Ainsley, seorang gadis berumur 19 tahun harus rela menikah dengan seroang Duda berusia 28 tahun. Lelaki ini bahkan sudah 2 kali menikah, namun sayang kedua istrinya itu telah meninggal. Banyak yang mengatakan bahwa lelaki ini telah membunuh mendiang kedua istrinya itu.
“ tapi paman, Ai tidak ingin menikah dengannya. Apa boleh Ai memilih lelaki lain?”
“ paman tahu, tapi sebagai penerus satu-satunya keluarga Grafton akan sulit untuk menemukan lelaki lain. Ai dengarlah dialah adalah Duke Wellington. Tidak ada tawaran setinggi ini. “
“ baiklah paman” Ai menghembuskan nafas pasrah.
Lady Grifton, panggilan itu yang selama ini dia sandang. Sejak berusia 10 tahun Ai sudah menjadi yatim piatu. Untung saja adik ayahnya Baron Allard Bohmen mau mengurusnya. Meskipun selama ini hanya bisa hidup di Barack milik ayahnya tapi hal ini sangat membantu kelangsungan hidupnya.
Lord Axton Huxley atau di panggil Duke Wellington, seorang duda kaya dengan ketampanan hakiki. Tak ada yang bisa menolak kharismanya, tapi sayang isu tentang kematian mendiang kedua istrinya membuatnya sedikit ditakuti orang. Pembawaannya yang tegas dan dingin menambah buruk perangainya. Tak ada yang berani berusan dengannya. Lelaki nomor 2 setelah Raja itu lebih sering mengurusi masalah militer, bahkan keterampilan dalam dunia militer tak perlu diragukan.
Saat sedang mengambil masa libur dia diberikan berkas pernikahan. Baginya posisi istri hanya perlu untuk menyeimbangkan status Duke yang dia sandang. Tanpa perlu melihat berkas pernikahan, Axton langsung saja menyetujuinya, dengan syarat bahwa pernikahan itu harus segera dilasungkan.
Baru satu tahun pernikahan berita kematian Ainsley sudah menyebar ke penjuru Bavaria. Tak ada yang tahu bagaimana kematiannya, hal ini menambah daftar keburukan sejarah Duke Wellington. Hingga ada kejadian misterius terjadi. Ainsley hidup kembali, bertepatan di hari pernikahannya. Dia kembali ke masa lalu lengkap dengan ingatan masa depannya. Tentu saja kesempatan ini akan di manfaatkannya sebaik mungkin untuk menghindar dari kematian.
“ aku akan membunuhmu Duke Wellington yang terhormat” desisnya dengan raut wajah menakutkan.
Di sebuah rumah mewah 3 lantai sedang berlangsung makan malam. Seorang nyonya yang cantik jelita dengan anggun melahap makanannya. Dia adalah Ainsley, Duchess Wellington. Semua orang menghormatinya, jika berada di depannya. Tapi jika dibelakangnya beberapa sibuk menggunjingkan masa lalunya. Seorang yatim piatu, lady yang hidup di barack tentu saja tidak membuatnya seperti lady lain yang penuh keangggunan dan belajar tentang etika. Belum lagi pernikahannya dengan Duke Wellington sudah cukup mencemooh sifat gila harta yang tak pernah dia miliki.
“ nyonya malam ini Duke tidak bisa menemani anda makan malam” saut pelayan yang baru sampai di meja makan.
“ apa dia masih di kamar Grace?” tanya Ai. Pelayan itu semakin takut menjawabnya. Pasalnya memang sedari sore tuannya sudah menemani lady Bart di kamarnya.
“ sa,,saya tidak tahu nyonya” jawab pelayan itu. Mendengar jawaban itu Ai hanya tersenyum tipis. Harga dirinya sebagai Nyonya sudah benar-benar di injak-injak oleh mereka.
Tanpa basa-basi Ai langsung melempar sendok yang dia gemggam sebelumnya. Berdiri dan langsung melangkah menuju lantai 2. Kamar wanita penganggu itu. Apalagi dengan kehamilannya membuat Ai benar-benar sakit hati. Duke Wellington menyelingkuhinya dengan asisten pribadinya. Sungguh memilukan rumah tangganya.
Brakk…
Pintu itu terbuka dengan keras. Kedua orang yang berada didalam langsung terbelalak menatap siapa pelakunya.
“ maaf kan saya Duke Wellington dan Lady Bart jika kedatanganku mengusik kemesraan kalia.” Sindir Ai begitu melihat suaminya sedang dipeluk wanita penggoda itu dari belakang.
“ apa yang kau lakukan?” Grace langsung saja meneriaki Ai dengan congkaknya.
“ apa lagi kalau tidak mengajak suamiku makan malam” Ai melangkah mendekati sang suami yang hanya terdiam menatap kelakuan istrinya itu.
“ Axton tidak ingin makan malam denganmu” jawan Grace ketus.
“ begitu Duke Wellington?” Ai tanya balik kepada Axton. Tangan AI bersedekap menatap Axton tajam.
Tanpa mengatakan apapun Axton langsung pergi dari kamar itu.
“ turunlah” sontak saja hal itu membuat Ai tersenyum meremehkan kepada Grace. Dengan sombongnya melangkah mengikuti sang suami.
Kini mereka berdua duduk di ruang makan. Hanya deting sendok yang terdengar suasana begitu dingin.
“ duke boleh aku bertanya?” Ai masih menggunakan kata-kata yang sopan. Selama ini dia sudah mencoba bersikap selayaknya wanita bangsawan diluar sana. Anggun dan lemah lembut di depan sang Duke.
“ hem” jawab Axton tanpa melihat Ai.
“ kapan kita akan bercerai?”
Uhuk,,uhuk..
“ apa maksudmu?” kini Duke sudah menaikkan suaranya. Meski hal itu sama sekali tidak menakuti Ainsley.
“ bukankah kau sudah menemukan cinta sejatimu. Jadi untuk apa kita bertahan” jawab Ai acuh. Dia sudah muak dengan hubungan ini. Sama sekali jauh dari bayangannya tentang rumah tangga.
“ tak ada perceraian” jawan Duke final. Hati Ai meradang mendengar jawaban itu.
“ egois” langsung meninggalkan meja makan dan masuk kekamarnya. Dia benar-benar kesal bahkan benci dengan hidupnya. Belum cukup membuatnya menderita tanpa orang tua kini takdir masih mengujinya dengan kisah cinta yang menyedihkan ini. Ai berbaring air matanya selalu keluar jika mengenang penderitaan hidupnya. Rasanya tak adil, kebahagian tak pernah berpihak padanya.
Melihat bagaimana tingkah berani istrinya meminta cerai dengannya membuat Axton kembali dilingkupi perasaan sedih. Sebenarnya Axton sangat merasa bersalah perihal masalah rumah tangganya yang kacau balau. Padahal sebenarnya menurut Axton, Ai adalah sosok wanita yang mampu menarik hatinya. Axton tau bahwa selama ini Ai tinggal di Barack. Pengetahuan tentang senjata istrinya pasti tidak jauh beda dengannya. Tapi sayang, hubungan yang Axton inginkan malah rusak karena ketidaksadarannya meniduri Grace. Axton dalam keadaan mabuk dan entah bagaimana ceritanya dia sudah terbaring polosan dengan Grace ada di sampingnya.
Makan malam tidak bida dia nikmati. Setelah mendengar permintaan istrinya, Axton memilih pergi menenangkan diri. Rasanya dia ingin menuntaskan kemarahannya dengan meninju seseorang. Dan Axton tau dimana tempat yang tepat untuk mewujudkan kegatalan tangannya.
Dengan kekalutan dan keputus asaanya, kamar Ainsley terbuka. Disana sudah ada Grace dengan perut buncitnya membawa sebuah kotak. Dengan langkah anggun masuk dan langsung duduk di sofa.
“ ini hadiah dari Axton. Kau pasti tahu maksudnya” Ai beranjak mendekati kotak yang berada di atas meja. Grace hanya tersenyum meremehkan. Dia merasa sudah menang dalam konflik cinta ini. Sebentar lagi dia pasti akan mencapai cita-citanya.
“ kau bisa memikirkan hari baiknya” kemudian Grace pergi meninggalkan Ai. Perlahan dibukanya kotak itu. Mata Ai terbelalak melihat isinya.
“ kau benar-benar tak ingin perceraian, “ AI tertawa penuh kesedihan. Air matanya turun diiringin tawaan sumbang. Sebuah pistol. Suaminya memberinya pistol setelah dia meminta perceraian. Sunggu memilukan.
Ai mundur, karena langkahnya yang lemah membuatnya tersandung dan langsung jatuh terduduk di lantai. Kini tangisnya semakin pecah.
“ kau lihat ayah ibu, menantumu benar-benar berbakti. Dia ingin keluarga kita bersatu kembali “lirih Ai.
Besok adalah hari peringatan pernikahannya. Usia pernikahannya bahkan baru satu tahun tapi rasanya penderitaan ini begitu lama Ai rasakan. Ai akan mmberikan kado terbaik yang takkan pernah Axton lupakan pastinya.
Pagi ini Ai bangun dengan semangatnya memulai beraktifitas. Ai sudah mempersiapkan rencana perayaan kecilnya dengan sang Duke. Para pelayan sudah mulai sibuk mengikuti perintah nyonyanya.
Setelah membereskan masalah makanan, kini Ai bersiap untuk keluar membeli gaun yang terindah. Ai tak ingin melewatkan malam ini dengan biasa-biasa saja
“ nyonya sudah akan pergi?” tanya Milly. Seorang pelayan yang sudah dianggap saudara oleh Ai. Hanya Milly yang begitu tulus memperhatikannya.
“ iya Milly. Kau ikutlah aku akan memberimu hadiah.”
Kedua wanita itu menaiki kereta dan pergi ke sebuah toko baju ternama. Menikmati waktu untuk memilih gaun. Setelah cukup lama akhirnya Ai menemukan gaun yang cocok dengan perayaannya. Tak lupa ia juga membelikan Milly gaun yang tak kalah bagus juga.
“ tidak nyonya ini terlalu berlebihan” tolak Milly begitu tau sang nyonya membeliknnya gaun pesta yang indah.
“ tak apa. Mungkin ini kali terakhir aku memberimu hadiah” cegah Ai. Mily merasa sedikit ganjal mendengar jawaban Duchess tapi dianggapnya angin lalu.
“ terimakasih nyonya anda begitu baik.” Mereka saling berpelukan.
Sesampainya di rumah wantuk sudah sangat sore. Ai bergegas mempersiapkan diri. Malam akan segera datang, ini mengartikan jika perayaan akan segera di mulai. Hanya perayaan kecil di kediaman itu. Tak mengundag siapapun. Memang ini adalah kemauan Ainsley.
“ anda terlihat sangat cantik nyonya” puji Milly saat tatanan Ai suah selesai.
“kau turunlah dulu, aku akan menyusul” ucap Ai. Tepat saat Milly keluar dia membawa benda yang menjadi alasan dia mempersiapakan perayaan ini. Meski tangan Ai tidak berhenti bergetar karena ketakutan dengan rencana yang akan di laksanakan tapi tak bisa menyurutkan niatnya. Dengan langkah yakin Ai berjalan munuju taman samping, tempat diadakannya pesta. Disana sudah ada sang Duke beserta gundiknya, lady Bart. Dengan tatapan tak suka, Grace menggandeng lengan Axton. Ai hanya bisa tersenyum tipis. Dia sudah terbiasa dengan pemandangan ini.
“ maaf sudah membuat kalian menunggu”
Axton terpana dengan penampilan Ai. Gaun berwarna putih begitu elegan dan membuat teringat saat pesta pernikahannya. Ai menatap Axton lama. Mengamati suami tercintanya untuk terakhir kali. Pandangan mereka saling bertemu, meski terasa adanya getaran dalam hati masing-masin, tapi mereka tidak bisa mengungkapkannya.
“ kau lama sekali, apa kau sengaja membuat wanita hamil ini kelelehan?” jawab Grace membuat suasana menjadi canggung.
“ mari kita mulai saja makan malamnya”
Ada sebuah meja yang penuh dengan hidangan mewah. Hidangan yang sama dengan hidangan pesta pernikahannya. Ai sengaja merencanakan hal ini. Berharap bisa menggugah hati suaminya. Makan malam berjalan lancar sekarang waktunya Ai berpidato. Sepanjang acara Axton mencuri-curi pandangan ke aarah istrinya itu. Kecantikan Duchess begitu menggodanya malam ini.
“ aku berterima sekali atas kesediaan Duke untuk menghadiri perayaan pernikahan kita. Setahun sungguh waktu yang lama sekali jika dijalani penuh penderitaan. Apalagi dengan hadiah pernikahan yang Duke berikan.” Ai mengambil pistol yang dia sembunyikan di balik gaunnya. Hal itu ukses membuat jantung Axton terhenti. Apa maksud dari hadiaah yang di ucapakan istrinya itu.
“ sejak awal pernikahan aku begitu mencintaimu. Mengabaikan segala isu-isu buruk tentangmu. Tapi sayang sepertinya cintaku tak terbalas.”
“ duchess hentikan pembicaraan ini” Axton sudah siap meninggalkan acara. Tapi dengan sigap Ai mengarahkan pistol itu ke Axton, membuatnya terhenti.
“ duduklah, aku belum selesai” tak yang berani menolak. Bahkan Grace ketakutan tak menyangkaa jika rencananya berakhir seperti ini.
“perselingkuhan yang kau lakukan cukup menambah kepahitan hidup yang ku jalani. Kurasa takdir begitu tak adil denganku. Kasihan sekali bukan, kau bahkan tak pernah sudi menyentuhku. “ tangis Ai semakin deras. Beberapa pelayan tak berani bergerak, mereka terlalu sayang dengan nyawanya.
“ kini aku tak perlu merasakan semua penderitaan ini” arah pistol berganti. Ai meletakan tepat di pelipisnya. Jantung Axton semakin tak karuan. Dia mulai berjalan mendekati istrinya. berniat merebut pistol yang menjadi sumber ketakutannya.
“ berhenti “ Axton diam. Tak ingin membuat Ai semakin nekat.
“ Ai, jangan lakukan. Kita bisa bicara baik-baik” rayu Axton. Hal itu malah membuat sudut bibir Ai tertarik, menyeringai.
“ selama ini kurang baik apa aku padamu Axton!. Aku tak pernah pergi saat tau Grace hamil karenamu, bahkan mengizinkannya tinggal disini. Tapi apa yang kudapat? Kau malah menuduhku besekongkol melakukan penghianatan, belum lagi kau tak pernah sedikitpun memperhatikan aku. Semua kecuriganmu dan keangkuhanmu sudah aku rasakan semuanya. Kini aku ingin kau menyesal “ Axton terdiam, membenarkan semua hal yang dia dengar. Axton baru menyadari jika dia sudaah terlalu kejam paada Ai. Axton sungguh kecewa dengan dirinya sendiri.
“ selamat tinggal”
Dorr..
Semua orang tak percaya dengan apa yang di lihat. Terlebih Axton. Melihat istrinya jatuh karena luka tembak. Bunuh diri di depan matanya. Secepatnya Axton segera belari membawa sang sitri daalam dekapannya. Gaun putih itu kini sudah memiliki warna lain. Merah darah.
“ tidak Ai, bangunlah. Bangunlah sayang. Ku mohon maafkan aku. Aku berjanji akan mulai memperhatikanmu lagi. Ku mohon bangunlah “ Axton menepuk pelan pipi istrinya. Berharap mata itu terbuka kembali.
“ maafkan aku, aku bersalah padamu. Ku mohon” namun mau seberapapun banyaknya Axton meminta maaf, mata itu takkan terbuka. Ai sudah berhasil membuat Axton menyesal bahkan begitu merasa bersalah. Jauh dari sama Grace meyembunyikan senyum bahagianya. Rencana berhasil dengan mulus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!