New York City, Amerika Serikat
Sebuah sekolah menengah atas ternama di New York, Horace International School (HIS). Seorang gadis berjilbab sedang berjalan di koridor dengan terburu-buru.
Brak
Dia menabrak seorang siswi yang sedang membawa segelas coffe latte membuat seragam yang ia dan gadis itu kenakan basah.
"Dimana matamu hah!!!." Teriak siswi itu lalu menarik hijab yang gadis itu kenakan.
"Maaf,aku tidak sengaja." Cicitnya sambil memegangi jilbabnya agar tidak lepas.
"Maaf mu tidak bisa membuat bajuku kembali bersih dasar sampah!!."
Plakkk
"Ouh sakit sekali." Ucap laki-laki lain di belakang gadis itu.
"Michel sudahlah." Ucap laki-laki itu tanpa menghentikan perbuatan siswi yang terus memberi tamparan pada gadis di depanya.
"Kau bilang sudah Jhon?,dimana matamu lihat seragamku kotor, gara-gara sampah ini." Ucap siswi yang bernama Michel.
"Jika kau melanjutkan aksimu,guru akan berdatangan akan ada masalah lain nanti. Lebih baik kau ganti bajumu dulu atau kulitmu yang mulus itu akan dikerubungi semut." Ucap Jhon.
"Dasar wanita sampah." Ucap Michel lalu pergi meninggalkan gadis yang masih terduduk di lantai.
Gadis itu berdiri sambil memegangi pipinya yang berdenyut nyeri. Lalu pergi ke arah toilet ia harus memperbaiki penampilannya. Jika para guru melihat akan ada masalah besar ia akan kembali berurusan dengan gadis yang bernama Michel sang Queen bullying sekolah. Oleh karena itu ia tak pernah mengadu atau melawannya karena sama saja mencari gara-gara yang lebih. Michel banyak orang di belakangnya yang siap pasang badan jika wanita itu terluka.
Aldara Afnan Zakiya nama gadis yang sedang berdiri di depan cermin sambil memandangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
Gadis itu tersenyum "Besok pasti sembuh." Ucapnya lalu melangkah keluar.
******
"Tuan muda."
Tok tok tok
"Tuan,anda harus pergi sekolah."
"Kau mengganggu ku Adam!!." Teriak pria dari dalam kamar.
"Tuan saya tunggu lima menit lagi jika anda tidak keluar maka saya akan menerobos masuk." Ucapnya.
"I do not care."
"Bagaimana anak itu?." Ucap pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan.
"Tuan muda belum membuka pintunya tuan." Ucapnya.
"Dasar pria muda bodoh." Umpat pria paruh baya itu.
"Ellard Graham Walton!!, hitungan ke tiga kau tidak keluar akan ku bakar mobil yang baru kau pesan!." Teriaknya.
Belum sempat pria paruh baya itu menghitung pintu sudah terbuka lebar.
"Kau gila Darren mobil itu bahkan belum ku sentuh." Ucap Ellard dengan wajah bantalnya.
"I do not care." Ucap Darren sambil melangkah pergi dan mengibas-ibaskan tangannya.
"Dasar pria tua!." Umpat Ellard lalu kembali kedalam kamarnya.
"Pergi dalam tiga puluh menit lagi,jika aku mendapat panggilan dari sekolah mu akan ku tendang kau dari mansion ku." Teriak Darren.
"Damn!!." Umpat Ellard di dalam kamar.
Adam yang masih berdiri di depan pintu kamar hanya menggelengkan kepalanya saat melihat ayah dan anak itu beradu mulut.
****
Ting
Pintu lift terbuka Ellard melangkah keluar sambil menggendong tas di punggung kirinya. Lalu mendudukan bokongnya di kursi meja makan.
Pelayan menyiapkan roti isi untuk tuan mudanya dan segelas jus.
"Anak pintar son." Ucap Darren yang baru saja tiba dan mendudukkan bokongnya di kursi.
"Jangan panggil aku seperti itu, aku terlihat seperti bocah." Ucap Ellard di sela-sela makannya.
"Kau memang bocah bukan?jika bersanding denganku."
"Heh bukan aku yang bocah kau yang terlalu tua." Ucap Ellard berdiri dan berjalan keluar.
"Anak sialan." Umpat Darren.
.****
"Tuan muda mobil sudah saya siapkan." Ucap Adam.
"Aku ingin membawa motor ku." Ucapnya
"Tuan besar tidak mengijinkan anda membawa motor selama satu munggu tuan."
"Sekali ini Adam. Jika tidak aku akan terlambat dan aku akan mendapatkan ceramah dari si peri hujan."
"Tidak tuan,ini perintah langsung tuan besar Darren jika anda melawan hukuman anda akan lebih lama tuan."
"Argh Darren sialan dia memintaku agar tidak telat tapi apa ini." Ucap Ellard berjalan kearah mobil sambil mengacak rambutnya.
Tin tin tin
Ellard sampai di depan gerbang sekolahnya Holding School (HS) Gerbang sekolah sudah tertutup rapat.
"Buka gerbangnya atau aku tabrak." Teriak Ellard dari dalam mobil dengan kaca yang dibuka sambil mengegaskan mobilnya membuat banyak asap mengelilingi mobil itu.
Osis yang sedang berjaga di depan langsung membuka pintu gerbangnya. Dia tidak akan mencari gara-gara dengan putra tunggal keluarga Walton.
Perusahaan besar keluarga Walton yang dipimpin oleh Darren Levon Walton bergerak di bidang pertambangan emas dan batu bara juga hotel dan pusat perbelanjaan.
"Lama." Ucap Ellard singkat tapi membuat sang osis panas dingin.
Brak
Ellard menendang pintu kelas tanpa melihat siapa yang sedang mengajar. Ia berjalan kearah bangku tempat duduknya.
Ellard melempar tasnya lalu duduk dengan posisi kepala di atas meja.
Frankie teman sebangku Ellard menepuk siku Ellard.
"Apa sialan." Ucapnya pada Frank.
"Kau membuat masalah." Ucap Frank dengan wajah tegang.
"Apa!!." Ucapnya lalu melihat ke depan.
"Bagus Ellard Graham Walton sudah telat tidak sopan lagi." Ucap guru sambil berkacak pinggang.
Ellard spontan menutup wajahnya menggunakan tasnya karena ada rintikan yang berjatuhan dari mulut guru itu. Sedangkan Frank sudah mengungsikan dirinya ke tempat sampingnya dengan mengusir sang pemilih aslinya.
"Bagaimana kau bisa masuk?, Osis itu tidak memberimu hukuman hah!!." Bentaknya makin banyak air yang meluncur dari mulutnya. Jika ini tidak di hentikan akan ada genangan di mejanya. Ia lalu berdiri mengebrak meja.
Brakk
Guru di depanya sampai terkejut ia juga tidak bisa menutuppi jika sebenarnya dirinya juga takut berurusan dengan putra keluarga Walton. Tapi dirinya guru BK di sini imejnya bisa hancur jika ia takut kepada anak muridnya sendiri.
"Kau-," Ucapannya terpotong.
"Air liurmu muncrat kemana-mana,pantas saja kau belum menikah sampai saat ini."
Semua yang ada di kelas itu tertawa terbahak-bahak.
Ellard pergi keluar dari kelas, meninggalkan gurunya yang sedang menahan emosinya.
"DIAM!!!." Bentak guru itu lalu melangkah keluar dengan wajah merah padam menahan emosi sekaligus malu.
****
Ellard sedang berada di belakang sekolah,ia tiduran bersandar di bawah pohon.
"Woi bro." Panggil Frank.
"Gila!!, Si peri hujan marah besar."
"Apa peduliku" Jawabnya sambil merogoh sakunya mengambil rokoknya.
Lalu membakarnya dan menghisap setiap nikotin di dalamnya.
"Lagian kenapa bisa telat udah tau gurunya si peri hujan." Ujar Frank mencomot rokok Ellard.
"Motorku disita Darren ." Ucapnya sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Mau buat masalah lagi ya."
Ellard hanya mengedikkan bahunya acuh.
*****
"Woi kampung kerjain tugas gue semuanya dan jangan sampai salah." Ucap Michel sambil melemparkan buku tulis dimeja Aldara.
"I-iya nanti ya Michel aku masih ngerjain tugasnya Felisa." Jawab Dara.
"Wah Feli kau gerak cepat juga." Ucap Michel.
"Haha tentu." Jawab Feli.
"Gue ngak peduli kerjain tugas gue se-ka-ra-ng." Ucap Michael penuh tekanan.
"T-tapi..."
Brakk
"Lo mau ngelawan gue?." Ucap Michel.
Jhon langsung menarik jilbab Dara sampai kepalanya mendongak menatap Jhon.
"Gue nggak suka Lo ngelawan Michelku. Paham?." Tanya Jhon penuh tekanan.
"Jangan jadi banci lawan perempuan Jhon." Ucap Devan dari tempat duduknya.
Jhon langsung melepaskan tanganya dari jilbab Dara, ia langsung tertawa.
"Haha oke." Jawabnya.
"Kenapa malah bela si sampah ini sih Devan sayang." Ucap Feli meraba dada bidang Devan.
Bruk
Devan mendorong tubuh Lisa sampai sang empunya jatuh terduduk di lantai.
"Ck. Kau bilang lawan perempuan banci, kau sendiri?." Ucap Jhon.
"Tidak berlaku untuk perempuan *****!." Ucapnya sarkas lalu pergi dari kelas.
Felisa melihat sekeliling tidak ada yang mentertawakannya karena ia berteman dengan sang Queen bullying tidak ada yang mau berurusan dengannya. Sampai manik matanya melihat Dara yang sedang melihatnya. Lalu dengan cepat Dara memutuskan kontak matanya. Tapi ia berhasil memancing emosi Feli. Feli merasa tatapan Dara seolah mengejeknya.
Feli berlari ke arah Dara dan langsung,
Plakk
Ia menpar pipi Dara,belum puas ia langsung mencengkeram lengan Dara kuat sampai membuatnya meringis kesakitan.
"Puas Lo hah!!,Lo mau ambil Devan dari gue?." Teriak Feli di depan wajah Dara.
Dara menggelengkan kepalanya pelan, "A-aku nggak bermaksud ngambil Devan,Feli." Ucapnya pelan.
Plakk
"Jangan sebut nama Devan pakai mulut Lo yang sampah itu." Ucap Feli lalu pergi keluar kelas.
Michel menyunggingkan senyum sinisnya menatap remeh ke arah Dara lalu pergi keluar.
Siswa lain sama sekali tidak membantu ataupun bertanya kondisinya karena itu akan membuat mereka terseret ke masalah Queen bullying.
Walaupun ini adalah sekolah elit dan peraturannya ketat tapi mereka memilih aman dan tidak mencari masalah sampai lulus. Mungkin jika ada yang mengadu Michel CS akan di beri hukuman tapi setelahnya mereka akan membalas dengan cara halus siapa yang mengusiknya akan ia buat tidak betah lama-lama berada di HIS.
Astagfirullah sabar Dara. Ucap Dara dalam hatinya.
Kring Kring
Bel sekolah HIS berbunyi menandakan bahwa semua mata pelajaran hari ini telah berakhir,mereka semua berhamburan keluar dari kelasnya.
Sedangkan Dara ia pergi ke perpustakaan untuk menumpang solat Dzuhur karena jarak kos dan sekolahnya lumayan jauh.
*****
"Kurang ajar Lo, berani Lo sama gue hah." Ucap Ellard.
Bugh
Bugh
"Udah bro udah sabar." Ucap Frank menahan bahu Ellard agar tidak kembali memukul pria yang sudah babak belur.
"Minggir Lo." Tekannya penuh emosi.
"MAKSUD LO APA CARI GARA-GARA SAMA GUE HAH!!!."
"Maaf El g-gue ngak bermaksud."
"Nggak bermaksud apa?!!,"
Bugh
Bugh
Frank tidak bisa menghentikan Ellard saat seperti ini atau ia sendiri akan terkena imbasnya.
Ia bisa bernafas lega saat guru-guru berdatangan memisahkan mereka. Lebih tepatnya memisahkan Ellard yang dikuasai emosi.
***
Frank dan Ellard sedang berada di ruang BK mereka duduk didalam sambil menunggu wali dari Ellard.
"Tuan muda." Panggil seseorang dari arah pintu.
"Kau lama Ken." Ucap Ellard lalu berjalan keluar.
Ellard mengambil motor milik Frank yang kuncinya masih menggantung di sana kebiasaannya. Lalu memakai helmnya dan menyalakan motornya lalu pergi keluar dari gerbang sekolah.
"Heii Ell!!. arghh sialan!!." Teriak Frank saat mendengar deru motornya dan melihat Ellard membawa motornya.
"Dimana tuan muda, tuan?." Tanya Ken saat sampai di parkiran.
"Dia pergi membawa motorku paman. Jika sampai motorku lecet paman Darren harus menggantinya ya?." Ucap Frank.
Ken langsung berlari cepat ke arah mobilnya dan menghidupkan mesin lalu tancap gas meninggalkan Frank yang masih berdiri di sana.
Ellard mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi ia tak menghiraukan umpatan-umpatan pengendara lain.
Ia teringat kata-kata pria sialan tadi.
"Jadi Ellard itu tidak punya Ibu?"
"Ibunya sudah tidak ada saat melahirkannya"
"*Pantas saja dia menjadi pria berandalan, dia tidak mendapat didikan seorang ibu"
"Sutt jangan bilang seperti itu, jika Ellard tau kau bisa habis nanti*"
Mengingat itu emosinya tidak dapat dibendung lagi ia menambah laju kendaraannya. Saat di pertigaan jalan ia melihat mobil dari arah kiri dan sialnya kecepatan motor itu di atas rata-rata.
Ckitttttt
Bunyi rem dan ban motor bergesekan di aspal.
Brakkk
*****
Dara pulang dari sekolahnya ia berjalan kaki karena ia harus berhemat untuk bisa bertahan hidup di negara metropolitan ini. Walaupun ia mendapat beasiswa untuk sekolah tapi kehidupan sehari-hari tetap memakai biayanya sendiri. Ia berkerja paruh waktu di restoran menjadi pelayan di sana.
Saat ia berjalan sebuah motor sport melaju dengan sangat cepat. Dara mengelus dadanya saat melihat pengendara itu kebut-kebutan di jalan.
Ia melihat di persimpangan jalan motor itu masih melaju dengan kencang dan dari arah kiri terdapat mobil yang melaju sama kencangnya.
Ckitttttt
Dara memejamkan matanya dan menutup telinganya mengunakan kedua tangannya.
Brakk
Astagfirullah kecelakaan. Ucap Dara dalam hati dirinya masih belum membuka kedua matanya.
Dara perlahan membuka matanya,melihat motor sport itu terjatuh di jalanan diaspal dan mobil yang motor itu hindari sempat berhenti langsung menancapkan gasnya pergi dari sana.
"Eh tabrak lari. Tolong!!." Teriak Dara sambil berlari kearah pria yang tergeletak di atas aspal.
"Ya Allah ini masih hidup tidak ya?." Ucap Dara.
"Awwwhs?" Ringis pria itu.
Saat melihat pergerakan dari pria itu Dara langsung sumringah.
"Alhamdulillah masih hidup."
"Bangat!! anjing!! gilaa! mobil sialan!!." Umpat Ellard.
"Astagfirullah al adzim. Sabar tuan habis kecelakaan malah bicara buruk." Ucap Dara.
Ellard berusaha melihat suara gadis yang berbicara padanya karena posisinya masih memakai helm pergerakan Ellard terbatas. Dirinya merasakan sakit ditangannya membuatnya tidak bisa bangun apalagi salah satu kakinya tertimpa motor.
"Siapa kau?!." Tanya Ellard masih dalam posisi berbaring di aspal dengan motor yang menindih tubuhnya.
"Aldara tuan. Bentar ya saya cari bantuan dulu."
"Kelamaan, kau mau aku mati disini ya!!."
"Ya enggak tuan."
"Makanya cepet bantuin."
"Bantuin gimana? motor tuannya aja lebih besar dari badan saya, saya mana kuat." Ucap Dara bingung.
"Bantuin buka helmnya." Ucap pria itu.
"Y-ya tuan jangan gerak-gerak."
"Yaudah cepat bodoh! lambat sekali."
"Udah mau di tolongin malah marah-marah mana ngomong kasar lagi." Gerutu Dara tapi tetap membantu pria itu.
Dibalik helm full facenya Ellard tersenyum kecil suara gadis ini lucu menurutnya dan hanya umpatan seperti itu membuat gadis itu marah. Padahal itu adalah kosa kata harian warga New York tidak semua tapi semua yang di temui Ellard menurutnya seperti itu.
"Aduh susah banget." Ucap Dara.
Akhirnya helm itu berbunyi click, Dara mengangkat pelan helm itu dari kepala Ellard.
Sebelum helm itu lepas sepenuhnya dari kepala Ellard sebuah mobil hitam mengkilat berhenti tepat di samping motor sport itu. Lalu keluar seorang pria paruh baya dengan raut wajah cemas.
"Tuan muda." Ucap pria itu lalu berlari kearahnya.
Refleks Dara menghentikan aktivitasnya, ia langsung berdiri dan membungkukkan badannya memberi salam kepada pria tua itu.
"Tuan ini tadi kecelakaan Mr." Ucapnya.
"Tidak apa nona, terimakasih sudah menolongnya saya mengenalnya dan saya akan membawanya."
"Baik kalau begitu tuan saya permisi." Pamit Dara.
"Ya nona, sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
Dara membungkukkan badannya kikuk, nona? baru pertama ini dirinya dipanggil dengan panggilan itu. Terdengar aneh ditelinganya dan dan menggelitik dihatinya membuat Dara tertawa kecil lalu pergi dari sana.
"Tuan muda, anda baik-baik saja? ." Tanya pria itu cemas sambil mengangkat perlahan motor sport itu..
Ellard ingin berteriak menghentikan gadis itu tapi perlahan kesadarannya hilang. Pandangannya menjadi gelap ia pingsan.
Bersambung...
Ellard mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang berada di sekitarnya. Saat kesadarannya penuh ia mengedarkan pandangannya ternyata dia berada di dalam kamarnya.
"Sudah bangun kamu." Suara bariton tegas itu membuatnya menoleh.
"Hmm." Jawabnya saat Ellard ingin bangun ia merasa tangan kirinya mati rasa.
Ia mencoba mengerakkan tangan kirinya ia meringis saat merasakan panas di tangan kirinya.
"Tidak perlu kau paksakan." Ucap Darren.
"Kenapa?!." Tanya Ellard cemas.
"Sepertinya mulai sekarang kau akan cacat." Ucap Darren santai sambil bermain ponselnya lalu menyenderkan punggungnya ke sofa.
"WHAT!!!." Pekiknya terkejut.
"Kau gila! tidak mungkin." Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Terima saja takdir mu mulai sekarang." Ucap Darren lagi.
"Kau- awsss." Ellard bangun dari tidurnya sambil meringis kesakitan.
Ceklek
Ellard mendongak melihat siapa yang memasuki kamarnya. Ternyata dokter pribadi keluarga Walton sekaligus teman Darren.
"Paman Nike kanapa tangan kiriku tidak bisa di gerakan hah!." Ucap Ellard cemas.
"Hei tenanglah kau ini kenapa?, apa Darren tidak memberi tahumu?." Ucap Nike menengok ke arah Darren.
"Kenapa jangan membuatku cemas! aku tidak cacat bukan? ah bagaimana jika mereka tau Ellard yang sempurna ini sekarang cacat." Ucap Ellard.
"Dih narsis." Ucap Darren berdiri lalu pergi keluar.
"Paman." Ucap Ellard.
"Tenanglah tanganmu hanya retak dan dalam beberapa minggu ini bisa kembali seperti semula."
"Retak?." Ucap Ellard sambil berfikir.
"Ya,kau pikir apa?." Tanya Nike.
"Tapi Darren bilang-. ."
Nike menggelengkan kepalanya.
"Pria tua sialan!!!." Ucap Ellard keras.
******
Saat ini Frank dan Ellard sedang bermain game diponsel mereka.
Ellard mencak-mencak sendiri karena sejak tadi ia kalah bermain. Gara-gara tangan kirinya ini membuat pergerakannya tidak leluasa. Ada yang diuntungkan dengan itu, siapa lagi jika bukan Frank. Ah akhirnya setelah sekian lama dirinya bisa mengalahkan Ellard pikir Frank sambil tertawa keras dalam hati.
"Ahh damn!!." Umpatnya lalu membuang ponselnya.
"Haha terima saja kekalahan mu Ell."
Ellard hanya mendengus kesal kemudian melihat kearah tangan kirinya yang dibalut biocrepe. Kapan ini bisa segera sembuh? dirinya masih memiliki banyak agenda kedepannya pikir pria itu sambil menghembuskan nafasnya kasar
"Ell inget kau harus menganti motorku." Ucap Frank dengan wajah serius sambil mengangkat alisnya.
"Minta saja pada Ken." Jawabnya malas.
"Tapi-."
Ceklek
Darren dan Kenric masuk ke dalam kamar Ellard, Ken menutup pintunya sedangkan Darren duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya
"Siap-siap Ell kau akan disidang." Bisik Frank ditelinga Ellard.
"Sialan Lo."
"Kalau begitu paman Darren dan paman Ken, aku mau pamit pulang dulu." Ucap Frank lalu mengambil jaket kulitnya.
"Kenapa Frank bukankah ada yang harus kau bahas masalah motormu itu." Ucap Darren membuat Frank menggaruk kepalanya.
"I-ituu sepertinya tidak perlu paman."
Ellard tersenyum puas melihat ketidak relaan raut wajah Frank. Frankie memang anak orang kaya tetapi ibunya tidak memperbolehkannya menaiki motor karena itu akan membahayakan keselamatan anaknya. Frank mendapatkan motor itu dengan bekerja keras dengan menjadi anak mami selama dua bulan dan akhirnya ibunya setuju lalu memperbolehkannya membeli motor.
Tentu seorang Frankie yang dasarnya bad menjadi anak mami bukanlah sesuatu yang mudah.
Dan hal itu di jadikan bahan ancaman Ellard selama sebulan. Frank harus menuruti semua kemauan Ellard, seperti anak ayam ia menurut karena aib
terbesarnya ada pada Ellard.
Frank melangkah keluar dengan langkah gontai ia mengumpat Ellard di dalam hatinya.
Setelah kepergian Frank, Darren membuka suaranya membuat Ellard beralih menatapnya.
"Ell, Daddy ingin berbicara sesuatu yang serius padamu." Ucap Darren.
Baiklah jika sudah ada kata Daddy maka ini bukan main-main. Dan Ellard paling tidak suka hal seperti ini Daddy nya dengan raut wajah serius.
"Katakan." Ucal Ellard malas. Ia sudah menduga apa yang akan terjadi. Pasti tidak jauh dari masalah di sekolah dan kecelakaannya.
"Kau di keluarkan." Ucap Darren.
"Apa?!, beraninya sekolah itu-."
"Daddy sendiri meminta agar kau dikeluarkan."
"Kenapa!!." Ucapnya tidak terima.
Holding School (HS) merupakan sekolah ternama tapi tidak banyak peraturan yang ada lebih tepatnya Ellard sudah biasa melanggar peraturan itu. Jadi khusus untuknya peraturan hanya sebuah angin lalu dan guru-guru yang pada dasarnya sudah lelah hanya bisa pasrah dengan tingkahnya.
"Daddy akan memasukan kau ke HIS."
"Kau gila?!, aku tidak mau! peraturan sekolah itu ketat sekali, benar-benar menyebalkan." Ucapnya tidak terima.
"Itu yang aky cari agar kau merubah sikap berandal mu itu."
"Tapi-."
"Tidak ada bantahan ataupun penolakan dan selama masa sekolahmu kau tidak ku ijinkan mengendarai motor."
"Apa!!!." Ucap Ellard keras tidak terima, entah apalagi yang ingin Darren lakukan padanya.
"Kau harus berangkat mengunakan mobil jika kau menolak atau tetap mengendarai motor. Akan ku bakar semua motormu dan aku akan memberikan dirimu sopir pribadi."
"Yaampun kau benar-benar gila!! aku-."
"Kau mau mengunakan sopir pribadi?." Tanyanya.
"Natuurlijk wil ik niet, ik ga liever niet naar school."
(Tentu tidak mau, lebih baik aku tidak sekolah). Ucap Ellard kesal.
"goede beslissing."
(Keputusan yang bagus.)
"Oke sekarang kita kepermasalahan mu."
"Hmm." Jawab Ellard malas kali ini dirinya benar-benar kesal pada Darren.
"Kenapa kau berkelahi?." Tanya Darren. Ia ingin mendengar yang sejujurnya dari mulut putranya. Saat Ken akan memberitahu dirinya ia menolak ia harus tau permasalahan putranya langsung dari pengakuannya.
"Dia membicarakan diriku." Jawab Ellard.
"Kau hilang kendali hanya karena it-."
"Dan mommy." Ucapnya pelan.
Ucapan terakhir putranya membuat Darren bungkam dan mengepalkan tangannya.
"Kenapa tidak kau bunuh saja hah." Ucap Darren emosi.
"Aku akan membunuhnya tapi mereka datang di saat yang tidak tepat."
Darren menghembuskan nafasnya pelan ia harus bisa memendam emosinya ini bukan waktu yang tepat untuk marah. Ia akan mengurus orang yang sudah berani membicarakan tentang istrinya. Sekarang ia harus mengetahui semua masalah putranya dirinya harus menjadi pendengar dan penasihat yang baik untuk putranya. Mungkin??.
"Lalu kenapa kau mengatai gurumu?." Tanya Darren saat mulai mengontrol emosinya.
"Aku tidak mengatainya, memang benar jika ia bicara air liurnya terbang kemana-mana lalu apa salahku jika aku mengingatkanya."
Darren memijit pelipisnya Ellard benar-benar duplikat dirinya. Kenapa tidak ada sifat yang ditinggalkan oleh istrinya mungkin dengan begitu Darren bisa lebih bersabar.
"Lalu bagaimana dengan kau mengatainya belum menikah?. Kau tau itu kata keramat bagi orang yang belum memiliki pasangan." Ucap Darren tak habis pikir dengan putranya. Seorang guru ia katai seperti itu bagaimana jika orang lain?. Pikir Darren.
Ellard memutar bola matanya malas, kenapa ayahnya ini harus membicarakan masalah itu juga pikirnya.
"Benar bukan jika ia belum menikah? lalu salahku dimana?!."
"Salahmu membuat guru itu langsung kena mental dia malu dan langsung mengirimkan surat pengunduran dirinya." Ucap Darren.
"Benarkah? apa kau merasa bersalah?." Tanya Ellard.
"Ya, aku seperti gagal mendidikmu jika kau selalu seperti ini. Sudah berapa kali kau membuat kesalahan, aku membiarkan mu sekolah bukan untuk membuat kekacauan. Sekarang bagaimana nasib guru itu? bisa-bisa dia gila karena terlalu malu." Ucap Darren serius.
Ellard terdiam memikirkan perkataan Darren tapi ucapan selanjutnya membuat emosi pria tua itu meledak.
"Jika begitu nikahi saja guru itu." Ucap Ellard santai kemudian mengambil ponselnya.
Darren melotot bahkan bola matanya hampir saja keluar, apa benar ini anaknya?, Ia sudah bicara panjang lebar dan berekspresi sebaik mungkin tapi jawaban yang anak itu berikan benar-benar membuatnya kesal.
"Tapi kau harus selalu menggunakan helm jika berbicara padanya jika tidak wajahmu akan berembun."
"Kau gila?!, dasar anak beranda tidak tahu diri, kurang ajar!!." Ucap Darren kesal lalu pergi keluar dari kamar Ellard.
"Ya sama-sama aku juga membenci mu." Ucap Ellard sibuk bermain ponselnya.
Ken yang berdiri disana hanya menghembuskan nafasnya pelan, selalu saja seperti ini ayah dan anak itu tidak pernah akur.
"Saya pamit keluar tuan muda." Ucap Ken membungkukkan sedikit badannya kemudian melangkah keluar.
Ellard mengangguk pelan menjawabnya ia masih berkutat dengan ponsel di tangannya.
*****
"Aku ingin kau memberi pelajaran pada orang yang sudah membicarakan istri, Ken. Siapa dia berani membicarakan Della dengan mulut kotornya itu." Ucap Darren mengeram marah. Berbanding terbalik dengan Darren yang beberapa menit lalu di kamar Ellard.
"Dan apa kau sudah mencari siapa yang hampir menabrak putraku?."
"Suruhan saya sudah menangkapnya tuan." Jawab Ken.
"Beri dia pelajaran lalu masukkan kedalam penjara pastikan dia mendapat kurungan penjara dengan waktu lama. Ini hukuman karena ia tidak bertanggung jawab."
Ken menganggukkan kepalanya menjawabnya, tanpa Darren memerintahkannya ia pasti akan memberinya pelajaran.
"Lalu bagaimana dengan gadis yang menolong Ellard?."
"Saya sedang mencari identitasnya tuan, yang saya tahu dia bukan warga asli New York. Gadis itu mengenakan seragam HIS itu berarti dirinya bersekolah di sana." Jawab Ken.
"Apa karena itu kau menyuruhku memasukkan Ellard keHIS."
"Ya tuan." Jawab Ken.
"Kenapa tiba-tiba kau ingin Ellard dekat dengan gadis itu?." Tanya Darren penasaran.
Pasti ada maksud lain jika Kendrick sudah mengajukan pendapatnya dan itu selalu yang terbaik untuk keluarganya, pikir Darren.
"Anda akan tau jika sudah bertemu dengannya tuan, mungkin anda akan langsung menyukainya." Ucap Ken.
"Kau menyukai gadis belia Ken?."
"Tentu tidak tuan, hanya gadis itu akan mengingatkan anda pada seseorang." Jawab Ken.
"Siapa?." Tanya Darren.
"Anda akan mengetahuinya saat saya berhasil mengumpulkan informasi tentang gadis itu dan anda bisa melihatnya langsung."
Darren mengangguk menjawabnya.
*****
"Hari ini lelah sekali." Ucap Dara sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Ia baru saja pulang dari kerja part timenya menjadi seorang pelayan restoran.
"Aku belum menyelesaikan tugas Feli, jika besok aku tidak menyelesaikannya pasti dia akan memarahiku." Ucap Dara lalu bangkit dari tidurnya dan membuka bukunya lalu mengerjakan tugas yang sebenarnya bukan miliknya.
"Sabar Aldara hujan pasti berlalu,kau hanya perlu bersabar. Kupu-kupu juga memerlukan waktu untuk bisa terbang bebas." Ucap Aldara pada dirinya sendiri.
"Kau punya Allah di sisimu." Ucapnya lalu lanjut menulis.
Bersambung...
surat Al-Baqarah ayat 214 yang artinya:
Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga? Padahal belum datang padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa kesulitan dan kesempitan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Dua minggu sudah Ellard berada di dalam mansion Walton. Dirinya tidak di perbolehkan keluar oleh Darren, dengan alasan penambahan hukuman.
"Tuan anda di tunggu di meja makan." Ucap Adam dari luar kamar Ellard.
"Tangan ku masih sakit Adam, aku akan berangkat besok saja!." Jawab Ellard dari dalam.
"Tuan Darren bilang jika anda tidak berangkat sekarang maka anda akan di daftarkan sekolah di rumah."
"Apa!!!, dasar Darren gila! katakan pada si pria tua itu aku akan keluar tiga puluh menit lagi!!." Teriaknya.
"Baik tuan." Jawab Adam lalu pergi dari depan pintu kamar Ellard.
****
"Bagaimana anak itu?." Tanya Darren sembari duduk di kursi meja makan.
"Tuan muda akan turun tiga puluh menit lagi." Jawab sambil Adam menundukkan kepalanya sebentar.
Darren mengangguk menjawabnya kemudian melanjutkan sarapannya.
Ting
Ellard keluar dari dalam lift dengan langkah malas, yang benar saja HIS? sekolah itu? ya ampun membayangkannya saja sudah membuatnya muak.
Sampai di meja makan ia menarik kursi dan mendudukkan dirinya disana . Melirik sekilas ke arah Darren yang sedang menikmati sarapannya tanpa melihat kearahnya.
"Dasar pria tua, dia membangunkan ku pagi-pagi buta seperti ini!." Gerutu Ellard pelan, dia diam saat para maid sibuk menyiapkan roti isi dan segelas jus untuknya.
Mereka sama-sama diam, dua puluh menit kemudian mereka selesai. Darren mengelap bibirnya lalu melihat ke arah anak semata wayangnya yang sedang minum.
"Aku tidak ingin ada panggilan dari sekolah karena kelakuan buruk mu." Ucap Darren serius sambil menunjuk putranya dengan jari telunjuknya.
"Aku tidak janji." Jawabnya lalu mengendong tas dibahu kirinya kemudian berdiri dan berjalan keluar.
"Brandal itu!!" Ucap Darren geram.
"Tuan, Kenric sudah ada di depan." Ucap Adam membuat Darren sadar, ia mengangguk lalu berdiri dan melangkah meninggalkan meja makan.
****
Ellard memakai kaca mata hitamnya sambil menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin terburu-buru masuk ke sekolah yang sudah ia hindari dari dulu.
HIS, Ellard dulu membujuk Darren agar dirinya tidak di sekolahkan di sana. Dengan segala bujukan Darren mengiyakan agar Ellard bersekolah di tempat lain selain HIS. Tapi usahanya dulu terbuang sia-sia, saat ini ia harus sekolah disana benar-benar menyebalkan.
Ellard membuka kaca mobilnya,lalu menghisap vape yang dia kalungkan di lehernya. Asap keluar dari jendela mobilnya. Mobil Ellard berhenti di lampu merah,ia kembali menghisap vapenya lalu menengok ke kanan dan kekiri.
Uhuk uhuk uhuk
Ellard tersedak vapenya sendiri saat menengok ke kiri terdapat mobil Darren yang berhenti tepat di sampingnya.
Walaupun kaca mobil yang di tumpangi Darren gelap dan tidak bisa terlihat dari luar. Ia yakin jika Daren dan Ken sedang memperhatikannya sedari tadi.
"Sialan!!." Umpat Ellard lalu menutup kaca mobilnya dan mengegas kendaraannya cepat saat lampu berubah hijau.
Ellard mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia menghindari mobil Darren jika sewaktu-waktu mobil itu menyalipnya. Tidak ada yang mustahil jika seseorang yang mengemudikannya adalah Kenric.Tapi saat melihat kaca ia tidak melihat mobil Darren dibelakangnya baru Ellard bisa bernafas lega.
"Sialan!!, apa lagi hukumanku setelah ini." Umpat Ellard sambil memukul-mukul kepalanya.
Bukan lebay tapi Darren melarang keras dirinya mengkonsumsi rokok apapun bentuknya. Entahlah ia tidak tau alasannya, padahal dirinya anak muda dan rokok adalah teman baiknya.
Mobil Ellard sampai di gerbang sekolah ternama Horace International School (HIS). Ellard mendengus kesal melihat jelas nama HIS yang terpampang jelas digedung sekolah itu. Sekolah yang ia hindari karena peraturannya sekarang ia harus menjadi muridnya.
Mobil Ellard terparkir di halaman sekolah, banyak siswa dan siswi bertanya-tanya mobil siapa yang baru saja masuk. Mereka menghentikan aktivitasnya hanya untuk menunggu sang pemilik mobil keluar.
Bagaimana mereka tidak penasaran? mobil yang di kendarai Ellard adalah mobil keluaran terbaru yang baru saja di resmikan satu bulan lalu. Harga lelang mobilnya juga tidak murah dan hanya keluarga Wilton yang berani mengatakan nominal yang tidak sedikit.
"Mobil siapa itu?."
"Ada murid baru ya?."
"Sepertinya, semoga saja dia pria. Agar banyak most wanted sekolah ini."
"Sepertinya plat mobil itu tidak asing ya?."
"Maksudmu?."
"Lihat lah plat mobilnya E1 L4 RD ."
"Iya benar siapa ya?."
Ellard masih berada di dalam mobilnya ia menatap malas para siswa dan siswi yang sedang berdiri tak jauh dari mobilnya. Sudah ada dalam pikirannya jika dia keluar akan seheboh apa sekolah ini. Seperti yang terjadi di sekolah lamanya. Mereka bagaikan lebah yang melihat bunga.
Ellard mengambil earphone lalu memakainya di telinganya, mencari lagu favoritnya dan menyetelnya dengan suara keras.
Perlahan Ellard membuka pintu mobilnya, saat pintunya terbuka ke atas Ellard keluar dari dalam dengan mengendong tas di bahu kirinya dan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Bertepatan saat Ellard keluar dari dalam mobilnya langsung terdengar suara riuh banyak siswi yang histeris kerena kehadirannya.
"Kyaaaa putra tunggal keluarga Walton!!."
"Ya Tuhan dia tampan sekali."
"Benar-benar pahatan wajah yang sempurna."
"Aku pernah melihatnya tapi lupa siapa namanya!."
"Ellard Graham Walton putra tunggal tuan Darren Levon Walton!!."
"Dia masuk HIS!!!."
Ellard berjalan santai ke ruang kepala sekolah, ia mensejajarkan dirinya pada seorang siswa yang terlihat acuh dengan kehadirannya.
"Wah lihat dua most wanted HIS jalan berdampingan!!."
"Mereka benar-benar sangat tampan."
"Dulu aku suka Devan tapi sekarang ada Ellard aku pindah haluan."
Mereka berdua tidak peduli dengan teriakan siswi-siswi di sana. Devan melirik sekilas ke arah Ellard lalu kembali menghadap lurus ke depan.
"Ternyata Devan Atletico juga jadi sasaran para lebah di sini." Ucap Ellard sambil terkekeh pelan.
"Mungkin kepopuleran ku disini akan turun karena kehadiran putra tunggal Walton." Jawabnya.
"Itu pasti tidak ada yang mengalahkan pesona Ellard Graham Walton." Ucapnya sambil mengusap rambutnya kebelakang.
Mungkin itu biasa menurut Ellard tapi para siswi langsung kembali histeris sampai ada yang pingsan karena tidak kuat melihat pesona Ellard.
"Omg mereka saling kenal!!!."
"Ya Tuhan ternyata mereka berteman!!, jika bisa memilih dua kenapa harus satu."
"Keluarga Atletico dan Walton adalah keluarga terpandang sangat mungkin jika mereka saling kenal."
Devan melirik malas kearah Ellard, "Kau membuat mereka bertambah gila." Ucapnya lalu meninggalkan Ellard.
Ellard berjalan menyusul Devan "Dmana ruang kepala sekolah?." Tanyanya.
"Lurus lalu belok kanan." Jawabnya.
Tanpa mengucapkan terimakasih Ellard langsung berjalan mendahului Devan. Melangkah dengan kaki panjangnya menuju ruang kepala sekolah.
*****
Ellard berjalan melihat ruang yang ia lewati, saat sampai di depan ruangan yang bertuliskan 'Principal's office HIS.' Ia langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk pintunya.
"Tidak sopan sekali kau." Ucap kepala sekolah.
Ellard melihat kepala sekolah sedang berbicara dengan seorang gadis berhijab. Membuat Ellard mengeryitkan dahinya Kuno sekali gadis ini menurutnya. Ellard tidak bisa melihat wajahnya karena gadis itu membelakanginya dan sama sekali tidak menoleh padanya.
"Siapa namamu?." Tanya kepala sekolah.
"Ellard." Jawabnya singkat masih memandangi gadis berkerudung di depanya.
Kepala sekolah menggelengkan kepalanya saat melihat pria muda itu lalu membuka map data diri murid yang akan masuk HIS.
"Ah iya Dara kau ke kelas saja. Untuk materi olimpiadenya biar Bu Lily yang memberikannya." Ucap kepala sekolah itu menoleh ke arah Dara.
"Baik pak, saya permisi." Jawab Dara.
Ellard mematung saat mendengar suara halus gadis ini,sepertinya ia pernah mendengarnya tapi dimana. Saat gadis itu membalikan badannya dan akan melangkah keluar Ellard mencekal pergelangan tangannya. Karena Dara memakai baju lengan panjang tangan Ellard tidak menyentuh kulitnya. Tapi tetap saja hal itu membuatnya terkejut lalu melepaskan cekalan tangannya kasar.
"Maaf, tapi anda tidak sopan." Ucap Dara menunduk lalu pergi keluar.
Ellard yang baru pertama kali diperlakukan seperti itu langsung naik darah, ia merasa harga dirinya terinjak karena ditolak oleh seorang gadis. Diluar mereka merengek minta disentuh olehnya tapi gadis itu dengan kurang ajarnya ia berani melepaskan tanganya.
"Ellard Graham Walton?Putra tunggal keluarga Walton?." Ucap kepala sekolah ragu.
"Hm ada yang salah denganku." Jawabnya datar, hatinya masih kesal dengan perilaku gadis tadi.
"Tidak baiklah sekarang kau masuk ke kelasmu 12B."
Ucap kelapa sekolah.
"Gadis tadi dia kelas apa?." Tanya Ellard.
"Dia kelas 12A."
"Aku ingin masuk kelas itu."
"Kelas itu kumpulan anak-anak pintar HIS. Kau yakin akan masuk di kelas itu?."
"Apa kau meragukan ku!."
"Jaga sopan santun mu Ell ini sekolah barumu dan ayahmu sendiri yang bilang padaku agar memperlakukan mu seperti murid lainya."
"Jika kau ingin pindah kelas 12A kau harus mengikuti tes, jika berhasil maka aku sendiri yang akan mengantarkan dirimu ke kelas barumu." Lanjut kepala sekolah.
"Darren sialan." Umpat dalam hatinya.
"Jadi kapan tesnya?." Tanya Ellard.
"Kau serius mau pindah ke sana?."
"Cepat tidak perlu basa-basi."
"Besok." Jawab kepala sekolah.
"Oke." Ucap Ellard lalu pergi keluar.
Kepala sekolah hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putra keluarga Walton.
*****
"Ada apa kenapa ribut-ribut?." Tanya Michel sambil bersedekap dada melihat para siswi yang sedang menggerumun sambil menggosip.
"Ya ampun kau belum tau?. Benarkah?!." Ucap Feli heboh.
"Ck. Cepat bilang saja ada apa?." Ucapnya malas, ia masih kesal semalam ditinggal begitu saja dihotel oleh pria menyebalkan yang selalu menjadi partner ranjangnya.
"Iya-iya ada siswa baru-." Ucapnya terpotong oleh ucapan Michel.
"Ohh tidak penting." Jawabnya acuh kemudian bersiap melangkah pergi dari sana.
"Chel kau pasti kaget siapa murid baru itu."
"Gue ngak peduli."
"Kau serius?." Ucap Feli menggoda membuat Michel membalikan badannya.
"Aku sama sekal-."
"Putra tunggal keluarga Walton." Ucap Feli langsung membuat Michel terkejut setengah mati.
Matanya melotot hampir saja keluar saking terkejutnya. Dia benar-benar tidak bisa berkata-kata otaknya tidak bisa bekerja.
Feli mengangguk "Benar, Ellard Graham Walton." Ucapnya memperjelas.
"Kau bercanda mana mungkin. Ellard bersekolah di sini. Ia sekolah di HS." Ucap Michel menyangkal.
"Kau tidak percaya?, sekarang Ellard berada di ruang kepala sekolah."
"Apa benar?." Tanyanya Michel kurang yakin.
Felisa mengangguk menjawabnya.
"Ya ampun apa aku sudah cantik? kenapa kau tidak memberitahuku dari tadi. Aku harus kesana, sudah lama aku ingin bertemu putra tunggal Walton ayah ku selalu saja gagal setiap mengajak tuan Darren makan malam bersama dan kali ini kesempatan untukku lebih dekat dengannya." Ucap Feli lalu berjalan meninggalkan Feli sambil merapikan rambutnya yang semula sudah rapi
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!