NovelToon NovelToon

Dokter ALENA

Episode 1

Seorang wanita cantik dibalut hijab nan Anggun, lengkap dengan jas putihnya berjalan terburu-buru memasuki sebuah gedung Rumah Sakit Elit Royal Murrage Hospital di kota Surabaya

Sampai disebuah ruang informasi, wanita itu segera menyapa semua tim yang tengah bersiap menggantikan sif sebelumnya, seperti biasa dengan tatapan terpukau semua orang balik menyapa sambil menikmati kecantikan alaminya

Yah, dialah Dokter Spesial Bedah bernama ALENA BILQIS NUGRAHA, yang biasa di panggil dokter Alena, Spesial Bedah termuda di sandangnya karena memang usianya yang masih sangat muda waktu lulus menyandang dokter spesialis Bedah waktu itu

Dengan menempuh jalur pendidikan Akselerasi di bangku Sekolah Dasar, SMP dan SMA, Alena mengawali kuliah di usia 16 tahun hingga akhirnya menyandang gelar Spesialis Bedah di usia 21 tahun, tepatnya itu terjadi 1 tahun yang lalu, segudang prestasi dan nilai yang sangat memukau tentu banyak sekali Rumah Sakit besar dan terkenal menginginkan kerjasamanya, hingga pilihan Alena jatuh di Rumah Sakit Royal Murrage Hospital yang ada di Surabaya

Selama satu tahun bekerja di Royal Murrage Hospital pasien yang merekomendasikan dirinya sangat banyak, hingga hampir tiap harinya Alena kewalahan dibuatnya, ini membuktikan bahwa ternyata status dokter paling muda tidak mempengaruhi kepercayaan para pasiennya, karena memang kemampuan Alena yang mumpuni dalam menangani kasus-kasus bedah yang dihadapinya

Hampir 6 tahun Alena berada di kota Surabaya, mulai kuliah di kedokteran umum sampai lulus dan bekerja sebagai dokter spesialis Bedah, enam tahun juga Alena berusaha menutupi jati dirinya sebagai anak dari keluarga Nugraha yaitu salah satu Milyarder yang ada di Jakarta

Dady nya yang bernama Abraham Hansel Brian dan mommy nya Jasmine Agatha Nugraha terpaksa mendukung apa yang dilakukan Alena, dengan alasan Alena ingin membangun karirnya sendiri tanpa di bayang-bayangi nama besar keluarganya, Alena juga mempunyai seorang kakak yang sangat menyayanginya yaitu Brian Alex Nugraha yang juga seorang pebisnis muda sukses yang kini merambah naik dan menduduki salah satu posisi milyarder muda di tanah air

Alena memilih hidup dengan sangat sederhana, tinggal di sebuah Rumah Kontrakan yang di huni oleh beberapa teman-teman dari tenaga kesehatan, baik itu dokter umum, perawat dan bidan, sebenarnya seisi kontrakan awalnya sangat heran dengan kedatangan Alena, seorang Dokter Spesialis Bedah yang mau bertempat hanya di sebuah rumah sederhana seperti kontrakan yang sekarang ditempatinya, karena pada dasarnya semua Dokter apalagi Dokter Spesialis selalu identik dengan kehidupan Glamor nan mewah

Inilah kehidupan Seorang Alena, di saat semua dokter-dokter Spesialis lainya sedang sibuk mempercantik diri di sela-sela kesibukannya, Alena juga sibuk dengan Latihan Bela dirinya, di saat yang lain sibuk mencari dan memilih kekasih untuk pelabuhan cinta, Alena lebih memilih berkutat menciptakan program-program baru untuk meningkatkan performa pelayanan yang di berikan ke pasiennya

Bahkan Direktur Rumah Sakit yang kini sudah digantikan oleh anaknya sebagai pewaris tunggal, selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Alena, tapi seperti biasa, Alena bersikap dingin bila harus berurusan dengan Cinta dan Asmara

Dari semua sudut kehidupan Alena memang tampak betapa dia adalah seorang wanita yang luar biasa kuat, tangguh dan Cerdas, sifatnya yang welcome kepada siapa saja membuat banyak teman dan orang-orang yang menyukainya, sungguh Alena bisa di bilang sosok wanita yang sangat SEMPURNA

Tak satu orangpun yang tau ditengah kesempurnaan yang terlihat dalam diri Alena ternyata ada sebuah kisah pilu dimasa lalu yang membuat dirinya trauma dan sangat terluka, hingga ia harus memutuskan meninggalkan semuanya, melanjutkan hidup jauh dari kota kelahirannya dan jauh dari keluarganya, demi untuk melupakan semua kepedihan hatinya

Pagi itu

"Ya Alloh, mudah-mudahan gak telat nih aku" batin Alena sambil berjalan cepat menuju ruang Poli Bedah

Dengan langkah cepat sedikit berlari Alena segera memasuki Ruangan Poli Bedah yang sudah rapi dan bersih, sesaat Alena meletakkan tas, mencuci tangan dan menyiapkan dirinya untuk melakukan pelayanan

"Assalamualaikum, selamat pagi semua" sapa Alena kepada dua orang perawat yang ada di meja depan dan sedang sibuk mendaftar

"Waalaikumsalam Dokter Alena, gimana apa sudah siap ?"

"Oke, kamu bisa mulai panggil pasiennya"

"Baik Dokter"

Satu demi satu seorang perawat yang ada di depan memanggil pasien untuk masuk dan diperiksa, sedangkan satu orang perawat lagi membantu Alena memeriksa pasien di dalam ruangan, hampir 50 pasien yang sudah dilayani sampai jam menunjukkan pukul 11.30 Wib

"Masih ada berapa lagi pasiennya ?" Tanya Alena

"Tinggal empat orang lagi dokter, dilanjut apa dokter Alena mau istirahat dulu ?"

"Gak perlu, kita lanjut aja, toh tinggal empat orang saja kok, habis itu selesai, kita bisa istirahat"

"Siap Dokter"

Selanjutnya kedua perawat tersebut melanjutkan memanggil dan membantu Alena melayani pasiennya, hingga tepat jam dua belas siang semuanya sudah selesai, Alena duduk dan bersandar sebentar di kursinya sambil melemaskan badan yang terasa kaku semua

"Eh, jangan lihatin dokter Alena terus, nanti naksir lo"

"Apaan sih lo, ganggu gue lihatin surga dunia aja"

"Halah, awas ketahuan dokter Alena ya, bisa-bisa dikirim lo ke surga beneran"

"Ish, mati dong gue"

"Ha ha ha" kedua perawat itu langsung tertawa bareng

"Eh iya ya, kalau yang gak tau siapa dokter Alena, pasti pada nyangka kalau dia tu wanita lemah lembut"

"Gak taunya, macan banget kan ya"

"Bukan lagi, Ratu singa malah"

"Maklumlah, Sabuk hitam gaes"

"Sama kayak gue"

"Lu mah sabuk hitam celana kondor"

Ha ha ha ,suara tawa terdengar dari keduanya

Sementara Alena yang tanpa sengaja mendengar celotehan dua orang perawat yang membantunya, hanya tersenyum sendiri

"Emang aku galak banget apa ya" batin Alena

Saat jam istirahat tiba, Alena segera bersiap membereskan file dan berkas pasien yang ada di mejanya, setelah berpamitan dengan kedua perawat yang membantunya, Alena segera pergi meninggalkan ruangan dan menuju kamar kusus para dokter yang sedang beristirahat

Alena menghampiri teman dokter yang sedang berdinas di IGD yaitu dokter Amaya, seperti biasanya saat menyapa semua petugas yang berjaga di IGD, pasti semuanya berlomba tersenyum semanis mungkin untuk menarik perhatian Alena, secara memang yang lagi bertugas di IGD kebanyakan perawat dan dokter laki-laki

"Yok ah, jangan buat petugas yang di sini pada baper semua" kata Amaya

"Ye, siapa yang pengen gitu, aku cuma nyapa mereka aja, biar tambah akrab nanti kalau pas lagi dinas di IGD"

"Khawatir banget kamu sama mereka ya, tenang orang-orang IGD selalu welcome, apalagi sama seorang dokter Alena Spesialis Bedah yang cantiknya luar biasa dan masih muda, ha ha ha" Amaya tertawa

"Halah, kumat lagi nih ngerayu pasti, Dasar"

"Kali aja habis ini aku dapat traktiran"

"Ngarep"

"Banget"

"Ha ha ha" Alena dan Amaya tertawa membuat orang-orang di sekitarnya sesaat menoleh menatap keduanya

Bersambung

Terimakasih telah membaca karyaku, jangan lupa jejak dukunganya (Like,Komen,Vote dll)

Episode 2

Alena dan Amaya berjalan menuju ruang istirahat untuk membersihkan diri dan sholat, selanjutnya tinggal mencari makan siang, Apalagi kedua dokter cantik itu sudah menguras energinya bekerja mulai pagi sampai siang hari

"Huh, sampai juga di kantin terindah ini" kata Alena sambil menuju meja yang masih kosong

"Seindah nyanyian perut kita yang lagi laper" sahut Amaya

"Sesuai semboyan noh" kata Alena sambil melotot kan matanya ke sebuah tulisan yang baru saja di pajang

Sesaat Amaya mengikuti arah tatapan mata Alena dan membaca lirih

"Kantin Pemadam kelaparan"

"Xi xi xi " sontak keduanya tertawa lirih menahan geli

Sementara tak berselang lama, dari arah belakang Amaya datanglah sosok wanita cantik yang usianya jauh di atas Alena dan Amaya, tapi jangan salah, hanya parasnya saja yang terlihat masih muda daripada umurnya, dan kenyataan itulah yang sering membuat orang salah paham

Dengan senyum mengembangnya, Alena segera melambaikan tangan memanggil wanita itu untuk segera ikut bergabung di mejanya, dia adalah Dokter Delia spesialis Kandungan

"Wah, tumben kak Delia paling telat, biasanya duluan nih nunggu kita" kata Alena

"Sorry, Bulan ini heran deh aku, banyak banget ibu hamil yang harus aku bantu lahiran dengan Caesar, jadi butuh tenaga extra aku menanganinya"

"Hem, mungkin perlu dikasih solusi tuh kak, biar ibu-ibu hamil pada semangat untuk berusaha lahiran Normal" kata Amaya

"Nah bener tuh, dibuka kelas ibu hamil mungkin ?" Alena memberikan masukan

"Masuk tuh, tapi gak mungkin juga aku punya waktu untuk ngasih penyuluhan di kelas Ibu hamil"

"Kan ada para biduan" jawab Alena

"Penyanyi maksutnya?" Tanya Amaya bingung

"Ya masak gue suruh penyuluhan ma penyanyi gitu ?" Tanya Delia

"Bidan kak bidan, biduan panggilan plesetan doang" kata Alena

"Haduh, ini efek kelaparan nih pasti, maksutku kita kerjasama lah sama para bidan gitu loh" Alena menjelaskan

"Oh, aku sih yes" sahut Amaya

"Kayak juri Indonesian idol deh kamu" sahut Alena

"Sip, akan aku masukkan ke program bulanan nanti, makasih ya Al" ucap Delia

Begitulah mereka saat berkumpul, selalu membawa pembahasan ringan, lucu dan banyak manfaatnya juga, walaupun beda profesi dan usia yang tidak sepantaran, tapi mereka sangat solid dalam menjalin pertemanan, Amaya adalah dokter Umum usia 25 tahun, sedangkan Delia usianya sudah 35 tahun, tentu saja disini Alena yang paling muda masih berusia 22 tahun, dari semua perbedaan yang ada pada mereka hanya satu persamaan yang mungkin membuat mereka bisa bersatu, yaitu sama-sama singgel alias tidak punya gandengan hehe

Selesai menikmati makan siangnya, mereka berencana untuk istirahat sebentar hingga pukul siang, dari arah pintu masuk kantin terlihat seorang pemuda tampan masuk dan semua yang berpapasan langsung membungkuk memberi hormat, dia adalah sang direktur muda Rumah Sakit Royal Murrage Hospital bernama Exel Damian Murrage

Alena yang menyadari kedatangan Exel langsung berniat untuk segera pergi dari kantin, Alena berdiri dan segera melangkahkan kakinya, tak peduli dengan kedua temannya yang masih mangap siap memasukkan suapan makan siangnya

"Uhuk uhuk" Delia dan Amaya kesedak hampir bersamaan mendapati Alena hendak mengambil langkah seribu, namun Alena segera berbalik membekap mulut Delia yang akan berteriak memanggil namanya

"Sst, diam jangan berisik" kata Alena

"Mmp" gumam Delia sambil melotot memperingatkan Alena untuk melepas bekapan tangannya

"Eh, sorry, hehe" Alena nyengir kuda dan melepaskan tangannya

Amaya terkikik menahan tawa melihat interaksi Alena dan Delia

"Apaan sih Al, main bekap mulut orang aja, bau terasi tu tanganmu" kata Delia

Alena langsung mencium tangannya

"Ih, bau jigong"

"Ish, reseh kamu ah, aku makan capcay doang" sahut Delia kesal

"Hi hi hi, kalian tu dari tadi lucu tau nggak, sakit perut ku nahan tawa" kata Amaya

"Ngapain sih Al, galau banget hidup lu" tanya Amaya

"Itu" kata Alena sambil kepalanya mendongak ke arah seseorang

Delia dan Amaya menoleh pelan

"Oh, Direktur Rumah Sakit kita ?" Kata Delia

"Makin Cakep ya ?" Kata Amaya

"Hih, Najis " Jawab Alena sebal

"Heh, gak boleh gitu, bentar lagi pasti nyamperin kamu tu, hitung deh kak Del, pada hitungan ke berapa bentar lagi tu orang jalan ke sini" kata Amaya

"Satu, dua ,tig_" kata Delia belum sempat melanjutkan, ternyata Exel sudah hampir nyampai ke mejanya

"Hai Dokter Alena, boleh ikutan gabung ?" Sapa Exel sambil mengambil duduk di dekat Alena

"Silahkan pak Exel" kata Delia dan Amaya serempak sambil tertawa pelan menatap Alena yang sudah memasang wajah kesalnya

"Hem, yang di tanya belum njawab ni" kata Exel

"Oh eh, i iya pak Exel, silahkan" kata Alena

"Kamu sudah makan ?" Tanya Exel

"Sudah pak" jawab Alena

"Ini piringmu ?" Tanya Exel

"Iya Pak"

"Kok tidak dihabiskan, kenapa?"

"Em, perut sudah kenyang pak"

"Mana bisa makan, ni perut mual banget ada di sampingmu pak Exel" batin Alena

"Oh, sama, aku juga hanya ingin minum disini" kata Exel sambil meminum jus yang di pesannya

Sementara itu di bawah meja terjadi pertempuran sengit antar kaki ketiga dokter wanita, hingga dengan keras Alena memilih dan menginjak kaki kedua temanya hampir bersamaan

"Auu, shh" teriak tertahan dari Delia dan Amaya, sementara melihat penderitaan mereka, Alena tersenyum puas sambil menarik turunkan alisnya

"Kenapa dengan kalian ?" Exel kaget mendengar teriakan Delia dan Amaya

"Oh, tidak ada pak , kaki kami hanya gak sengaja terbentur meja saja" kata Amaya sambil tersenyum yang dipaksakan sambil menahan sakit dikakinya yang di injak oleh Alena

"Maaf pak, kami sudah selesai dan akan melanjutkan pekerjaan, jadi kami permisi dulu" kata Alena dengan tersenyum semanis mungkin

"Hem, anda berdua boleh pergi, untuk Dokter Alena tinggal sebentar disini, ada yang ingin saya katakan secara pribadi" ucap Exel tegas, sambil menghabiskan minumannya

"Baik pak" kata Delia dan Amaya berdiri hendak pergi

"Eh tunggu, bukankah kalian akan mendiskusikan sesuatu untuk kepentingan pelayanan pasien di rumah sakit ini ?" Tanya Alena tiba-tiba, membuat kedua temanya bingung dan gelagapan mau menjawabnya

"Benarkah, soal apa itu, bukankah aku juga ber hak tau ?" Kata Exel sambil melihat ke arah Delia dan Amaya

"Heh, anu pak, itu anu pak" Delia serasa mati kutu hingga hanya bisa ber anu anu saja

"I itu, bisa di bicarakan nanti kok pak, kami pergi dulu" sahut Amaya langsung menyambar tangan Delia dan ngacir pergi dari sana

"Eh , kak Del, Amaya, Kalian_" teriak Alena

"Sudah duduk dulu, mereka sudah pergi" kata Exel sambil menepukkan tangganya ke kursi yang ada di sebelahnya

"He he, iya pak"

"Heh, kali ini mampus deh aku, pasti mau ngomongin seputar hatilah, perasaan lah, cintalah, dasar buaya buntung, dikira aku tidak tau apa, menyebalkan !" Batin Alena sambil merapikan duduknya di samping Exel

Episode 3

Alena masih duduk dengan tenang, hingga tangan Exel tiba-tiba meraih tangan Alena, dengan cepat Alena menarik tangannya untuk lepas dari genggaman Exel, sorot mata tajam Alena melihat ke arah Exel, sedangkan Exel hanya tersenyum sambil membalas tatapan Alena

"Apa ini pak"

"Aku hanya ingin memegang tanganmu, apa itu salah ?"

"Tentu saja, itu lancang"

"Jaga bicara anda nona Alena, pikirkan dengan siapa anda bicara"

"Apa mau anda sebenarnya pak Exel, kenapa selalu menggangguku ?"

"Aku rasa jawabannya sangat jelas, aku menginginkan mu"

"Maksudnya ?"

"Jadilah kekasihku, prestasi kerjamu akan melejit tanpa harus bersusah payah di Rumah Sakit ku ini"

"Oh, jadi itu yang ingin bapak bicarakan, sayang sekali saya tidak tertarik, Permisi pak " Alena berdiri dan berniat segera pergi

"Ingat nona Alena, aku tidak bisa menerima penolakan, jangan mempersulit dirimu sendiri"

Alena hanya menatap sekilas, dan langsung beranjak pergi dari tempat itu, dari tempat lain ada sepasang mata menatap intens dengan kemarahan, memperhatikan interaksi antara Alena dan Exel sang Direktur Rumah Sakit, sesaat kemudian orang tersebut segera pergi mengejar keberadaan Alena

Tepat di depan pintu Ruang perawatan Bedah, Alena yang akan masuk ke ruangan langsung di cegat oleh seorang wanita yang penampilannya super mewah dan glamor, Wanita itu langsung menarik tangan Alena masuk di ruangan Dokter yang ada di dalam ruang perawatan, Alena terpaksa menuruti untuk menghindari keributan

"Apa yang kau lakukan dengan Exel, dokter Alena ?" Tanya wanita itu masih mencengkram lengan Alena

"Maaf dokter Amelia, saya tidak melakukan apapun dengan bapak Exel"

"Oh, benarkah, aku lihat sendiri kamu makan siang tadi dengannya, apa itu yang sedang kau rencanakan, merayunya agar jatuh di pelukanmu?"

"Oh my God, apa yang kau pikirkan dokter Amel, aku bahkan tidak ada hubungan apapun dengan Exel, jadi tenanglah"

"Bagus kalau kau mengerti, karena kau tak sederajat dengan kami"

"Okey, aku mengerti, aku hanya wanita biasa, tidak seperti kalian yang luar biasa, heh" Alena tersenyum Sinis

"Tentu saja, kami golongan kelas atas, ingat itu !"

"Aku mengingatnya, sudah selesai ngomongnya ? Maaf aku akan melanjutkan pekerjaan ku, banyak pasien di ruangan rawat Bedah ini sedang menungguku"

Tak lama kemudian Amelia segera melepaskan cengkraman lengan Alena dan pergi

"Dasar nenek sihir, mengganggu saja" batin Alena segera pergi melakukan visite ke beberapa ruangan, untuk memeriksa keadaan pasiennya yang sedang di Rawat dalam proses kesembuhannya, dengan teliti Alena melakukan pemeriksaan dan memberikan resep obat untuk masing-masing pasiennya

Saat selesai memeriksa semua pasien, Alen bersiap untuk pulang dan hendak berpamitan dengan kepala ruangan yang bernama Agus, seorang perawat laki-laki sudah berumur 45 tahun

"Dokter Alena, maaf apa anda dan dokter Amelia baik-baik saja ?"

"Kami baik-baik saja, memangnya kenapa pak Agus ?"

"Saya hanya khawatir dokter, soalnya keluarga nona Amelia punya pengaruh besar di Rumah Sakit ini, jadi kalau bisa jangan sampai anda bermasalah dengannya"

"Makasih pak Agus, bapak gak perlu cemas, saya baik-baik saja kok"

"Syukurlah kalau begitu, kita ini mah hanya apa ya dokter, jadi was was kadang saya mah kalau berurusan dengan orang-orang kelas atas itu, kadang sewenang-wenang aja sikapnya, mentang-mentang ikut punya rumah sakit"

Alena hanya tersenyum dan segera pamit untuk pulang

"Ini mana si dua kampret yang dah ngacir ninggalin aku tadi, awas saja kalian, aku hajar nanti" batin Alena sambil merogoh tasnya untuk mengambil handphone dan segera menghubungi kedua temannya

"Ayok, buruan !" Teriak Alena di depan mobil Honda jazz miliknya, melihat dua temannya sudah nongol di tempat parkir, Alena segera masuk ke mobilnya

"Kalian lama banget, kemana saja sih ?" Tanya Alena sambil menyiapkan diri untuk mengemudikan mobilnya, sementara itu Delia duduk di samping dan Amaya duduk di kursi belakang

"Iya sorry, yuk ah kita pulang" kata Amaya

"Let's go Al" sahut Delia

"Hem, lama-lama aku jadi kayak sopir kalian ya, padahal kalian yang nebeng, dasar !" Kata Alena sebel dengan tingkah kedua temannya

"Hi hi hi" Delia dan Amaya hanya nyengir tikus

"Kenapa kalian tadi ninggalin aku?" Tanya Alena dengan nada dingin nan kejam

"Ehem, ya mau gimana lagi, dari pada kita kena masalah sama tu direktur, mending masalah sama kamu aja deh Al" kata Delia

Plak

Alena langsung memukul lengan Delia keras

"Auh , Sakit Al , barbar banget deh kamu ni" kata Delia

"Ih , untung aku di belakang, jadi lolos dari jangkauan si barbar" ucap Amaya sambil senyum-senyum

"Nanti kamu bagian yang dirumah, aku hajar sampai puas" kata Alena

"Ih, kamu mah, makin lama makin serem Al"

"Biar kalian pada kapok, dan gak ninggalin aku lagi saat aku butuhkan" jawab Alena

"Lagian kamu tuh, banyak cowok yang ngejar tapi gak mau, kenapa sih Al ? Tanya Amaya

"Iya nih si Al, kamu nunggu yang kayak gimana sih Al?" Sahut Dalia

"Hello, apa kabar dengan kalian yang sama saja denganku, dasar , tanya gak ngaca ma diri sendiri" ucap Alena kesal

"Ha ha ha" serempak mereka tertawa bareng

"Ngomong-ngomong nih Al, apa sih yang di omongin pak Exel sama kamu ?" Tanya Delia

"Pasti nembak lagi kan, kelihatan tu dia pengen banget lu jadi kekasihnya" kata Amaya

"Hemh, emang kalian gak tau, siapa si Exel direktur rumah sakit yang kita tempati itu, dia kan seorang playboy dan pemain juga" kata Alena

"Serius, berita itu beneran Al ?" Tanya Delia

"Jangan asal kamu Al, bahaya lo kalau sampai ke telinga Pak Exel" kata Amaya memperingatkan Alena

"Mana pernah aku bohongi kalian sih, apalagi soal serius kayak gini "

"Terus kamu tau dari mana, ada buktinya ?" Tanya Delia

"Buktinya mata kepalaku sendiri, sering lihat tu orang keluar masuk hotel dan diskotik sama cewek yang gonta ganti gak jelas"

"Ih, jijai deh aku" kata Delia

"Bekas banyak lubang tu orang, ih" kata Amaya

"Mangkanya, aku juga jijay lah, ya masak aku harus jatuh diperlukan sisa orang"

"Ha ha ha" ketiganya tertawa kembali

Sesaat kemudian sampai juga di apartemen milik Delia, setelah turun dan masuk, kini Amaya pindah ke depan dan segera menuju ke rumah kontrakan yang mereka tempati, sampai di kontrakan jam tiga sore, mereka langsung mandi, Sholat dan istirahat

Saat Alena baru saja memejamkan mata, terdengar nada panggilan di handphone Alena, dengan sangat berat Alena berusaha melek dan menerima panggilan telpon

Ternyata panggilan itu dari Exel yang meminta bantuan Alena untuk memeriksa bekas luka parah tulang kaki saudaranya yang sedang berada di sebuah hotel, tanpa menaruh curiga Alena segera mengiyakan karena berhubungan dengan keahliannya, tanpa berfikir panjang jam 19.00 Alena segera meluncur ke hotel bintang lima yang di maksut oleh Exel waktu meneleponnya

Bersambung

Terimakasih, jangan lupa jejak dukunganya (like komen, vote dll)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!