aku sudah memiliki tempat tinggal aku akan meminta Maria untuk memaketkan kesini dengan bantuan Martha.
Sebenarnya aku direncanakan akan tinggal di sebuah apartemen. Namun Pak Ronald memberiku keistimewaan agar bisa memilih sendiri mana apartemen yang nyaman untukku. Padahal sewa kosan seperti dulu pun sudah cukup bagiku, tapi entah apa pertimbangan dari atasanku kali ini.
"Kamu tidak masalah saya mutasi kamu kesini Line?" Tanya Pak Ronald padaku.
"Nggak Pak. Saya tidak masalah."
"Karena Chris?"
"Iya dan tidak."
"Iya nya?"
"Iya, karena mungkin ini lebih baik untuk kami berdua. Karena bila salah satu dari kami harus pergi karena yang lain akan ada rasa tidak enak. Tidak, karena saya percaya, Tuhan sudah memberi saya jalan untuk bisa bertahan dengan diberi jarak dengannya. Jadi saya bersyukur juga dimutasi kesini."
"Tapi saya akhirnya harus kehilangan salah satu sekretaris terbaik saya, dan juga teman saya dalam perjalanan, karena terima atau tidak, kita memang sudah dekat bukan hanya sebagai atasan dan bawahan tapi juga sebagai teman."
"Maka saya juga akan menunggu bapak disini bila nanti bapak berkunjung, kita juga bisa bercengkrama sebagai teman meski tetap ada batasan sebagai atasan dan bawahan dalam profesionalisme."
"Sebenarnya saya tidak rela memutasi kamu disini Line."
"Tapi ini akhirnya jalan terbaik dari Tuhan untuk saya Pak."
"Ini yang membuat saya juga berat."
"Maksudnya?"
"Tidak akan ada sekretaris yang hebat di samping saya lagi, bukan berarti Maria kurang bagus, tetapi saya sudah klik dengan cara kerja kamu. Kamu sudah tahu pola kerja dengan saya tanpa saya minta. Dan lagi banyak hal yang membuat saya merasa kamu adalah wanita hebat dan tegar. Saya akhirnya banyak belajar dari kamu cara bersikap dalam masalah dan memisahkan dengan profesionalitas bekerja."
"Saya tidak sebaik itu."
"Tapi itu yang saya lihat."
Kami terdiam, sebenarnya aku canggung harus berkata apa tentang pujian itu. Rasanya ini terlalu intim. Akhirnya kami sampai di hotel sebelum kami memulai perjalanan mencari tempat tinggal untukku.
Ternyata ada tiga buah apartemen yang sudah disiapkan oleh Pak Rony, jadi kami meninjau semua. Aku mencoba mencari lokasi yang paling dekat dengan keramaian sehingga mudah mencari makan. Tapi akhirnya aku jatuh cinta pada kosan seperti ditempat lama. Kosan yang lumayan mewah, tapi fasilitas seperti di hotel. Tidak terlalu jauh bila ke kantor. Dekat dengan tempat-tempat hiburan seperti mall. Meskipun ada rasa kecewa karena akhirnya aku tidak merasa cocok dengan apartemen yang sudah ditawarkan akan tetapi Pak Ronald setuju karena tempatnya memang bagus.
Beliau juga menawari untuk menyediakan mobil sebagai transportasi namun aku memilih sepeda motor. Sebenarnya aku bisa mengendarai mobil, namun belum biasa, dan aku juga merasa berlebihan apabila langsung diberi fasilitas mobil setara dengan general manager dan kepala human resource kami. Jadi setelah deal lokasi Kos, kami pergi ke dealer untuk membeli motor sebagai fasilitas agar mobilisasi ku disini lebih enak.
Karena memang Tuhanlah yang terbaik dalam merencanakan hidup.
"Apa gapapa pak, saya dapat fasilitas motor?"
"It's ok Line, karena memang memutasi seseorang memang ada harganya."
"Tapi kalau…"
"Tidak perlu kalau, itu privilege kamu. Atau kamu memaksa saya agar mencari karyawan lain saja dan kamu tetap di perusahaan yang lama?"
"Nope. Thanks for your kindness, Sir"
"Kalau Bu Alinda saja yang posisinya sudah bagus merasa gak enak menerima fasilitas bagaimana dengan saya yang orang baru." Celetuk Pak Rony.
"Ya beda dong Pak. Kan memang sudah disiapkan dari awal fasilitas-fasilitas apa saja yang ditawarkan sebagai benefit."
"Ya berarti sama dong."
"Hehehe.. ia ia. Kalah deh saya. Terima kasih buat bapak-bapak semua yang sudah membantu saya."
Mereka tertawa bersama. Bahagia, tentu saja. Meski aku akan sendiri dan memulai semua dari awal, tapi banyak orang-orang baik yang akan ada disekitarku nantinya.
--- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
Lembaran baru untuk Alinda.
Terima kasih sudah menunggu karyaku.
Semoga kalian menikmati tulisan saya.
Klik like dan kasih komentar kalian.
Please yang faedah ya, jangan hanya kapan up dan crazy up dong.
Xoxo 💕💕
Setelah menemukan kos yang cocok yang berada di daerah Condong Catur dan membeli motor untuk keperluan menuju dan kembali dari Kantor, akhirnya kami kembali ke Hotel. Sebenarnya Pak Ronald ingin membeli mobil saja sebagai kendaraan operasional, tapi karena aku tidak bisa mengendarai mobil akhirnya beliau menyerah dan membeli sebuah motor saja.
Ternyata perlu waktu yang lama untuk melihat-lihat 4 hunian yang cocok untukku tinggal. Dan ternyata juga Langit menghubungiku namun karena ponselku silent jadi chat dan teleponnya terabaikan.
Langit -
12.35
Gimana? Sudah dimana?
12.46
Belum sampai Jogja kah?
12.57
Sibuk banget ya?
16.02
Kabari ya kalau udah di Jogja. Nanti aku samperin.
16.54
Sudah sampai rumah nih aku Al, kamu dimana?
17.21
Sorry baru bales, tadi muter-muter cari kos sama orang-orang kantor. Hape ke silent juga jadi gak tahu kamu hubungi. Ia ini udah di Jogja. Udah nemu juga buat kos. Nanti pindah sekitar 3 hari lagi. Bantuin ya. Gak bisa ketemu dulu. Bentar lagi mau dinner sama orang-orang kantor. -send-
17.28
Oke. Gapapa. Ya udah, kamu hubungi aja kapan bisa ketemu. Tenang aku bantuin entar beres-beresnya. Mau makan dimana?
17.30
Gak tahu. Paling ke warung langganan Bos. Cuma nanti gak cuma sama Bos, jadi mungkin ada tempat lain yang dituju. Aku mah ngikut aja. -send-
17.33
Ya udah pokoknya kabarin aja. Sudah mandi kamu Al?
17.35
Belum. Masih males. -send-
17.36
Mandi dulu, nanti dipanggil masak bos harus nunggu.
17.38
Iya iya. Mandi dulu ya saya Pak. -send-
Aku mandi setelah mengirim chat terakhir pada Langit karena apa yang dia bilang memang benar. Aku tidak mungkin membuat Bosku menungguku mandi dan berdandan. Setelah mandi aku bersiap. Memakai baju casual, hanya Kaos dan Celana Panjang. Karena saat di Jogja gak mungkin Bosku memilih Fancy Dinner. Setelah itu aku mengecek Ponsel dan melihat apakah Langit membalas.
17.41
Iya.
18.11
Sudah selesai mandi -send-
🎶
Waiting for you, Anpanman
Waiting for you, Anpanman
Naegen eobsji altong-ina gabppa
Naegen eobsji super car like Batman
Doege meosjin yeong-ung-i nae nangman
But jul su issneun geon ojig Anpan
Kkumkkwowassne hero like Superman
Himkkeos ttwieossne haneulnop-i bangbang
Muleup-pag kkajineun geos ttawin dulyeobji anh-a
Sunsuhan nae eolil jeog-ui mangsang
🎶
My Big Bos Calling…
"Turun Line, kamu gak lapar."
"Bentar Pak. Saya keluar sekarang."
Aku segera mengambil tas kecilku. Di tas ini hanya ada dompet.
Aku melihat bosku dan Pak Rony ada disana.
"Maaf ya Pak lama menunggu."
"Nggak. Saya telepon kamu waktu di Lift." Jawab Pak Ronald.
"Kita mau kemana Pak Ron?"
"Mbak Alinda mau makan dimana?"
"Dimana ya? Kalau malam enaknya makan apa ya Pak? Selain makan di angkringan kopi Joss"
"Kamu lagi nyindir saya Line?"
"Ya enggak lah pak. Saya mana berani."
"Kamu kan sering saya ajak makan disana."
"Ia tapi kan saking seringnya dan enaknya jadi gak tau mau pindah kemana Pak."
"Memang pinter banget kamu kalau ngeles."
"Ke Bale Raos aja gimana Pak?"
"Boleh."
Setelah Pak Rony dan Pak Ronald bersepakat akhirnya kami menuju Bale Raos Kraton. Disana adalah restoran yang menyajikan menu-menu masakan yang biasa dimakan oleh keluarga Keraton.
Tempat yang sangat indah. Sangat Jogja sekali. Tapi memang Jogja di setiap sudutnya selalu khas karena merupakan kota kebudayaan.
Ada banyak makanan dengan nama yang aku bahkan yang orang jawa gak tahu itu apa. Dan akhirnya memesan yang kira-kira enak.
Kami mengobrol tentang perusahaan, dan bagaimana nanti peranku saat mulai bekerja nanti. Dan nanti Pak Ronald akan menjadwalkan ke Jogja sebulan hingga dua bulan sekali sambil memantau proyek dan jalannya perusahaan. Banyak sekali hal yang perlu diurus, terutama tentang perizinan. Disanalah sementara aku akan bekerja. Memantau dan melaporkan sampai dimana proses semua berjalan. Mr. Hans juga akan memantau nanti, karena bagaimanapun beliau adalah pemegang saham perusahaan.
Setelah makanan datang kami makan dengan nikmat. Memang makanan yang disajikan benar-benar enak. Aku tidak akan berkomentar terlalu banyak. Nama yang unik, masakan yang enak memang patut disini ramai. Selain itu juga banyak hal yang authentic yang akan membuat orang untuk mampir.
Setelah makan kami masih mengobrol sambil menunggu isi perut turun, setelah itu kami pergi meninggalkan restoran menuju hotel. Karena ini sudah larut. Tidak enak merepotkan Pak Rony untuk menemani kami. Setelah sampai hotel tiba-tiba Pak Ronald mengajakku untuk berjalan-jalan sebentar.
"Saya masih belum rela lho melepas kamu mutasi disini."
"Waktu Bu Juneeta bapak juga drama gini ya?"
"Nggak sih, karena beliau kasih saya pengganti yang sesuai dan hampir sama dengannya. Lagian dia sudah tua, sudah waktunya dia pulang ke kampung halaman."
"Tapi beliau bukannya pensiun Pak. Beliau masih bekerja."
"Yang penting dia pulang kampung. Saya memang belum rela membuat dia pensiun."
"Kalau Bu Neeta waktunya pensiun?"
"Mungkin akan ada drama juga. Karena dia orang kepercayaan saya yang selama ini menemani Papa dan saya."
"Lebih baik melepas lebih awal daripada dadakan pak, kalau beliau kenapa-kenapa nanti bapak yang pusing."
"Kamu doain ya?"
"Nggak lah pak. Ini logika aja. Bayangin kalau bapak maksa bu Neeta bekerja hingga akhir, cari penggantinya sudah."
"Ia sih, tapi tetap saja. Meski gak pensiun kalau umur gak ada yang tahu."
"Itu bapak lebih doain perginya lebih cepat."
"Ya enggak lah. Tapi benar kan?"
"Ia benar. Makanya bapak harus pikirkan, nanti di usia berapa Bu Neeta pensiun. Siapa penggantinya. Jadi bapak juga bisa menekan goncangan peralihan kepemimpinan."
"Nanti saya pikirkan deh, ini bukan hal yang mudah."
"Saya tahu."
"Kamu sudah yakin sama kos baru kamu?"
"Yakin sih. Kos nya bagus. Parkir luas. Ada security. Nyaman lah kayak kosan lama."
"Kenapa gak milih apartemen?"
"Sepi pak. Lagian gak enak lah gak punya tetangga. Lagian tempat terlalu luas juga buat apa."
"Kamu belajar nyetir ya nanti, setengah tahun lagi kamu ganti pakai mobil."
"Jogja itu enak diputerin naik motor kali Pak."
"Harusnya kamu senang dapat fasilitas mobil."
"Fasilitas yang sekarang udah oke kok."
Tidak terasa kami sudah berjalan ke minimarket, Pak Ronald berkeliling mencari hal yang diperlukan, sementara aku, aku mencari cemilan untuk dimakan di kamar hotel. Setelah membayar, kami kembali ke hotel dan menuju kamar masing-masing.
--- --- --- --- --- --- --- --- ---
Sorry ya kalau banyak typo, lagi sakit, jadi gak bisa edit berulang-ulang soalnya takut ditungguin.
Klik Like dan tinggalin Komentar kalian ya…
Xoxo 💕💕
Hari ini aku dan Pak Ronald memiliki agenda meeting internal dengan semua staf yang sudah diterima, dan memperkenalkanku dan posisiku di perusahaan. Banyak orang yang kaget, karena aku adalah sekretaris dari kantor pusat sebuah perusahaan besar, namun kini berada di perusahaan kecik yang baru dibangun. Namun karena baru dibangun inilah masa-masa krisis sebuah perusahaan apakah dia biasa bertahan atau tidak.
Pak Ronald bahkan mengatakan bahwa setiap orang yang bekerja di perusahaan baru dengan baik dan mampu bertahan dan bersama-sama ikut membangun perusahaan mereka pasti adalah orang-orang yang sukses di kemudian hari.
Hal ini belum pernah kudengar, karena biasanya aku bekerja pada perusahaan yang sudah lama berdiri dan berkembang.
Banyak hal yang dibicarakan oleh Pak Ronald dalam meeting, jobdesk yang di langsung tembak targer yang diinginkan serta apa saja nanti yang pekerja dapatkan. Kini aku amat sangat menyadari yang walaupun sudah ku ketahui sebelumnya bahwa jiwa kepemimpinan dari beliau benar-benar mengagumkan dan sangat mengayomi. Banyak sekali perusahaan yang jatuh setelah dipegang oleh generasi berikutnya namun aku sungguh percaya, dalam generasi Pak Ronald, perusahaan akan berkembang dan kuat.
Aku mengagumi beliau? Tentu saja. Siapa yang tidak akan mengagumi atasan seperti beliau. Bahkan aku yang tahu bagaimana sikap beliau pada keluarga, bagaimana mungkin aku tidak kagum. Dan atas segala kebaikannya padaku, bahkan membantu dan mendengarkanku saat aku memiliki banyak masalah pribadi saat itu, bagaimana aku tidak kagum pada beliau.
Karena itu jugalah, menjadi orang kepercayaannya disini juga merupakan jalan yang kupilih untuk membantu dan mendukung beliau. Dan mungkin Tuhan benar-benar memberi solusi yang terbaik untukku dan untuk Pak Ronald.
Meeting dan pengontrolan jobdesk hari ini membuatku dan Pak Ronald sama-sama sibuk. Aku mulai meneliti segala hal tentang administratif dan perijinan segala rupa dan membaginya ke bagian-bagian dan orang-orang yang akan mengerjakannya. Makan siang kami pesan melalui catering selama seminggu, agar kami konsentrasi dalam bekerja, tidak perlu bingung mau makan dimana makan apa untuk sementara dan lagi untuk benar-benar saling mengenal. Bahkan Pak Ronald sebagai pimpinan memakan makanan yang sama dengan kami. Ada sedikit awkward namun dengan adanya Pak Hasyim dan Pak Rony serta Pak Andri sedikit demi sedikit akhirnya banyak percakapan santai bahkan ada humor-humor yang terselip. Namun sungguh sayang karena akhirnya akulah sasaran empuk mereka untuk membuat lelucon.
Aku hanya menanggapi dengan santai dan kadang membalas agar lebih santai. Setelah makan siang yang lebih 30 menit kami bekerja kembali hingga jam pulang. Aku dan Pak Ronald kembali ke hotel dengan mobil kantor tanpa Pak Andri kali ini. Pak Ronald ingin mengendarai sendiri. Dan ingin mengenal kota Jogja.
"Bapak yakin mau nyetir sendiri?"
"Kamu gak yakin saya bisa?"
"Ya bukan soal bisa nyetirnya, arahnya pak. Kita gak akan muter-muter aja gara-gara bapak gak tahu arah kan?"
"Kita kan sering kesini dan selalu menginap ditempat yang sama, jadi saya jelas ingat kita harus lewat jalan mana Line."
"Bapak yakin?"
"Kamu meremehkan saya?"
"Ya enggak Pak"
"Ya sudah, kamu duduk tenang, buka map kalau perlu, kalau takut kita kesasar. Lagian kesasar juga gapapa. Sekalian jalan-jalan. Kamu gak mau banget sih keliling kota Jogja sama saya."
"Kalau saya gak mau, saya udah pulang naik ojek Pak."
"Ya sudah, kamu duduk manis pakai seatbelt, jangan merengut, itu bikin saya…"
"Bikin apa?"
"Sudah lah, gak usah dibahas. Kita berangkat."
Kami pun melaju didalam keramaian dan kemacetan jalaan. Ketakutanku tidak terbukti, kami sampai tanpa tersasar, bahkan aku lupa mambuka map.
Dia tersenyum dan bertanya tentang pengandalan ingatannya, aku hanya tersenyum dan memberikan dua jempol padanya. Kelihatannya Pak Ronald cukup puas dengan pengakuanku.
"Nanti malam kita makan diluar ya Line?"
"Kemana pak?"
"Ke restoran atau kemana kamu coba cari yang enak kemana."
"Makan di angkringan ajalah pak. Jalan kaki, sehat, pegel juga kalau duduk kena macet. Nanti habis makan duduk-duduk sambil lihat jalan juga boleh."
"Ya sudah. Kita naik lalu mandi dulu. Jam 7 kita ketemu di lobby, atau kamu telepon saya kalau sudah selesai."
"Oke."
Kami menuju kamar untuk mandi dan bersiap.
Ternyata kami sudah siap sebelum pukul 7. Dan karena hanya makan di angkringan aku memakai pakaian yang santai, kaos berwarna pink berlengan panjang, lalu celana denim dan slip on pink yang mirip sneakers dari depan.
Sedangkan kali ini Pak Ronald memakai jaket hoodie dan kaos Supreme yang aku yakin pasti asli dengan celana denim selutut lalu sandal gunung serta topi yang dulu pernah beli di Malang.
"Jadi cuma baju dan jaketnya aja nih yang mahal?"
"Katanya takut hilang?"
"Yaiya pak, bapak sih biasa aja kalau hilang, besok tinggal beli lagi, saya yang sobat meesqueen ini ingin menjerit rasanya."
"Emang gaji yang saya kasih kurang?"
"Ya nggak juga pak, hanya saja sayang aja gitu."
"Iya iya. Ya sudah kita berangkat, daripada kita gak dapat apa-apa nanti."
"Ia pak."
Kami akhirnya berjalan sambil ngobrol tentang staf mana yang sudah kelihatan bagus yang mana yang masih kurang, lalu bagaimana nanti enaknya pekerjaan. Yah begitulah, namanya juga pekerja dan atasan ya, ya kerjaan lah sebagian besar percakapan kami.
Dan seperti biasa yang memesan kali ini Pak Ronald. Sedangkan aku memilih tempat duduk. Sambil memainkan ponsel. Ada chat dari Langit yang aku tidak hiraukan, tapi setelah kujelaskan bagaimana pekerjaanku hari ini dan ada dimana aku saat ini dia mencoba mengerti, sebenarnya ia ingin ikut bergabung, namun aku yakinkan, bukan hal yang bagus ketika masih ada Pak Ronald yang baru saja memutasiku aku sudah memiliki teman laki-laki, malah nanti akan mempengaruhi penilaian beliau. Dan sekali lagi dia mencoba mengerti.
"Kayaknya sibuk sama ponsel kamu."
"Owh, ini ada teman yang kapan hari pernah ketemu di Karimun Jawa, kapan-kapan ingin bertemu, saya bilang tunggu kalau saya pindahan, saya bakal minta dia bantuin saya urus kosan."
"Oya? Kalau teman suruh bantu pindahan artinya teman laki-laki?"
"Iya Pak"
Beliau tersenyum pendek.
"Berarti kamu sudah punya bala bantuan disini, saya tidak perlu takut kalau kamu sendirian di kota ini."
"Iya. Semoga saya segera punya teman-teman yang baik seperti teman-teman disana."
"Amin. Saya yakin, kamu pasti punya teman-teman yang sama baiknya dengan yang sudah kamu tinggalkan."
"Nanti tolong dibantu ya pak untuk Maria sama Doddy, mereka pasti mungkin masih perlu banyak belajar tentang posisi saya."
"Ada Bu Neeta sekarang disana. Selama dua minggu beliau akan disana. Baru landing tadi pagi."
"Bapak serius?"
"Tentu saja. Ngapain saya bohong ke kamu?"
"Yah, saya gak sempat pamit."
"Gapapa. Kapan-kapan dia pasti kesini untuk liburan. Waktu pembukaan hotel saya juga pasti undang dia. Kamu awasin pengerjaannya juga terutama izinnya, jangan sampai nanti kita dipersulit saat sudah hampir rampung atau bahkan sudah buka."
"Baik Pak."
"Saya banyak menuntut ya?"
"Sesuai sama gaji lah Pak. Jadi bisa dimaklumi."
"Ya sudah kalau gitu."
Kami makan dengan santai dan pergi saat bosan. Pak Ronald membeli banyak. Sehingga ada sebagian yang dibawa ke hotel. Setelah makan, kami sempat nongkrong minum kopi. Bukan kopi sih, aku membeli coklat hangat, Pak Ronald yang beli kopi. Padahal di angkringan dia juga minum kopi. Hingga akhirnya cerewetku tentang kesehatan lambung muncul. Namun yang namanya suka dan biasa membuat kita tidak mampu mencegah, apalagi beliau adalah atasan, maemunah tak sanggup bang buat maksa gak boleh.
Setelah selesai nongkrong kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Karena besok siang beliau akan kembali dan aku akan mulai pindah-pindah.
---- --- --- --- --- ---
Seperti biasanya cerita aku pasang ringan. Seperti kalian membaca sebuah diary. Semoga kalian suka.
Oia, aku berterima kasih kepada beberapa orang yang memberiku tip. Terima kasih buat apresiasi lebih kalian. Hanya itu yang sanggup saya bilang.
Dan juga, jangan lupa share dan ajak teman kalian, atau keluarga kalian buat baca "Yes, I'm a Secretary" biar bisa menang contest. Oke.
Klik like dan tinggalin komentar kalian. Kasih kritik dan saran yang berfaedah. Semoga kalian suka sama cover yang baru aku buat. Maaf kalau masih kurang bagus, aku berterima kasih sudah dikritik dalam hal yang bermanfaat. Gitu aja.
Xoxo 💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!