NovelToon NovelToon

Tiara

Prolog

Namaku Tiara Purnama, kata ibu aku lahir saat bulan purnama dan saat malam itu aku lahir dalam keremangan malam dan hanya dibantu alat penerang berupa lilin kecil.

Namun karena aku lahir dengan kulit putih bersih, Ibu melihat saat itu kulitku terlihat berkilau sehingga Ibu memberiku nama Tiara Purnama.

Aku adalah anak pertama. Ayahku meninggalkan Ibu dan entah pergi kemana saat aku berusia tiga tahun.

Sejak saat itu Ibu merasa sangat kecewa dan kesepian. Ibu membawaku pergi dari kampung dan dia membesarkanku sendirian hingga aku berusia sepuluh tahun.

Saat aku duduk di kelas 4 SD Ibu menikah dengan seorang pria di kampung tempat kami tinggal. Pria itu terkenal suka mabuk-mabukan dan sangat pemalas. Kalau pagi dia tidur sampai menjelang maghrib. Dan kalau malam dia akan keluar rumah untuk bermabuk - mabukan bersama teman-temannya.

Setiap dia ingin pergi, ayah tiriku selalu meminta uang pada Ibuku dan kalau Ibu tidak mempunyai uang dia akan memukuli Ibuku habis - habisan.

Setiap dia marah pada Ibuku dia selalu mengusir Ibu dan aku. Herannya walau dengan wajah dan tubuh penuh luka Ibu tidak pernah berkeinginan untuk meninggalkan ayah tiriku.

Sering aku dengar orang-orang menasehati Ibuku untuk meninggalkan ayah tiriku tapi dia tidak mau.

Pernah sekali aku mengajak Ibu pergi saat itu Ibu sedang hamil anaknya yang pertama dari ayah tiriku.

"Bu kita pergi saja, lihatlah tubuh Ibu sudah penuh luka. Aku berjanji akan menjadi anak yang baik dan menurut apa kata Ibu, aku akan menjaga adik saat dia lahir nanti. Aku akan membantu Ibu mencari uang asalkan kita pergi dari sini Bu" bujukku.

"Tidak mudah membesarkan seorang anak tanpa seorang suami" ucap Ibuku.

Aku yang saat itu sudah kelas 1 SMP perlahan mulai mengerti dan membujuk Ibuku

"Tapi dia bukan suami yang baik Bu, ada atau tidak ada dia sama saja. Bahkan kita lebih baik tanpa dia. Kita bisa hidup bebas dan damai tanpanya" bujukku.

Sambil menangis Ibu berkata.

"Ini adalah jalan hidup yang Ibu pilih. Ibu mencintai Bapak tiri kamu. Cukup, kamu hanya seorang anak kecil, jangan campuri hidup Ibu. Kamu cukup sekolah saja jangan urus kehidupan Ibu" jawab Ibu.

Aku hanya bisa apa, aku hanya bisa memeluk dan menangis dalam pelukannya.

Taukah Ibu hatiku begitu terluka melihatnya seperti ini. Wajah penuh luka, badan kurus dan hanya berisi di bagian perut saja karena Ibu sedang hamil.

Tapi seperti yang Ibu katakan aku hanyalah anak kecil yang tidak tau apa - apa. Mungkin bagi Ibu aku tidak tau artinya cinta yang tulus memberi tanpa mengharapkan balasan. Aku tidak tau artinya pengorbanan dan kesepian.

Tapi aku mengerti artinya sedih dan bahagia. Aku sedih setiap melihat Ibu di pukuli oleh laki-laki itu. Ibu selalu berteriak kesakitan dan menangis. Tapi mengapa Ibu malah berkata dia bahagia menikah dengan pria itu?

Hingga adikku yang pertama dari ayah tiriku lahir tapi sikap ayah tiriku tidak pernah berubah. Bahkan semakin parah, dia semakin sering membawa botol minuman kerumah.

Dua tahun kemudian Ibu mendapat pekerjaan baru, dia bekerja sebagai buruh di pabrik. Selama ini dia hanya bekerja sebagai pembantu di beberapa rumah. Kerjanya mencuci dan menyetrika baju.

Tiba-tiba Ibu mendapat tawaran dari temannya untuk kerja di Pabrik. Gajinya lumayan untuk makan kami dan biaya sekolahku.

Melihat hal itu ayah tiriku semakin sering mendesak Ibu memberikannya uang untuk membeli minuman. Dan kalau Ibu jawab tidak ada Ibu akan di pukul.

Walau saat itu Ibu sedang hamil anak keduanya dari ayah tiriku tapi laki-laki itu tak perduli. Dia menampar dan memukul wajah Ibuku.

Aku pernah berusaha ingin membantu dan menolong Ibu tapi Ibu melarangku. Ibu menyuruhku diam saja dan tutup mulut. Atau jika aku tidak tahan, Ibu menyuruhku pergi.

Yang lebih parahnya lagi dia memfitnah Ibu berselingkuh dengan teman kerjanya di pabrik sampai hamil. Semua tetangga tau bahwa Ibuku tidak pernah melakukan hal itu.

Mereka sering menyuruh Ibuku untuk pergi saja dan meninggalkan suaminya tapi lagi - lagi Ibu menolak dengan alasan cinta.

Aku yang saat itu berusia lima belas tahun mulai bisa berfikir, apakah cinta harus menderita, berkorban dan terluka.

Kalau memang benar cinta serumit ini lebih baik aku tidak mengenal cinta. Biarlah aku hidup tanpa laki-laki kalau hanya harus tersakiti.

Suatu malam saat ayah tiriku tidak ada di rumah. Ibu baru saja selesai menyusui adikku yang paling kecil. Kami duduk di teras depan rumah.

"Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu akan tau artinya cinta" ucap Ibu.

"Kalau aku boleh tau, apa makna cinta bagi Ibu?" tanyaku penasaran.

"Cinta bagiku tulus ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan seseorang" jawab Ibu.

"Walaupun harus terluka dan tersiksa?" tanyaku.

"Iya walaupun harus seperti itu. Ibu tidak bisa meninggalkan cinta begitu saja karena Ibu pernah di tinggalkan. Ibu tau bagaimana rasanya sakit di tinggalkan tanpa tau apa salah dan kekurangan Ibu" jawab Ibu.

"Apakah itu Bapak?" tebakku.

"Ya, Bapak kamu. Ibu tidak bisa hidup sendiri tanpa suami. Saat Ibu ditinggal pergi Bapak kamu, Ibu berjanji pada diri sendiri. Kalau nanti aku menemukan cinta lagi dan menemukan pria yang mencintaiku aku akan menerima dia seutuhnya dan rela mati untuknya" ujar Ibu.

"Itu bukan cinta Bu tapi bunuh diri" protesku.

"Apa Ibu tidak merasa kesakitan?" tanyaku penasaran.

"Pada saat itu ya sakit, tapi besok- besok pasti sembuh" jawab Ibu.

"Semudah itu Ibu memaafkannya, setelah apa yang Ibu alami?" tanyaku lagi.

"Ya.. semua karena cinta" balas Ibu.

"Kalau seperti itu cinta biarlah aku tidak mengenal arti cinta bu. Aku tidak mau menjadi dewasa agar aku tidak mengenal cinta" tegasku.

"Kamu tidak akan bisa menolaknya Tiara. Jika cinta menghampirimu, sangat sulit untuk berfikir jernih" ujar Ibu sambil menepuk lembut punggung adikku agar dia tertidur nyenyak.

"Ternyata cinta bisa membuat orang gila ya bu, karena kata Ibu kalau cinta menghampiri akan sangat sulit untuk berfikir jernih" balasku.

Ibu hanya tersenyum menatap kedepan seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang ada dalam benak Ibu saat itu. Aku tidak bisa mengerti jalan fikiran Ibu.

Satu yang aku yakini malam itu, aku tidak ingin seperti Ibu. Kalaupun tiba waktu untukku saat cinta datang menghampiri aku mohon Tuhan jangan butakan aku pada cinta.

Tetaplah tuntun otakku untuk berfikir yang benar. Jangan biarkan cinta yang menguasai fikiranku setelah dia berhasil menguasai hatiku. Batinku saat itu.

.

.

BERSAMBUNG

Hay reader setia.. Kita istirahat dulu ya dari keluarga Barrakh dan ADS corp.

Aku tiba-tiba mendapat ide untuk membuat novel yang lebih serius. Empat novelku sebelumnya isinya becanda melulu.

Kuharap kalian suka ya.. Please.. jangan lupa like dan komentarnya aku tunggu.

Kalau kalian lebih berbaik hati masukkan novel ini ke dalam daftar favorit ya, aku tunggu hadiah dan vote dari kalian biar aku lebih semangat lagi berkarya.

Terimakasih....

😍😍😍😍

Pria Menyebalkan

"Minta uang" teriak Tarjo.

"Nggak ada Mas" jawab Siti.

"Haaah kamu pasti bohong. Minta uaaaaang" ucapnya lagi.

"Aku gak bohong Mas, tidak ada. Aku belum gajian" tolak Siti.

Plaaaaak...

"Aaaaw.. jangan Mas. Sakiiiiit" rintih Siti.

"Jadi istri itu harus manut apa kata suami" ucap Tarjo.

"Bener Maaaas aku tidak punya uang" jawab Siti.

"Huh dasar. Punya istri kok gak ada gunanya" umpat Tarjo.

Tangan Tiara mengepal di dalam kamarnya sambil memeluk kedua adiknya.

Dasar Pria tak tau untung, sudah tidak memberi nafkah, pemalas dan mabuk-mabukan malah sukanya minta uang istri untuk membeli minumannya. Bisanya cuma memukul wanita saja. Kenapa gak mati saja dia. Itu lebih baik. Umpat Tiara.

"Minta sama Tiara, dia kan juga bekerja. Pasti dia punya uang" perintah Tarjo.

"Tiara juga belum gajian Mas, kalaupun sudah semua uangnya dia berikan padaku" jawab Siti

"Halaaaah cuma alasan. Mana anak itu" teriak Tarjo dari luar.

Sontak Tiara dan kedua adiknya ketakutan. Dua anak kecil yang berumur sembilan dan tujuh tahun itu terlihat tubuhnya bergetar hebat sambil memeluk pinggang Tiara.

"Kaaaak" ucap mereka.

"Tenang Bapak tidak akan kemari" jawab Tiara menenangkan dia adiknya.

"Jangan kamu sakiti anak- anak Mas. Ingat perjanjian kita. Selama ini semua keinginan kamu aku penuhi. Kamu pukul aku, aku tidak perduli. Tapi jangan sekalipun kau sakiti mereka, kalau tidak.. " ancam Siti.

"Kalau tidak apa? Kamu akan pergi meninggalkanku" balas Tarjo.

"Iya.. hanya itu pintaku Mas" isak Siti.

"Ciiiih kamu terlalu melindungi anakmu. Biarkan sekali - sekali mereka berguna untukku" ujar Tarjo.

"Tidak Mas, jangan pernah kamu lakukan itu. Kalau sampai itu terjadi aku tidak akan takut untuk membunuhmu. Dengar perkataanku ini" kali ini Siti benar-benar mengancam.

"Dasar perempuan sialan, tidak berguna" Tarjo menendang Siti sambil berlalu.

"Aaaaw.... " rintihan Siti.

Bammb..... Suara pintu di banting.

Tak lama hanya terdengar isak tangis dan rintihan Siti, tidak ada lagi suara teriakan Tarjo.

Pelan - pelan Tiara membuka pintu kamarnya dan mengintip dari celah pintu. Tidak ada sosok Tarjo di sana.

"Buuuuu" panggil Tiara.

"Hiks... hiks... " tangis Siti.

"Ibuuuuu" teriak Dewi dan Ali.

Mereka berlari memeluk Siti dan menangis.

"Ibu jangan nangis, ada Ali di sini" ucap Ali adik bungsuku.

"Sakit ya Bu?" tanya Dewi sambil membelai sudut bibit ibu yang terluka dan mengeluarkan darah.

Pasti tadi Tarjo sialan itu menampar Ibu dengan kuat sampai bibir Ibu terluka seperti itu. Batin Tiara.

Tiara mengambil kotak P3K, dia membersihkan luka di bibir Siti dengan kapan dan alkohol kemudian memberikan betadi* diatas luka tersebut.

"Aaaaw.. pelan sedikit Ra" ucap Siti.

"Bu.. kita pergi saja yuk" ajak Dewi.

"Iya Bu, Bapak jahat. Kerjanya cuma memukul Ibu dan minta duit. Aku benci melihat Bapak seperti itu" sambung Ali.

"Kalian tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga dia adalah Bapak kalian" jawab Siti.

Tiara hanya diam sambil membereskan kotak P3K yang barusan dia buka.

"Kamu sudah simpan uang kamu di Bank kan?" tanya Siti.

Tiara menganggukkan kepalanya.

"Jangan sampai Bapak kalian tau. Itu semua uang untuk kuliah dan sekolah adik-adik kamu" ucap Siti.

" Iya Bu" balas Tiara

"Ya sudah kalian makan setelah itu belajar ya, Ibu sudah tidak apa-apa" suruh Siti.

Tiara menyiapkan makan malam untuk dia, Ibu dan kedua adiknya. Dalam keheningan malam mereka makan malam bersama di meja makan.

Setelah itu Tiara mencuci piring kotor di dapur sedangkan dua adiknya sedang belajar di depan TV.

"Bu... " panggil Tiara.

"Kamu mau menasehati Ibu lagi Ra?" tanya Siti.

"Bukan begitu Bu, aku cuma tidak tega melihat Ibu diperlakukan seperti ini. Kita bisa ke kantor polisi membuat laporan. Dia pasti akan di tangkap" jawab Siti.

"Terus kamu mau Bapak kamu di penjara?" tanya Siti

"Dia bukan Bapakku" balas Tiara.

Dia sudah menjadi Bapak kamu hampir dua belas tahun Ra. Semua orang di kampung ini taunya dialah Bapak kamu" ucap Siti

"Tapi mereka kan tau dia itu cuma Bapak Tiri" jawab Tiara.

"Apapun namanya dia tetap Bapak kamu" tegas Siti.

"Bapak apa kerjanya cuma bisa memukuli istri. Tidak pernah menafkahi dan melindungi. Juga tidak bisa memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Malah memberikan contoh yang buruk kepada kami. Apa Ibu tidak berfikir kalau Budi semakin besar. Dia itu laki-laki lho Bu dan sudah semakin besar, nanti dia bisa mencontoh dan mengikuti sikap Bapak" ujar Tiara.

"Kalau di didik dan disekolahkan dengan baik dia pasti akan tau mana perbuatan yang salah dan yang buruk" bela Siti.

"Terus saja membela pria itu Bu" ujar Tiara kesal.

"Dia punya nama panggilan Tiara, bukan pria seperti orang asing saja. Dia Bapak kamu" balas Siti.

"Iya Bapak.. Bapak.. Semoga Bapak segera dipanggil" oceh Tiara.

"Tiara jaga ucapan kamu" bentak Siti

"Aku kan belum selesai bicara Bu. Semoga Bapak segera dipanggil hatinya untuk bertobat" balas Tiara.

Siti hanya diam, dia tau anaknya sudah besar dan bertahun-tahun menahan kekesalan dalam dirinya. Tapi Siti harus tetap mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menghormati orangtua mereka.

Seburuk apapun orangtua kita, kita harus tetap hormat dan selalu berdoa agar dia berubah. Fikir Siti.

"Bu.. " panggil Tiara.

"Hemmmm" gumam Siti.

"Minggu depan aku izin menginap ya" pinta Tiara.

"Kamu mau kemana?" tanya Siti.

"Ada acara kampus Bu, kami diundang ke acara tersebut. Sebentar lagi kan kami sudah mau selesai Bu, tinggal nyusun skripsi. Ada juga yang sudah mau sidang. Jadi pada pengen ngumpul buat acara sebelum semua tamat dan berpisah" jawab Tiara.

"Ya sudah kamu boleh pergi, tapi ingat.. Hati - hati dan jaga diri. Ibu tidak mau terjadi sesuatu kepada kamu" ucap Siti mengingatkan anaknya.

"Iya Bu, Terimakasih ya Bu" balas Tiara.

*****

Sementara di sebuah tempat karaoke pinggir kota.

"Cup.. pinjem uang kamu buat minum malam ini" ucap Tarjo.

"Pinjam... pinjam... hutang kamu yang lalu saja belum lunas" jawab Ucup kesal.

"Nanti aku ganti, tenang saja. Sebentar lagi aku punya proyek" balas Tarjo.

"Hah.. kamu punya proyek? Proyek bulu ketek kali" sindir Budi.

"Hahahaa..... " tawa Ucup pecah.

"Sialaaan.. Aku punya proyek ni. Mau ngawanin Tiara sama Juragan" ungkap Tarjo.

"Tiara? Serius kamu? Aku juga mau Jo" ungkap Ucup.

"Iya, aku juga mau" sambung Budi.

"Kalian? Berani bayar berapa? Hahaha... Tiara itu mahal, masih suci, cantik dan terpelajar. Nikahin dia juga aku bakal pilih - pilih. Bukan orang sembarangan seperti kalian. Kalau kalian mau kecipratan untung bantuin aku aja" ajak Tarjo.

"Boleh.. boleh.. gimana caranya?" tanya Budi dan Ucup.

"Sini aku bisikin.... " ujar Tarjo.

Budi dan Ucup mendekat ke arah Tarjo. Mereka membisikkan sesuatu dan menyusun rencana untuk menikahkan Tiara dengan Juragan orang terkaya di kampung mereka yang sangat terkenal doyan mengawaini gadis cantik di kampungnya.

Dan rencana pun di mulai...

.

.

BERSAMBUNG

Acara Ulang Tahun

Seminggu telah berlalu. Malam ini Tiara dan teman-temannya akan menghadiri acara kampus yang diadakan teman seangkatannya.

Karena mereka sudah kuliah tingkat akhir membuat mereka jarang sekali bertemu. Semua sedang sibuk menyusun skripsi dan bekerja.

Seperti Tiara yang bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah cafe yang tak jauh dari kampusnya. Gajinya cukup lumayan untuk membantu Ibunya membiayai kuliahnya dan sekolah adik - adiknya.

Beruntung Tiara juga mendapatkan beasiswa di kampusnya karena dia adalah mahasiswi berprestasi. Sehingga gaji dia bekerja bisa di simpan untuk membantu Ibunya membiayai sekolah adik - adiknya.

Acara kampus selesai jam sepuluh malam. Sebelumnya Tiara sudah janji menginap di rumah temannya yang masih sekampung dengannya.

"Ra kita ketemu pacarku sebentar ya, ada temannya pacarku ulang tahun malam ini. Jadi mereka undang kita. Aku tadi bilang datangnya berdua dengan kamu" ajak Ida.

"Tapi jangan malam banget pulangnya ya Da, aku takut" jawab Tiara.

"Iya gak larut malam, lagian nanti juga kita di antar mereka kok pulang ke rumah" balas Ida.

"Baiklah" ucap Tiara.

Ida dan Tiara naik taxi menuju suatu tempat. Perjalanan sekitar tiga puluh menit, sampailah mereka ke tempat tujuan.

Tiara membaca plang nama DISKOTIK RINDU yang terletak di tengah pusat Kota Jakarta

"Da ini diskotik Da" ucap Tiara takut, dia terlihat sangat enggan untuk masuk.

"Iya acaranya di sini, gak apa- apa Ra. Kita gak ngapa- ngapain kok" jawab Ida.

"Aku takut Da, banyak orang gak bener di sini" ucap Tiara.

"Ada pacar aku di dalam, nanti dia yang jagain kita" bujuk Ida.

Ida menarik tangan Tiara dan mereka masuk ke dalam. Tiara duduk kaku di kursi yang tadi dipersilahkan Diki pacarnya Ida.

"Kamu mau minum apa Ra?" tanya Ida.

"Air mineral aja Da" Jawab Tiara.

"Di sini gak ada air mineral Ra" ucap Ida.

"Ya sudah jus saja" pinta Tiara.

"Tiara... paling ringan soda" jawab Ida

"Ya udah soda aja" balas Tiara

Ida memesan minuman kepada pelayan sambil mengedipkan sebelah matanya.

Tak lama minuman mereka sampai. Tiara memberikan minuman pesanan untuk Tiara.

Tiara yang sudah haus dari tadi langsung meneguk minumannya.

"Rasa sodanya kok lain ya?"tanya Tiara.

"Ini soda racikan khusus diskotik ini" jawab Ida.

Walau terasa sedikit pahit tapi berakhir dengan manis. Herannya mengapa aku seperti ketagihan. Pengen lagi dan lagi. Batin Tiara.

Minuman Tiara kandas sesaat. Karena Tiara terlihat menyukai minumannya.

Ida dan Diki saling pandang dan menunggu reaksi tubuh Tiara selanjutnya.

Tiga puluh menit berikutnya, Tiara mulai merasa pusing dan dia berjalan ke arah kamar mandi dengan sempoyongan.

"Kamu mau kemana Tiara?" tanya Ida.

"Aku mau ke kamar mandi Da" jawab Tiara.

Kenapa kepala aku pusing sekali dan perutku terasa mual ya. Tiara memukul kepalanya sendiri.

Setelah selesai dari kamar mandi Tiara berjalan ke sebuah meja.

"Lho mana temanku?" tanya Tiara.

Pria yang duduk di meja itu menyipitkan matanya.

"Siapa teman kamu?" pria itu balik bertanya.

"Ida Hayati" jawab Tiara.

"Aku tidak tau siapa yang kamu cari. Dari tadi hanya aku sendiri di sini" ucap sang Pria.

"Kamu pasti sudah mengusir temanku, ya kan?" Tiara yang terlihat sudah mabuk tidak melihat dengan jelas kalau dia salah mendatangi meja.

"Cih... dasar wanita. Dimana - mana sama saja. Kamu moduskan ingin mendekatiku. Katanya lagi cari teman, halaaaah pasti alasan kamu saja" sindir sangat pria.

"Apa, aku modus untuk ngedekatin kamu? Haaah semua pria sama saja, dimana - mana kerjanya cuma minum. Pasti saat ini kamu sedang mabuk kan karena terlalu banyak minum?" tanya Tiara.

"Kamu yang kebanyakan minum Nona" bantah pria itu.

"Maksud kamu aku mabuk? Bagaimana bisa aku mabuk, minum saja aku tidak pernah" jawab Tiara.

Pria tersebut menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba...

ueeeek... ueeeek.... Tiara muntah tepat di baju pria itu.

"Sialaaan.. dasar perempuan menyebalkan. Taunya cuma merepotkan saja" ucap Pria itu kesal.

Pria itu hendak meninggalkan mejanya dan juga meninggalkan Tiara tetapi baru saja dia melangkah beberapa langkah meninggalkan Tiara ada dua orang pria yang menghampiri Tiara dengan pura-pura ingin membantunya.

Pria itu merasa tak tega meninggalkan wanita itu sendiri. Dari tampilannya yang terlihat polos, sederhana dan sedikit kampungan pria itu bisa memastikan bahwa wanita ini bukanlah seorang wanita pemain ataupun pemabuk.

Entah apa alasannya sehingga dia bisa berada di diskotik seperti ini. Dengan sisa- sisa hati nuraninya yang tertinggal Pria itu berusaha membantu Tiara.

"Kamu tidak usah sok jual mahal kepada kami. Ayolah kita lewati malam ini dengan indah cantik" bujuk salah satu pria yang ada di dekat Tiara.

Sedangkan pria yang satu lagi berusaha merangkul paksa Tiara yang sedang setengah sadar dan berusaha menghindari dua orang pria yang sedang memaksanya untuk pergi bersamanya.

"Heii.... aku tak kenal kalian. Kalian laki-laki brengsek. Dimanapun semua laki-laki sama bisanya hanya menindas wanita. Aku benci kalian" racau Tiara setengah sadar.

"Jangan mengganggunya. Dia milikku" ucap Pria yang tadi baru saja dimuntahin Tiara.

"Siapa kamu?" tanya salah satu pria itu.

"Dia pacarku" jawab Sang Pria.

"Cih pacar, wanita ini saja dari tadi duduk sendiri" bantah salah satu pria yang sedang merayu Tiara.

"Apa kalian tidak melihat kalau wanita ini tadi yang memuntahiku?" ujar Sang Pria.

"Hahahaha... kamu pasti sama dengan kami Bung. Ayolah bermain secara adil. Atau lebih baik kita bekerja sama saja. Kami yang lebih dulu menikmatinya, setelah itu baru kami serahkan wanita ini kepada kamu selamanya" ujar teman pria itu.

"Kalian tidak percaya? Apa aku harus membuktikan pada kalian kalau wanita ini adalah pacarku?" bela Sang Pria.

Pria itu langsung merangkul pinggang Tiara dan mengecup lembut bibir Tiara. Tiara yang sedang dalam keadaan setengah sadar terkejut dan tak siap dengan sikap Pria itu yang melakukan suatu tindakan dengan tiba-tiba.

Seketika mata Tiara tertutup, ingin menolak dan berteriak tapi tubuhnya sangat lemas dan kepalanya sangat pusing.

Awalnya Sang Pria merasa sangat jijik karena Tiara baru saja muntah tadi tapi entah kenapa perasaan itu berubah menjadi manis dan hangat. Pria itu merasakan sesuatu yang aneh saat dia menyentuh bibir Tiara. Ada perasaan ingin lebih untuk menikmati manis dan lembutnya bibir Tiara.

Secara spontan Tiara juga membalas ciuman Sang Pria membuat kedua pria yang tadi hendak mengganggu Tiara mundur karena kemesraan mereka malam itu di diskotik ini.

Setelah tersadar Sang Pria mengantikan kegiatannya dan kemudian menarik Tiara keluar dari diskotik itu.

Sementara di sisi lain di dalam diskotik tersebut.

"Da mana Tiara?" tanya Diki.

"Ke kamar mandi" jawab Ida yang sudah mulai berjoget karena tubuhnya mulai merasa panas akibat minuman alkohol yang baru saja dia teguk.

"Coba kamu susul gih, sebentar lagi Juragan akan datang menjemputnya dan membawanya" ucap Diki.

Dengan sedikit malas Ida bangkit dan berjalan menuju kamar mandi tapi alangkah terkejutnya dia tidak menemukan Tiara di kamar mandi. Dia berusaha mencari Tiara di sekeliling diskotik tapi dia tidak menemukan Tiara.

Ida kembali ke mejanya semula dan menghampiri Diki pacarnya.

"Dik, gawat. Tiara tidak ada di kamar mandi" ujar Ida.

.

.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!