Langkah kaki terdengar di lorong gelap yang kumuh. Tikus berlarian tanpa tujuan, orang-orang yang terlihat kotor duduk di sepanjang jalan. Anak-anak kelaparan sudah menjadi pemandangan yang biasa disana.
(Sauce: Twitter @Meru )
Seorang pria berpakaian serba hitam dan matanya tertutup sebelah menarik perhatian orang-orang. Selain rambut silver yang berkilau itu, tak ada warna lain yang menghiasi penampilannya. Dia berjalan tanpa mempedulikan pandangan orang lain hingga sampai ke sebuah pintu yang hampir rusak.
Pria itu mengetuk pintu 4 kali. Seorang wanita menatap pria itu dari balik lubang pintu.
"... Password-nya?" Tanya wanita itu.
"Tak ada yang bisa lari dari tangan naga," jawabnya.
Wanita tersebut mengkerutkan keningnya dan menghembuskan napas panjang. Dia membuka pintu, membiarkan pria serba hitam itu masuk. Wanita itu menuntun sang pria ke dalam, menemui majikan sang wanita.
Sepanjang perjalanan, hanya pemandangan tak senonoh yang terlihat. Dari depan tempat itu adalah sebuah tempat judi dan pelacuran seperti biasa di daerah kumuh. Namun bukan itu tujuan pria ini. Setelah menaiki tangga, mereka memasuki sebuah ruangan yang didalamnya berisi gudang buku.
Wanita tersebut menggeser salah satu buku dan secara mendadak sebuah lorong rahasia muncul. Wanita itu hanya bisa mengantarkan sampai disana, selanjutnya hanya sang pria sendirilah yang bisa melanjutkannya.
Sang pria memasuki lorong yang terhubung ke sebuah ruangan yang cukup mewah. Disana ada seorang pria berambut merah yang menunggunya dengan seperangkat perlengkapan teh di meja. Tanpa mempedulikan pria berambut merah itu, pria berambut silver duduk di sofa depan pria lain.
"Kali ini informasi apa yang kamu inginkan?" Tanya pria berambut merah.
"Fox, beri aku semua data yang kau tau tentang keluarga kekaisaran," kata pria berambut putih.
"He… jadi akhirnya kami berniat mengambil alih tahta ya, Valler."
"Ya."
"Kau taukan kalau bukan karena kita sesama anggota Raven maka ini tidak akan murah sama sekali."
"Jangan khawatir. Aku akan memberimu imbalan nanti."
"Aku tidak perlu itu. Cukup katakan satu hal saja. Kenapa mendadak? Kamu selalu berusaha menyembunyikan dirimu dari keluarga kekaisaran."
"Baj*ngan itu!!! Dia menyentuh apa yang seharusnya tak dia sentuh," marah pria bernama Valler itu.
"Ah… maksudmu si Putra Mahkota? Berarti ini ada hubungannya dengan gadis itu ya," senyum Fox licik.
"... Benar. Aku tidak akan memaafkan siapapun yang berani menyakitinya," jawab Veller kesal.
"Baiklah, aku akan membantumu semampuku. Lagipula aku berhutang budi padamu. Serahkan saja masalah informasi padaku."
"Aku mengandalkanmu, pemimpin guild informasi."
Pria berambut silver yang dipanggil Valler oleh pria didepannya beranjak keluar dari ruangan itu. Dia keluar dari gedung dan pemungkiman kumuh dengan cepat dan berjalan ke arah Guild tentara bayaran.
Begitu pria itu memasuki guild, keributan yang terdengar sampai luar mendadak hening. Semua mata tertuju padanya. Ada yang menatapnya dengan takut dan ada yang menatapnya dengan tatapan kagum. Namun pria itu sama sekali tidak peduli dengan semua itu dan hanya berfokus pada resepsionis di depan.
"Ah… Tuan Valler! Apa yang anda inginkan dari guild sekarang? Saat ini belum ada misi rank S, tuan," ucap resepsionis ramah.
"Tidak. Aku bukan datang untuk mengambil misi. Aku ingin bertemu dengan guild master," jawab Valler dingin.
"Master ada di lantai 2, silahkan naik saja tuan," balas wanita itu ramah.
Valler mengangguk dan langsung naik ke lantai dua. Dia memasuki ruangan bertuliskan 'Gulid Master' di pintunya. Seorang pria tua dengan wajah seram menyambut matanya.
"Apa yang kau mau, bocah?"
"Guild master, aku akan melakukan itu."
"Ha~ah!!! Jadi begitu. Baiklah… aku akan meliburkanmu sementara, Vall."
"Terimakasih."
"Tapi ingat! Kamu adalah tentara bayaran rank S guild ini. Kehilanganmu akan menjadi kerugian besar untuk guild. Jangan sampai mati!"
"Baik!"
Valler keluar ruangan dan menuruni tangga lalu keluar dari guild dengan wajah datarnya. Para wanita yang dia lewati menatapnya dengan wajah merona. Tak heran, Valler merupakan salah satu pria tertampan di Kekaisaran. Meski banyak wanita yang menyukainya dan melamarnya. Tak seorang pun dari mereka ditatap olehnya.
Alasannya sederhana, Valler sudah memiliki seorang gadis di hatinya. Dia sangat mencintai kekasihnya, bahkan walaupun seluruh dunia menentangnya. Dia akan melawan mereka agar bisa bersama dengan kekasihnya.
"Semua persiapan sudah selesai. Tunggu saja... Aku pasti akan memastikan tak ada yang bisa membuatmu menderita!"
"Aku tidak boleh gagal lagi. Karena ini adalah... kesempatan terakhirku."
PIIPPPPPPP
"Sudah cukup!!!!!! Kalian pikir sekarang jam berapa?!! Besok kamu sudah mulai sekolah kan, Tiara?!" marah seorang ibu.
"Ahh… padahal sedikit lagi," rengek gadis remaja didepan televisi.
Gadis itu mematikan gamenya dan menggandengku masuk kamarnya. Dia tersenyum senang, itu membuatku ikut senang juga.
(Sauce: EB+ on Pixiv)
"Kakak! Rute Pangeran Aqua akhirnya bisa dibuka… itu rute yang paling bagus menurutku…" ucap adik perempuanku riang. Aku hanya tersenyum, sejujurnya aku tak begitu paham tentang game semacam ini.
"Iya, Tiara."
"Hehe… padahal aku mau main bareng kakak setelah sekian lama kakak baru pulang. Besok setelah aku pulang sekolah, kita lanjutin ya!!!"
"Tentu. Kenapa tidak?"
"Janji?!"
"Aku janji."
Kami saling mengaitkan jari kelingking dan tersenyum bersama. Ini sudah tengah malam pukul 1, tentu ibu akan marah karena adikku belum tidur. Tapi apa boleh buat, dia terlalu senang sendiri karena akhirnya aku dapat libur dari pekerjaan.
Setelah dia berangkat sekolah, yang kulakukan dirumah hanya membantu ibu dan bermalas-malasan sambil menunggunya pulang. Sampai berjanji seperti anak kecil… dia anak yang manis.
Aku sangat ingin menepati janji itu, namun sayang… ada panggilan tugas mendadak yang datang dari markas. Mau tidak mau aku harus pergi.
Akan kucoba selesaikan secepat mungkin.
Itulah yang kupikirkan. Tapi…
"Zwein!!! Kode name Zwein!!! Jawab panggilan jika kamu mendengarnya!!!!"
Suara dari earphone terdengar panik. Kapten? Apa informasinya sudah masuk? Huh? Suaraku tidak mau keluar. Suaranya terdengar panik... kapten... padahal dia sedang hamil... kamu tidak boleh seperti itu...
"Zwein!!!!!!"
Darah mengalir dari tubuhku. Rasanya dingin… apa aku akan mati? Tidak… aku belum mau mati. Aku belum menepati janjiku dengan adikku satu-satunya.
"Oy!!! bzztt bzzttt Zwein!!! Jawab bzzt pang... bzztt. Sial!!!!!"
Tangisan keluar dari mataku. Saat ini, aku bahkan tak bisa mengeluarkan suara untuk menjawab markas. Peluru telah mendarat tepat di jantungku. Aku sudah tau… dengan keadaan begini, pulang hidup-hidup itu mustahil.
Tapi tetap saja…
Dewa… jika kamu memang ada… tolong biarkan aku hidup sedikit lebih lama lagi. Kali ini aku janji akan hidup dengan baik tanpa membiarkan orang yang kusayang mengkhawatirkanku lagi.
"Apa kamu masih ingin hidup?"
Dalam badai salju yang menyelimuti ibukota Kekaisaran, wanita bertudung menggendong anaknya dan lari dari kejaran beberapa orang. Wanita itu terus berlari dalam dinginnya malam walaupun tubuhnya membeku karena salju.
"Kejar dia!!!!"
Beberapa orang menjerit mengejar wanita tersebut. Merasa bahwa dirinya tak mampu melarikan diri lagi, wanita itu menoleh kesana sini seolah mencari sesuatu. Dia bergegas menuju sebuah gang sempit yang hanya bisa dimasuki anak kecil.
Setelah sampai didepan gang, wanita itu meletakkan anaknya disana dan menyuruh mereka untuk berlari memasuki gang kecil itu.
"Bagaimana dengan mama?" tanya anak laki-laki tersebut.
"Mama akan mencari jalan lain, kamu pergilah duluan. Nanti mama pasti menyusulmu," jawabnya dengan senyum hangat.
Anak itu tau, meskipun ibunya berkata begitu, dia pasti akan sulit kembali bersamanya. Dia mulai menangis dan memohon pada ibunya.
"Tidak… aku tidak mau… Ayo kita pergi sama-sama!" rengek anak itu.
"Aqua!!! Berhenti bersikap manja! Pergilah duluan sekarang!!" marah sang ibu.
"Ta… tapi…"
"PERGI!!!!!"
Gertakkan ibunya membuat Aqua ketakutan dan berbalik memasuki gang secepat yang dia bisa. Dia menangis dan tak berani menoleh ke belakang. Setelah bayangan Aqua tak terlihat lagi, sang ibu tersenyum dan meninggalkan mulut gang.
Dia berdiri menghadapi orang-orang yang mengepungnya. Orang yang mengepungnya bukan orang biasa. Mereka adalah assassin terlatih yang dikirim untuk membunuh ibu dan anak itu. Wanita itu tak takut menghadapi kematian, yang dia takutkan adalah anaknya akan meninggalkan dunia ini di umur yang masih 5 tahun.
"Aku tidak akan membiarkan kalian lebih dari ini," kata wanita berambut perak itu dengan senyuman sombong.
"Ck, berhenti merepotkan kami. Lebih baik anda mati disini," balas assassin didepannya.
Jumlah assassin yang mengepung wanita itu ada sekitar 7 orang. Mereka membentuk formasi dan bersiap menyerangnya dengan pedang dan sihir mereka. Namun membunuh wanita itu sama sekali tidak mudah.
Wanita didepan mereka adalah seorang penyihir yang bisa menggunakan berbagai sihir. Pertarungan yang terjadi cukup sengit dan mengakibatkan kerusakan disekitarnya. Setelah beberapa lama, wanita itu berhasil mengakhiri nyawa seluruh assassin yang mengepungnya.
Namun… nyawa wanita itu juga berakhir saat itu juga.
"Maafkan mama… Aqua…"
Merahnya darah membasahi rambut silver yang tertanam di salju. Badai salju menutupi tubuh tak bernyawa itu hingga tak terlihat lagi. Seolah-olah ingin menutupi akhir wanita itu dengan warna yang sama dengannya.
Sementara itu sang anak berbalik dari gang dan berlari kembali ke tempat ibunya. Bukannya senyuman sang ibu yang dilihatnya, tubuh dingin yang memucatlah yang menyambutnya.
"HUUUUAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!"
...*******...
AQUA POV
BRAKKKK
"Hah… hah… hah…"
Aku terjatuh dari kasur karena mimpi buruk yang akhir-akhir ini sering kualami.
"Sial… mimpi itu lagi," gumamku.
Aku bangkit dari kasur dan berjalan menuju cermin di kamar. Wajah manis putih mulus berambut silver dan mata permata yang berbeda di keduanya sudah tak asing di mataku.
"Ha~ah… Sudah berapa kali aku mimpi itu sejak bereinkarnasi…" keluhku.
Biar aku memperkenalkan diri dulu. Dulu aku adalah seorang agen intelijen yang bekerja untuk negara. Namun aku tewas saat sedang menjalankan misi menyusup ke markas ******* yang bermaksud mengebom pemungkiman masyarakat. Meski aku sudah memberikan informasi yang dibutuhkan markas untuk menghentikan aksi mereka, aku masih punya sedikit penyesalan. Mungkin itu penyebab aku bisa bereinkarnasi.
Karena disaat-saat terakhir hidupku, aku mendengar suara di kepalaku.
"Apa kamu masih ingin hidup?"
Itulah hal yang kudengar di saat peluru telah menembus jantungku. Tentu saja tanpa ragu aku menyetujuinya dan asal suara itu mereinkarnasikanku ke dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia asalku. Aku sendiri baru memiliki ingatan kehidupan sebelumnya di umurku yang ke kedelapan.
Ini mungkin tidak bisa dipercaya, namun dunia tempatku bereinkarnasi sekarang adalah sebuah game yang dulu pernah dimainkan adik perempuanku. Anak itu sering mengoceh tentang game itu saat kami berkumpul di hari liburku.
~DRAGON WINGS~
Itulah judul dari game tersebut. Sebuah game dimana kamu bisa memilih beberapa pria untuk berkencan denganmu. Latar game itu sendiri berada di dunia abad pertengahan yang memiliki pedang dan sihir di dalamnya.
Tokoh utama game tersebut, Carvallin Arsilla adalah seorang gadis berusia 15 tahun yang awalnya merupakan rakyat biasa, namun dia menjadi bangsawan karena ibunya menikah dengan seorang bangsawan.
Sedangkan beberapa target pria pasangan MC yaitu:
Putra Mahkota Kekaisaran
( Pangeran Analic Rozon de Levana )
Putra pertama Kapten Kesatria
( Bramion Algera )
Putra kedua Kepala Penyihir Istana
( Hyveno Demifa )
Didalam sebuah game percintaan seperti ini, jelas ada yang namanya villain dalam cerita. Gadis itu adalah saudara tiri heroine. Putri satu-satunya Marquess Arsilla, Rubylia Arsilla.
Saat ini… aku berinkanasi sebagai target tersembunyi game yang hanya bisa dibuka jika pemain telah memenuhi beberapa syarat yang sangat sulit ditaklukkan.
Anak haram Kaisar Levana.
Pangeran ketiga Kekaisaran Levana, Aquamarine Valler de Levana.
Di Dalam game, Pangeran Aqua tidak dibuat menonjol sama sekali. Dia tidak tertarik dengan tahta kaisar dan hanya menjalani hidupnya sebagai tentara bayaran rank S yang terkenal dengan nama "Valler."
Namun, jika pemain memilih rute Pangeran Aqua dan berhasil menyelesaikannya. Maka Pangeran Aqua akan berambisi menjadi kaisar demi bisa menikah dan hidup bahagia dengan pemain.
"Jika dibandingkan dengan rute lain, rute Aqua hampir tidak bisa diselesaikan. Selain sangat sulit dalam membuat pilihannya, pemain harus memiliki level tinggi agar bisa happy end dengan Aqua. Kalau tidak dia bisa mati duluan karena rute Aqua terlalu berbahaya," gumamku.
Cerita dalam game dimulai di akademi saat seluruh tokoh menginjak usia 15 tahun. Saat ini aku… tidak, kami semua masih berusia 10 tahun. Masih ada waktu 5 tahun sampai cerita dimulai. Tidak seperti tokoh lain yang hidup mewah dan banyak uang, Aqua yang kehilangan ibunya di usia 5 tahun hidup miskin di pemungkiman kumuh dan bertahan hidup dengan mencuri.
Sejak ingatanku kembali, hidupku tak semenderita dulu. Setidaknya aku punya pengetahuan bisnis dan beberapa hal lain yang bisa menghasilkan uang. Apalagi dunia ini adalah dunia dimana pedang dan sihir adalah hal yang biasa. Dengan pengetahuanku sebagai agen intelijen, aku memiliki pengalaman bertarung dan keterampilan yang lebih dari hebat dari beberapa orang dewasa.
Saat ini aku tinggal panti asuhan kota kecil. Hanya anak diatas 10 tahun yang bisa pergi meninggalkan panti asuhan. Jadi sebenarnya aku cukup menantikan hari ini tiba, karena akhirnya aku bisa hidup berpetualang di dunia fantasi ini.
"Aku sama sekali tidak peduli dengan cerita gamenya. Karena sudah hidup lagi, aku akan menikmatinya semauku," ucapku senang.
TOK TOK TOK
"Aqua!!!! Cepet bangun! Bukannya ini harinya?!" panggil seorang gadis yang sedikit lebih tua dariku.
"Iya!! Sebentar!!!!"
Aku bergegas mengganti baju dan memakai tasku. Serta mengikat sabuk dan pedang kecil di pinggang. Tak lupa memakai penutup mata untuk mata kiriku dan mengubah warna rambutku jadi warna coklat. Setelah selesai bersiap, pintu terbuka dan aku turun ke bawah bersama anak tadi.
Ada alasan kenapa aku repot-repot melakukan itu semua tadi. Pertama warna rambut silver itu sangat langka dan mata kiriku juga begitu. Pasti akan merepotkan kalau ada yang tau dan melaporkannya ke Kekaisaran.
Didunia ini, rambut silver hanya dimiliki oleh keluarga Kerajaan Vittacelar. Itu adalah kerajaan kecil namun sangat kuat dari wilayah timur. Penghuni kerajaan itu bukanlah manusia melainkan Elf, ras dengan umur panjang dan kemampuan sihir luar biasa. Dengan kata lain, Aqua ini seorang half-elf.
Ibu Aqua adalah Tuan Putri kedua Kerajaan Vittacelar, Sapphire Vallen El Vittacelar. Beliau kabur dari rumah sekitar 40 tahun lalu untuk berpetualang. Tentu saja ibu menyamar saat melakukannya.
Singkat cerita ayah yang tidak tau identitas ibu pernah tidur bersamanya sekali di suatu kota sehingga ibu hamil Aqua. Setelah dipikir pikir, bukannya identitas Aqua terlalu kuat biasa? Anak dari Kaisar kekaisaran manusia terbesar dan putri kerajaan Elf.
Ayah meninggalkan ibu tanpa tau kalau ibu hamil. Meski begitu, ibu tetap membesarkan Aqua dengan penuh kasih sayang.
Seperti halnya warna rambut silvernya yang mencolok. Mata kiri ini tak kalah mencoloknya. Mata emas dengan simbol khusus yang hanya dimiliki keluarga kekaisaran saja.
Tempat ini… sekaligus latar tempat cerita game adalah Kekaisaran Levana. Sebuah kekaisaran yang leluhurnya adalah naga. Naga legendaris bernama Levana menikah dengan tuan putri kerajaan ini dan memperluasnya menjadi kekaisaran.
Para pewaris tahta kaisar biasanya adalah anak dengan gen naga terkuat. Untuk mengetahui itu, anak tersebut harus memiliki "Dragon's Eye." Sebuah mata emas dengan simbol ras naga. Karena keturunan Levana hanya manusia yang memiliki darah naga, maka hanya satu mata mereka yang begitu.
Di Dalam game, tak ada seorangpun dari kedua pangeran dan keempat putri yang memiliki Dragon's Eye. Satu-satunya anak kaisar saat ini yang punya mata itu cuma Aqua seorang. Jadi kalau Aqua, atau aku menampakkan diri di depan kaisar pasti saat itu juga aku akan jadi Pangeran Mahkota.
Tapi sesuatu seperti itu cuma akan merepotkan saja. Aku tidak tertarik dengan semua itu. Sudah cukup di kehidupan sebelumnya saja aku hidup untuk negara. Di kehidupan kali ini, aku akan hidup untuk diriku sendiri dan orang yang kucintai.
.
.
.
.
.
.
Ilustrasi Tokoh Aqua (10 Tahun)
(Sauce: Twitter @kazunehaka)
NORMAL POV
"Aqua… apa kamu benar-benar akan pergi hari ini?" tanya pengasuh panti asuhan.
"Kamu baru saja 10 tahun hari ini, tidak bisakah kamu tinggal lebih lama?" tanya pengasuh lainnya.
"Uang yang diberikan ibumu masih tersisa cukup banyak. Ambilah… ini pasti akan berguna untukmu kedepannya," ucap pemilik panti sambil menyodorkan kantung berisi koin emas.
"Terimakasih untuk semuanya bibi pengasuh… ibu panti… Aku tidak akan melupakan 5 tahun ini," kata Aqua sambil tersenyum riang.
Aqua melambaikan tangannya ke arah panti asuhan tempatnya tinggal. Anak-anak panti lain juga melambaikan tangan dan meneriakkan macam-macam hal pada Aqua. Aquapun mulai melakukan perjalanannya berkeliling dunia.
"Di dalam game namaku Aquamarine Valler de Levana. Tapi itu adalah nama Aqua setelah dia menjadi pangeran ketiga Kekaisaran. Sekarang aku cuma Aquamarine, anak yatim piatu tanpa nama keluarga," kata Aqua pada dirinya sendiri.
Dia tersenyum senang membayangkan hidupnya setelah ini. Meskipun cuma anak usia 10 tahun, Aqua memiliki status yang cukup luar biasa.
"Wahh… statusku gila…"
"Apa-apaan skill milik Aqua ini? Bukannya ini curang banget? Normalnya di dunia ini setiap orang cuma punya satu atau dua elemen aja. Tripel elemen aja sudah jarang, tapi aku malah bisa ketujuh elemen…"
"Ini yang hebat akunya atau Aquanya?" pikir Aqua.
"Akhir-akhir ini aku kepikiran kenapa aku gak setenang dan sedewasa dulu meski pengetahuanku yang dulu masih ada. Jadi karena ini alasannya…"
Ada alasan kenapa Aqua baru melihat statusnya meskipun sudah 2 tahun bereinkarnasi. Didunia ini, anak berumur kurang dari 10 tahun tidak bisa menggunakan sihir. Ini karena tubuh anak-anak masih dalam tahap pembangunan mana. Jika anak-anak memaksakan diri memakai sihir dengan tubuh seperti itu, maka aliran mana dalam tubuh akan kacau dan meledak.
Meski begitu, anak-anak masih bisa meningkatkan leven mereka dengan berlatih berpedang atau berburu monster level rendah. Tidak seperti sihir yang hanya bisa digunakan jika kamu memiliki berkah. Teknik berpedang bisa di pelajari dan ditingkatkan dengan latihan. Aqua yang pernah menjadi agen intelijen sudah ahli dalam menggunakan pedang pendek yang seperti pisau perang.
"Sekarang aku harus kemana… sebelum masuk ke panti asuhan, Aqua selalu bepergian keliling dunia dengan ibunya. Jadi dia tidak punya tempat tinggal khusu selain Kerajaan Vittacelar."
Aqua memutuskan tidak peduli dia akan pergi kemana, yang penting menjauh dari kekaisaran dulu. Dia menaiki kereta kuda bersama penumpang lainnya yang mau pergi keluar kota. Didalam kereta ada 1 keluarga kecil, seorang wanita dan dua pria. Kereta itu dijaga oleh sebuah party tentara bayaran yang telah dibayar untuk misi pengawalan.
Biaya untuk menaiki kereta tak murah. Bahkan hanya untuk ke kota lain saja sudah menghabiskan 1 koin emas kecil. Aqua sudah menabung untuk ini sejak dulu, jadi tak ada masalah dalam pembayarannya.
"Kamu mau pergi kemana, nak? Kok sendirian aja?" sapa seorang wanita sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
Aqua agak bingung harus menjawab apa. Namun dia tak bisa mendiamkannya begitu saja.
"Aku… mau pergi ke Kerajaan Vittacelar," jawabnya ragu.
"Sendirian saja? Dimana orang tuamu?"
"Aku yatim piatu, bibi."
"Oh… maafkan bibi. Kenapa kamu mau kesana? Tempat itukan kerajaan Elf," tanyanya lagi.
"Itu adalah kampung halaman mama. Mama yang menyuruhku untuk pergi kesana dulu," jawab Aqua.
"Aku gak bohong. Dulu saat Aqua masih 5 tahun, sebelum ibunya meninggal dia memberikan sebuah tas ke Aqua. Di tas itu ada dua buah surat. Salah satu surat ditunjukkan ke panti asuhan dengan sekantong uang. Kutebak itu permintaan untuk merawat Aqua."
"Surat lainnya untuk Aqua. Disana tertulis permintaan agar Aqua pergi ke Kerajaan Vittacelar jika dia tidak punya tujuan lain. Karena disana ada saudara ibunya yang akan merawatnya dengan senang hati. Di surat itu juga tertulis pesan pribadi ibunya untuk Aqua sendiri."
"Kampung halaman mama? Apa kamu seorang Elf, nak?" tanya wanita itu lagi.
"Ini orang kebanyakan nanya," kesal Aqua.
"Bukan, aku cuma Half-elf saja," jawab Aqua.
"Jadi begitu."
Wanita itu berhenti bertanya karena bayinya bangun dan hampir menangis. Aqua menghembuskan napas, dia berbalik untuk melihat pemandangan saja agar tidak ditanya-tanya lagi. Hembusan angin meniup rambut Aqua hingga berkibar ke belakang. Aqua terlihat menikmati pemandangan yang jarang untuk dilihatnya itu.
Hembusan angin seakan menjadi lagu pengantar tidur yang membuat Aqua mengantuk. Matanya terasa berat dan dia mulai tertidur. Orang dewasa hanya tersenyum melihatnya. Wanita lain berambut pirang menidurkan Aqua di pangkuannya agar dia merasa nyaman. Perjalanan terasa damai dan menyenangkan.
Namun…
"ARGHH!!!!!"
"PERGI!!!!!"
"JANGAN MENDEKAT!!!!!!!"
"TIDAK!!!!!!!!!"
"SIAL! KENAPA MONSTER RANK C ADA DISINI!???"
"KYAAAAAAAAAAAA!!"
Jeritan orang dewasa mengejutkan Aqua. Dia terbangun dan mendapati dirinya sedang dipeluk wanita tadi. Suasana damai di kereta mendadak berubah karena kedatangan monster yang datang menyerang. Monster itu terlihat seperti semut terbang dengan tubuh seperti armor berukuran sebesar buaya. Para tentara bayaran sedang melawan monster itu dengan susah payah. Bahkan beberapa dari mereka terlihat terluka parah.
Orang-orang dalam kereta meringkuk ketakutan tak berdaya. Tubuh yang sedang memeluknya juga bergetar ketakutan, meski begitu dia tetap memeluk Aqua seakan mencoba melindunginya. Aqua menatapnya kagum dan beralih ke luar. Dia mengamati dengan tenang makhluk yang menyerangnya dan mencoba mencari titik lemah mereka.
"Kelebihan mereka adalah mereka bisa terbang dan jumlahnya agak banyak," kata Aqua dalam hati.
Karena tidak ada yang memperhatikan Aqua, Aqua membuka sedikit penutup mata kirinya. Dragon's Eye memiliki skill bawaan didalamnya, skill itu adalah Appraisals. Pengguna DE bisa melihat status terperinci dari makhluk lain tanpa memerlukan batu sihir penilaian.
"Kelemahannya disitu ya…"
Aqua belum pernah mencoba menggunakan sihir selain dari Appraisals. Menggunakannya sembarangan adalah tindakan ceroboh karena dia tidak tahu efeknya untuk tubuh. Pilihan terbaik yang bisa dilakukannya adalah mengatakan kelemahan semut itu pada tentara bayaran agar mereka bisa mengalahkannya.
"Paman!!! Lehernya lebih lunak dari bagian lain! Fokuskan serangan kesitu saja!!" jerit Aqua.
Tak hanya para tentara bayaran saja, orang dewasa lain langsung menatap Aqua yang dengan percaya dirinya menjeritkan itu. Salah satu tentara bayaran mengangguk dan menyerang leher semut dengan pedang. Tentara bayaran lain menembak leher dengan panah. Healer di party itu memanfaatkan waktu untuk mengobati anggotanya yang terluka.
"Disana gak ada yang makai sihir, kenapa ya!" gumam Aqua pelan.
"Itu karena jumlah penyihir termasuk sedikit saat ini. Tak banyak penyihir yang lulus dari akademi dan menjadi tentara bayaran. Kebanyakan dari mereka masuk menara sihir atau menjadi penyihir pribadi bangsawan," jawab wanita yang memeluknya sambil tersenyum hangat.
Aqua malu karena gumamannya terdengar. Dia mengangguk tanda mengerti.
"Namaku Ashlan, siapa namamu?" tanya wanita itu ramah.
"Ah, namaku Aquamarine," jawab Aqua gugup. "Dia cantik…"
"Aquamarine ya… Itu nama yang cantik, boleh aku memanggilmu Aqua?"
"Tentu…"
"Katakan, Aqua. Bagaimana kamu bisa tau kelemahan makhluk itu?"
"Itu… seseorang pernah mengajariku tentang beberapa monster sebelumnya," jawab Aqua jujur.
Dia memang melihat kelemahan semut itu lewat Dragon's Eye. Tapi seseorang memang pernah mengajarinya dulu meski dia tidak ingat tentang pelajaran itu. Orang itu adalah ibu Aqua yang membawanya berkeliling dunia sejak lahir.
"Hee… begitu ya. Terima kasih, berkatmu monster itu jadi lebih mudah dikalahkan dan kita selamat," ucap Ashlan.
Karena ucapan terimakasih Ashlan, orang lain di kereta juga ikut berterimakasih pada Aqua. Tentara bayaran yang sudah selesai mengurus semut juga ikut berterimakasih ke Aqua. Aqua memerah karena malu dan tersenyum cerah ke semua orang. Senyuman Aqua berhasil mengenai hati setiap orang dan membuat mereka berdebar.
"Aku ingin melindungi senyuman anak ini!"
Itulah yang semua orang pikirkan saat itu.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!